Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,

kembang, aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai

kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Stuart dan

Laraia dalam Yosep, 2014, h 1). Menurut Undangundang No.36 Tahun 2009

tentang kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa secara

optimal, pemerintah Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan

kesehatan jiwa, seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 36 tahun

2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144 yang menyatakan bahwa upaya

kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati

kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan

lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa (Dalami, 2010, h 2).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita

gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organitation

(WHO) dalam Yosep (2013), WHO memperkirakan sebanyak 450 juta orang

di seluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang

dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan

1
akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.

Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan

kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa

juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh

diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan di semua

negara, pada perempuan dan laki-laki, pada semua tahap kehidupan, orang

miskin maupun kaya baik di pedesaan maupun perkotaan mulai dari yang

ringan sampai berat. Data WHO (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta

penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas

adalah gejala paling ringan. Gambaran gangguan jiwa berat di Indonesia pada

tahun 2007 memiliki prevalensi sebesar 4.6 permil, artinya bahwa dari 1000

penduduk Indonesia terdapat empat sampai lima diantaranya menderita

gangguan jiwa berat (Puslitbang Depkes RI, 2008). Penduduk Indonesia pada

tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi Depkes RI, 2009) sebanyak 225.642.124

sehingga klien gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan

1.037.454 orang. Provinsi Jawa Barat didapatkan data individu yang

mengalami gangguan jiwa sebesar 0,22 % (Riskesdas, 2007).

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.

Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku

orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat

harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang

memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu

beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa


3

aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan

cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Keliat, 2011). Harga diri

rendah juga sering terjadi secara tiba-tiba atau yang biasa kita kenal sebagai

harga diri rendah situasional. Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p.

55) harga diri rendah situasional merupakan munculnya persepsi negatif

tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. Harga diri rendah

situasional merupakan bentuk trauma yang tiba-tiba seperti, harus operasi,

kecelakaan, putus sekolah, perceraian, dan korban perkosaan. Pengelolaan

pada pasien harga diri rendah situasional harus segera ditangani dengan tepat

agar tidak berkelanjut pada harga diri rendah kronik.

Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri,

perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan

produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala

diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah

yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,

selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak

menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara yang rendah (Keliat, 2011).

Pada klien dengan harga diri rendah dapat dterapkan menggunakan

terapi hubungan interpersonal. Terapi hubungan interpersonal memfokuskan

pada hubungan interpersonal pasien, sifat-sifat dan kelemahannya dan

meningkatkan hubungan tersebut. Idenya adalah apabila seseorang memiliki

hubungan yang kuat , kuat dan penuh penghargaan dengan orang lain, kecil
4

kemungkinannya untuk menjadi depresi atau tetap depresi (atau ansietas,dll),

dan mereka akan lebih merasakan kebahagiaan.

Berdasarkan urian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri

Rendah dengan fokus studi Terapi Hubungan Interpersonal Di Ruang

Nakula RSUD Banyumas”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

gangguan harga diri rendah dengan fokus studi terapi hubungan interpersonal di

RSUD Banyumas. C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan hasil Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Sdr. S dan

Sdr. L dengan Skizofrenia Paranoid di Ruang Bima RSUD Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a) Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengkaji pasien dengan

masalah harga diri rendah situasional.

b) Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi diagnosa

atau masalah potensial pasien dengan masalah harga diri rendah

situasional.

c) Menggambarkan kemampuan penulis dalam menyusun tindakan

keperawatan yang tepat pada pasien dengan masalah harga diri rendah

situasional.
5

d) Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan keperawatan yang tepat pada pasien dengan

masalah harga diri rendah situasional.

e) Menggambarkan kemampuan penulis dalam melakukan evaluasi

asuhan keperawatan jiwa harga diri rendah situasional.

f) Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan harga diri rendah

situasional.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Menambah pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam perawatan pasien

harga diri rendah situasional di rumah.

2. Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah

situasional.

3. Bagi Bidang Keperawatan dan Tenaga Kesehatan

Memberikan manfaat praktis dan sebagai pedoman bagi perawat dan

tenaga medis dalam pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien harga

diri rendah situasional.

