Anda di halaman 1dari 9

SOCIOCULTURAL CONTEXT OF PSYCHIATRIC NURSING CARE

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Firman Hidayat, M.Kep., Sp Kep.J

Disusun Oleh :
Eri Yulianti
C1018063

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling
mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu
meningkat. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin
berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga
kalangan pejabat dan kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit
gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga
oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan
melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti menggunakan obat-
obatan terlarang dan melakukan bunuh diri.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di
dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain
faktor diatas penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan
oleh perkembangan otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit
skizofrenia. Oleh karena itu saat ini seluruh negara di dunia berusaha
meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu juga dengan Indonesia
yang berusaha meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan jiwa.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan konteks sosiokultural asuhan keperawatan
jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi konteks sosialkultural asuhan
keperawatan jiwa.
b. Mahasiswa mampu memahami faktor resiko sosiokultural asuhan
keperawatan jiwa.
c. Mahasiswa mampu memahami stresor sosiokultural dalam asuhan
keperawatan jiwa.
d. Mahasiswa mampu memahami pengkajian sosiokultural dalam asuhan
keperawatan jiwa.
e. Mahasiswa mampu memahami format pengkajian asuhan keperawatan
jiwa.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konteks Sosialkultural
Dalam setiap interaksi dengan pasien, perawat psikiatrik harus
menyadari luasnya dunia kehidupan pasien dan menyadari bahwa persepsinya
tentang sehat dan sakit, perilaku mencari bantuan, dan kepatuhan pada
pengobatan tergantung pada keyakinan, norma sosial, dan nilai kultural
individu yang unik. Perawat yang peka secara kultural memahami pentingnya
kekuatan sosial dan kultural bagi individu, mengenal keunikan dari askep ini,
menghargai perbedaan perawat-pasien, dan menggabungkan informasi
sosiokultural ke dalam asuahn keperawatan psikiatri.

B. Faktor Resiko Sosiokultural


Faktor resiko sosiokultural pada gangguan jiwa meliputi :
1. Gender
Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural :
a. Apa jenis kelamin pasien?
b. Apa identitas gender pasien?
c. Bagaimana pasien mendefinisikan peran spesifik gender?
d. Apa sikap dan keyakinan pasien tentang pria dan wanita serta
maskulinitas san feminitas?
e. Stressor apa yang berhubungan dengan gender yang sedang dihadapi
pasien?
f. Apa pengaruh gender sesorang terhhadap kesehatan jiwa dan fisiknya?

2. Pendidikan
Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural :
a. Apa tingkat pendidikan pasien?
b. Bagaiman pengalaman pendidikan pasien?
c. Apa sikap dan keyakinan pasien tentang pendidikan pada umumnya dan
pendidikan pasien sendiri pada khususnya?
d. Stressor apa yang berhubungan dengan pendidikan yang sedang
dihadapi pasien?
e. Apa pengaruh pendidikan pasien terhadap kesehatan jiwa dan fisiknya?

3. Sistem Keyakinan
Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural :
a. Apa keyakinan pasien tentang sehat dan sakit?
b. Apa agama atau keyakinan spiritual pasien di masa lalu?
c. Apa agama atau keyakinan spiritual pasien sekarang?
d. Siapa yang biasanya memberikan perawatan kesehatan pada pasien?
e. Stressor apa yang berhubungan dengan sistem keyakinan yang sedang
dihadapi pasien?
f. Apa pengaruh sistem keyakinan pasien terhadap kesehatan jiwa dan
fisiknya?

4. Penghasilan
Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural :
a. Berapa penghasilan pasien?
b. Apa sumber penghasilan pasien?
c. Bagaiman pasien menggambarkan tentang kelompok penghasilan
tertentu?

5. Suku bangsa
Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural :
a. Apa latar belakang suku bangsa pasien?
b. Apa identitas suku bangsa pasien?
c. Apakah pasien terasing secara kultural, tradisional, bicultural, atau
multikultural?
d. Apa sikap, keyakinan, dan nilai pasien tentang kelompok suku bangsa
tertentu?
e. Stressor apa yang berhubungan dengan kesukuan yang dihadapi
pasien?
f. Apa pengaruh suku bangsa seseorang terhadap kesehatan jiwa dan
fisiknya?

6. Usia
Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural :
a. Apa tahap perkembangan pasien saat ini?
b. Apa tugas perkembangan pasien?
c. Apakah tugas tersebut sesuai dengan usia pasien?
d. Apa sikap dan keyakinan pasien tentang kelompok usia tertentu?
e. Stressor apa yang berkaitan dengan usia yang sedang dihadapi pasien ?
f. Apa pengaruh usia pasien terhadap kesehatan jiwa dan fisiknya?

C. Stresor Sosiokultural
Stressor Definisi
Keadaan yang merugikan Kekurangan sumber sosio ekonomi yang
merupakan dasar untuk adaptasi biopsikososial
Steorotip Konsepsi depersonalisasi individu dalam suatu
kelompok
Intoleransi Ketidaksediaan untuk menerima berbedaan
pendapat atau keyakinan orang lain atau latar
belakang yang berbeda
Stigma Sikap yang melekat pada lingkungan sosial
individu sebagai sesuatu yang berbeda atau
rendah.
Prasangka Keyakinan yang tidak menyenangkn dan
dipertimbangkan sebelumnya tentang individu
atau kelopok dengan tidak memperhatikan
pengetahuan, pikiran, atau alasan
Diskriminasi Perlakuan yang berbeda pada individu atau
kelompok yang tidak berdasarkan kebaikan
yang sebenarnya
Rasisme Keyakinan bahwa perbedaan yang terdapat
antara ras menentukan pencapaian individu dan
bahwa ras yang satu lebih tinggi.

D. Pengkajian Sosiokultural
Pengkajian tentang faktor resiko sosiokultural dan stresor pasien sangat
mempertinggi kemampuan perawat untuk membina kerjasama terapeutik,
mengidentifikasi masalah pasien, dan menyusun rencana tindakan keperawatan
jiwa yang tepat, akurat, dan releven secara budaya.

E. Format Penulisan
Data dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif.
Data objektif adalah data yang di dapatkan melalui observasi atau pemeriksaan
secara langsung oleh perawat. Data subjektif adalah data yang di sampaikan
oleh pasien dan atau keluarga sebagai hasil wawancara perawat.
Jenis data yang di peroleh dapat sebagai data primer bila di dapat
langsung oleh perawat, sedangkan data sekunder data didapat dari hasil
pengkajian perawat yang lain atau catatan tim kesehatan yang lain.
Setelah data terkumpul dan di dokumentasikan dalam format
pengkajian kesehatan jiwa,maka seorang perawat harus mampu melakukan
analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami
pasien. Kesimpulan itu mungkin sebagai berikut :
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
a. Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara
periodik, karna tidak ada masalah serta pasien telah memiliki
pengetahuan untuk antisipasi masalah.
b. Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan
promosi sebagai progam antisipasi terhadap masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan
a. Resiko terjadinya masalah, karena sudah ada faktor yang mungkin dapat
menimbulkan masalah.
b. Aktual terjadi masalah dengan di sertai data pendukung.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Y. Rizky Fitriyasari PK , Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar


Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika .
Ali, Z. (2015). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Professional. Jakarta : Widya
Medika.
Stuart,G,W ., & Sunden, S. J. (2009) . Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai