OLEH :
RAHMAH DONA
04021382025100
Penulis tentu menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dalam teknik penulisan maupun isi, sehingga kritik, saran dan masukan yang membangun sangat
diperlukan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat baik bagi PSIK FK UNSRI
maupun masyarakat secara luas. Aamiin
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI
RENDAH
Rahmah Dona*Zulian Effendi, S.Kep., Ners., M.Kep**
Mahasiswa PSIK FK Universitas Sriwijaya*Dosen PSIK FK Universitas Sriwijaya
*email : rahmahdona0@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain (Stuart & Gail, 2006). Angka kejadian gangguan jiwa pada penduduk Indonesia mencapai 7.0
per mil, prevalensi gangguan jiwa tertinggi berada di provinsi Bali dengan kisaran 11.0 per mil,
sedangkan provinsi Kepulauan Riau menempati urutan terendah dengan kisaran 3.0 per mil.
Provinsi Jawa Tengah mencapai kisaran 9.0 per mil pada tahun 2018, hal ini menunjukkan bahwa
ada peningkatan yang signifikan jika dibandingkan tahun 2013 yang hanya berkisar 3.0 per mil
(Riskesdas, 2018). Penderita gangguan jiwa juga menunjukkan gejala gangguan konsep diri harga
diri rendah (Keliat, 2011).
Tujuan : Menggambarkan aplikasi asuhan keperawatan secara komperhensif khususnya pada
pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Hasil : Masalah keperawatan pada pasien gangguan konsep diri : harga diri rendah yang menjalani
perawatan pada laporan komprehensif asuhan keperawatan ini terdapat tiga masalah keperawatan
yang ditegakkan berdasarkan hasil anamesis dan pemeriksaan klinis yang didapat.
Pembahasan : Konsep diri sendiri adalah sebagai aspek-aspek yang ada di dalam diri individu,
seperti emosi, pikiran, peranan serta nilai yang ada di dalam dirinya (West dan Turner, 2008).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan lemah, tidak
berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa
percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus
asa (Depkes RI, 2000). Terapi modalitas yang cocok untuk klien harga diri rendah adalah terapi
individu, terapi kognitif, terapi lingkungan (Milleu Therapy), terapi kelompok, terapi keluarga,
terapu okupasi, terapi perilaku.
Kesimpulan : Penerapan dari SP 1 sampai SP 6 yaitu pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Konsep Diri, Skizofernia, Harga Diri Rendah, Terapi
Modalitas.
NURSING CARE IN SELF-CONCEPT DISORDER PATIENTS LOW SELF-ESTEEM
Rahmah Dona*Zulian Effendi, S.Kep., Ners., M.Kep**
Nursing Student of Sriwijaya University* Nursing Lecturer of Sriwijaya University**
*email : rahmahdona0@gmail.com
ABSTRACT
Background : Low self-esteem is all thoughts, beliefs and beliefs that constitute an individual's
knowledge about himself and affect his relationships with others (Stuart & Gail, 2006). The
incidence of mental disorders in the Indonesian population reaches 7.0 per mile, the highest
prevalence of mental disorders is in the province of Bali with a range of 11.0 per mile, while the
province of Riau Islands ranks the lowest with a range of 3.0 per mile. Central Java province
reached the range of 9.0 per mile in 2018, this shows that there is a significant increase compared
to 2013 which was only around 3.0 per mile (Riskesdas, 2018). People with mental disorders also
show symptoms of impaired self-concept, low self-esteem (Keliat, 2011).
Aim : Describe the application of nursing care comprehensively, especially in patients with
impaired self-concept : low self-esteem.
Method : The method used in this study is a qualitative research method with a case study
approach in patients with impaired self-concept: low self-esteem.
Results : Nursing problems in patients with self-concept disorders: low self-esteem who undergo
treatment in this comprehensive report of nursing care, there are three nursing problems that are
enforced based on the results of the history and clinical examination obtained.
