Anda di halaman 1dari 43

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LAPORAN STUDI KASUS KEPERAWATAN KOMPREHENSIF


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

OLEH :
RAHMAH DONA
04021382025100

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya yang membuat penulis dapat menyelesaikan laporan analisis komprehensif yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah”.
Penulisan laporan ini dilakukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan laporan ini tentunya penulis masih banyak kekurangan. Sehingga penulis
mendapatkan banyak bantuan, bimbingan serta saran baik secara tertulis maupun secara lisan.
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Zulian Effendi, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai pembimbing laporan studi kasus yang sudah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mendidik, membimbing, mengarahkan, serta
memberikan motivasi, semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan
laporan studi kasus ini.
2. Herliawati, S.Kep., M.Kes sebagai penguji laporan studi kasus yang telah memberikan
saran dan masukan dalam proses penyusunan laporan studi kasus ini.
3. Kedua orang tua dan kakak-kakak ku tercinta yang telah memberikan banyak doa dan
bantuan baik segi finansial dan motivasi selama penyusunan laporan ini.
4. Semua staf dosen PSIK FK UNSRI yang sudah memberikan bantuan berupa waktu, tenaga,
serta ilmu pengetahuan dan mendidik penulis selama mengikuti pendidikan.
5. Rekan-rekan Angkatan 2020 yang telah menjadi tempat mencurahkan perasaan, menemani
masa-masa sulit pendidikan, serta tempat berbagi selama beberapa tahun terakhir di PSIK
FK UNSRI.

Penulis tentu menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dalam teknik penulisan maupun isi, sehingga kritik, saran dan masukan yang membangun sangat
diperlukan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat baik bagi PSIK FK UNSRI
maupun masyarakat secara luas. Aamiin

Indralaya, Okotober 2022

Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI
RENDAH
Rahmah Dona*Zulian Effendi, S.Kep., Ners., M.Kep**
Mahasiswa PSIK FK Universitas Sriwijaya*Dosen PSIK FK Universitas Sriwijaya
*email : rahmahdona0@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain (Stuart & Gail, 2006). Angka kejadian gangguan jiwa pada penduduk Indonesia mencapai 7.0
per mil, prevalensi gangguan jiwa tertinggi berada di provinsi Bali dengan kisaran 11.0 per mil,
sedangkan provinsi Kepulauan Riau menempati urutan terendah dengan kisaran 3.0 per mil.
Provinsi Jawa Tengah mencapai kisaran 9.0 per mil pada tahun 2018, hal ini menunjukkan bahwa
ada peningkatan yang signifikan jika dibandingkan tahun 2013 yang hanya berkisar 3.0 per mil
(Riskesdas, 2018). Penderita gangguan jiwa juga menunjukkan gejala gangguan konsep diri harga
diri rendah (Keliat, 2011).
Tujuan : Menggambarkan aplikasi asuhan keperawatan secara komperhensif khususnya pada
pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Hasil : Masalah keperawatan pada pasien gangguan konsep diri : harga diri rendah yang menjalani
perawatan pada laporan komprehensif asuhan keperawatan ini terdapat tiga masalah keperawatan
yang ditegakkan berdasarkan hasil anamesis dan pemeriksaan klinis yang didapat.
Pembahasan : Konsep diri sendiri adalah sebagai aspek-aspek yang ada di dalam diri individu,
seperti emosi, pikiran, peranan serta nilai yang ada di dalam dirinya (West dan Turner, 2008).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan lemah, tidak
berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa
percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus
asa (Depkes RI, 2000). Terapi modalitas yang cocok untuk klien harga diri rendah adalah terapi
individu, terapi kognitif, terapi lingkungan (Milleu Therapy), terapi kelompok, terapi keluarga,
terapu okupasi, terapi perilaku.
Kesimpulan : Penerapan dari SP 1 sampai SP 6 yaitu pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Konsep Diri, Skizofernia, Harga Diri Rendah, Terapi
Modalitas.
NURSING CARE IN SELF-CONCEPT DISORDER PATIENTS LOW SELF-ESTEEM
Rahmah Dona*Zulian Effendi, S.Kep., Ners., M.Kep**
Nursing Student of Sriwijaya University* Nursing Lecturer of Sriwijaya University**
*email : rahmahdona0@gmail.com
ABSTRACT
Background : Low self-esteem is all thoughts, beliefs and beliefs that constitute an individual's
knowledge about himself and affect his relationships with others (Stuart & Gail, 2006). The
incidence of mental disorders in the Indonesian population reaches 7.0 per mile, the highest
prevalence of mental disorders is in the province of Bali with a range of 11.0 per mile, while the
province of Riau Islands ranks the lowest with a range of 3.0 per mile. Central Java province
reached the range of 9.0 per mile in 2018, this shows that there is a significant increase compared
to 2013 which was only around 3.0 per mile (Riskesdas, 2018). People with mental disorders also
show symptoms of impaired self-concept, low self-esteem (Keliat, 2011).
Aim : Describe the application of nursing care comprehensively, especially in patients with
impaired self-concept : low self-esteem.
Method : The method used in this study is a qualitative research method with a case study
approach in patients with impaired self-concept: low self-esteem.
Results : Nursing problems in patients with self-concept disorders: low self-esteem who undergo
treatment in this comprehensive report of nursing care, there are three nursing problems that are
enforced based on the results of the history and clinical examination obtained.
Discussion : Self-concept is the aspects that exist within the individual, such as emotions,
thoughts, roles and values that exist within him (West and Turner, 2008). Low self-esteem is a
negative self-evaluation associated with feelings of weakness, helplessness, hopelessness, fear,
vulnerability, vulnerability, incompleteness, worthlessness, and inadequacy. Low self-esteem is a
negative feeling towards oneself including loss of self-confidence, worthless, useless, helpless,
pessimistic, hopeless and hopeless (Depkes RI, 2000). Treatment modalities that are suitable for
clients with low self-esteem are individual therapy, cognitive therapy, environmental therapy
(Milleu Therapy), group therapy, family therapy, occupational therapy, and behavioral therapy
Conclusion : The application of SP 1 to SP 6 is that the patient is able to increase his self-esteem.
Keywords : Nursing Care, Self-Concept, Skizofernia, Low Self-Esteem, Therapy Modalities.
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Konsep diri bukan merupakan bawaan atau gen dari orang tua. Konsep diri terbentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan baik itu
lingkungan keluarga, maupun masayarakat. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang
membentuk perilaku individu. Dimana perilaku tersebut yang ditampilkan dari hasil respon
dan pandangan orang lain mengenai individu tersebut.
Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian yang diyakini
individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses interaksi sosial dengan
lingkungan sekitar (Pambudi, 2012). Konsep diri juga merupakan gambaran yang dimiliki
individu tentang dirinya sendiri. Menurut Chaplin (dalam Pardede, 2008) mengemukakan
bahwa konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penafsiran
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Konsep diri memberikan sebuah
gambaran yang menentukan bagaimana seseorang mengolah informasi yang didapatkan.
Perilaku yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki.
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
(Stuart & Gail, 2006). Harga diri rendah merupakan salah satu gejala negatif yang muncul
pada gangguan jiwa skizofrenia. Angka kejadian gangguan jiwa pada penduduk Indonesia
mencapai 7.0 per mil, prevalensi gangguan jiwa tertinggi berada di provinsi Bali dengan
kisaran 11.0 per mil, sedangkan provinsi Kepulauan Riau menempati urutan terendah
dengan kisaran 3.0 per mil. Provinsi Jawa Tengah mencapai kisaran 9.0 per mil pada tahun
2018, hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan jika dibandingkan
tahun 2013 yang hanya berkisar 3.0 per mil (Riskesdas, 2018). Penderita gangguan jiwa
juga menunjukkan gejala gangguan konsep diri harga diri rendah (Keliat, 2011).
Harga diri rendah dapat diketahui setelah seseorang diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri
yang muncul, biasanya diawali oleh pengalaman seseorang yang menimbulkan perasaan
bersalah dan merasa gagal secara terus menerus menghukum diri sendiri, sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan hubungan interpersonal, mengkritik diri sendiri dan
orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2010). Seseorang dengan harga diri rendah ditandai
dengan munculnya perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan
produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri, tidak memiliki kemauan untuk bergaul
dengan orang lain. Ganguan harga diri rendah dapat diklasifikasikan menjadi harga diri
rendah psikotik dan non-psikotik. Harga diri rendah psikotik disebabkan oleh gangguan
neurotransmiter di otak yang terjadi pada seluruh aspek kepribadian ditandai dengan
ketidakmampuan menilai realita, gangguan proses pikir, kedangkalan emosi, kemunduran
kemauan dan mengalami disorientasi. Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu lama dan
tidak mendapatkan penanganan dengan tepat dan cepat akan berdampak pada munculnya
ganguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun
munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
(Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena, 2016).
Harga diri rendah non-psikotik (neurotik) merupakan suatu ekspresi dari ketegangan
dan konflik dalam jiwanya, namun umumnya penderita tidak menyadari bahwa ada
hubungan antara gejala-gejala yang dirasakan dengan konflik emosinya ditandai dengan
kecemasan: obsesi, kompulsi, fobia, disfungsi seksual (Marasmis, 2004). Beberapa
penyebab non-psikotik munculnya harga diri rendah diantaranya kegagalan karier, tuntutan
pekerjaan, penurunan pendapatan, adanya intimidasi dari teman sebaya. Harga diri rendah
non-psikotik yang tidak ditangani berdampak pada munculnya gangguan psikologis yang
berat seperti depresi atau menderita stress yang dapatberakhir dengan bunuh diri, perasaan
harga diri yang rendah dan menarik diri (Prasetyo, 2011).
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien harga diri rendah psikotik dan non
psikotik adalah dengan memberikan tindakan keperawatan bisa secara individu, terapi
keluarga dan penanganan di komunitas baik generalis ataupun spesialis. Salah satu bentuk
tindakan keperawatan harga diri rendah secara individu adalah terapi kognitif yaitu
psikoterapi individu yang pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara klien
menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan,
sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif (Townsend, 2005).
Melalui terapi kognitif individu diajarkan/dilatih untuk mengontrol distorsi
pikiran/gagasan/ide dengan benar-benar mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya
dan menetapnya gangguan mood. Klien dengan harga diri rendah memiliki perasaan
negatif terhadap dirinya sehingga tidak mau bergaul dengan orang lain, dengan terapi
kognitif klien dianjurkan untuk berfikir positif bahwa dirinya sebenarnya memiliki
kemampuan dan mengungkapkan hal positif yang sudah dilakukan selama ini. Sasmita,
dkk (2010), menunjukkan bahwa Cognitif Behaviour Therapy efeektif dalam
meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku . Ariani, dkk (2013), menyatakan bahwa
ada pengaruh pelatihan kesadaran diri dan terapi kognitif terhadap harga diri remaja
kelompok intervensi.

