Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan

penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya,

mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan

memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,

menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama

dengan orang lain (Keliat dkk, 2011).

Setiap manusia memiliki harga diri yang bernilai tinggi tergantung

dari iman dan taqwa setiap manusia. Sehingga harga diri harus selalu dipelihara

karena sangat menentukan kesehatan jiwa seseorang. Kunci untuk

meningkatkan harga diri adalah selalu mensyukuri nikmat Allah SWT sekecil

apapun dan selalu bersangka baik atas cobaan maupun musibah yang terjadi

dalam kehidupan kita. Fenomena kesehatan jiwa di Indonesia, merupakan

masalah yang sangat mempengaruhi produktivitas, kebahagiaan manusia dan

kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin

ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi memerlukan kerjasama pada

multisektor. Mutu sumber daya manusia tidak akan meningkat jika hanya

mengandalkan raga manusia saja, tanpa menyelaraskan kesehatan jiwa pula.

Apabila ingin memperbaiki mutu dari sumber daya manusia, maka ksehatan
jiwa harus diperhatikan secara seksama kemudian terimplementasikan di

masyarakat. (Direja 2011).

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan

yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016),

terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21

juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan

berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman

penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak

pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang ( Kemenkes RI, 2016).

Data Riskesdas (2013) memunjukkan prevalensi ganggunan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk

usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah

penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti

skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000

penduduk ( Kemenkes RI, 2016).

Beradasarkan data di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai

pusat rujukan jiwa di provinsi Jabar menunjukkan mayoritas pasien yang

berkunjung adalah gangguan jiwa berat skizofrenia halusinasi. Berdasarkan

data periode januari-desember 2013 tercatat sebanya 13.725 kasus skizofrenia

halusinasi dengan rincian unit rawat jalan 10.029 kasus, unit rawat inap 1245

dan Unit Gawat Darurat 245 (Profil RSJ Jabar,2015 dalam Junaedi, 2016).

Gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat adalah skizofrenia

sebagai akar dari permasalahan harga diri rendah sendiri sesuai dengan masalah
utama yang penulis sajikan. Pada klien dengan harga diri rendah akan terlihat

sikap putus asa, terjadi resiko bunuh diri dan terjadi bunuh diri . Selama 3 tahun

terakhir diketahui sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh diri

(Keliat, 2011).

Salah satu jenis gangguan jiwa adalah gangguan konsep diri harga

diri rendah atau dalam bahasa Jawa biasa disebut minder. Jika seseorang

mengalami harga diri rendah biasanya akan dijumpai tanda dan gejala seperti

merasa bersalah, tidak mampu, ketegangan peran yang dirasakan, mudah

tersinggung sehingga menyebabkan individu ini bisa melakukan hal yang

destruktif baik ditujukan pada diri sendiri maupun kepada orang lain (Keliat,

2011).

Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai

dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap

dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung

jawab atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah, 2016). Harga diri rendah yang

berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat

menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa. harga

diri rendah dikarenakan penilaian internal maupun penilaian eksternal yang

negatif. Penilaian internal merupakan penilaian dari individu itu sendiri,

sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian dari luar diri individu

(seperti orang tua, teman saudara dan lingkungan) yang sangat mempengaruhi

penilaian individu terhadap dirinya. Harga diri rendah yang kronik dapat

menyababkan pasien mengalami isolasi social bahkan halusinasi ( Keliat,

2011).
Perawat jiwa sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa dapat

membantu mneingkatkan harga diri pasien melalui penerapan strategi

paleksanaan tindakan dengan menggunakan komunikasi terapeutik kepada

klien , oleh karena itu perawat dituntut mampu memberikan asuhan

keperawatan yang profesional dan dapat mempertanggung jawabkan

asuhan yang diberikan secara ilmiah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien

Skizofrenia dengan Harga diri rendah di Ruangan Elang RSJ Provinsi Jawa

Barat

B. Rumusan Masalah

Dari kesimpulan latar belakang diatas maka rumusan masalah stdi

kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien yang

mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa

Barat?”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien yang

mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi

Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menggambarkan pengkajian Keperawatan Jiwa pada Pasien

yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP

Provinsi Jawa Barat


b. Untuk menggambarkan diagnosa Keperawatan Jiwa pada Pasien

yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP

Provinsi Jawa Barat

c. Untuk menggambarkan tindakan Keperawatan Jiwa pada Pasien

yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP

Provinsi Jawa Barat

d. Untuk menggambarkan implementasi Keperawatan Jiwa pada

Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di

RSJP Provinsi Jawa Barat

e. Untuk menggambarkan evaluasi Keperawatan Jiwa pada Pasien

yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah RSJP

Provinsi Jawa Barat

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi Institusi

Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam upaya

mempersiapkan calon tenaga keperawatan yang memiliki pengetahuan

dan keterampilan khususnya dalam peningkatan pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien

yang mengalami skizofrenia dengan masalah harga diri rendah

2. Manfaat bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada

dirumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

jiwa khususnya pada pasien yang mengalami skizofrenia dengan

masalah harga diri rendah


3. Manfaat bagi pasien/keluarga

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada keluarga/pasien

tentang cara menangani, merawat, mencegah kekambuhan dan

berkomunikasi kepada anggota keluarga yang mengalami masalah harga

diri rendah.

4. Manfaat bagi penulis

Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan

asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien yang mengalami

skizofrenia dengan masalah harga diri rendah serta mengaplikasikan

dalam menerapkan komunikasi teraupeutik dengan menggunakan

pedekatan SP.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Harga Diri Rendah

1. Pengertian

Menurut NAnda (2005), harga diri rendah adalah berkembangnya

persepsi diri yang negatif dalam berespon terhadap situasi yang sedang

terjadi. Sedangkam menurut CMHN (2006), harga diri rendah adalah

perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan

akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri

rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau

kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya

sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab

atas kehidupannya sendiri.

Herdman (2012), mengatakan bahwa, harga diri rendah kronik

merupakan evaluasi diri negatif yang berkepanjangan/ perasaan tentang diri

atau kemampuan diri Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk

kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah

kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa: harga

diri rendah dikarenakan penilaian internal maupun penilaian eksternal yang

negatif. Penilaian internal merupakan penilaian dari individu itu sendiri,

sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian dari luar diri individu


(seperti orang tua, teman saudara dan lingkungan) yang sangat

mempengaruhi penilaian individu terhadap dirinya.

2. Proses Terjadinya Masalah

Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia

(2008) dalam konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi

dan presipitasi.

a. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah

meliputi:

1) Biologis

Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya

riwayat penyakit kronis atau trauma kepala merupakan merupakan

salah satu faktor penyebab gangguan jiwa,

2) Psikologis

Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri

rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,

penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang

tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai

tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi

pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan

gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah memiliki

penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami

krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak

realistis.
3) Faktor Sosial Budaya

Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah

adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien,

sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya

riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:

1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan

pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan

peristiwa yang mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban

maupun saksi dari perilaku kekerasan.

2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena

a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa

kanak-kanak ke remaja.

b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau

kematian.

Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari

kondisi sehat kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain

karena kehilangansebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran,

bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau perubahan fisik yang


berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis

dan keperawatan.

3. Rentang Respon Konsep diri

Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara

ujung adaptif dan ujungmaladaptif, yaitu aktualisasi diri, konsep diri

positif, harga diri rendah, kekacauan identitas,dan depersonalisasi.

RENTANG RESPONS KONSEP-DIRI

Respons maladaptif
Respons adaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga - diri Kerancuam Depersonalisasi

Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Diri

Rentang respons konsep diri yang paling adaptif adalah aktualisasi diri.