4. Bagi Penulis

Penulis lebih memahami asuhan keperawatan harga diri rendah situasional,

juga sebagai bahan referensi untuk melakukan pengelolaan kasus

selanjutnya agar lebih baik.


6

5. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa keperawatan Prodi

D III Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

tentang asuhan keperawatan harga diri rendah situasional.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Definisi

Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri,

perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan

akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri

(Yosep, 2010).

Sedangkan menurut (Depkes RI, 2000 dalam Nurarif & Hardhi,

2015, p. 55) Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri

sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak

berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.

2. Macam-macam Harga diri Rendah

a. Situasional

Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009)

didefinisikan sebagai suatu perkembangan persepsi negatif terhadap

harga diri individu sebagai respon terhadap situasi tertentu misalnya

akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat disebabkan akibat

adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan


8

kurang penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran

sosial yang dimiliki.

b. Kronik

Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep

diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama

yang dirasakan pasien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Sedangkan

menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p. 55) harga diri rendah kronis

merupakan evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau

kemampuan diri yang berlangsung lama.

3. Etiologi

Berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang yaitu :

a. Faktor predisposisi

Menurut (Fitria 2009, p. 6) Faktor predisposisi terjadinya harga diri

rendah kronik adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,

kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor presipitasi
9

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya

sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,

mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. (Fitria,2009,

p.6)

4. Manifestasi Klinis

Menurut Fitria (2009 h 6 ; Yosep, 2014 h 264) perilaku-perilaku seperti

dibawah ini diantaranya :

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu

c. Pandangan hidup yang pesimistis

d. Tidak menerima pujian

e. Penurunan produktifitas

f. Penolakan terhadap kemampuan diri

g. Kurang memperhatikan perawatan diri

h. Berpakaian tidak rapi

i. Selera makan berkurang

j. Tidak berani menatap lawan bicara

k. Lebih banyak menunduk

l. Bicara lambat dengan nada suara lemah

m. Merusak/melukai orang lain


10

n. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri

hidup

o. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi

p. Sulit bergaul

q. Menunda keputusan

5. Patofisilogi

Keliat, dkk. (2011, p. 76) menyatakan bahwa harga diri rendah

muncul apabila lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih

dari kemampuanya.

Proses terjadinya harga diri rendah disebabkan karena sering

disalahkan pada masa kecil, jarang diberi pujian atas keberhasilanya.

Individu pada saat mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai,

tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering

gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan.

6. Pohon masalah

Menurut (Yosep, 2014, p. 264) pohon masalah pasien harga diri rendah

yaitu :

Isolasi Sosial Effect

Harga Diri Rendah Core Problem


11

Koping Tidak Efektif Causa

7. Penatalaksanaan

Terapi yang dapat diberikan pada pasien harga diri rendah antara lain :

a. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi

dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. (Nurarif dan

Hardhi, 2015, p. 56).

b. Terapi hubungan interpersonal

Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah

komunikasi antar orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

peserta menangkap langsung baik secara verbal maupun secara tatap

muka.

8. Rentang Respon Konsep Diri

Prabowo, (2014 hal 109) menjelaskan rentang respon adaptif dan

maladaptif klien dengan harga diri rendah adalah :

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapinya.


12

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang

positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan

dapat diterima.

2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai

pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari

hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.

b. Respon maladaptive

Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia

tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.

1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai

dirinya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.

2) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas

sehingga tidak memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.

3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu


mempunyai

kepribadian secara intim.

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktuali- Konsep Harga diri Kerancuan De- sasi Diri diri positif rendah

identitas perso

nalisasi
13

Sumber : Keliat, 1999 dalam Fitria 2009, h6.

Skema 1.2 Rentang Konsep Diri

B. KONSEP DASAR TERAPI HUBUNGAN INTERPERSONAL

1. Definisi

Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah

komunikasi antar orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

peserta menangkap langsung baik secara verbal maupun secara tatap

muka.

2. Teori Hubungan Interpersonal

Ada beberapa teori hubungan interpersonal. Berdasarkan teori dari

Coleman dan Hammen, Jalaluddin Rakhmat (1998) dalam Suranto

(2011) ada tiga buah teori atau model hubungan interpersonal yaitu :

a. Teori Pertukaran Sosial

Teori ini memandang bahwa pola hubungan interpersonal

menyerupai transaksi dagang. Hubungan antara manusia

(interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional,

yaitu apakah memperoleh keuntungan dalam sebuah transaksi atau

justru mengalami kerugian. Jika memperoleh keuntungan maka

hubungan interpersonal berjalan mulus, akan tetapi jika merasa rugi

maka hubungan itu akan terganggu dan putus bahkan berubah


14

menjadi permusuhan. Dengan demikian, orang berniat untuk

menjalin hubungan dengan orang lain karena dilandasi oleh adanya

keinginan untuk mendapat keuntungan, yaitu memenuhi

kebutuhannya asumsi teori ini, setiap individu secara sadar merasa

nyaman menjalin hubungan interpersonal hanya selama hubungan

terbut memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (reward dan

cost).

b. Teori Peranan

Menurut Rakhmat (2012), teori peranan memandang hubungan

interpersonal sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus

memainkan peranannya sesuai dengan ”skenario” yang di buat oleh

masyarakat. Menurut teori ini, jika kita mematuhi skenario, maka

hidup kita akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka kita

akan di cemooh oleh penonton dan ditegur oleh sutradara.

c. Teori Penetrasi Sosial

Teori ini dikemukakan oleh Altman dan Taylor (Liliweri, 1991)

dalam Budyatna (2012) bahwa dalam hubungan antara pribadi telah

terjadi penyusupan sosial ketika baru berkenalan dengan orang lain,

untuk pertama kalinya yang dimulai ketidakakraban kemudian

dalam proses yang terus menerus berubah menjadi lebih akrab

sehingga pengembangan hubungan mulai terjadi. Dimana mulai


15

menghitung apa yang bisa diterima dan keuntungan apa yang bisa

diperoleh. Jadi hubungan antara pribadi melewati suatu proses, terus

berjalan, berubah dalam berbagai gejala-gejala perilaku yang

ditunjukannya.

3. Hal-hal Dalam Hubungan Interpersonal

Hal-hal yang harus dimiliki dalam sebuah hubungan interpersonal

antara lain :

a. Para individu dalam hubungan interpersonal harus berbagi tujuan

dan objektif yang sama. Mereka harus memiliki minat yang sama

dan berpikir dalam jalur yang sama. Dan akan lebih baik jika para

individu tersebut berasal dari latar belakang yang sama.

b. Para individu dalam hubungan interpersonal harus menghormati

cara pandang dan opini satu sama lain. Rasa saling percaya adalah

sangat penting.

c. Para individu harus terikat kepada satu sama lain untuk sebuah

hubungan interpersonal yang sehat.

d. Transparansi memainkan peran yang vital di dalam hubungan

interpersonal. Adalah sangat penting bagi individu untuk tetap jujur

dan transparan.
16

4. Tahap-tahap perkembangan hubungan interpersonal

a. Pembentukan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa

peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan.

Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha

kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi

kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya

identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada

kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada

tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia,

pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

b. Peneguhan Hubungan

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu

berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan

interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk

mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam

memelihara keseimbangan ini, yaitu: keakraban, kontrol, respon

yang tepat, dan nada emosional yang tepat.

Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.

Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak

sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua


17

adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan

bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda

sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara

lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan.

Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau

tidak ada pihak yang mau mengalah.

c. Ketepatan Respon

Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus

diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan yang

menunjukkan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan

jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan

penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan

verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang

serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang

bersungguh-sungguh diterima dengan air muka sikap tidak percaya,

maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita

sudah memberikan respon yang tidak tepat.