b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan mengenai asuhan keperawatan pasien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.

2. Tujuan Khusus
 Memberikan gambaran umum pengkajian pasien dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah
 Memberikan gambaran diagnosis keperawatan dengan pasien gangguan
konsep diri : harga diri rendah
 Memberikan gambaran rencana dan implementasi asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
 Memberikan gambaran evaluasi keperawatan yang terjadi pada pasien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Karya ilmiah ini dapat memberikan wawasan dalam mempelajari konsep maupun
praktik dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
secara tepat.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan
sebagai referensi yang bermanfaat bagi instansi Pendidikan PSIK FK UNSRI
sebagai laporan analisis komprehensif, khususnya pada mahasiswa yang sedang
mengikuti mata kuliah Keperawatan Jiwa.

d. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan metode penelitian
kualitatif pendekatan studi kasus. Langkah pelaksanaan studi kasus melalui beberapa
tahapan :
1. Pemilihan kasus dengan kriteria pasien yang mengalami gangguan konsep diri :
harga diri rendah
2. Analisis teori melalui studi literatur guna memahami dengan baik mengenai
permasalahan pasien dan kemungkinan asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Menyusun format asuhan keperawatan yang terdiri atas format pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
4. Penegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan panduan SDKI, tujuan dan kriteria
hasil berdasarkan panduan SLKI, serta rencana keperawatan dan implementasi
berdasarkan panduan SIKI.
5. Melakukan aplikasi asuhan keperawatan dimulai dari saat melakukan pengkajian
hingga pasien direncanakan pulang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Diri
a. Definisi
Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri yang timbul akibat
interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang menentukan
(determinan) dalam komunikasi kita dengan orang lain (Riswandi, 2013: 64).
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang
diri ini bisa bersifat psikologis, sosial dan fisis, menurut William D Brooks dalam
Jalaludin Rakhmat (2015: 98).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui oleh individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, (Stuart dan Sundeen, 1991; 372).
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Konsep diri
sendiri dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek yang ada di dalam diri individu,
seperti emosi, pikiran, peranan serta nilai yang ada di dalam dirinya (West dan
Turner, 2008).
Perkembangan Konsep Diri
1. Konsep diri belum ada saat lahir
2. Konsep diri berkembang secara bertahap sejak bayi mengenal dan
membedakan dirinya dengan oranglain
3. Konsep diri dipelajari dari kontak social dan pengalaman berhubungan
dengan oranglain
4. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu
perkembangan konsep diri dan dasar pembentukan konsep diri
5. Keluarga memberikan perasaan mampu atau tidak mampu, perasaan
diterima atau ditolak, kesempatan untuk identifikasi dan penghargaaan
yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai. Suasana keluarga yang
saling menghargai, penerimaan akan kemampuan anak dan pandangan
yang positif akan mendorong kreatifitas, aktualisasi dan kesadaran
akan potensi diri.

b. Komponen Diri
1. Gambaran Diri (Body Image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
maupun tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang
dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi
dengan stressor seperti:
 Perubahan ukuran tubuh: berat badan yang turun akibat penyakit
 Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif. seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infus
 Perubahan struktur, sarna dengan perubahan bentuk tubuh disertai
pernasangan alat di dalam tubuh
 Perubahan fungsi: berbagai penyakit ynng dapat rnerubah sistem
tubuh
 Keterbatasan: gerak, makan, kegiatan
 Makna dan objek yang sering kontak: penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, traksi, respirator,
suntik, pemeriksaan tanda vital, d1l)
Tanda dan gejala Gangguan Citra Tubuh:
- Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
- Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
- Menolak penjelasan perubahan tubuh
- Persepsi negatif pada tubuh
- Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
- Mengungkapkan keputusasaan
- Mengungkapkan ketakutan.

2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar berhubungan dengan
tipe orang yang diinginkan, aspirasi, cita-cita dan nilai yang ingin dicapai.
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma social dan kepada siapa ia ingin lakukan.
Perkembangan ideal diri dapat dipengaruhi oleh orang yang penting
bagi dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Pada usia remaja, ideal
diri dibentuk melalui proses identifikasi pada orangtua, guru, teman atau
yang lain.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi ideal diri:
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas
kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang
realities, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terialu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung
menuntut.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji
a. Mengungkapkan keputusasaan akibat penvakitnya
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan oranglain. Aspek utama adalah dicintai dan
menerima penghargaan dari oranglain. Harga diri akan rendah jika
kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Menurut Coopersmith yang dikutip oleh Stuart and Sundeen ada empat cara
meningkatkan harga diri:
 Memberi kesempatan berhasil, dengan memberi tugas yang dapat
diselesaikan dan memberi pujian dan pengakuan atas keberhasilan.
 Menanamkan gagasan, yang dapat memotivasi kreatifitas untuk
berkembang.
 Mendorong aspirasi, dengan menanggapi dan memberikan
penjelasan atas pertanyaan dan pengakuan serta sokongan untuk
aspirasi yang positif.
 Membantu membentuk koping, dengan memberikan latihan dan
contoh penyelesaian masalah yang baik.

Ganggguan Harga Diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang


negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan, Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, rnisalriya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suarni, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dipenjara tiba-tiba).
2. Kronik
Yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, vaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negalif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menarnbah persepsi negatif terhadap
dirinva. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.