Menurut Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi:

a. Realistik,

b. Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,

c. Persepsi yang akurat dan tegas,

d. Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan,

e. Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang,

f. Mengerti seni, musik, politik, filosofi,

g. Rendah hati,

h. Mempunyai dedikasi untuk bekerja,

i. Kreatif, fleksibel, spontan, dan mengakui kesalahan,

j. Terbuka dengan ide-ide baru,


k. Percaya diri dan menghargai diri,

l. Kepribadian yang dewasa,

m. Dapat mengambil keputusan,

n. Berfokus pada masalah,

o. Menerima diri seperti apa adanya,

p. Memiliki etika yang kuat,

q. Mampu memperbaiki kegagalan

B. Konsep Dasar skizophrenia

1. Defenisi

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang memiliki

‘arti terpisah/batu pecah’ dan phren yang berarti ‘jiwa’. Secara umum

skizofrenia diartikan sebagai pecahnya/ ketidakserasian antara afek,

kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosis fungsional

dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni antara

proses pikir, afek, atau emosi (WH),2015).

2. Etiologi

a. Model diatesis stress

Skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara faktor

biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang yang

rentan (diatesis) jika dikenai stressor akan lebih mudah untuk

menjadi skizofrenia.

b. Faktor genetik

Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya suatu

sizofrenia. Ada 7 gen yang mempengaruhi perkembangan


skizofrenia. Kembar identik dipengaruhi oleh gen 28% sedangkan

pada kembar monozygot dan kembar dizygot sebesar 1,8-4%

skizofrenia. Skizofrenia kemungkinan berkaitan dengan

kromosom 1, 3, 5, 11 dan kromosom X. Pada skizofrenia

kromosom-kromosom ini mengalami kelainan yaitu saat

mengkode dapat terjadi kekacauan seperti translokasi.

c. Faktor neurobiologis

Perkembangan saraf awal selama masa kehamilan ditentukan oleh

asupan gizi selama hamildan trauma psikologis selama masa

kehamilan. Pada masa kanak-kanak disfungsi situasi sosial seperti

trauma masa kecil, kekerasan dan hubungan interpersonal yang

kurang hangat diterima oleh anak sangat mempengaruhi

perkembangan neurogikal anak, sehingga anak lebih rentan

mengalami skizofrenia dikemudian hari (WH),2015)

3. Tanda dan gejala

a. Penampilan dan perilaku umum

Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan

penampilannya. Kerapian dan higine pribadi juga terabaikan.

Mereka juga cenderung menarik diri secara sosial.

b. Gangguan pembicaraan

Kalimat-kalimatnya tidak saling berhubungan, kadang-kadang satu

ide belum selesai diutarakan kemudian diutarakan ide lain, atau

terdapat pemindahan maksud. Bentuk yang palingparah adalah

inkoherensi.
c. Gangguan perilaku

Salah satu gangguan aktivitas motorik pada skizofrenia adalah

gejala katatonik yang dapat berupa stupor atau gaduh gelisah.

Pasien dengan stupor tidak bergerak, tidak bicara dan tidak

berespon meskipun ia sepenuhnya sadar. Sedangkan pasien dengan

katatonik menunjukkan aktivitas motorik yang tidak terkendali.

Kedua keadaan ini kadang-kadang terjadi bergantian.

d. Gangguan afek

Kadang-kadang emosi dan afek serta emosinya tidak mempunyai

kesatuan, seperti menangis berhari-hari tetapi mulutnya seperti

tertawa.

e. Gangguan persepsi

Pada penderita skizofrenia halusinasi timbul tanpa penurunan

kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak

dijumpai pada keadaan lain.

f. Gangguan pikiran

Pada skizofrenia penderita tidak menginsafi hal ini dan baginya

wahamnya merupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun.

Misalnya penderita berwaham bahwa ia adalah raja, tetapi ia

bermain-main dengan air ludahnya dan bersedia untuk melakukan

pekerjaan kasar (Yosef, 2011).