5. Proses hubungan interpersonal

a. Pembentukan

1) Pra interaksi

a) Perawat mebuat rencana interaksi dengan pasien, seperti :


18

- Memilih pasien dengan harga diri rendah.

- Membuat kontrak pasien.

- Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan.

2) Orientasi

a) Perawat membina hubungan saling percaya


dengan

pasiendengan cara seperti :

- Memberikan salam, senyum, bersikap ramah kepada

pasien.

- Perawat memperkenalkan diri kepada pasien.

- Perawat menanyakan nama pasien.

- Perawat menayakan kabar pasien.

b) Perawat menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

pasien.

c) Perawat melakukan kontrak waktu dengan pasien.

3) Tahap kerja

a) Perawat membantu pasien memilih posisi nyaman pasien.

b) Perawat memberikan pertanyaan kepada pasien, seperti :

- Menanyakan keluhan pasien.

- Menanyakan keadaan pasien, dll.

- Perawat mendengarkan jawaban dari pasien.


19

- Perawat memberikan dorongan dan semangat kepada

pasien.

4) Terminasi

a) Perawat menilai kemampuan pasien dalam

berhubungan/berkomunikasi.

b) Perawat memberikan respon positif kepada pasien.

c) Perawat melakukan kontrak waktu yang akan datang dengan

pasien.

5) Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan

klien sesuai dengan tujuan terapi. Untuk terapi stimulasi

sensoris mendengarkan musik kemampuan pasien yang

diharapkan adalah mengikuti kegiatan, responsive terhadap

musik, memberi pendapat tentang musik yang di dengar, dan

berbagai perasaan saat mendengar musik, dan

mendokumentasikannya di lembar evaluasi.


20

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

SITUASIONAL PADA SKIZOFRENIA

1. Pengkajian

Menurut Fitria, (2009, p. 9) menjelaskan ada beberapa data

yang perlu dikaji untuk membuktikan bahwa seseorang mengalami

gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :

a. Data subyektif

1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.

2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu.

3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau

bekerja.

4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri

(mandi, berhias, makan atau toileting).

b. Data obyektif

1) Mengkritik diri sendiri

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimistis

4) Tidak menerima pujian


21

5) Penurunan produktivitas

6) Penolakan terhadap kemampuan diri

7) Kurang memperhatikan perawatan diri

8) Berpakaian tidak rapi

9) Berkurang selera makan

10) Tidak berani menatap lawan bicara

11) Lebih banyak menunduk

12) Bicara lambat dengan nada suara lemah

1. Diagnosa Keperawatan

Studi kasus ini membahas diagnosa keperawatan jiwa harga diri

rendah situasional.

2. Intervensi Keperawatan

Komunikasi yang baik dan kepercayaan adalah kunci

keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi

masalah Harga Diri Rendah, diantaranya :

a. Rencana tindakan untuk pasien

Tujuan :

- Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

- Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


22

- Pasien dapat menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai

kemampuan.

- Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai

kemampuan.

- Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang

sudah dilatih

1) Strategi Pelaksanaan (SP) 1 :

Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

klien dengan cara mendiskusikan dengan klien bahwa klien

masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif

seperti kegiatan maupun hobi, adanya keluarga dan

lingkungan terdekat yang senantiasa menyayangi klien.

2) Strategi Pelaksanaan (SP) 2 :

a) Membantu klien memilih/menetapkan kegiatan sesuai

kemampuan dengan cara mendiskusikan beberapa

aktivitas yang dapat dilakukan baik secara mandiri atau

dengan bantuan orang lain(keluarga) dan dipilih sebagai

kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.

b) Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat

dilakukan klien.

c) Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan


23

klien.

d) Berikan dukungan dan pujian yang nnyata atas kemajuan

yang diperlihatkan klien.

e) Membantu klien merencanakan kegiatan

sesuai kemampuanya.

f) Susun daftar aktifitas yang sudah di ajarkan bersama klien

dan keluarga.

g) Yakinkan bahwa keluarga senantiasa mendukung setiap

aktivitas yang dilakukan klien (Yosep, 2014 h 264).

b. Rencana tindakan untuk keluarga pasien

Tujuan :

- Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang

dimiliki pasien

- Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih

dimiliki pasien.

- Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah

dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

- Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan

pasien.

1) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.


24

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat pasien.

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah

yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

2) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga

a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga

diri rendah.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada

pasien harga diri rendah.

3) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah

termasuk minum obat.

b) Menjelaskan kegiatan pasien setelah pulang.

c. Terapi hubungan interpersonal

3. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dapat dilakukan menurut Fitria (2012, p.31)

pada pasien harga diri rendah yaitu :

a. Tindakan keperawatan untuk pasien

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki pasien.
25

2) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat

digunakan.

3) Membantu pasien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan

sesuai dengan kemampuan.

4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih.

5) Membantu pasien agar dapat merencanakan kegiatan.

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga

1) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat

pasien.

2) Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien yang

mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah.

3) Mendiskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki

pasien.

4) Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan gangguan konsep

diri: harga diri rendah.

5) Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan gangguan

konsep diri: harga diri rendah.

6) Membantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

4. Evaluasi

a. Kemampuan pasien

1) Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


26

2) Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.

3) Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan

pasien.

4) Melatih kemampuan yang telah dipilih.

5) Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih.

6) Melakukan kegiatan sesuai jadwal.

b. Kemampuan keluarga

1) Menjelaskan pengertian serta tanda-tanda orang dengan harga diri

rendah.

2) Menyebutkan tiga cara merawat pasien harga diri rendah

(memberikan pujian, menyediakan fasilitas untuk pasien, dan

melatih pasien melakukan kemampuan).

3) Mampu mempraktekkan cara merawat pasien.

4) Melakukan follow up sesuai rujukan.


DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :

Cv. Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013) Keperawatan jiwa; konsep dan kerangka

kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Enjang ,AS. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung : Nuansa.

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, N. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan &

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP). Jakarta: Salemba

Medika.

Hidayat, A. Aziz. (2011). Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif.

Surabaya : Health Books Publishing.

Keliat, B.A. & Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.

Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic

course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan keperawatn jiwa. Yogyakarta : CV Andi

Offset.

Nurarif, A.H. & Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.


Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta

: Nuha Medika

Stuart, Gail W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. alih bahasa Ramonah P

Kapoh dan Egi Komara Yudha. Edisi 5. Jakarta : EGC

Suranto, Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

WHO. 2009. Improving health systems andservices for mental health (Mental

health policy and service guidance package). Geneva27, Switzerland:

WHO Press.

Wilkinson A. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC

Yosep, H I dan Sutini, T. 2014. Buku ajar keperawatan jiwa. Bandung: PT

Yusuf, AH., PK, Risky F., dan Nihayati, HE. 2015. Buku ajar keperawatan

kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

HARGA DIRI RENDAH DENGAN FOKUS STUDI HUBUNGAN


INTERPERSONAL DI RUANG NAKULA RUMAH SAKIT BANYUMAS

LOW SELF PRICE WITH FOCUS INTERPERSONAL RELATIONSHIP


STUDIES IN NAKULA ROOM HOSPITAL BANYUMAS

Hanif Afdan Rizani1) , Mukhadiono, SST., MH2), Dyah Wahyuningsih, M.Kep2),


1) Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Purwokerto Poltekkes
Kemenkes Semarang
2) Dosen Jurusan Keperawatan Purwokerto Poltekkes Kemenkes Semarang
Email : hanifafdan01@gmail.com
Jurusan Keperawatan Purwokerto : Poltekkes Kemenkes Semarang
JL. Adipati Mersi ; Purwokerto Timur ; Banyumas

ABSTRAK

Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan


perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. Konsep diri
adalah gambaran konsep diri sebagai ide, perasaan dan kepercayaan untuk
mengenal dan siap untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain,
harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan jiwa harga
diri rendah dengan fokus studi hubungan interpersonal mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan kasus kelolaan secara sistematis
dengan dua responden. Hasil dari penelitian didapatkan selama 5 hari adalah
masalah teratasi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan namun dari
membandingkan antara kedua klien hasil implementasi yang dilakukan memiliki
respon yang berbeda-beda. Karena setiap individu memiliki tingkat koping dan
penerimaan pemahaman dari orang lain berbeda. Mengingat pentingnya
pendekatan dan pola asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah maka
perawat perlu memberikan perhatian yang lebih dengan memperhatikan langkah-
langkah sesuai dengan kondisi setiap pasien.

Kata kunci : Harga diri rendah, Hubungan interpersonal

ABSTRACT

Schizophrenia is a collection of clinical syndromes characterized by


cognitive changes, emotions, perceptions and other aspects of behavior.
Selfconcept is a self-concept picture as an idea, feeling and belief to know and be
ready to connect and communicate with others, low self-esteem is a feeling of
worthless, insignificant and low self-esteem due to a negative evaluation of self
and selfability. The purpose of this study is to carry out low self esteem self-care
nursing with focus on interpersonal relationship studies ranging from assessment,
diagnosis, planning, implementation, and evaluation. The method used is
descriptive method that describes cases of systematically managed by two
respondents. The results of the research obtained for 5 days is the problem
resolved in accordance with the established criteria but from comparing between
the two clients the results of the implementation carried out have different
responses. Because each individual has a level of coping and acceptance of
understanding from others is different. Given the importance of nursing approach
and pattern of care to the low self-esteem patient, the nurse needs to pay more
attention by observing the steps according to the condition of each patient.

Keywords: Low self esteem, Interpersonal relationships


terdapat sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini
PENDAHULUAN dan 25% penduduk diperkirakan.
Kesehatan jiwa adalah sikap Pada klien dengan harga diri
yang positif terhadap diri sendiri, rendah dapat dterapkan menggunakan
tumbuh, kembang, aktualisasi diri, terapi hubungan interpersonal. Terapi
keutuhan, kebebasan diri, memiliki hubungan interpersonal memfokuskan
persepsi sesuai kenyataan dan pada hubungan interpersonal pasien,
kecakapan dalam beradaptasi dengan sifat-sifat dan kelemahannya dan
lingkungan (Stuart dan Laraia dalam meningkatkan hubungan tersebut.
Yosep, 2014, h 1). Menurut Idenya adalah apabila seseorang
Undangundang No.36 Tahun 2009 memiliki hubungan yang kuat , kuat
tentang kesehatan, Kesehatan adalah dan penuh penghargaan dengan orang
keadaan sehat, baik secara fisik, lain, kecil kemungkinannya untuk
mental, spritual maupun sosial yang menjadi depresi atau tetap depresi
memungkinkan setiap orang untuk (atau ansietas,dll), dan mereka akan
hidup produktif secara sosial dan lebih merasakan kebahagiaan.
ekonomis. Untuk mencapai tingkat
kesehatan jiwa secara optimal,
pemerintah Indonesia menegaskan
TUJUAN
perlunya upaya peningkatan
kesehatan jiwa, seperti yang
Melaksanakan asuhan
dituangkan dalam Undang-undang
keperawatan jiwa harga diri rendah
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
dengan fokus studi hubungan
Bab IX pasal 144 yang menyatakan
interpersonal mulai dari pengkajian,
bahwa upaya kesehatan jiwa
diagnosa,perencanaan,implementasi
ditujukan untuk menjamin setiap
dan evaluasi.
orang dapat menikmati kehidupan
kejiwaan yang sehat, bebas dari
MANFAAT
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu kesehatan Hasil laporan kasus ini
jiwa (Dalami, 2010, h 2). memberikan manfaat praktis sebagai
informasi untuk pengelolaan asuhan
Fenomena gangguan jiwa pada
keperawatan jiwa harga diri rendah
saat ini mengalami peningkatan yang
dengan fokus studi hubungan
sangat signifikan, dan setiap tahun di
interpersonal.
berbagai belahan dunia jumlah
penderita gangguan jiwa bertambah.
BAHAN DAN METODE