Tanda dan Gejala yang dapat dikaji:


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial,
5. Percaya diri kurang
6. Mencederai diri.

4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Setiap orang disibukkan
oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya dimasyarakat
pada setiap waktu sepanjang daur hidupnya. Posisi dimasyarakat dapat
merupakan stressor terhadap peran karena struktur social yang
menimbulkan kesukaran dan atau posisi yang tidak mungkin
dilaksanakannya. Stress peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang terlalu banyak.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran


yang harus dilakukan:
 Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
 Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang
dilakukan.
 Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
 Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
 Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku
peran.
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan oIeh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus
hubungan kerja.

Tanda dan Gejala yang dapat dikaji:


1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran vang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa.

5. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai
suatu kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai identitas diri yang
kuat akan memandang dirinya berbeda dengan oranglain, unik dan tiada
duanya. Perkembangan identitas diri sejak kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Ciri-ciri identitas ego:
 Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari
orang lain
 Mengakui jenis kelamin sendiri
 Memandang semua aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan
 Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
 Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
 Mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat direalisasikan.

d. Rentang Respon Konsep Diri


Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu
dengan konsep diri positip dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari
kemampuan interpersonal, intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri
yang negative dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang maladaptive.
Konsep diri terdiri atas komponen: citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran
dan identitas personal. Respons individu terhadap konsep dirinya beffluktuasi
sepanjang rentang konsep yaitu dari adaptif sampai inadaptif. Rentang respon
Konsep diri sebagai berikut (Stuart & Sundeen, 1991; 374):

Adaptif Maladaftif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas

Keterangan :
1. Respon adaptif, adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi
suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain Aktualisasi
diri, kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masa lalu akan diri dan perasaannya: Konsep diri positif, menunjukan
individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon Maladaptif, adalah respon individu dalam mengidapi masalah
dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon mal-
adaptif gangguan konsep diri adalah gangguan harga diri, transit antara
respon konsep diri positif dan maladaptif : kekacauan identitas identitas diri
kacau atau tidak jelas sehingga memberikan kehidupan dalam mencapai
tujuan: Depersonalisasi (tidak mengenal diri), mempunyai kepribadian yang
kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim.
Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain.

B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


a. Definisi
Harga diri rendah menurut Yosep (2010) adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Harga diri rendah
adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan lemah, tidak berdaya,
putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak
memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000).
Harga diri rendah merupakan perasaan over negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara
langsung maupun secara tidak langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat (Deans & Meocevic, 2006; Stuart, 2014). Harga diri rendah adalah
evaluasi diri negatif terhadap diri sendiri sehingga menimbulkan perasaan tidak
berharga, tidak berarti, dan rendah diri.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah adalah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis
atau menahun.

b. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998: 366). Menurut Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau
kognitif).
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering di salahkan, jarang di beri pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang di
hargai dan tidak di beri kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
1. Kerusakan lobus frontal
2. Kerusakan hipotalamus
3. Kerusakan system limbic
4. Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
1. penolakan orang tua
2. harapan orang tua tidak realistis
3. orang tua yang tidak percaya pada anak
4. tekanan teman sebaya
5. kurang reward system
6. dampak penyakit kronis
c. Faktor sosial
1. Kemiskinan
2. Terisolasi dari lingkungan
3. Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
1. Tuntutan peran
2. Perubahan kultur
Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produkivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional
misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus di operasi,
kecelakaan, perkosaan atau di penjara termasuk di rawat di rumah sakit bisa
menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya dalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga
diri rendah kronik biasanya di rasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat
klien sudah memilki pikiran negatif dan meningkat saat di rawat. Dipengaruhi oleh
faktor Internal dan eksternal.

c. Tanda dan Gejala


Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut Carpenito,L.J (2003:352):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. misalnya: malu dan sedih karena rambut menjadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa,saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tau apa-apa.
4. Percaya diri kurang. Misalnya: klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Pandangan hidup yang pesimistis.
8. Tidak berani menatap lawan bicara.
9. Lebih banyak menunduk.
10. Penolakan terhadap kemampuan diri.
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (Kuku panjang dan kotor, rambut
panjang dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor).
12. Data Obyektif:
- Produktivitas menurun.
- Perilaku distruktif pada diri sendiri.
- Perilaku distruktif pada orang lain.
- Penyalahgunaan zat
- Menarik diri dari hubungan sosial
- Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
- Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
- Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

d. Patofisiologi
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan
diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan,
tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri
dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan seperti pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.

2. Maturasional
Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah:
 Bayi/Usia bermain/ Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi
atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari
orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua, ketidakmampuan
mempercayai orang terdekat.
 Usia sekolah; Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingakat atau
peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative
berulang.
 Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin,
gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam
penampilan,masalah-masalah pelajaran kehilangan orang terdekat.
 Usia sebaya; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan
penuaan.
 Lansia; Berhubungan dengan kehilangan (orang, financial, pensiun).

3. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa.

Faktor predisposisi :
e. Pathway
- Faktor biologis
Perubahan penampilan : - Faktor psikologis
- Faktor sosial
- Kehilangan bagian tubuh - Faktor kultural
- Bentuk badan berubah - Faktor precipitasi

Harapan yang tidak


sesuai dengan kenyataan

Equilibrium (keseimbangan) terganggu

Kecewa/stress

POSITIF NEGATIF

 Ada faktor yang mengimbangi  Tidak ada Faktor yang mengimbangi


 Realistis terhadap kejadian  Tidak realistis terhadap kejadian
 Dorongan situasi kuat  Dorongan situasi tidak kuat
 Mekanisme pertahanan kuat  Mekanisme pertahanan tidak kuat
 Problema terpecahakan  Problema tidak terpecahkan
 Equilibrium seimbang  Equilibrium tak seimbang
 Tidak ada krisis  Krisis
 Perasaan malu terhadap diri sendiri
Harga Diri akibat penyakit
Rendah  Percaya diri kurang
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimistis

f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999).
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti
kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut
kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi
pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan
obat.
2. Pertahanan jangka Panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Marah/amuk pada diri sendiri.

g. Sumber Koping
Sumber koping terdiri dari empat hal yaitu kemampuan individu (personal
abilities), dukungan sosial (social support), ketersediaan materi (material assets)
dan kepercayaan (positif belief) (Stuart, 2009). Menurut Stuart dan Sundeen
(1998:233), setiap individu mempunyai beberapa kelebihan personal, meskipun
individu tersebut mengalami gangguan jiwa. Kelebihan-kelebihan itu antara lain:
- Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
- Hobi dan kerajinan tangan
- Seni yang ekspresif
- Kesehatan dan perawatan diri
- Pekerjaan, lokasi atau posisi
- Bakat tertentu
- Kecerdasan
- Imajinasi dan kreativitas
- Hubungan interpersonal.

h. Penatalaksanan Harga Diri Rendah


Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara melakukan
berbagai pendekatan penanganan pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi
modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan
potensi yang dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan yang bertujuan untuk mengubaH prilaku maladaptifnya menjadi
prilaku yang adaptif.
Jenis terapi modalitas yang cocok untuk klien harga diri rendah, yaitu
diantaranya:
a. Terapi Individu
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan
pendekatanhubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien.Suatu
hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah
perilaku klien. Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien
mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan
mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara
yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tujuan penggunaan terapi individual ini adalah untuk mengubah perilaku klien
yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan menjalin hubungan
terstruktur antara perawat dengan klien. Dalam kasus klien harga diri rendah
diperlukan terapi individu karena klien sulit untuk berhubungan dengan orang lain
karena merasa dirinya tidak mampu untuk aktivitas, tugas ataupun peran. Sehingga
dengan adanya terapi individu diharapkan terapis mampu mengubah cara berfikir
klien yang maladaptife menjadi adaptif.
b. Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah
membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat.Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut.Fokus asuhan adalah
membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Tujuan terapi kognitif adalah:
 Mengembangkan pola berfikir yang rasional.
 Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan
gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan
informasi yang actual. Membiasakan diri selalu menggunakan
pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga
terhindar dari distorsi pikiran.
 Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi
dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