4. Macam-macam Skizofrenia

Pembagian skizofrenia menurut Yosep (2011), antara lain :

a. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama

pada jenis somplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran

kemauan, gangguan proses berpikir sukar ditemukan, waham dan

halusinasi jarang sekali terdapat.

b. Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-perlahan/ subakut dan sering timbul

pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok

ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan, dan adanya

depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor

seperti mannerism/perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada

hibefrenia.

c. Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut

serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi

gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

d. Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer,disertai dengan

waham-waham sekunder dan halusinasi baru dengan pemeriksaan

yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan

afek emosi, dan kemauan. Mereka mudah tersinggung, suka

menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.

e. Skizofrenia akut

Gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti

dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam


keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun

dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu

artiyang khusus baginya.

f. Skizofrenia Residul

Keadaan skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi

tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul

sesudah beberapa kali serangan skizofrenia.

5. Diagnosa

a. Waham

b. Halusinasi

c. Bicara disorganisasi

d. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas

e. Simptom negatif

6. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia yaitu

untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan.

Strategi pengobatan tergantun pada fase penyakit apakah akut atau

kronis. Tujuan pengobatan ini untuk mengurangi gejala psikotik

yang parah. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi

hilang dalamwaktu 2-3 minggu. Setelah 4-8 minggu, pasien masuk

ketahap stabilisasi sewaktu gejala-gejala sedikit demi sedikit

teratasi namun resiko relaps masih tinggi, apalagi jika pengobatan


terputus dan pasien stres. Jika gejala sudah mulai merendah, maka

obat diberikan terus menerus selama satu atau 2 tahun.

Setelah 6 bulan, pasien masuk kefase rumatan (maintenance)

yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan. Pada fase ini

diberikan dosis afektif terendah yang dapat memberikan

perlindungan kekambuhan dan tidak mengganggu fungsi

psikososial pasien. Hasil pengobatan akan lebih baik jika mulai

diberikan dalam dua tahun pertama dari penyakit (WHO,2015).

b. Terapi Elektro-konvulsi (TEK)

Seperti juga terapi konvulsi yang lain, cara kerja elektro

konvulsi belum diketahui pasti, tetapi terapi konvulsi dapat

memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak

dengan penderita. Namun terapiini tidak dapat mencegah serangan

yang akan datang. Terapi konvulsiini lebih mudah diberikan, dapat

diberikan secara ambulant, bahaya lebih sedikit,lebih murah, dan

tidak memerlukan tenaga yang khusus.

c. Psikoterapi dan rehabilitasi

Terapi ini dilakukan untuk mendorong penderita bergaul

dengan orang lain, penderita lain, perawat, dan dokter, agar

penderita tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk

kebiasaan buruk. Pada terapi ini dianjurkan untuk mengadakan

permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah filsafat atau

kesenian bebas dalam bentuk melukis atau bermain musik dengan

bebas.
d. Labotomi prefrontal

Dapat dilakukan bila terapi lain yang diberikan secara intensif

selama5 tahun tidak berhasil dan bila penderita sangat

mengganggu dalam lingkungannya. Namun cara ini sudah

ditinggalkan sekarang (WHO, 2015)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah

1. Pengkajian Harga Diri Rendah

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada

pasiendan keluarga(pelaku rawat).Tanda dan gejala harga diri rendah

dapat ditemukan melalui wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana penilaian Anda tentang diri sendiri?

b. Coba ceritakan apakah penilaian Anda terhadap diri sendiri

mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain?

c. Apa yang menjadi harapan Anda?

d. Apa saja harapan yang telah Anda capai?

e. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?

f. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum

terpenuhi?

Tanda dan gejala harga diri rendah adalah ungkapan negatif

tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala harga diri

rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data

subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini.


a. Data Subjektif: Pasien mengungkapkan tentang:

1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimis

4) Penolakan terhadap kemampuan diri

5) Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi

b. Data Objektif:

1) Penurunan produktivitas

2) Tidak berani menatap lawan bicara

3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi

4) Bicara lambat dengan nada suara lemah

5) Bimbang, perilaku yang non asertif

6) Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna

Menurut CMHN (2006) dalam Nurhalimah (2016), tanda dan gejala

harga diri yang rendah adalah:

1) Mengkritik diri sendiri

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimis

4) Penurunan produktifitas

5) Penolakan terhadap kemampuan diri

6) Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera

makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak

menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.


Townsend (1998) dalam Nurhalimah 2016) , menambahkan

karakteristik pasiendengan harga diri rendah adalah:

1) Ekspresi rasa malu atau bersalah

2) Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi-situasi baru

3) Hipersensitifitas terhadap kritik

2. Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah

Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala

harga diri rendah yang ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis

keperawatan yang ditegakkan adalah berdasarkan hasil pengkajian dapat

dibuat pohon masalah sebagai berikut:

Isolasi Sosial

Harga diri rendah


CP

Mekanisme koping Mekanisme koping


individu tidak efektif keluarga tidak efektif

Gambar 2.2 Pohon Masalah Pada Harga Diri Rendah

Berdasarkan gambar 2.2 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

gangguan Konsep Diri: Harga diri rendahmerupakan core problem

(masalah utama). Apabila harga diri rendah pasien tidak diintervensi akan

mengakibatkan isolasi sosial. Penyebab harga diri rendah pasien

dikarenakan pasien memiliki mekanisme koping yang inefektif dan dapat

pula dikarenakan mekanisme koping keluarga yang inefektif.


3. Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah

Tindakan keperawatan harga diri rendah dilakukan terhadap

pasiendan keluarga/ pelaku yang merawat klien. Saat melakukan pelayanan

di poli kesehatan jiwa, Puskesmas atau kunjungan rumah, perawat

menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui klien.

Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami

pasiendan keluarga. Setelah itu, perawat menemui pasienuntuk melakukan

pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi harga diri rendah yang

dialami klien. Setelah perawat selesai melatih pasienmaka perawat kembali

menemui dan melatih keluarga untuk merawat klien, serta menyampaikan

hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasiendan tugas yang perlu

keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasienmelatih kegiatan yang

telah diajarkan oleh perawat untuk mengatasi harga diri rendah.

Tindakan keperawatan untuk pasiendan keluarga dilakukan pada

setiap pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai

pasiendan keluarga mampu mengatasi harga diri rendah.

a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Harga Diri endah

Tujuan: Pasien mampu:

1) Membina hubungan saling percaya

2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan

4) Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan

6) Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya


Tindakan Keperawatan:

1) Membina hubungan saling percaya, dengan cara:

a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.

b) Perkenalkan diri dengan klien: perkenalkan nama dan nama

panggilan yang Perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama

panggilan pasienyang disukai.

c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini.

d) Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama

klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana.

e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang

diperoleh untuk kepentingan terapi.

f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien.

g) Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan.

2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki klien.

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah :

a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif

pasien(buat daftar kegiatan)

b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian

yang negatif setiap kali bertemu dengan klien.

3) Membantu pasiendapat menilai kemampuan yang dapat

digunakan.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :


a) Bantu pasienmenilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini

(pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat

dilakukan saat ini.

b) Bantu pasienmenyebutkannya dan memberi penguatan terhadap

kemampuan diri yang diungkapkan klien.

4) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan

berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

a) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat

pertemuan.

b) Bantu pasienmemberikan alasan terhadap pilihan yang ia

tetapkan.

c) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya).

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari.

e) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang

diperlihatkan klien.

5) Membantu pasiendapat merencanakan kegiatan sesuai

kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

a) Berikesempatan pada pasienuntuk mencoba kegiatan yang

telah dilatihkan.

b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan

pasien setiap hari.


c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan

perubahan setiap aktivitas.

d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama

pasiendan keluarga.

e) Beri kesempatan pasienuntuk mengungkapkan perasaannya

setelah pelaksanaan kegiatan.

f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang

dilakukan klien.

Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila pasien dapat:

1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan

3) Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan

4) Membuat jadwal kegiatan harian

5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian

6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam

mengatasi harga diri rendah

b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan PasienHarga Diri

Rendah

Keluarga diharapkan dapat merawat pasienharga diri rendah di rumah

dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi klien.