Discussion : Self-concept is the aspects that exist within the individual, such as emotions,
thoughts, roles and values that exist within him (West and Turner, 2008). Low self-esteem is a
negative self-evaluation associated with feelings of weakness, helplessness, hopelessness, fear,
vulnerability, vulnerability, incompleteness, worthlessness, and inadequacy. Low self-esteem is a
negative feeling towards oneself including loss of self-confidence, worthless, useless, helpless,
pessimistic, hopeless and hopeless (Depkes RI, 2000). Treatment modalities that are suitable for
clients with low self-esteem are individual therapy, cognitive therapy, environmental therapy
(Milleu Therapy), group therapy, family therapy, occupational therapy, and behavioral therapy
Conclusion : The application of SP 1 to SP 6 is that the patient is able to increase his self-esteem.
Keywords : Nursing Care, Self-Concept, Skizofernia, Low Self-Esteem, Therapy Modalities.
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Konsep diri bukan merupakan bawaan atau gen dari orang tua. Konsep diri terbentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan baik itu
lingkungan keluarga, maupun masayarakat. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang
membentuk perilaku individu. Dimana perilaku tersebut yang ditampilkan dari hasil respon
dan pandangan orang lain mengenai individu tersebut.
Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian yang diyakini
individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses interaksi sosial dengan
lingkungan sekitar (Pambudi, 2012). Konsep diri juga merupakan gambaran yang dimiliki
individu tentang dirinya sendiri. Menurut Chaplin (dalam Pardede, 2008) mengemukakan
bahwa konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penafsiran
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Konsep diri memberikan sebuah
gambaran yang menentukan bagaimana seseorang mengolah informasi yang didapatkan.
Perilaku yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki.
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
(Stuart & Gail, 2006). Harga diri rendah merupakan salah satu gejala negatif yang muncul
pada gangguan jiwa skizofrenia. Angka kejadian gangguan jiwa pada penduduk Indonesia
mencapai 7.0 per mil, prevalensi gangguan jiwa tertinggi berada di provinsi Bali dengan
kisaran 11.0 per mil, sedangkan provinsi Kepulauan Riau menempati urutan terendah
dengan kisaran 3.0 per mil. Provinsi Jawa Tengah mencapai kisaran 9.0 per mil pada tahun
2018, hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan jika dibandingkan
tahun 2013 yang hanya berkisar 3.0 per mil (Riskesdas, 2018). Penderita gangguan jiwa
juga menunjukkan gejala gangguan konsep diri harga diri rendah (Keliat, 2011).
Harga diri rendah dapat diketahui setelah seseorang diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri
yang muncul, biasanya diawali oleh pengalaman seseorang yang menimbulkan perasaan
bersalah dan merasa gagal secara terus menerus menghukum diri sendiri, sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan hubungan interpersonal, mengkritik diri sendiri dan
orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2010). Seseorang dengan harga diri rendah ditandai
dengan munculnya perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan
produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri, tidak memiliki kemauan untuk bergaul
dengan orang lain. Ganguan harga diri rendah dapat diklasifikasikan menjadi harga diri
rendah psikotik dan non-psikotik. Harga diri rendah psikotik disebabkan oleh gangguan
neurotransmiter di otak yang terjadi pada seluruh aspek kepribadian ditandai dengan
ketidakmampuan menilai realita, gangguan proses pikir, kedangkalan emosi, kemunduran
kemauan dan mengalami disorientasi. Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu lama dan
tidak mendapatkan penanganan dengan tepat dan cepat akan berdampak pada munculnya
ganguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun
munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
(Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena, 2016).
Harga diri rendah non-psikotik (neurotik) merupakan suatu ekspresi dari ketegangan
dan konflik dalam jiwanya, namun umumnya penderita tidak menyadari bahwa ada
hubungan antara gejala-gejala yang dirasakan dengan konflik emosinya ditandai dengan
kecemasan: obsesi, kompulsi, fobia, disfungsi seksual (Marasmis, 2004). Beberapa
penyebab non-psikotik munculnya harga diri rendah diantaranya kegagalan karier, tuntutan
pekerjaan, penurunan pendapatan, adanya intimidasi dari teman sebaya. Harga diri rendah
non-psikotik yang tidak ditangani berdampak pada munculnya gangguan psikologis yang
berat seperti depresi atau menderita stress yang dapatberakhir dengan bunuh diri, perasaan
harga diri yang rendah dan menarik diri (Prasetyo, 2011).
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien harga diri rendah psikotik dan non
psikotik adalah dengan memberikan tindakan keperawatan bisa secara individu, terapi
keluarga dan penanganan di komunitas baik generalis ataupun spesialis. Salah satu bentuk
tindakan keperawatan harga diri rendah secara individu adalah terapi kognitif yaitu
psikoterapi individu yang pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara klien
menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan,
sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif (Townsend, 2005).