Dalam kasus diatas diperlukan terapi kognitif karena klien dengan harga diri
rendah mempunya cara berfikir yang negatif tentang dirinya merasa tidak mampu.
Oleh karena itu peran terapis dalam hal ini adalah Mengembangkan pola berfikir
yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan
gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional.Membentuk perilaku dengan
pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah pola
berfikir.
c. Terapi Lingkungan (Milleu Therapy)
Karena pada terapi ini dapat membantu pasien untuk mengembangkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai
orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.Dengan terapi ini
perawat mengajarkan pasien untuk membuat dan menggunakan aktifitas yang
menyenangkan.
Hal ini memberi kesempatan pada pasien untuk mengikuti bermacam-macam
kreasi dan membantu pasien untuk menerapkan keterampilan yang telah dipelajari,
misalnya membaca novel, menggambar kartun ataupun animasi. Maka dengan
mengajarkan hal tersebut pasien akan merasa akrab dengan lingkungan yang
diharapkan, pasien merasa senang/nyaman dan tidak merasa takut dengan
lingkungannya, kebutuhan fisik klien akan mudah terpenuhi. Dan pasien tidak
tampak gelisah, tidak sering melamun, tidak sering menangis lagi karena pasien
dapat berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya: klien diajak jalan-jalan ke taman,
diajak menari, bermusik membaca, melukis/ menggambar, dan sebagainya.
d. Terapi Kelompok
Karena terapi kelompok ini merupakan bentuk terapi dengan upaya perawat
yang berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, serta
mengubah perilaku maladitf klien menjadi perilaku yang adaptif.
e. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya.
f. Terapi okupasi
Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai
keterampilan motorik halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di
dalam tangan. Contoh kemampuan motorik halus:
 menulis dan menggambar
 mewarnai
 menggunting dan menempel
 mengancing baju
 mengikat tali sepatu
 melipat
g. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih
menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi
perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran
perilakuPenilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan pasien dibuat.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:
I. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa,
nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No
RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
II. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah
sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah
klien menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
III. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan
faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
dan adanya riwayat penganiayaan. Faktor Predisposisi terjadinya harga diri
rendah adalah penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
IV. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa apakah ada kekurangan
pada kondisi fisiknya. Pada klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan
darah, peningkatan frekuensi nadi.
V. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.Penelusiran genetic
yang menyebabkan/ menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang
sulit dilakukan hingga saat ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai. Pada klien harga diri rendah klien cenderung
merendahkan dirinya sendiri, perasaan tidak mampur dan rasa
bersalah terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya
dan posisinya. Klien dengan harga diri rendah klien lebih banyak
menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan
bicara.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.Pada klien
HDR tidak mampu melakukan perannya secara maksimal hal ini
ditandai dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari
individu tersebut.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien dengan harga diri rendah klien cenderung percaya diri kurang,
selalu merendahkan martabat, dan penolakan terhadap kemampuan
dirinya.
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap
dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan
martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap
kemampuan diri, dan percaya diri kurang.

3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja
yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam
kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini
orang yang mengalami harga diri rendah cenderung menarik diri dari
lingkungn sekitarnya dan klien merasa malu.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah
cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya.

VI. Status mental


1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis
klien. Pada klien dengan harga diri rendah klien kurang memperhatikan
perawatan diri, klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotor dan
lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan gigi kuning.
2. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap, sering
terhenti/bloking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering menunduk, tidak
berani menatap lawan bicara, dan merasa malu.
4. Afek dan Emosi
Klien cederung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan).
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang (tidak mau menatap
lawan bicara).
6. Proses Pikir
a. Arus fikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking (pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali).
b. Bentuk Pikir
Otistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia tau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
c. Isi fikir
- Pikiran rendah diri: selalu merasa bersalah pada dirinya dan
penolakan terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan,
menghina dirinya terhadap hal-hal yang pernah dilakukan
ataupun belum pernah dia lakukan
- Rasa bersalah: pengungkapan diri negative
- Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang
suram tentang banyak hal di dalam kehidupannya.

7. Tingkat Kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarannya composmentis, namun
ada gangguan orientasi terhadap orang lain.
8. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang
ataupun jangka pendek.
9. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran
dirinya sendiri yang merasa tidak mampu.
10. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien harga diri rendah sulit mementukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
11. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau
bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya:
menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah sekarang.

VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
VIII. Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara
dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas
konstruktif, olah raga, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif
seperti minum alkohol, merokok, reaksi lambat/berlebihan, menghindar,
mencederai diri atau lainnya.

2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Carpenito (1998), diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan/ proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara
ilmiah. Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang
sudah dibuat.
Maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi saja. Berdasarkan pohon
masalah diatas maka rumusan diagnosis sebagai berikut.
1. Harga diri rendah b.d kurangnya pengakuan dari orang lain d.d menilai diri
negatife.
2. Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan d.d
menarik diri.
3. Resiko perilaku kekerasan d.d curiga pada orang lain.

3. Rencana Tindakan Kepeawatan


Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen, yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian masalah (P). Tujuan ini dapat dicapai jika tujuan khusus yang
ditetapkan telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E).
Tujuan ini merupakan rumusan kemampuan pasien yang harus dicapai.
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan khusus. Sementara rasional adalah alasan
ilmiah mengapa tindakan diberikan. Alasan ini bisa didapatkan dari literatur, hasil
penelitian, dan pengalaman praktik. Rencana tindakan yang digunakan di tatanan
kesehatan kesehatan jiwa disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa
Indonesia. Standar keperawatan Amerika menyatakan terdapat empat macam tindakan
keperawatan, yaitu (1) asuhan mandiri, (2) kolaboratif, (3) pendidikan kesehatan, dan
(4) observasi lanjutan. Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan
keperawatan yang mandiri, serta kerja sama dengan pasien, keluarga, kelompok, dan
kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa yang lain.
Fase orientasi menggambarkan situasi pelaksanaan tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan. Fase kerja berisi
beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian lanjut, pengkajian
tambahan, penemuan masalah bersama, dan/atau penyelesaian tindakan. Fase
terminasi merupakan saat untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan, menilai
keberhasilan atau kegagalan, dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan
berikutnya.

4. Implementasi Keperawatan
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini (here and now).
Dan perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Setelah tidak
ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa diimplementasikan.
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, harus membuat kontrak
dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien
yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar
tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang
telah dilaksanakan.

5. Evalusi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau
evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, dan (2)
evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien
pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut.
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi
terhadap masalah yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.

Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut.


1. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
2. Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua tindakan
tetapi hasil belum memuaskan).
3. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada).
Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai dan perlu mempertahankan keadaan baru.
BAB III
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran Hasil Pengkajian
1. Identitas Klien
Menurut hasil pengkajian pada tanggal 14 juni 2022 didapat data-data tentang klien
yaitu nomor catatan medis 0125xxx, nama klien Tn.F umur 37 tahun, alamat
lubuklinggau, pendidikan terakhir klien SMP, status klien belum menikah, dan
klien belum memiliki pekerjaan. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 13 juni
2022 diruang Melati RSJ lubuklinggau.

2. Alasan Masuk
Alasan klien masuk RSJ, Klien mengurung diri, binggung dan mengamuk dirumah,
suka menyendiri dan akan memecahkan benda disekitarnya sebagai pelampiasan.
Nada bicara dan suara klien terdengar pelan. Ekspresi wajah klien tampak sedih,
klien terlihat lesu, lebih sering menunduk. Kontak mata klien tidak ada ketika
berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada yang
mendengarkan.

3. Faktor Prediposisi
1. Tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Ayah klien mengatakan ini baru pertama kali klien mengalami gangguan
jiwa.
2. Trauma
a. Aniaya fisik
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalami aniaya fisik dan
tidak pernah melakukan aniaya fisik terhadap orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Aniaya seksual
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalami aniaya seksual dan
tidak pernah melakukan aniya seksual terhadap orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
c. Penolakan
Berdasarkan kasus klien pernah mengalami penolakan yaitu di
tinggal orang yang dicinta (pacar). klien di tinggal pacarnya karena
calon mertua klien tidak merestui hubungan klien karena klien
belum mapan.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
d. Kekerasan dalam rumah tangga
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalamai kekerasan dalam
rumah tangga.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
e. Tindakan kriminal
Berdasarkan kasus klien tidak pernah mengalami Tindakan criminal
dan tidak pernah terlibat dalam masalah kriminal apapun.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

4. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital sign :
 TD : 130/90 mmHg
 N : 92x/menit
 S : 36,8°c
 RR : 22x/menit
 TB : 165 cm
 BB : 65 kg

Keluhan fisik : klien mengatakan tidak begitu suka dengan bentuk tubuhnya yang
pendek dan warna kulitnya yang hitam karena hal tersebut klien merasa malu
untuk berinteraksi dengan orang lain. Nada bicara dan suara klien terdengar pelan.

5. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :

: laki-laki : keluarga yang meninggal

: perempuan : klien : tinggal serumah

Penjelasan : klien merupakan anak tunggal dari kedua orang tuanya dan
klien masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Sebelumnya klien tidak
pernah di rawat di RS Jiwa serta tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti klien.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Tidak ada yang cacat
b. Identitas diri : klien merupakan anak tunggal dari kedua orang
tuanya, klien lulusan SMP dan sekarang tidak memiliki pekerjaan.
c. Peran : klien berperan sebagai anak dan tinggal bersama
kedua orang tuanya.
d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh
e. Harga diri : klien merasa tidak berguna dan malu hidup dalam
kemiskinan. Klien merasa dirinya tidak dihargai. Klien menunjukan
sikap perasaan tidak percaya dengan orang lain atau curiga.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien tidak
mengikut kegiatan apapun
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Nada bicara dan
suara klien terdengar pelan, kontak mata klien tidak ada ketika
berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada
yang mendengarkan dan klien menunjukan sikap perasaan tidak
percaya dengan orang lain atau curiga.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial.

4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Tn. F beragama islam
b. Kegiatan ibadah: (di rumah & di RS) : Tn. F terlihat jarang
menjalankan sholat 5 waktu tetapi Tn. F mengetahui bahwa sholat ada
5 waktu, klien bisa membaca Al-Quran.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

6. Status mental
1. Penampilan
Berdasarkan kasus klien tampak rapi dan bersih.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Berdasarkan kasus klien bicara lambat, Nada bicara dan suara klien
terdengar pelan.
Masalah keperawatan : isolasi sosial
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu, lebih sering menunduk. Kontak mata klien tidak ada
ketika berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada
yang mendengarkan dan klien menunjukan sikap perasaan tidak percaya
dengan orang lain atau curiga.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
4. Alam perasaan
Klien merasa putus asak area calon mertua klien tidak merestui hubungan
klien yang di karenakan klien belum mapan.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
5. Afek
Afek klien datar, Kontak mata klien tidak ada ketika berinteraksi.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata klien tidak ada ketika berinteraksi, klien cenderung menoleh
kesamping karena takut ada yang mendengarkan dan klien menunjukan
sikap perasaan tidak percaya dengan orang lain atau curiga.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial.
7. Persepsi
Tidak ada masalah persepsi halusinasi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
8. Proses pikir
Tidak ada masalah proses pikir.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Tidak ada gangguan isi pikir dan waham pada klien.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
10. Tingkat kesadaran
Tidak ada masalah dengan tingkat kesadaran, orientasi waktu, tempat dan
orang jelas.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Tidak ada masalah dengan memori ingatan klien.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tidak ada gangguan dengan tingkat konsentrasi dan berhitung pada klien.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak memiliki gangguan penilaian.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
14. Daya tilik diri
Klien menyadari keadaannya dan alasan ia dibawa ke RSJ.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

7. Kebutuhan persiapan pulang


1) Makan
Klien mampu untuk melakukan makan dan minum sendiri dengan porsi
makan seperti biasanya 3x sehari.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
2) BAB/BAK
Klien mampu melakukan BAB/BAK dan membersihkan sendiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3) Mandi
Klien mampu mandi, menyikat gigi, cuci rambut sendiri dan klien mampu
mengatasi bau badan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
4) Berpakaian/berhias
Klien mampu mengambil dan mengenakan pakaian sendiri, klien
mengganti pakaian 2x sehari.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
5) Istirahat dan tidur
Klien tidur siang selama 30 menit dan tidur malam 6-7 jam sebelum tidur
klien selalu menyikat gigi dan mencuci muka.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
6) Penggunaan obat
Klien tidak mengkonsumsi obat-obatan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
7) Pemeliharaan kesehatan
Saat klien diperbolehkan pulang maka perawatan lanjutan yang diperlukan
klien adalah meminum obat dengan waktu dan dosis yang telah ditentukan,
Untuk sistem pendukung keluarga harus tetap memberikan dukungan
kepada klien dan tetap menerapkan pola asuh mengayomi (saling
menghargai)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8) Aktifitas didalam rumah
Saat klien sudah diperbolehkan pulang kerumah diharapkan klien mampu
mempersiapkan makanan, mencuci pakaian serta menjaga kerapian rumah
sendiri dan dapat mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
9) Aktifitas diluar rumah
Saat klien diperbolehkan pulang kerumah klien mampu belanja untuk
keperluan sehari-hari menggunakan transportasi umum maupun pribadi
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

8. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang dilakukan klien saat ada masalah lebih banyak diam dan
menyendiri dan akan memecahkan benda disekitarnya sebagai pelampiasan serta
mengurung diri, dan mengamuk dirumah.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya klien dengan harga diri rendah : merasa dirinya tidak dihargai oleh
tetangga karena sering dicela akibat miskin, klien hanya lulusan SMP yang
membuat klien sulit mendapatkan pekerjaan, klien merasa tidak berguna dan malu
hidup dalam kemiskinan.
Masalah keperawatan : harga diri rendah

10. Pengetahuan
Klien mengetahui tentang penyakitnya, dan penyebab klien masuk rumah sakit
jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

11. Aspek medik


Diagnosa medik : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
Terapi medik :
- (2x1), Triheksipenidil 1 mg/12 jam/oral
- (2x1), Resperidone 1 mg/12 jam/oral
- (2x1), Clozapine 1 mg/12 jam/oral

12. Data Fokus


Tabel 3.1 Data Fokus
Data Subyektif Data Objektif
1. Klien mengatakan merasa dirinya 1. Klien tampak lebih suka
tidak berguna dan malu hidup menyendiri
dalam kemiskinan 2. Klien tampak lebih sering diam
2. Klien mengatakan dirinya tidak 3. Nada bicara dan suara klien
dihargai oleh tetangga terdengar pelan
3. Klien mengatakan sering dicela 4. Ekspresi wajah klien tampak sedih
akibat miskin 5. Klien terlihat lesu dan lebih sering
4. Klien mengatakan saat ada menunduk
masalah lebih banyak diam dan 6. Kontak mata klien tidak ada Ketika
menyendiri dan akan memecahkan berinteraksi
benda disekitar sebagai 7. Klien tampak cenderung menoleh
pelampiasan kesamping karena takut ada yang
5. Klien mengatakan tidak begitu mendengarkan
suka dengan bentuk tubuhnya yang 8. Klien menunjukan sikap tidak
pendek dan warna kulitnya yang percaya dengan orang lain, curiga
hitam
13. Analisa data
Tabel 3.2 Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
1. Ds : Harga Diri Rendah
- Pasien mengatakan merasa tidak
berguna dan malu hidup dalam
kemiskinan
- Pasien mengatakan merasa dirinya
tidak dihargai oleh tetangga karena
sering dicela akibat miskin
Do :
- Pasien menunjukan sikap perasaan
tidak percaya dengan orang lain
- Kontak mata pasien tidak ada ketika
berinteraksi

2. Ds : Isolasi Sosial
- Pasien mengatakan tidak begitu suka
dengan bentuk tubuhnya yang pendek
dan warna kulitnya yang hitam karena
hal tersebut pasien merasa malu untuk
berinteraksi dengan orang lain
Do :
- Pasien lebih suka menyendiri
- Pasien lebih sering diam
- Kontak mata pasien tidak ada Ketika
berinteraksi
3. Ds : Resiko perilaku
- Pasien mengatakan saat ada masalah kekerasan
lebih sering diam dan menyendiri dan
akan memecahkan benda disekitarnya
sebagai pelampiasan
Do :
- Pasien tampak sedih, terlihat lesu,
lebih sering menunduk.
- Pasien menunjukan sikap perasaan
tidak percaya dengan orang lain atau
curiga

14. Daftar masalah keperawatan


1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
15. Pohon masalah
Effect Isolasi sosial

core Harga diri rendah

cause Resiko perilaku kekerasan

B. Gambaran Hasil Diagnosis Keperawatan


Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan prioritas
yang muncul adalah gangguan konsep diri : harga diri rendah. Selain itu, diagnosa
keperawatan yang muncul isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan d.d menarik diri. Dan diagnose yang juga dapat ditegakkan adalah resiko
perilaku kekerasan d.d curiga pada orang lain.

