DISUSUN OLEH :
KRISTIANUS
1420121134
1
3. Klasifikasi
Adapun beberapa klasifikasi tahapan masa post partum menurut
Wahyuningsih (2019), yaitu:
a. Immediate Postpartum (setelah plasenta lahir-24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampir 24 jam, adapun masalah
yang sering terjadi, yaitu perdarahan karena atonia uteri.
b. Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Harus dipastikan involusi uteri normal, tidak ada perdarahan, lokia
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan
cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Late Postpartum (1 minggu-6 minggu)
Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling atau pendidikan kesehatan Keluarga Berencana (KB).
4. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari post partum menurut adalah sebagai
berikut, yaitu:
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi
fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi:
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta ± 2 cm di bawah umbilicus dengan ± 1000 gram
lahir bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilicus dan 500 gram
simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
2
b) Lochia sanguinolenta, berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, terjadi pada hari ke-3 hingg ke-7 pasca persalinan.
c) Lochia serosa, keluarnya cairan tidak berisi darah berwarna
kuning. Terjadi pada hari ke-7 hingga ke-14 hari pasca
persalinan.
d) Lochia alba, yaitu cairan putih setelah 2 minggu pasca
persalinan.
3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi karena pengaruh
hormone laktogen (prolactin) terhadap kelenjar payudara.
b. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah pulih dari analgesia, anestesia, maupun keletihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
2) Motilitas
Penurunan tonus dan motilitas otot traktur cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3) Defekasi
Ibu menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang
dirasakannya di perineum akibat episiotomy, laserasi, ataupun
hemoroid.
c. Sistem Perkemihan
1) Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir.
5. Komplikasi
Adapun komplikasi-komplikasi yang ada pada post natal menurut,
yaitu:
3
a. Perdarahan
b. Infeksi Puerperalis
c. Endometritis
d. Mastitis
e. Infeksi Saluran Kemih
f. Tromboplebitis dan Trombosis
g. Emboli
h. Postpartum Depresi
6. Patofisiologi/ Patoflow
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada diuterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi, antonivteri dan subinuolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tidak
menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma
jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture
uterijuga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah.
Pendarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock
hemoragi.
4
5
7. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang menurut Wahyuningtyas
(2019), yaitu:
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht): mengkaji
perubahan dari 12-24 jam postpartum (jika Hb < 10 g%, dibutuhkan
suplemen Fe), eritrosit, leukosit, dan trombosit.
b. Urinalis: kultur urin, darah, vaginal, dan lokea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.
8. Penatalaksanaan
Menurut Larasati (2014), adapun penatalaksanaan dalam post partum
atau post natal, yaitu sebagai berikut:
a. Observasi ketat dua jam post partum (adanya komplikasi perdarahan).
b. 6-8 jam pasca persalinan, yaitu istirahat dan tidur tenang serta
usahakan miring kiri dan kanan.
c. Hari ke-1 dan 2 memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, dan
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2, yaitu mulai latihan untuk duduk.
e. Hari ke-3, pasien diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
a) Identitas Pasien
b) Identitas Penanggung Jawab (Suami)
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama
(2) Keluhan Waktu didata
(3) Pengaruh Penyakit terhadap ADL
6
b) Riwayat Kesehatan yang Lalu
(1) Riwayat Haid
(2) Riwayat Kontrasepsi
3) Riwayat Kehamilan atau Persalinan
a) Jumlah Anak Hidup
b) Interval Kelahiran
c) Penolong Persalinan
d) Tempat Persalinan
e) Masalah Persalinan
4) Riwayat Perkembangan Reproduksi
5) Riwayat Sosial
a) Lingkungan Sosial Pasien
b) Nilai-nilai dalam Keluarga
c) Sikap Pasien Maskulin atau Feminim
6) Riwayat Psikologis
a) Riwayat Mengatasi Masalah
b) Hubungan Pasien dengan Orang Lain
c) Perubahan Hubungan Seksual
d) Kekuatan Psikologis Pasien
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
b) General Survey
c) Inspeksi
d) Palpasi
8) Pemeriksaan Dalam
a) Portio
b) Corpus Uteri
c) Parametrium
d) Pap Smear
9) Data Penunjang
7
b. Diagnosa Keperawatan Utama
1) Nyeri akut
2) Risiko Infeksi
3) Intoleransi Aktivitas
c. Rencana Asuhan Keperawatan
No Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Tingkat nyeri L.08066 Manajemen Nyeri (I. 08238)
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan selama 3x24 jam, a) Observasi tanda-tanda vital
R
diharapkan masalah nyeri dan /Deteksi dini terhadap
kenyamanan: nyeri akut dapat perkembangan pasien
teratasi dengan kriteria hasil: b) Identifikasi lokasi,
a. Kemampuan menuntaskan karakteristik, durasi, frekuensi,
aktivitas meningkat kualitas, dan intensitas nyeri
b. Keluhan nyeri menurun dan skla myeri .
R
c. Meringis menurun /Mengetahui lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri untuk
memberikan intervensi yang
tepat.
2. Terapeutik
a) Berikan teknik
nonfarmakologis
R
/ Teknik nonfarmakologis
dapat membantu pasien
dalam meringankan rasa
nyeri
b) Kontrol lingkungan yang
memperat rasa nyeri
R
/ Lingkungan yang nyaman
dana man dapat membantu
mengurangi rasa nyeri
pasien
3. Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
R
/ Memberitahu pasien tentang
berbagai macam strategi
dalam mangatasi nyeri
b) Anjurkan teknik
nonfarmakologis (teknik napas
dalam)
R
/ Teknik napas dalam dalam
8
membantu merilekskan
otot-otot pasien sehingga
nyeri dapat berkurang
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
R
/ obat yang membantu dalam
meredakan nyeri
9
a) Kolaborasi pemberian
imuniasi, jika perlu
R
/ Imunisasi pada dasarnya
sebagai upaya dalam
mencegah penyakit
menular yang ada di
pasien maupun dari orang
lain.
3 Tolenransi aktivitas L.05047 Manajemen Energi (I. 05178)
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan selama 3x24 jam, a. Identifikasi gangguan fungsi
diharapkan masalah aktivitas tubuh yang mengakibatkan
dan istirahat: intoleransi kelelahan
R
aktivitas dapat teratasi dengan / Mengetahui gangguan
kriteria hasil: fungsi tubuh pasien
a. Kemudahan melakukan
aktivitas sehari-hari
meningkat b. Monitor kelelahan fisik dan
b. Kecepatan berjalan emosional
R
meningkat / Mengetahui kelelahan fisik
c. Jarak berjalan meningkat ataupun emosional pasien
2. Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
(misalnya cahaya, suara,
kunjungan)
R
/ Lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus dapat
membantu proses
pemulihan pasien
b. Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/ atau aktif
R
/ Mengaktifkan otot-otot
pasien agar tidak kaku
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
R
/ Tirah baring membantu
pasien untuk lebih banyak
beristirahat
b. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
R
/ Aktivitas secara bertahap
membantu pasien untuk
beraktivitas walau sedikit
demi sedikit
4. Kolaborasi
10
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
R
/ Membantu pasien dalam
meningkatkan asupan
makanan bersama ahli gizi
11
DAFTAR PUSTAKA
Ningrum, A., Titisari, I., Kundarti, F., & Setyarini, A. (2017). Pengaruh
Pemberian Teknik Marmet Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di
Bpm Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(2), 46 - 55. doi:10.32831/jik.v5i2.134
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.