Anda di halaman 1dari 14

HUMAN BEING ROGER

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Ns. Marwiati, S.Kep., M.Kep

Oleh :

1. Triyana Setyo R 2018200026


2. Eric Ekstrada 2018200045
3. Subagiyono 2018200049
4. Reza Fahlefi 2018200053
5. Maya Nastica 2018200078
6. Ayu Suryaning P 2018200080

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL’QURAN JAWA TENGAH

DI WONOSOBO

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Human Being Roger”. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keperawatan dan dunia
kesehatan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik
kedepannya.

Makalah ini, kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


kami yang masih kurang. Oleh karena itu, kami berharap para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini dan harap maklum.

Wonosobo, 12 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................3
A. Defenisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers.................................................3
B. Pengertian Keperawatan Gerontik..........................................................................5
C. Aplikasi Dalam Keperawatan Lansia.....................................................................6
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas. Beliau memulai
karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas Tennessee di Knoxville pada tahun 1931.
Beliau masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxville pada September 1933. Beliau menerima
gelar Diploma Keperawatan pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari George Peabody
College di Masville pada tahun 1937. Secara resmi beliau mengundurkan diri sebagai Professor
dan Kepala Bagian Keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada tahun
1979 beliau pensiun dengan hormat dengan memakai gelar Professornya dan terus aktif
mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal pada 13 maret 1994.

Dalam teorinya, Martha Rogers (1970), mempertimbangkan manusia ( kesatuan manusia)


sebagai sumber energi yang menyatu dengan alam semesta. Manusia berada dalam interaksi
yang terus menerus dengan lingkungan (lutjens,1995). Selain itu, manusia merupakan satu
kesatuan utuh memiliki integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar
gabungan dari beberapa bagian (Rogers 1970).

Manusia yang utuh merupakan ” Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola dan
manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau
berdasarkan bagian pembentuknya” (Maminer – Toey,1994).

Keempat dimensi yang di gunakan oleh Martha E. Rogers sumber energi, keterbukaan,
keteraturan dan pengorganisasian, dan empat dimensionalitas manusia digunakan untuk
menentukan prinsip mengenai bagaimana berkembang.
B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengetahuan tentang Teori Model Keperawatan menurut Martha E.


Rogers.
2. Untuk mengetahui aplikasi teori rogers dalam keperawatan lansia

                                    

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers.

Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas


bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum
dengan memperkirakan prinsip – prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu
keperawatan adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan
perkembangan manusia.

Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip kreatifitas, seni dan
imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktifitas yang berakar pada
dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan
bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi
keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan
pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia / individu
seutuhnya.

B. Pengertian Keperawatan Gerontik

Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama kalinya
sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976, nama tersebut
diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan
logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan
masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis,
dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai
aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut Miller (2004), gerontologi
merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada
lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus
aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat
(Tamher&Noorkasiani, 2009).
Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter dan
Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun istilah keperawatan
gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic nursing
berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur. Istilah ini belum diterima secara

5
luas, tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik. Menurut Nugroho (2006), gerontik
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan
keperawatan pada lansai adalah gerontological nursing  karena lebih menekankan kepeada
kesehatan ketimbang penyakit.

C. Aplikasi Dalam Keperawatan Lansia

a. Definisi
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia menyajikan lima
asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai kesatuan yang dengan
individualitas. Manusia secara kontinyu mengalami pertukaran energi dengan lingkungan.
Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan emosi. Manusia diidentifikasi
dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan perilaku yang berbeda dari bagian dan yang
tidak dapat diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian - bagiannya.
1. Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya, individu dan
lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan,
energi lapangan pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integral dengan bidang
manusia (Rogers, 1992).
2. Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan. Ditujukan
terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan arah pembangunan manusia.
Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses perubahan sehingga orang dapat mengambil
manfaat (Rogers, 1992).
3. Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari komunikasi pribadi
dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa ia memandang kesehatan sebagai
sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit,
patologi dan kesehatan adalah sebuah nilai.

b. Proses Menua
‘Menua (menjadi tua=ageing) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita’.Berikut adalah beberapa teori tentang
penuaan :Terdapat beberapa teori penuaan yang dimuat dalam buku ajar keperawatan lansia.
Donlon (2007 dalam Stanley dan Beare, 2007) mengelompokkan teori-teori tersebut kedalam
kelompok teori biologis dan teori psikososiologis (lihat bagan 2).
1.   Teori Biologis

Kelompok teori ini menjabarkan proses fisik penuaan dimana terjadi perubahan fungsi dan
struktur (sampai tingkat molekuler) hingga kematian. Kelompok teori ini juga mencoba untuk
6
menjelaskan pe-nyebab terjadinya variansi dalam proses penuaan yang dialami oleh setiap
individu yang berbeda.

a.   Teori genetika

Menurut teori ini, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan
dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Teori ini terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatic dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur
karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling
bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik dan
mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler dan menyebabkan system dan organ tubuh gagal
untuk berfungsi.

b.   Teori wear-tear (dipakai-rusak)

Teori ini menyatakan bahwa akumulasi sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
DNA sehingga mendorong malfungsi molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Radikal
bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang me-nyebabkan kerusakan ketika
akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul atau atom dengan suatu electron tidak
berpasangan. Ini merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi selama
metabolisme.

Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh system enzim pelindung pada kondisi normal.
Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam
struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.

c.   Riwayat lingkungan

Teori ini menyatakan bahwa faktor-faktor yang berasal dari lingkungan seperti karsinogen dari
industry, cahaya matahari, trauma dan infeksi) membawa perubahan dalam pe-nuaan. Faktor
lingkungan diketahui dapat mempercepat proses penuaan tetapi hanya diketahui sebagai faktor
sekunder saja.

d.   Teori imunitas

Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam system imun yang berhubungan dengan
penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami
penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan
infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi system imun, terjadilah peningkatan dalam respons
autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit
autoimun seperti arthritis rheumatoid. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar
timus, dimana berat dan ukuran kelenjar timus akan menurun sering bertambahnya umur

7
sehingga mempengaruhi kemampuan diferensiasi sel T dalam tubuh dan mengakibatkan
menurunnya respons tubuh terhadap benda asing didalam tubuh.

2.   Teori Psikososiologis

Kelompok teori ini menyatakan bahwa penuaan dipengaruhi dan disertai oleh perubahan perilaku
maupun aspek lain sesuai konteks psikologi dan sosiologis.

a.   Teori kepribadian

Teori ini menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau
tugas spesifik lansia. Dalam teorinya Jung (1971) menyatakan bahwa terdapat kepribadian
introvert dan ekstrovert dan keseimbangan terhadap keduanya sangat penting bagi kesehatan.
Dalam konsep interioritas ini Jung mengungkapkan bahwa separuh kehidupan manusia
berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya sendiri, yaitu untuk me-ngembangkan
kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan dirinya sendiri. Lansia sering
menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian pilihan yang sekali dipilih, akan
membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa diubah.

b.   Teori tugas perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada
tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson (1986)
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai bagian
kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan
bahwa ia telah menikmati kehidupan yang yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk
disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.

c.   Teori disengagement

Teori pemutusan hubungan, dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an,
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung
jawabnya. Proses penarikan diri ini daoat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan
penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan akan

8
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi
yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial adalah agar ia dapat menyediakan
waktu untuk merefleksikan pen-capaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak
terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan
kekuasaan generasi tua ke generasi muda. Teori ini memiliki titik kelemahan karena seolah-olah
membatasi peran lansia di masyarakat dan pada kenyataannya banyak lansia yang masih
berkontribusi secara positif bagi masyarakat dalam usia senjanya.

d.   Teori aktivitas

Teori ini dikatakan sebagai lawan dari teori disengagement yang menyatakan bahwa jalan
menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan kebutuhan
seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain ditunjukkan
dalam teori ini. Sebuah penelitian juga menunjukkan pen-tingnya aktivitas mental dan fisik yang
berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan manusia.

e.   Teori kontinuitas

Teori ini dikenal juga sebagai teori perkembangan dan mencoba menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan
dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.

Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan
dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu,
individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka
selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda di
dalam masa akhir kehidupannya.

c. Pelayanan Kesehatan Lansia


1. Pelayanan social di keluarga sendiri

Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yangdlakukan di
rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang
diberikan adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan memecahkan masalah lansia
sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan
keluarganya. Pelayanan ini dapat diberikan oleh:

a) Perseorangan : perawat, pemberi asuhan


b) Keluarga

9
c) Kelompok
d) Lembaga / organisasi social
e) Dunia usaha dan pemerintah

Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, penyuluhan gizi. Pelayanan
diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan selama lansia atau keluarganya
membutuhkan.

2. Foster Care Service

Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang diberikan
kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal bersama keluarga
lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau berada dalm
kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang
dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat
dilayani oleh keluarganya sendiri.

3. Pusat santunan keluarga (pusaka)

Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh daritempat tinggal
lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi
permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus member
kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga sendiri
atau keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan ekonomi.

4. Panti social Tresna Wherda

Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan perlindungan
untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar.
Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:

a) Pemenuhan makan 3x/hari


b) Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb)
c) Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
d) Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
e) Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun)

10
11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konsep model teori keperawatan Rogers, yaitu manusia kesatuan. Yang dimaksud dengan
manusia kesatuan yaitu makhluk yang melakukan pertukaran energi dengan lingkungannya
secara terus-menerus. IlmuRogerstentang teorimanusiakesatuantelah digunakansebagai kerangka
kerjauntuk memandupendidikan keperawatan, praktek, dan penelitian.

Teori Roger berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan yaitu
ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. Ada lima
asumsi yang menjadi dasar teori Roger yaitu manusia sebagai kesatuan yang utuh, manusia
selalu berinteraksi dengan lingkungan, proses kehidupan manusia yang berjalan lambat tidak
dapat diubah dan tidak terarah karena jalan hidup tiap individu berbeda, identitas
individumerupakan gambaran dari seluruh proses kehidupannya sehingga perkembangan
manusia dapat dilihat dari tingkah laku, manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan
yang berbeda.

B. SARAN

Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan model
keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang
sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan
budaya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Violet M. Malinski, R. P. (2009). Evolving Paths of Transformative Change in Rogerian Nursing Science.

16(1).

Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of Nursing Models and

Theories. Philadelphia F.A Davis Company.

Lisa Blumenschein, B., RN, BN. (2009). Analysis and Application of Rogers' Science of Unitary Human

Beings. 16(1).

Martha Raile Alligood, R., PhD. (2004). An Interpretive Study of Martha Rogers Conception of Pattern.

12(1).

Tomey, A. M.,& Alligood, M. R. (1998). Nursing Theorists and Their Work. St Louis Mosby-Year book Inc.

13
14

Anda mungkin juga menyukai