C. Gambaran Hasil Intervensi


Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan Intervensi
Tujuan Kriteria hasil
TUM: Klien dapat Setelah 1 kali interaksi - Sapa klien dengan
meningkatkan harga klien menunjukkan : ramah baik verbal
dirinya. - eskpresi wajah maupun non verbal.
bersahabat - Perkenalkan diri
TUK 1: Klien mampu - menunjukkan rasa dengan sopan.
membina hubungan saling senang - Tanyakan nama
percaya. - ada kontak mata, lengkap dan nama
mau berjabat panggilan yang disukai
tangan klien.
- mengutarakan - Jelaskan tujuan
masalah yang pertemuan.
dihadapi. - Jujur dan menepati
janji.
- Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
- Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : Klien dapat Setelah 1 kali interaksi 1. Diskusikan dengan
mengidentifikasi aspek klien dapat menyebutkan: klien tentang:
positif dan kemampuan - Aspek positif dan - Aspek positif yang
yang dimiliki. kemampuan yang dimiliki klien,
dimiliki klien. keluarga, lingkungan.
- Aspek positif - Kemampuan yang
keluarga. dimiliki klien.
- Aspek positif
lingkungan klien. 2. Bersama klien buat
daftar tentang :
- Aspek positif klien,
keluarga, lingkungan.
- Kemampuan yang
dimiliki klien.
3. Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negative.
TUK 3 : Klien dapat menilai Setelah 1 kali interaksi 1. Diskusikan dengan
kemampuan yang dimiliki klien menyebutkan klien kemampuan yang
untuk dilaksanakan. kemampuan yang dapat dapat dilaksanakan.
dilaksanakan 2. Diskusikan
kemampuan yang dapat
dilanjutkan
pelaksanaannya
TUK 4 : Klien dapat Setelah 1 kali interaksi 1. Rencanakan bersama
merencanakan kegiatan klien membuat rencana klien aktivitas yang
sesuai dengan kemampuan kegiatan harian. dapat dilakukan setiap
yang dimiliki. hari sesuai kemampuan
klien:
- kegiatan mandiri.
- kegiatan dengan
bantuan.
2. Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien
lakukan.
TUK 5 : Klien dapat Setelah 1 kali interaksi 1. Anjurkan klien untuk
melakukan kegiatan sesuai klien melakukan kegiatan melaksanakan kegiatan
rencana yang dibuat. sesuai jadwal yang dibuat. yang telah
direncanakan.
2. Pantau kegiatan yang
dilaksanakan klien.
3. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien.
4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
TUK 6 : Klien dapat Setelah 1 kali interaksi 1. Beri pendidikan
memanfaatkan sistem klien memanfaatkan sistem kesehatan pada
pendukung yang ada. pendukung yang ada di keluarga tentang cara
keluarga. merawat klien dengan
harga diri rendah.
2. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien di rawat.
3. Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah.

D. Gambaran Hasil Implementasi


Table 3.4 Implementasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi Paraf
Keperawatan
Gangguan Bina hubungan saling percaya dengan : Rahmah
Konsep diri : - Menyapa klien dengan ramah dona
Harga diri rendah - Memperkenalkan diri dengan sopan
- Menanyakan nama lengkap serta alamat klien
Selasa - Menunjukan sikap empati, jujur dan menempati
14/06/2022 janji
10.00-10.20 - Menanyakan masalah yang dihadapi
Gangguan Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang Rahmah
konsep diri : dimiliki dengan : dona
Harga diri rendah - Membantu mengidentifikasi dengan aspek yang
positif
Rabu - Mendorong agar berpenilaian positif
15/06/2022 - Membantu mengungkapkan perasaannya
10.00-10.20
Gangguan Mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilaksanakan Rahmah
konsep diri : oleh klien : dona
Harga diri rendah - Merencanakan bersama klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Kamis klien
16/06/2022 - Meningkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
10.00-10.20
Gangguan Memotivasi dan mengikuti sertakan klien untuk Rahmah
konsep diri : mengikuti kegiatan bermain guna mengasah kemampuan dona
Harga diri rendah diri

Jumat
17/06/2022
10.00-10.20
Gangguan - Menganjurkan klien untuk melaksanakan Rahmah
konsep diri : kegiatan yang telah direncanakan dona
Harga diri rendah - Memantau kegiatan yang dilaksanakan klien
- Memberi pujian atas usaha yang dilakukan klien
Sabtu
18/06/2022
10.00-10.20
Gangguan - Berikan Pendidikan Kesehatan pada keluarga Rahmah
konsep diri : tentang cara merawat pasien dengan harga diri dona
Harga diri rendah rendah
Minggu - Bantu keluarga untuk menyiapkan lingkungan
19/06/2022 rumah
10.00-10.20

