Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

M DENGAN MASALAH GANGGUAN


KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SIAK RSJ TAMPAN
KOTA PEKANBARU

Dosen Pembimbing :
Veny Elita, SKp, MN (MH)

Pembimbing Lapangan :
Ns. Fatimah, S.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Septi Akhwi Fanni, S.Kep Annisa Fatma Zafasia, S.Kep


Agustina Anggraini, S.Kep Annisa Sri Sakinah, S.Kep
Amalia Sari, S.Kep Atika Ulfa Safitri, S.Kep
Amanda Eflin Pradana, S.Kep Aula Rahmawati, S.Kep
Anisa Anidia, S.Kep Ayu Lestari, S.Kep
Anita Fitriyanti Simanjuntak, S.Kep

PROGRAM PENDIDIKAN POFESI NERS A 2021


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai masalah kesehatan sering bermunculan karena kondisi kesehatan mental


dan pikiran yang tidak terkendali. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis,
psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus ebrtambah yang berdampak pada penurunan produktivitias manusia untuk
jangka panjang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah
penduduk gangguan jiwa yang cukup besar. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (2021), didapatkan bahwa masalah kesehatan jiwa telah menjadi
masalah kesehatan yang belum terselesaikan di tengah-tengah masyarakat, baik di tingkat
global maupun nasional. Terlebih di masa pandemi COVID-19, permasalahan kesehatan
jiwa akan semakin berat untuk diselesaikan. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO), memperkirakan 450 juta orang mengalami gangguan mental,
sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu dimasa hidupnya
(Zainuddin & Hashari, 2019). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan
lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental
emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami
depresi.
Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru termasuk kota dengan angka gangguan
jiwa yang cukup tinggi. Jumlah kunjungan gangguan jiwa di Provinsi Riau baik pada
tahun 2017 maupun 2018 sebanyak 82% melakukan kunjungan di RS dan meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di Kota Pekanbaru, sebanyak 95.604 orang
pasien gangguan jiwa melakukan rawat jalan pada tahun 2018. Tahun 2020 angka
kunjungan di RSJ Tampan sampai dengan November 2022 adalah 14.589 orang.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
Dr.Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah kesehatan jiwa di Indonesia terkait
dengan masalah tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa. Untuk saat ini
Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk,
artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah
gangguan jiwa. Gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan seseorang.
Aktivitas penderita, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga
jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi dan psikosis. Salah satu dampak dari
gangguan jiwa di atas adalah dapat terganggunya konsep diri yaitu harga diri rendah
(keliat, 1998).
Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal mencapai
keinginan. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri
menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pesimis dan tidak berharga di kehidupan.
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang
lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat
apabila dicintai, dihargai dan dibanggakan. Harga diri rendah melibatkan evaluasi diri
yang negatif dan berhubungan dengan perasaan lemah, tidak berdaya, putus asa,
ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga dan tidak memadai (stuart, 2016).
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih
dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah maka akan
berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung
menyendiri dan menarik diri (Prabowo, 2014). Harga diri rendah adalah evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri disertai kurangnya perawatan diri tidak berani
menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara lemah
(Meryana, 2017).
Individu yang memiliki perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan harga diri
rendah yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
sendiri merupakan gambaran seseorang yang memiliki harga diri rendah. Jika kita
mengurangi masalah harga diri rendah, maka akan banyak masalah psikologis yang
berkurang atau hilang sama sekali. Harga diri merupakan komponen penting dari
kesehatan psikologis. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang
rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan (Pardede, 2020).
Harga diri rendah yang dialami seseorang selama lebih dari 3 bulan merupakan
harga diri rendah situasional. Sedangkan, jika harga diri rendah yang dialami seseorang
lebih dari 6 bulan merupakan harga diri rendah kronik yang harus segera ditindak lanjuti.
Dampak dari seseorang yang memiliki harga diri rendah akan beresiko menarik diri dari
lingkungan sosial. Halusinasi, risiko perilaku kekerasan bahkan percobaan bunuh diri
merupakan dampak dari harga diri rendah (Meryana, 2017).
Menurut studi awal yang ditemukan pada rekapan data jumlah pasien di ruangan
Siak RSJ Tampan Kota Pekanbaru, pada bulan januari terdapat 4 dari 27 (14%)
diantaranya harga diri rendah sehingga menjadi masalah psikososial terbanyak nomor 2
setelah kasus RPK dan RBD. Selanjutnya pada bulan februari hingga april didapatkan
bahwa masalah psikososial harga diri rendah berada pada urutan nomor 4 tertinggi
setelah kasus RPK dan RBD. Survey yang dilakukan diruang Siak didapatkan jumlah
data pasien rawat inap sebanyak 13 orang dengan masalah halusinasi, harga diri rendah
kronik, waham, defisit perawatan diri, risiko perilaku kekerasan, dan resiko bunuh diri.
Permasalahan harga diri rendah harus segera ditindak lanjuti agar masalah-masalah
psikologis lainnya dapat berkurang dan hilang. Subjek dalam pemberian asuhan
keperawatan berjumlah 1 orang dengan masalah harga diri rendah. Penyebab Ny. M
dijadikan subjek karena pasien masih merasa bersalah dengan orang tuanya, merasa
belum bisa membahagiakan orang tuanya, dan merasa gagal menjadi anak yang baik.
Berdasarkan tersebut penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Ny.M Dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Ruang Siak Rsj
Tampan Kota Pekanbaru”.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah, mahasiswa/I diharapkan :

a. Mampu melakukan pengkajian dan analisa data pada klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah,
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien,
c. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada klien,
d. Mampu melakukan implementasi pada klien,
e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien, dan
f. Mampu melakukan pendokumentasian pada klien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.

C. Manfaat

1. Pasien
Diharapkan tindakan yang telah di ajarkan ke pasien dapat meningkatkan harga diri
klien sehingga mencegah terjadinya gangguan jiwa lainnya.
2. Keluarga Pasien
Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan moral, emosional dan spiritual
serta membantu dalam menerapkan asuhan keperawatan jiwa kepada pasien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk menjadi acuan dalam dalam melakukan
kegiatan kemahasiswaan dalam bidang keperawatan jiwa.
4. Rumah Sakit Jiwa Tampan
Diharapkan dapat menjadi acuan dalam menangani atau dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah di RSJ Tampan.

Anda mungkin juga menyukai