1) Tujuan: Keluarga mampu:

a) Mengenal masalah harga diri rendah

b) Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah

c) Merawat harga diri rendah


d) Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan

harga diri klien

e) Menilai perkembangan perubahan kemampuan klien

f) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

2) Tindakan Keperawatan:

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya

harga diri rendah dan mengambil keputusan merawat klien

c) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah

d) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah

e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan

yang mendukung meningkatkan harga diri klien

f) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan

rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan

g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara

teratur.

h) Evaluasi Kemampuan Pasiendan Keluarga dalam Merawat

PasienHarga Diri Rendah

Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila keluarga dapat:

1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien(pengertian, tanda

dan gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah)

2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah

3) Merawat harga diri rendah


4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung

pasienuntuk meningkatkan harga dirinya

5) Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi harga

diri rendah

6) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan

melakukan rujukan.

4. Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan

Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan setiap selesai

melakukan tindakan keperawatan dengan pasiendan keluarga. Berikut ini

contoh pendokumentasian asuhan keperawatan harga diri rendah pada

pertemuan pertama
BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Studi kasus oleh Yin (2011) yang menyatakan bahwa studi kasus

adalah pencarian pengetahuan secara empiris yang menyelidiki tentang

fenomena dalam kontek nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan

konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber bukti

digunakan.

Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan diatas, alasan

peneliti menggunakan studi kasus yaitu untuk memahami subjek secara

mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien yang

mengalami skizofrenia dengan harga diri rendah di RSJP Jawa Barat

B. Subjek Studi Kasus

Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah klien yang mengalami

masalah harga diri rendah yang dirawat di RSJP Provinsi Jawa Barat.

Penentuan subjek dilakukan dengan melihat beberapa kriteria yaitu :

1. Kriteria Inklusi

a. Klien dengan masalah utama harga diri rendah yang dirawat inap

minimal 3 x 14 jam di RSJP Provinsi Jawa Barat

b. Klien yang bersedia jadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Klien mengalami waham.

b. Klien mengalami gangguan kesadaran


C. Fokus studi kasus

Fokus studi keperawatan ini adalah ganggaun konsep diri : harga diri rendah

pada pasien skizophrenia.

D. Defenisi Operasional

1. Harga diri rendah adalah masalah keperawatan ditandai dengan pasien

merasa tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan

kemampuan diri.

2. Skizofhrenia adalah gangguan jiwa psikotok ditaadai dengan ganggaun

proses pikira, afektif dan gangguan persepsi berdasarkan diagnose

medik dalam status rekam medik pasien.

3. Asuhan Keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang terdiri

dari pengkajian, diagnose, perencanaa, implemenetasi dan evaluasi

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan selama 1 minggu di RSJP Provinsi Jawa Barat.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari

subjek yang diteliti atau bercakap-cakap berhadapan langsung

misalnya mengenai biodata klien, alasan masuk RS, keluhan klien

yang dirasakan saat wawancara sedang berlangsung, hubungan sosial

dan spiritual, status mental.


2. Observasi

Proses pengambilan data melalui pengamatan perilaku pasien

melalui inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi

3. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui pendekatan literatur catatan rekam

medis pasien

G. Analisa Data

1. Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini alat yang digunakan peneliti adalah format

Asuhan Keperawatan Jiwa. Format yang dimaksud teridiri dari

pengkajian, diagnosa,intervensi, implementasi, dan evaluasi.

2. Pengumpilan data

Pengumpulan data dilakukan melalui cara wawancara, observasi

dan dokumentasi. Kemudian peneliti menelaah seluruh data-data yang

tersedia dengan menggunakan prinsip Asuhan Keperawatan. Cara

pengumpulan data dimulai dari peneliti mencari klien sesuai dengan

kasus atau judul penelitiannya. Setelah itu peneliti melakukan

tindakan preorientasi atau memperkenalkan diri kepada klien.

Kemudian peneliti dan klien membina hubungan saling percaya dan

meminta kesediaan klien untuk dijadikan subjek penelitian. Setelah

klien menyetujui, peneliti mulai melakukan pengkajian pada klien,

kemudian merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana

keperawatan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

dan mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan.


3. Mereduksi data

Mereduksi data berarti merangkum data yang diperoleh dengan

cara memilih hal-halyang pokok, kemudian memfokuskan pada-hal

yang penting dan tidak mengambil hal-hal yang tidak diperlukan

dalam penelitian. Dengan demikian data yang telah direduksi atau

dirangkum akan memberikan data yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.

4. Penyajian data

Data yang sudah terangkum, ditafsirkan dan dijelaskan untuk

menggambarkan proses Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien yang

mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi

Jawa Barat. Penyajian data yang sudah ditafsirkan dan dijelaskan

kemudian diuraikan dalam bentuk teks atau bersifat naratif.

5. Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisa data

yang telah dilakukan sebaik mungkin. Penarikan kesimpulan dalam

penelitian studi kasus ini akan menjawab rumusan masalah yang telah

dirumuskan sejak awal yaitu Bagaimanakah Asuhan Keperawatan

Jiwa pada pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri

rendah di Ruangan Elang RSJ Provinsi Jawa Barat.

H. Etika penelitian

1. Informed Consent (surat persetujuan)

Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu

memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan tentang judul studi


kasus. Menjelaskan tujuan yang akan yang dilakukan, kemudian

menjelaskan hak dan kewajiban subjek yang diteliti. Setelah dilakukan

penjelasan kepada subjek, peneliti melakukan persetujuan, dengan

subjek tentang dilakukannya penelitian.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang diberikan oleh subjek kepada peneliti akan

tetap dirahasiakan

3. Anominity (Tanpa nama)

Peneliti melindungi hak-hak dan privasi subjek yang diteliti. Nama

tidak digunakan dalam penelitian, serta menjaga kerahasiaan klien.

Penelitiannya menggunakan inisial sebagai identitas.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2012. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia
Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition and
Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic
Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A. & Akemat. (2006). Model praktik keperawatan profesional
jiwa.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Nurhalimah (2016)., Modul Bahan ajar Cetak Keperawatan Jiwa, Jakarta,
Pusdiknakes RI
Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition.
Missouri: Mosby
WHO. (2015). Shizophrenia. Diakses melalui http://www.who.int /mental_health
/topics .html
Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati 2015), Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa., —Jakarta: Salemba Medika
Lampiran 2

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT: TANGGAL DIRAWAT:

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : (L/P) Tanggal Pengkajian :

Umur : RM No. :

Alamat :
Pekerjaan :
Informasi :

II. ALASAN MASUK

III. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ya tidak

Bila ya jelaskan

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang berhasil


Tidak berhasil
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
ya tidak

Bila ya jelaskan

 RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/
usia
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal

Jelaskan :

6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio,
kultural, spiritual):

Masalah keperawatan
:

7. Kesan Kepribadian klien : extrovert introvert lain-lain:

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ya tidak
Hubungan keluarga gejala riwayat pengobatan/
perawatan

Masalah keperawatan :

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan
tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan :

Masalah keperawatan :

2. Kesadaran
 Kwantitatif/ penurunan kesadaran

compos mentis apatis/ sedasi somnolensia


sopor subkoma koma

 Kwalitatif

tidak berubah berubah


meninggi gangguan tidur: sebutkan
hipnosa disosiasi: sebutkan

3. Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

4. Aktivitas Motorik/ Prikomotor


Kelambatan:

hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik


katalepsi flexibilitas serea

Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase tremor gagap
stereotipi mannarism katalepsi
akhopraxia
command automatism atomatisma nagativisme reaksi
konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit kompulsif lain-2
sebutkan

5. Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar labil
inadequat anhedonia merasa kesepian eforia
ambivalen apati marah
depresif/ sedih
cemas: ringan sedang berat
panik

Jelaskan :

Masalah keperawatan :
6. Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi
derealisasi

Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain,
sebutkan..............

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

7. Proses Pikir
 Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/
persevarasi
tangensial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat irelevansi
main kata-kata afasi assosiasi bunyi lain2
sebutkan....

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

 Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolasi sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia
sebutkan...............
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran curiga
nihilistik sisip pikir siar pikir
kontrol pikir
kejaran dosa

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

 Bentuk Pikir
realistik nonrealistik
autistik dereistik

8. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka
pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia,
sebutkan............................
paramnesia, sebutkan jenisnya.............................................................
hipermnesia, sebutkan..........................................................................

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi tidak mampu berhitung
sederhana

Jelaskan :

Masalah keperawatan :
10. Kemampuan Penilaian
gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

11. Daya Tilik Diri/ Insight


mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar
dirinya

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

12. Interaksi salama Wawancara


bermusuhan tidak kooperatif mudah
tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

VI. FISIK
1. Keadaan umum

2. Tanda vital: TD: N: S: P:

3. Ukur: TB: BB: turun


naik
4. Keluhan fisik: tidak ya
jelaskan...................................

5. Pemeriksaan fisik:

Jelaskan :
Masalah keperawatan :

VII. PENGKAJIAN
PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh :

b. Identitas :

c. Peran :

d. Ideal diri :

e. Harga diri :

Masalah keperawatan :

2. Genogram
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terkdekat :

b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Masalah keperawatan :

4. Spiritual dan Kultural


a. Nilai dan keyakinan

b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya

c. Kegiatan ibadah

Masalah keperawatan :

VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)

1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

2. BAB/ BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

4. Berpakaian/ berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : s/d
Tidur malam lama : s/d
Aktivitas sebelum/ sesudah tidur : s/d

6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak

8. Aktivitas di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak
9. Aktivitas di luar rumah
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

IX. MEKANISME KOPING


Adatif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohor
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/
berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya........................
Lainnya......................
Masalah keperawatan :

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan

Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan

Masalah dengan pendidikan, uraikan

Masalah dengan pekerjaan, uraikan

Masalah dengan perumahan, uraikan

Masalah dengan ekonomi, uraikan

Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan

Masalah lainnya, uraikan

Masalah keperawatan :

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presiptasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya

Masalah keperawatan :

XII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik :

Terapi
medik

XIII. DAFTAR MASALAH


KEPERAWATAN
Lampiran strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih
dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

ORIENTASI :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T
dilakukna di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana
kalau 20 menit ?

KERJA :
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus
sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.
” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5
(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat
tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !.
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.

TERMINASI :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan
tempat tidur ? Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T
praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah
setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi
di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.

ORIENTASI :
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

KERJA :
“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan
air untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai
tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

TERMINASI :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali
setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua


kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah
harga diri pasien.
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah
dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada
pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat
demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat
ORIENTASI :
“Assalammu’alaikum !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa
lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

KERJA :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya
dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain,
anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan
T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi,
misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang
yang mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana
cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada T”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

ORIENTASI:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari
dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui T”

KERJA:
”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)

TERMINASI:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Pak/Bu »
« Assalamu’alaikum »

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

ORIENTASI:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal
Tselama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

KERJA:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T
dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun
jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh T selama di rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri
dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah
Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (081)355002202 xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di
rumah

TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk
dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa
kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan
selesaikan administrasinya!”

E. EVALUASI
1. Kemampuan pasien dan keluarga

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA


DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH

Nama pasien:
...........................
Ruangan:
..................................
Nama
Perawat:..........................
Petunjuk pengisisan:
1. Berilah tanda (V) jika pasien mampu melakuykan kemampuan dibawah ini
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien
1 Menyebutkan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
2 Menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan
3 Memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan
4 Melatih kemampuan yang telah dipilih
5 Melaksanakan kemampuan yang telah
dilatih
6 Melakukan kegiatan sesuai jadwal
B Keluarga
1 Menjelaskan pengertian serrta tanda-
tanda orang dengan harga diri rendah
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien
harga diri rendah (memberikan pujian,
menyediakan fasilitas untuk pasien,
dan melatih pasien melakukan
kemampuan)
3 Mampu mempraktekkan cara merawat
pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan

Anda mungkin juga menyukai