E. Gambaran Hasil Evaluasi


Table 3.5 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi Keperawatan Paraf
keperawatan
Gangguan konsep S : Klien menjawab salam dan menyebutkan nama serta Rahmah
diri : harga diri alamat dona
rendah O:
 Klien mau berjabat tangan
Selasa  Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
14/06/2022  Klien mau mengutarakan masalahnya
10.00-10.20 A : SP 1 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 2 adakan kontrak waktu pertemuan
berikutnya.
Pk : Anjurkan klien untuk dapat menyapa perawat jika
bertemu dan percaya jika perawat akan membantu
masalah yang dihadapi.
Gangguan konsep S : Klien mengatakan cara penilaian positif tidak boleh Rahmah
diri : harga diri curiga terhadap orang lain, tidak boleh berfikir jelek dona
rendah terhadap orang lain.
O : Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Rabu A : SP 2 teratasi
15/06/2022 P:
10.00-10.20 - Anjurkan klien untuk mempertahankan hubungan
saling percaya berinteraksi secara terarah.
- Lanjutkan TUK 3
Gangguan konsep S : klien mengatakan akan giat beraktivitas, klien Rahmah
diri : harga diri mengatakan ia mampu berkerja. dona
rendah O : klien terlihat antusias, kooperatif, pasien mampu
mengidentifikasi kemampuannya.
Kamis A : SP 3 teratasi, klien dapat membuat rencana kegiatan
16/06/2022 harian
10.00-10.20 P:
- Lanjutkan TUK 4
- Melakukan aktivitas sesuai rencana
Gangguan konsep S : klien mengatakan senang mengikuti permainan Rahmah
diri : harga diri karena bisa beraktivitasi dona
rendah O : klien terlihat antusias, pasien mengikuti kegiatan
bermain dengan baik
Jumat A : SP 4 teratasi, pasien mengikuti kegiatan bermain
17/06/2022 P : Lanjutkan TUK 5
10.00-10.20
Gangguan konsep S : klien mengatakan senang bisa beraktivitas dari pada Rahmah
diri : harga diri bermalas-malasan dan tidur-tiduran dona
rendah O : klien terlihat merapikan meja tempat makan, pasien
terlihat mengambil, merapikan serta membagikan
Sabtu minuman digelas untuk minum obat sebelum makan
18/06/2022 A : SP 4 teratasi, pasien melakukan kegiatan sesuai
10.00-10.20 jadwal.
P:
- Lanjutkan TUK 6
- Mempertahankan kegiatan yang telah direncanakan
Gangguan konsep S : keluarga klien mengatakan akan mengajak pasien Rahmah
diri : harga diri bersosialisasi dengan warga dan tetangga sekitar, akan dona
rendah mengajak pasien untuk beribadah sholat, akan mengajak
beraktivitas, akan rajin kontrol dan mengingatkan pasien
Minggu untuk teratur minum obat, akan mendukung kegiatan
19/06/2022 positif untuk klien.
10.00-10.20 O : keluarga pasien kooperatif, kontak mata cukup
A : SP 6 teratasi, klien memanfaatkan system pendukung
yang ada dikeluarga
P : Diskusikan dengan klien kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Kasus Berdasarkan Teori dan Hasil Penelitian
Harga diri yang rendah terkait dengan masalah emosional, penyalahgunaan zat, dan
gangguan makan. Meskipun harga diri dianggap sebagai bagian kepribadian yang sangat
penting, tetapi dapat juga berfluktuasi tergantung pada kegagalan atau pencapaian yang
dialami, dan harga diri juga berhubungan dengan bagian penting dalam kehidupan
seseorang, seperti olahraga dan melakukan kegiatan diwaktu luang (Henriksen et al., 2017;
Stenseng & Dalskau, 2010).
Hasil pengkajian pasien mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga
diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri menyebabkan kehilangan rasa
percaya diri, pesimis, dan tidak berharga di kehidupan. Harga Diri yang tinggi dikaitkan
dengan anxiety yang rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap
dirinya, sedangkan masalah keperawatan yang dapat menyebabkan harga diri rendah,
sehingga harga diri rendah dikaitkan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan
berisiko terjadinya depresi dan skizofrenia, sehingga perasaan negatif mendasari hilangnya
kepercayaan diri dan harga diri individu dan gangguan harga diri (Muhith, 2016).
Townsend (2014) berpendapat bahwa orang dengan skizofrenia dapat mempunyai
kepercayaan yang negative terhadap diri sendiri, dunia, dan orang lain, seperti mengatakan
bahwa dirinya rentan dan tidak berguna serta orang lain tidak dapat dipercaya. Hal ini dapat
mengindikasikan orang dengan skizofrenia memiliki harga diri yang rendah dan jika
berlangsung lama maka akan menjadi harga diri rendah kronik (HDRK).
Sebagian besar pasien dengan gangguan harga diri rendah memiliki tanda dan gejala
yaitu diantaranya mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang
pesimis, mengalami penurunan produktifitas, dan penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain itu, harga diri rendah dapat dilihat dari penampilan individu tersebut ialah tampak
tidak memerhatikan penampilan diri, cara berpakaian yang tidak rapi, selera makan yang
kurang, tidak ada keberanian untuk menatap lawan bicara, dominan menunduk, serta bicara
yang lambat dengan nada yang kecil (Muhith, 2015).
Hasil pengkajian pada pasien didapatkan pasien mengurung diri, binggung dan
mengamuk dirumah, merasa tidak berguna dan malu hidup dalam kemiskinan, merasa
dirinya tidak dihargai oleh tetangga karena sering dicela perasaan tidak mampu, lebih suka
menyendiri, dan akan memecahkan benda disekitarnya sebagai pelampiasan , nada bicara
dan suara terdengar pelan, ekspresi wajah tampak sedih, terlihat lesu, lebih sering
menunduk, kontak mata tidak ada ketika berinteraksi, cenderung menoleh kesamping
karena takut ada yang mendengarkan dan menunjukan sikap perasaan tidak percaya dengan
orang lain atau curiga, serta menarik diri dari lingkungannya. Hal tersebut berkaitan dengan
gangguan konsep diri. Seseorang yang memiliki harga diri rendah, ia tidak menyadari
bahwa dirinya ialah makhluk yang sempurna, berguna serta memiliki aspek-aspek positif
yang mungkin tidak semua orang memilikinya.
Setelah dilakukan pengkajian maka masalah keperawatan yang ditemukan antara lain
harga diri rendah, isolasi sosial, dan resiko perilaku kekerasan. Diagnosis yang lazim
muncul pada kasus gangguan konsep diri adalah Isolasi sosial: menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah, risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah,
gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga inefektif,
gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan penampilan
peran. Dari pengkajian sesuai dengan data objektif diatas memiliki kesamaan seperti teori
Mukhripah (2012), tentang tanda gejala harga diri rendah kronis yaitu: mengkritik diri
sendiri dan orang lain, gagguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, perasaan
negatif tentang dirinya sendiri, menarik diri secara sosial, dan pandangan hidup yang
pesimis.
Diagnosis utama pada pasien dengan gangguan konsep diri adalah harga diri rendah.
harga diri rendah, dapat diartikan dengan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri (Yosep, 2009). Dengan tanda gejala diantaranya mengkritik diri sendiri
dan orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, dan menarik diri
secara sosial (Stuart dalam Mukhripah, 2012).
Dukungan hendaknya sangat diperlukan bagi individu yang mengalami gangguan
skizofrenia untuk dapat pulih. Dukungan tersebut berupa kesadaran dari keluarga pasien
untuk terus memotivasi pasien ke arah kesembuhan dengan melakukan pengobatan secara
rutin. Selain itu individu yang mengalami skizofrenia harus terus dilatih untuk membentuk
kesadaran dalam dirinya untuk mencapai pemulihan. Namun kenyataannya tak jarang
terjadi pemisahan terhadap diri pasien yang mengalami skizofrenia, dimana pasien dengan
gangguan ini dianggap sebagai orang yang berbahaya serta mengancam bagi
lingkungannya.
Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk gangguan konsep diri:
harga diri rendah ini intervensi yang ditetapkan adalah dengan SP1P (Strategi Pelaksanaan
1 Pasien) yaitu dengan BHSP (bina hubungan saling percaya) yang bertujuan untuk saling
mengenal dan saling percaya antara klien dengan perawat, identifikasi kemampuan dan
aspek positif yang bertujuan supaya klien mengetahui aspek-aspek positif yang dimiliki
klien, nilai kemampuan yang dimiliki yang bertujuan klien dapat mengungkapkan kegiatan
yang baik dan yang buruk, pilih kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki yang bertujuan
klien mampu merencanakan kegiatan apa saja yang dilakukan, latih pasien melakukan
kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan
dan mau beraktivitas, serta anjurkan klien dalam memasukkan dan melakukan jadwal
kegiatan harian yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi yang terjadi
pada klien.
Selain itu intervensi latihan kemampuan positif yang ditahap awal dapat dilakukan
dengan cara mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki pasien. kemampuan positif
merupakan suatu kemampuan atau aspek positif yang dimiliki setiap individu untuk
mengidentifikasi kemampuan yang ada pada diri sendiri, sehingga klien dapat memilih
kegiatan sesuai kemampuannya sendiri (Farida & Hartono, 2010). Tujuan tindakan tersebut
untuk pasien yaitu diantaranya : klien mampu membina hubungan saling percaya dengan
orang lain, mampu mengenal masalah harga diri rendah (penyebab, tanda dan gejala, serta
akibat dari pikiran negative terhadap diri), mampu mengidentifikasi kemampuan atau
aspek positif lainnya yang dimiliki klien, mampu melatih kemampuan yang pasien miliki
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Wuryaningsih, Windarwati, Dewi, &
dkk, 2020).
Pelaksanaan disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya dan
disesuaikan dengan program terapi yang telah dilakukan oleh pihak rumah sakit dengan
masalah gangguan konsep diri: harga diri. Penanganan pasien skizofrenia meliputi tiga
aspek, yakni biologi, psikologi, dan sosial (bio-psiko-sos). Penanganan secara biologi
meliputi pemberian obat dan Electrocardio Therapy (ECT), sedangkan secara psikologis
dengan pemberian psikoterapi. Macam pemberian psikoterapi pada pasien Skizofrenia
yaitu terapi individu, terapi kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga pada klien
yang dirawat di lingkungan rawat inap maupun lingkungan masyarakat (Vedebeck,2008).
Berbagai model penanganan pasien skizofrenia telah dilakukan oleh para praktisi
dalam rangka membantu pasien keluar dari permasalahannya. Model-model tersebut
bervariasi antar profesi kesehatan seperti perawat, psikiater, psikolog, sosial worker yang
sering bekerja untuk membantu pasien gangguan jiwa. Beberapa model yang diterapkan
antara lain: psikoanalitik model, interpersonal, sosial, eksistensial, suportif dan medical
model (Stuart dan Laraia, 1998). Terapi kognitif (CT), terapi perilaku (BT), logoterapi,
terapi realita dan psikoedukasi keluarga (Videbeck,2008), kognitif behavioral therapy
(CBT), edukasi terapi, thought stopping, bibliotherapy dan terapi musik (Boyd & Nihart,
1998), terapi asertif, time outs, dan token economy (Stuart & Laraia, 2005), terapi Milieu
(Townsend, 2005).
Kognitif behavioral therapy (CBT) membantu individu untuk berkembang dengan
meningkatkan keterampilan dalam mekanisme koping menurunkan kecemasan dan
meningkatkan hargadiri (Wheeler, 2008). Penanganan pasien dengan menggunakan
psikofarmakologi membantu mengontrol gejala psikotik akan tetapi tidak membantu
meningkatkan kemampuan koping pasien yang bersangkutan (Evidence- Bsed Nursing and
Midwifery, 1999).