Melalui terapi kognitif individu diajarkan/dilatih untuk mengontrol distorsi
pikiran/gagasan/ide dengan benar-benar mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya
dan menetapnya gangguan mood. Klien dengan harga diri rendah memiliki perasaan
negatif terhadap dirinya sehingga tidak mau bergaul dengan orang lain, dengan terapi
kognitif klien dianjurkan untuk berfikir positif bahwa dirinya sebenarnya memiliki
kemampuan dan mengungkapkan hal positif yang sudah dilakukan selama ini. Sasmita,
dkk (2010), menunjukkan bahwa Cognitif Behaviour Therapy efeektif dalam
meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku . Ariani, dkk (2013), menyatakan bahwa
ada pengaruh pelatihan kesadaran diri dan terapi kognitif terhadap harga diri remaja
kelompok intervensi.
b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan mengenai asuhan keperawatan pasien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus
Memberikan gambaran umum pengkajian pasien dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah
Memberikan gambaran diagnosis keperawatan dengan pasien gangguan
konsep diri : harga diri rendah
Memberikan gambaran rencana dan implementasi asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
Memberikan gambaran evaluasi keperawatan yang terjadi pada pasien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Karya ilmiah ini dapat memberikan wawasan dalam mempelajari konsep maupun
praktik dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
secara tepat.
d. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan metode penelitian
kualitatif pendekatan studi kasus. Langkah pelaksanaan studi kasus melalui beberapa
tahapan :
1. Pemilihan kasus dengan kriteria pasien yang mengalami gangguan konsep diri :
harga diri rendah
2. Analisis teori melalui studi literatur guna memahami dengan baik mengenai
permasalahan pasien dan kemungkinan asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Menyusun format asuhan keperawatan yang terdiri atas format pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
4. Penegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan panduan SDKI, tujuan dan kriteria
hasil berdasarkan panduan SLKI, serta rencana keperawatan dan implementasi
berdasarkan panduan SIKI.
5. Melakukan aplikasi asuhan keperawatan dimulai dari saat melakukan pengkajian
hingga pasien direncanakan pulang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Diri
a. Definisi
Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri yang timbul akibat
interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang menentukan
(determinan) dalam komunikasi kita dengan orang lain (Riswandi, 2013: 64).
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang
diri ini bisa bersifat psikologis, sosial dan fisis, menurut William D Brooks dalam
Jalaludin Rakhmat (2015: 98).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui oleh individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, (Stuart dan Sundeen, 1991; 372).
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Konsep diri
sendiri dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek yang ada di dalam diri individu,
seperti emosi, pikiran, peranan serta nilai yang ada di dalam dirinya (West dan
Turner, 2008).
Perkembangan Konsep Diri
1. Konsep diri belum ada saat lahir
2. Konsep diri berkembang secara bertahap sejak bayi mengenal dan
membedakan dirinya dengan oranglain
3. Konsep diri dipelajari dari kontak social dan pengalaman berhubungan
dengan oranglain
4. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu
perkembangan konsep diri dan dasar pembentukan konsep diri
5. Keluarga memberikan perasaan mampu atau tidak mampu, perasaan
diterima atau ditolak, kesempatan untuk identifikasi dan penghargaaan
yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai. Suasana keluarga yang
saling menghargai, penerimaan akan kemampuan anak dan pandangan
yang positif akan mendorong kreatifitas, aktualisasi dan kesadaran
akan potensi diri.
b. Komponen Diri
1. Gambaran Diri (Body Image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
maupun tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang
dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi
dengan stressor seperti:
Perubahan ukuran tubuh: berat badan yang turun akibat penyakit
Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif. seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infus
Perubahan struktur, sarna dengan perubahan bentuk tubuh disertai
pernasangan alat di dalam tubuh
Perubahan fungsi: berbagai penyakit ynng dapat rnerubah sistem
tubuh
Keterbatasan: gerak, makan, kegiatan
Makna dan objek yang sering kontak: penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, traksi, respirator,
suntik, pemeriksaan tanda vital, d1l)
Tanda dan gejala Gangguan Citra Tubuh:
- Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
- Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
- Menolak penjelasan perubahan tubuh
- Persepsi negatif pada tubuh
- Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
- Mengungkapkan keputusasaan
- Mengungkapkan ketakutan.
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar berhubungan dengan
tipe orang yang diinginkan, aspirasi, cita-cita dan nilai yang ingin dicapai.
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma social dan kepada siapa ia ingin lakukan.
Perkembangan ideal diri dapat dipengaruhi oleh orang yang penting
bagi dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Pada usia remaja, ideal
diri dibentuk melalui proses identifikasi pada orangtua, guru, teman atau
yang lain.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi ideal diri:
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas
kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang
realities, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terialu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung
menuntut.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji
a. Mengungkapkan keputusasaan akibat penvakitnya
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan oranglain. Aspek utama adalah dicintai dan
menerima penghargaan dari oranglain. Harga diri akan rendah jika
kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Menurut Coopersmith yang dikutip oleh Stuart and Sundeen ada empat cara
meningkatkan harga diri:
Memberi kesempatan berhasil, dengan memberi tugas yang dapat
diselesaikan dan memberi pujian dan pengakuan atas keberhasilan.
Menanamkan gagasan, yang dapat memotivasi kreatifitas untuk
berkembang.
Mendorong aspirasi, dengan menanggapi dan memberikan
penjelasan atas pertanyaan dan pengakuan serta sokongan untuk
aspirasi yang positif.
Membantu membentuk koping, dengan memberikan latihan dan
contoh penyelesaian masalah yang baik.
4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Setiap orang disibukkan
oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya dimasyarakat
pada setiap waktu sepanjang daur hidupnya. Posisi dimasyarakat dapat
merupakan stressor terhadap peran karena struktur social yang
menimbulkan kesukaran dan atau posisi yang tidak mungkin
dilaksanakannya. Stress peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang terlalu banyak.
5. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai
suatu kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai identitas diri yang
kuat akan memandang dirinya berbeda dengan oranglain, unik dan tiada
duanya. Perkembangan identitas diri sejak kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Ciri-ciri identitas ego:
Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari
orang lain
Mengakui jenis kelamin sendiri
Memandang semua aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan
Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
Mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat direalisasikan.
Adaptif Maladaftif
Keterangan :
1. Respon adaptif, adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi
suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain Aktualisasi
diri, kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masa lalu akan diri dan perasaannya: Konsep diri positif, menunjukan
individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon Maladaptif, adalah respon individu dalam mengidapi masalah
dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon mal-
adaptif gangguan konsep diri adalah gangguan harga diri, transit antara
respon konsep diri positif dan maladaptif : kekacauan identitas identitas diri
kacau atau tidak jelas sehingga memberikan kehidupan dalam mencapai
tujuan: Depersonalisasi (tidak mengenal diri), mempunyai kepribadian yang
kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim.
Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain.
b. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998: 366). Menurut Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau
kognitif).
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering di salahkan, jarang di beri pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang di
hargai dan tidak di beri kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
1. Kerusakan lobus frontal
2. Kerusakan hipotalamus
3. Kerusakan system limbic
4. Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
1. penolakan orang tua
2. harapan orang tua tidak realistis
3. orang tua yang tidak percaya pada anak
4. tekanan teman sebaya
5. kurang reward system
6. dampak penyakit kronis
c. Faktor sosial
1. Kemiskinan
2. Terisolasi dari lingkungan
3. Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
1. Tuntutan peran
2. Perubahan kultur
Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produkivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional
misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus di operasi,
kecelakaan, perkosaan atau di penjara termasuk di rawat di rumah sakit bisa
menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya dalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga
diri rendah kronik biasanya di rasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat
klien sudah memilki pikiran negatif dan meningkat saat di rawat. Dipengaruhi oleh
faktor Internal dan eksternal.
d. Patofisiologi
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan
diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan,
tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri
dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan seperti pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Maturasional
Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah:
Bayi/Usia bermain/ Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi
atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari
orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua, ketidakmampuan
mempercayai orang terdekat.
Usia sekolah; Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingakat atau
peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative
berulang.
Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin,
gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam
penampilan,masalah-masalah pelajaran kehilangan orang terdekat.
Usia sebaya; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan
penuaan.
Lansia; Berhubungan dengan kehilangan (orang, financial, pensiun).
3. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa.
Faktor predisposisi :
e. Pathway
- Faktor biologis
Perubahan penampilan : - Faktor psikologis
- Faktor sosial
- Kehilangan bagian tubuh - Faktor kultural
- Bentuk badan berubah - Faktor precipitasi
Kecewa/stress
POSITIF NEGATIF
f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999).
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti
kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut
kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi
pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan
obat.
2. Pertahanan jangka Panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Marah/amuk pada diri sendiri.
g. Sumber Koping
Sumber koping terdiri dari empat hal yaitu kemampuan individu (personal
abilities), dukungan sosial (social support), ketersediaan materi (material assets)
dan kepercayaan (positif belief) (Stuart, 2009). Menurut Stuart dan Sundeen
(1998:233), setiap individu mempunyai beberapa kelebihan personal, meskipun
individu tersebut mengalami gangguan jiwa. Kelebihan-kelebihan itu antara lain:
- Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
- Hobi dan kerajinan tangan
- Seni yang ekspresif
- Kesehatan dan perawatan diri
- Pekerjaan, lokasi atau posisi
- Bakat tertentu
- Kecerdasan
- Imajinasi dan kreativitas
- Hubungan interpersonal.
Dalam kasus diatas diperlukan terapi kognitif karena klien dengan harga diri
rendah mempunya cara berfikir yang negatif tentang dirinya merasa tidak mampu.
Oleh karena itu peran terapis dalam hal ini adalah Mengembangkan pola berfikir
yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan
gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional.Membentuk perilaku dengan
pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah pola
berfikir.
c. Terapi Lingkungan (Milleu Therapy)
Karena pada terapi ini dapat membantu pasien untuk mengembangkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai
orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.Dengan terapi ini
perawat mengajarkan pasien untuk membuat dan menggunakan aktifitas yang
menyenangkan.
Hal ini memberi kesempatan pada pasien untuk mengikuti bermacam-macam
kreasi dan membantu pasien untuk menerapkan keterampilan yang telah dipelajari,
misalnya membaca novel, menggambar kartun ataupun animasi. Maka dengan
mengajarkan hal tersebut pasien akan merasa akrab dengan lingkungan yang
diharapkan, pasien merasa senang/nyaman dan tidak merasa takut dengan
lingkungannya, kebutuhan fisik klien akan mudah terpenuhi. Dan pasien tidak
tampak gelisah, tidak sering melamun, tidak sering menangis lagi karena pasien
dapat berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya: klien diajak jalan-jalan ke taman,
diajak menari, bermusik membaca, melukis/ menggambar, dan sebagainya.
d. Terapi Kelompok
Karena terapi kelompok ini merupakan bentuk terapi dengan upaya perawat
yang berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, serta
mengubah perilaku maladitf klien menjadi perilaku yang adaptif.
e. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya.
f. Terapi okupasi
Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai
keterampilan motorik halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di
dalam tangan. Contoh kemampuan motorik halus:
menulis dan menggambar
mewarnai
menggunting dan menempel
mengancing baju
mengikat tali sepatu
melipat
g. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih
menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi
perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran
perilakuPenilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan pasien dibuat.
3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja
yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam
kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini
orang yang mengalami harga diri rendah cenderung menarik diri dari
lingkungn sekitarnya dan klien merasa malu.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah
cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya.
7. Tingkat Kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarannya composmentis, namun
ada gangguan orientasi terhadap orang lain.
8. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang
ataupun jangka pendek.
9. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran
dirinya sendiri yang merasa tidak mampu.
10. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien harga diri rendah sulit mementukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
11. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau
bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya:
menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah sekarang.
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Carpenito (1998), diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan/ proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara
ilmiah. Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang
sudah dibuat.
Maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi saja. Berdasarkan pohon
masalah diatas maka rumusan diagnosis sebagai berikut.
1. Harga diri rendah b.d kurangnya pengakuan dari orang lain d.d menilai diri
negatife.
2. Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan d.d
menarik diri.
3. Resiko perilaku kekerasan d.d curiga pada orang lain.
4. Implementasi Keperawatan
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini (here and now).
Dan perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Setelah tidak
ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa diimplementasikan.
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, harus membuat kontrak
dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien
yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar
tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang
telah dilaksanakan.
5. Evalusi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau
evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, dan (2)
evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien
pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut.
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi
terhadap masalah yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.
2. Alasan Masuk
Alasan klien masuk RSJ, Klien mengurung diri, binggung dan mengamuk dirumah,
suka menyendiri dan akan memecahkan benda disekitarnya sebagai pelampiasan.
Nada bicara dan suara klien terdengar pelan. Ekspresi wajah klien tampak sedih,
klien terlihat lesu, lebih sering menunduk. Kontak mata klien tidak ada ketika
berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada yang
mendengarkan.
3. Faktor Prediposisi
1. Tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Ayah klien mengatakan ini baru pertama kali klien mengalami gangguan
jiwa.
2. Trauma
a. Aniaya fisik
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalami aniaya fisik dan
tidak pernah melakukan aniaya fisik terhadap orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Aniaya seksual
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalami aniaya seksual dan
tidak pernah melakukan aniya seksual terhadap orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
c. Penolakan
Berdasarkan kasus klien pernah mengalami penolakan yaitu di
tinggal orang yang dicinta (pacar). klien di tinggal pacarnya karena
calon mertua klien tidak merestui hubungan klien karena klien
belum mapan.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
d. Kekerasan dalam rumah tangga
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalamai kekerasan dalam
rumah tangga.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
e. Tindakan kriminal
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalami Tindakan criminal
dan tidak pernah terlibat dalam masalah kriminal apapun.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital sign :
TD : 130/90 mmHg
N : 92x/menit
S : 36,8°c
RR : 22x/menit
TB : 165 cm
BB : 65 kg
Keluhan fisik : klien mengatakan tidak begitu suka dengan bentuk tubuhnya yang
pendek dan warna kulitnya yang hitam karena hal tersebut klien merasa malu
untuk berinteraksi dengan orang lain. Nada bicara dan suara klien terdengar pelan.
5. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
Penjelasan : klien merupakan anak tunggal dari kedua orang tuanya dan
klien masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Sebelumnya klien tidak
pernah di rawat di RS Jiwa serta tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti klien.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Tidak ada yang cacat
b. Identitas diri : klien merupakan anak tunggal dari kedua orang
tuanya, klien lulusan SMP dan sekarang tidak memiliki pekerjaan.
c. Peran : klien berperan sebagai anak dan tinggal bersama
kedua orang tuanya.
d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh
e. Harga diri : klien merasa tidak berguna dan malu hidup dalam
kemiskinan. Klien merasa dirinya tidak dihargai. Klien menunjukan
sikap perasaan tidak percaya dengan orang lain atau curiga.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien tidak
mengikut kegiatan apapun
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Nada bicara dan
suara klien terdengar pelan, kontak mata klien tidak ada ketika
berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada
yang mendengarkan dan klien menunjukan sikap perasaan tidak
percaya dengan orang lain atau curiga.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial.
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Tn. F beragama islam
b. Kegiatan ibadah: (di rumah & di RS) : Tn. F terlihat jarang
menjalankan sholat 5 waktu tetapi Tn. F mengetahui bahwa sholat ada
5 waktu, klien bisa membaca Al-Quran.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
6. Status mental
1. Penampilan
Berdasarkan kasus klien tampak rapi dan bersih.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Berdasarkan kasus klien bicara lambat, Nada bicara dan suara klien
terdengar pelan.
Masalah keperawatan : isolasi sosial
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu, lebih sering menunduk. Kontak mata klien tidak ada
ketika berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada
yang mendengarkan dan klien menunjukan sikap perasaan tidak percaya
dengan orang lain atau curiga.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
4. Alam perasaan
Klien merasa putus asak area calon mertua klien tidak merestui hubungan
klien yang di karenakan klien belum mapan.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
5. Afek
Afek klien datar, Kontak mata klien tidak ada ketika berinteraksi.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata klien tidak ada ketika berinteraksi, klien cenderung menoleh
kesamping karena takut ada yang mendengarkan dan klien menunjukan
sikap perasaan tidak percaya dengan orang lain atau curiga.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial.
7. Persepsi
Tidak ada masalah persepsi halusinasi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
8. Proses pikir
Tidak ada masalah proses pikir.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Tidak ada gangguan isi pikir dan waham pada klien.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
10. Tingkat kesadaran
Tidak ada masalah dengan tingkat kesadaran, orientasi waktu, tempat dan
orang jelas.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Tidak ada masalah dengan memori ingatan klien.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tidak ada gangguan dengan tingkat konsentrasi dan berhitung pada klien.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak memiliki gangguan penilaian.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
14. Daya tilik diri
Klien menyadari keadaannya dan alasan ia dibawa ke RSJ.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang dilakukan klien saat ada masalah lebih banyak diam dan
menyendiri dan akan memecahkan benda disekitarnya sebagai pelampiasan serta
mengurung diri, dan mengamuk dirumah.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya klien dengan harga diri rendah : merasa dirinya tidak dihargai oleh
tetangga karena sering dicela akibat miskin, klien hanya lulusan SMP yang
membuat klien sulit mendapatkan pekerjaan, klien merasa tidak berguna dan malu
hidup dalam kemiskinan.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
10. Pengetahuan
Klien mengetahui tentang penyakitnya, dan penyebab klien masuk rumah sakit
jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
2. Ds : Isolasi Sosial
- Pasien mengatakan tidak begitu suka
dengan bentuk tubuhnya yang pendek
dan warna kulitnya yang hitam karena
hal tersebut pasien merasa malu untuk
berinteraksi dengan orang lain
Do :
- Pasien lebih suka menyendiri
- Pasien lebih sering diam
- Kontak mata pasien tidak ada Ketika
berinteraksi
3. Ds : Resiko perilaku
- Pasien mengatakan saat ada masalah kekerasan
lebih sering diam dan menyendiri dan
akan memecahkan benda disekitarnya
sebagai pelampiasan
Do :
- Pasien tampak sedih, terlihat lesu,
lebih sering menunduk.
- Pasien menunjukan sikap perasaan
tidak percaya dengan orang lain atau
curiga
Jumat
17/06/2022
10.00-10.20
Gangguan - Menganjurkan klien untuk melaksanakan Rahmah
konsep diri : kegiatan yang telah direncanakan dona
Harga diri rendah - Memantau kegiatan yang dilaksanakan klien
- Memberi pujian atas usaha yang dilakukan klien
Sabtu
18/06/2022
10.00-10.20
Gangguan - Berikan Pendidikan Kesehatan pada keluarga Rahmah
konsep diri : tentang cara merawat pasien dengan harga diri dona
Harga diri rendah rendah
Minggu - Bantu keluarga untuk menyiapkan lingkungan
19/06/2022 rumah
10.00-10.20
B. Implikasi Keperawatan
Proses keperawatan jiwa yang dapat dilakukan dengan bersamaan dengan strategi
pelaksanaan salah satunya ialah dengan latihan kemampuan positif. Latihan kemampuan
positif merupakan suatu latihan untuk menggali kemampuan atau aspek-aspek positif yang
dimiliki oleh masing-masing individu dimulai dengan mengidentifikasi kemampuan yang
ada pada diri sendiri, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Supriyono, 2016)
dengan 6 kali pertemuan didapatkan hasil klien dapat membina hubungan saling percaya,
klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat, serta klien dapat
melakukan perawatan diri secara mandiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan serupa
oleh (Rochman, 2019) didapatkan hasil pasien mampu melakukan kegiatan positif yang
diharapkan, sehingga pemberian latihan kemampuan postitif efektif dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan positif yang masih dimiliki oleh pasien.
Seseorang yang memiliki harga diri rendah, ia tidak menyadari bahwa dirinya ialah
makhluk yang sempurna, berguna serta memiliki aspek-aspek positif yang mungkin tidak
semua orang memilikinya. Oleh karena itu, pasien diberikan intervensi latihan
kemampuan positif yang ditahap awal dilakukan dengan cara mengidentifikasi aspek
positif yang dimiliki pasien. kemampuan positif merupakan suatu kemampuan atau aspek
positif yang dimiliki setiap individu untuk mengidentifikasi kemampuan yang ada pada diri
sendiri, sehingga klien dapat memilih kegiatan sesuai kemampuannya sendiri (Farida &
Hartono, 2010).
Selain itu untuk meningkatkan harga diri yaitu terapi yang mengusung restruksi
kognitif yaitu Cognitive Behaviour Therapy (CBT), CBT dianggap efektif dalam
mengubah harga diri (Emler et.al.dalam Sarandria, 2012). Hal ini selaras dengan
penelitian Hapsari et. al. (2015) yang menyatakan bahwa cognitive behavior
therapy bertujuan untuk memecahkan masalah tentang disfungsional emosi, perilaku
dan kognitif melalui prosedur yang berorientasi pada tujuan dan mengubah status pikiran
dan perasaan, individu dapat mengubah perilakunya dari negatif menjadi
positif. Intervensi yang diberikan ini fokus pada identifikasi belief (keyakinan) yang
disfungsional dan mengubahnya menjadi belief yang lebih realistis.
Implikasi klinis dari cognitive behaviour therapy (CBT) dapat digunakan
sebagai terapi efektif dengan berbagai situasi pada kasus harga diri rendah melalui
penekanan retrukturisasi kognitif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengkajian berlangsung pasti terdapat faktor penghambat, dan faktor
pendukung. Penulis mendapat kesulitan dalam faktor penghambat yaitu, nada bicara dan
suara klien terdengar pelan, lebih sering menunduk, kontak mata klien tidak ada ketika
berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada yang mendengarkan
dan menunjukan sikap perasaan tidak percaya dengan orang lain atau curiga. Dan penulis
menemukan solusi yaitu selalu membina hubungan saling percaya secara terus menerus
dan katakan kepada klien bahwa kita mampu membantu klien mengurangi masalah yang
dihadapi, selalu menggunakan komunikasi terapeutik. Faktor pendukungnya yaitu keluarga
klien menerapkan pola asuh yang ada dalam keluarga adalah mengayomi (saling
menghargai), klien mampu memberi rasa percaya kepada perawat dan kooperatif dengan
perawat.
Diagnosa keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Dari pengkajian
sesuai dengan data objektif diatas memiliki kesamaan seperti tentang tanda gejala harga
diri rendah kronis yaitu: mengkritik diri sendiri dan orang lain, gagguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, perasaan negatif tentang dirinya sendiri, menarik diri
secara sosial, dan pandangan hidup yang pesimis.
Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk gangguan konsep diri:
harga diri rendah ini intervensi yang ditetapkan dengan BHSP (bina hubungan saling
percaya) dan latihan kemampuan positif yang bertujuan untuk saling mengenal dan saling
percaya antara klien dengan perawat, identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
bertujuan supaya klien mengetahui aspek-aspek positif yang dimiliki klien, nilai
kemampuan yang dimiliki yang bertujuan klien dapat mengungkapkan kegiatan yang baik
dan yang buruk, pilih kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki yang bertujuan klien
mampu merencanakan kegiatan apa saja yang dilakukan, latih pasien melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan kemampuan yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan dan mau
beraktivitas, serta anjurkan klien dalam memasukkan dan melakukan jadwal kegiatan
harian yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi yang terjadi pada
klien.
Implementasi keperawatan yang diberikan pada klien dan keluarga dapat dilakukan
sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun berdasarakan teoritis, yaitu
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan, membantu
klien memilih /menetapkan kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan,
melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai dengan kemampuan dan membantu klien dalam
merencanakan kegiatan sesuai kemampuan dan menyusun rencana kegiatan.
Evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien menunjukkan bahwa
asuhan keperawatan yang diberikan telah memberikan dampak positif pada klien. Ditandai
dengan :
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
d. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
e. Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan dalam perawatan klien dengan harga diri rendah mahasiswa dapat
mengajarkan kegiatan yang klien dapat lakukan agar dapat menggali kemampuan-
kemampuan klien, mengutamakan kebutuhan yang klien butuhkan dalam melakukan
asuhan keperawatan dan dapat meningkatkan harga diri klien saat berada
dilingkungannya, mahasiswa dapat lebih giat untuk berkomunikasi menggunakan
komunikasi terapeutik kepada klien karena komunikasi terapeutik adalah komunikasi
antara perawat dengan klien yang telah direncanakan yang mempunyai tujuan serta
kegiatan yang dipusatkan untuk kesembuhan klien. Keberhasilanya dengan adanya
umpan balik antara perawat dengan klien. Selalu melakukan atau membina hubungan
saling percaya terlebih dahulu antara klein. Selalu memberikan reinforcement positif
kepada klien agar klien dapat meningkatkan harga dirinya.