Berdasarkan data dari World Health
Organitation (WHO) dalam Yosep Desain penelitian yang
(2013), WHO memperkirakan digunakan dalam penyusunan karya
sebanyak 450 juta orang di seluruh tulis ilmiah ini adalah desain
dunia mengalami gangguan mental, penelitian deskriptif yaitu metode
penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan yang
mendeskripsikan peristiwa atau dimiliki, menilai kemampuan yang
fenomena yang ada pada saat ini. dapat digunakan, menetapakan
Kemudian studi kasus ini adalah studi kegiatan sesuai dengan kemampuan,
untuk mengeksplorasi masalah melatih kegiatan sesuai dengan
Asuhan jiwa harga diri rendah dengan kemampuan, serta menyusun jadwal
fokus studi hubungan interpersonal di harian.
Rumah Sakit Banyumas. Selain diajarkan SP Sdr.S dan
Sdr.L juga dilatih ketrampilan sosial
HASIL DAN PEMBAHASAN berkenalan dan hasilnya yaitu saat
pengkajian penulis memberikan
Pembahasan berisitentang
quisioner skala tingkah laku Sdr.S
kesenjangan antara konsep teori
mendapat skor 6 pasien tidak berani
dengan hasil pengelolaandari dua
bercakap-cakap dengan keluarga yang
kasus harga diri rendah.Pada
sedang menunggu temannya, pasien
pembahasan ini
belum mengenal kepala ruang
dijelaskan/didiskrisipkan mengenai
Nakula, pasien belum bisa
pengkajian, analisa data, perencanaan
menyebutkan 3 nama perawat dan
tindakan keperawatan, pelaksanaan,
pasien tidak berani mentap teman
dan evaluasi. Berikut merupakan
sebelah kamarnya, sedangkan Sdr.L
pembahasan dari setiap aspek dalam
mendapat skor 5 pasien tidak berani
proses keperawatan, Hasil evaluasi
bercakap-cakap dengan keluarga yang
pada saat awal pertemuan Sdr.S dan
sedang menunggu temannya, pasien
Sdr.L masih sulit diajak
belum mengenal kepala ruang
berkomunikasi, sering mengabaikan
Nakula, pasien belum bisa
perawat namun setelah dilakukan
menyebutkan 3 nama perawat, pasien
tindakan keperawatan selama 5 hari
tidak berani mentap teman sebelah
dengan melakukan pendekatan
kamarnya dan berani bercakap-cakap
menggunakan strategi pelaksanaan
dengan teman sebelah depan
dan terapi hubungan interpersonal
kamarnya, berati kemampuan
Sdr.S dan Sdr.L mengalami
berkomunikasi dan bersosialisasi
perubahan perilaku diantaranya:
pada Sdr.S dan Sdr.L sedang (skor
Sdr.S dan S dr.L mampu
47), dan saat evaluasi penulis
mengidentifikasi kemampuan dan
memberikan quisioner lagi, hasil
aspek positif yang masih dimiliki
skala tingkah laku dari Sdr.S adalah
serta mampu memilih kegiatan yang
9pasien belum bisa menyebutkan 3
sesuai dengan kemampuanya.
nama perawat dan Sdr.L pasien
Sedangkan Sdr.L telah berlatih
belum mengenal kepala ruang Nakula
melakukan kegiatan di RS sesuai
dan tidak bisa menyebutkan 3 nama
dengan kemampuan yang dimiliki
perawat,hanya saja penulis
yaitumenyapu, mengepel dan
menemukan beberapa kendala dalam
merapikan tempat tidur. Sdr.S dan
proses ini diantaranya penulis hanya
Sdr.L juga memiliki jadwal kegiatan
bisa bertemu dengan keluarga pasien
harian selama berada di RS. Hal
saat pasien dijemput pulang kembali
tersebut sesuai dengan tujuan yang
kerumah karena pasien tidak
disusun penulis berdasarkan teori
ditunggui oleh keluarganya saat
Fitria (2012) yang menyatakan bahwa
dalam proses perawatan di ruang
tujuan dilakukan SP harga diri rendah
Nakula, terapi hubungan sosial dapat
diantaranya pasien dapat
meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi
komunikasi dan sosialisasi pada dengan cara yang baik.
pasien harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Dalami, Ermawati. 2010. Konsep
Setelah dilakukan tindakan
Dasar Keperawatan Kesehatan
keperawatan harga diri rendah pada
Sdr.S dan Sdr.L dengan TERAPI Jiwa. Jakarta : Cv. Trans Info
HUBUNGAN INTERPERSONAL di Media.
Ruang Nakula RSUD Banyumas
selama lima hari yang dilakukan dari Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013)
tanggal 17 April 2018 sampai dengan Keperawatan jiwa; konsep dan
21 April 2018, maka simpulan yang
diperoleh masalah harga diri rendah kerangka kerja asuhan
masalah teratasi. Sdr.S pada saat keperawatan jiwa. Yogyakarta:
pengkajian, penulis memberikan
Gosyen Publishing
quisioner skala tingkah laku
mendapat skor 6, setelah dilakukan Enjang ,AS. 2009.
tindakan keperawatan dan pada hari
Komunikasi Konseling.
terahir evaluasi penulis memberikan
quisioner kepada pasien dan Bandung : Nuansa.
mendapatkan skor 9. Sedangkan Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan
pasien Sdr.L pada saat awal
pengkajian penulis memberikan Aplikasi Laporan Pendahuluan
quisioner skala tingkah laku dan Strategi
mendapat skor 5, setelah dilakukan
tindakan keperawatan dan pada hari Pelaksanaan Tindakan
terahir evaluasi penulis memberikan Keperawatan.
quisioner kepada pasien dan
mendapatkan skor 8. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria, N. 2012. Prinsip Dasar dan
SARAN Aplikasi Penulisan Laporan
Setelah dilakukan tindakan Pendahuluan & Strategi
keperawatan kepada Sdr.S dan Sdr.L
Pelaksanaan Tindakan
dengan masalah harga diri rendah,
pada sub bab ini penulis akan Keperawatan (LP & SP).
memberikan saran kepada perawat, Jakarta: Salemba Medika.
rumah sakit, institusi pendidikan serta
klien dan keluarga agar mampu Hidayat, A. Aziz. (2011). Metode
menerapkan cara yang sudah penelitian kesehatan paradigma
diajarkan oleh penulis saat di rumah
sakit maupun saat sudah pulang kuantitatif. Surabaya : Health
kerumah. Hendaknya keluarga juga Books Publishing.
memberikan dukungan kepada klien
Keliat, B.A. & Akemat. 2010. Model
agar selalu berfikir positif sehingga
tidak merasa minder, malu dan Praktik Keperawatan
memotivasi klien agar mampu
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. Ilmu Undang-Undang Nomor 39
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Tahun
Kesehatan Jiwa Komunitas : 2009 tentang Kesehatan.
CMHN(basic course). Buku WHO. 2009. Improving health
Kedokteran. Jakarta: EGC. systems andservices for mental
health (Mental health policy
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
and service guidance package).
keperawatn jiwa. Yogyakarta : Geneva27, Switzerland: WHO
CV Andi Offset. Press.
Nurarif, A.H. & Hardhi, K. 2015. Wilkinson A. 2009. Buku Saku
Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosis Keperawatan. Buku
Berdasarkan
Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC
Jilid 2.
Jakarta: EGC.
Nursalam. (2013).
Metodologi
penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Prabowo, Eko. 2014.
Konsep dan Aplikasi
Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika
Stuart, Gail W. 2013. Buku
Saku Keperawatan
Kedokteran : EGC
Jiwa. alih bahasa Ramonah P
Yosep, H I dan Sutini, T. 2014. Buku
Kapoh dan Egi
ajar keperawatan jiwa.
Komara Yudha. Edisi 5. Jakarta
Bandung: PT
: EGC
Yusuf, AH., PK, Risky F., dan
Suranto, Aw. 2011. Komunikasi
Nihayati, HE. 2015. Buku ajar
Interpersonal. Yogyakarta : Graha
keperawatan kesehatan jiwa.
Jakarta: Salemba Medik

Anda mungkin juga menyukai