B. Implikasi Keperawatan
Proses keperawatan jiwa yang dapat dilakukan dengan bersamaan dengan strategi
pelaksanaan salah satunya ialah dengan latihan kemampuan positif. Latihan kemampuan
positif merupakan suatu latihan untuk menggali kemampuan atau aspek-aspek positif yang
dimiliki oleh masing-masing individu dimulai dengan mengidentifikasi kemampuan yang
ada pada diri sendiri, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Supriyono, 2016)
dengan 6 kali pertemuan didapatkan hasil klien dapat membina hubungan saling percaya,
klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat, serta klien dapat
melakukan perawatan diri secara mandiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan serupa
oleh (Rochman, 2019) didapatkan hasil pasien mampu melakukan kegiatan positif yang
diharapkan, sehingga pemberian latihan kemampuan postitif efektif dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan positif yang masih dimiliki oleh pasien.
Seseorang yang memiliki harga diri rendah, ia tidak menyadari bahwa dirinya ialah
makhluk yang sempurna, berguna serta memiliki aspek-aspek positif yang mungkin tidak
semua orang memilikinya. Oleh karena itu, pasien diberikan intervensi latihan
kemampuan positif yang ditahap awal dilakukan dengan cara mengidentifikasi aspek
positif yang dimiliki pasien. kemampuan positif merupakan suatu kemampuan atau aspek
positif yang dimiliki setiap individu untuk mengidentifikasi kemampuan yang ada pada diri
sendiri, sehingga klien dapat memilih kegiatan sesuai kemampuannya sendiri (Farida &
Hartono, 2010).
Selain itu untuk meningkatkan harga diri yaitu terapi yang mengusung restruksi
kognitif yaitu Cognitive Behaviour Therapy (CBT), CBT dianggap efektif dalam
mengubah harga diri (Emler et.al.dalam Sarandria, 2012). Hal ini selaras dengan
penelitian Hapsari et. al. (2015) yang menyatakan bahwa cognitive behavior
therapy bertujuan untuk memecahkan masalah tentang disfungsional emosi, perilaku
dan kognitif melalui prosedur yang berorientasi pada tujuan dan mengubah status pikiran
dan perasaan, individu dapat mengubah perilakunya dari negatif menjadi
positif. Intervensi yang diberikan ini fokus pada identifikasi belief (keyakinan) yang
disfungsional dan mengubahnya menjadi belief yang lebih realistis.
Implikasi klinis dari cognitive behaviour therapy (CBT) dapat digunakan
sebagai terapi efektif dengan berbagai situasi pada kasus harga diri rendah melalui
penekanan retrukturisasi kognitif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengkajian berlangsung pasti terdapat faktor penghambat, dan faktor
pendukung. Penulis mendapat kesulitan dalam faktor penghambat yaitu, nada bicara dan
suara klien terdengar pelan, lebih sering menunduk, kontak mata klien tidak ada ketika
berinteraksi, klien cenderung menoleh kesamping karena takut ada yang mendengarkan
dan menunjukan sikap perasaan tidak percaya dengan orang lain atau curiga. Dan penulis
menemukan solusi yaitu selalu membina hubungan saling percaya secara terus menerus
dan katakan kepada klien bahwa kita mampu membantu klien mengurangi masalah yang
dihadapi, selalu menggunakan komunikasi terapeutik. Faktor pendukungnya yaitu keluarga
klien menerapkan pola asuh yang ada dalam keluarga adalah mengayomi (saling
menghargai), klien mampu memberi rasa percaya kepada perawat dan kooperatif dengan
perawat.
Diagnosa keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Dari pengkajian
sesuai dengan data objektif diatas memiliki kesamaan seperti tentang tanda gejala harga
diri rendah kronis yaitu: mengkritik diri sendiri dan orang lain, gagguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, perasaan negatif tentang dirinya sendiri, menarik diri
secara sosial, dan pandangan hidup yang pesimis.
Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk gangguan konsep diri:
harga diri rendah ini intervensi yang ditetapkan dengan BHSP (bina hubungan saling
percaya) dan latihan kemampuan positif yang bertujuan untuk saling mengenal dan saling
percaya antara klien dengan perawat, identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
bertujuan supaya klien mengetahui aspek-aspek positif yang dimiliki klien, nilai
kemampuan yang dimiliki yang bertujuan klien dapat mengungkapkan kegiatan yang baik
dan yang buruk, pilih kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki yang bertujuan klien
mampu merencanakan kegiatan apa saja yang dilakukan, latih pasien melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan kemampuan yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan dan mau
beraktivitas, serta anjurkan klien dalam memasukkan dan melakukan jadwal kegiatan
harian yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi yang terjadi pada
klien.
Implementasi keperawatan yang diberikan pada klien dan keluarga dapat dilakukan
sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun berdasarakan teoritis, yaitu
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan, membantu
klien memilih /menetapkan kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan,
melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai dengan kemampuan dan membantu klien dalam
merencanakan kegiatan sesuai kemampuan dan menyusun rencana kegiatan.
Evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien menunjukkan bahwa
asuhan keperawatan yang diberikan telah memberikan dampak positif pada klien. Ditandai
dengan :
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
d. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
e. Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan dalam perawatan klien dengan harga diri rendah mahasiswa dapat
mengajarkan kegiatan yang klien dapat lakukan agar dapat menggali kemampuan-
kemampuan klien, mengutamakan kebutuhan yang klien butuhkan dalam melakukan
asuhan keperawatan dan dapat meningkatkan harga diri klien saat berada
dilingkungannya, mahasiswa dapat lebih giat untuk berkomunikasi menggunakan
komunikasi terapeutik kepada klien karena komunikasi terapeutik adalah komunikasi
antara perawat dengan klien yang telah direncanakan yang mempunyai tujuan serta
kegiatan yang dipusatkan untuk kesembuhan klien. Keberhasilanya dengan adanya
umpan balik antara perawat dengan klien. Selalu melakukan atau membina hubungan
saling percaya terlebih dahulu antara klein. Selalu memberikan reinforcement positif
kepada klien agar klien dapat meningkatkan harga dirinya.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Demi tercapainya Laporan Studi Kasus Komprehensif Sebagai laporan akhir,
diharapkan adanya dukungan oleh banyaknya literatur. Demi kelancaran proses
pembuatan Karya Tulis tersebut pada pihak perpustakaan diharapkan untuk menambah
jumlah literatur pada bidang keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan jiwa.
Dengan dibuatnya Karya Tulis ini diharapkan pembaca mendapatkan ilmu khususnya
pada asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai