Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL


BANDUNG
2022
Laporan Pendahuluan Intranatal
A. Pengertian
Persalinan normal merupakan persalinan secara spontan (dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), memiliki risiko rendah pada
awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42
minggu, setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi baik (WHO).
Persalinan (partus) merupakan proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan normal jika prosesnya terjadi pada
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa adanya penyulit. Persalian
dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks yang membuka dan menipis serta berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan pada serviks ibu (Damayanti, dkk, 2015).
B. Etiologi
Menurut Asnan (2018), ada beberapa penyebab-penyebab terjadinya
persalinan, yaitu:
1. Teori Penurunan Hormon Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan, keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi saat akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
2. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu,
timbul kontraksi pada otot-otot rahim.
3. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal
ini dapat menimbulkan his.

1
2

4. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh Janin
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anecephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia
pada otot-otot rahim sehingga dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori Iritasi Mekanik
Pada belakang serviks terletak ganglion servikalis, jika ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan
his.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Thoro (2017), ada beberapa manifestasi klinis dalam persalinan
pada ibu, yaitu:
1. Persalinan Palsu
a. Terjadinya Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan oleh:
1) Kontraksi Braxton hicks
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamentum rotandum
4) Gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah
b. Masuknya Kepala Bayi ke Pintu Atas Panggul
1) Terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang
2) Pada bagian bawah terasa sesak
3) Terjadi kesulitan saat berjalan
4) Sering miksi
3

c. Terjadinya His Permulaan


Pada kehamilan muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks
sebagai keluhan karena merasa sakit dan mengganggu, terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan memberikan
kesempatan rangsangan oksitosin.
Semakin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron
makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi
yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his permulaan atau palsu,
yaitu:
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah bila beraktivitas
2. Persalinan
Terjadinya his persalinan. His persalinan memiliki sifat sebagai
berikut:
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b. Sifatnya teratur, interval pendek, dan kekuatannya semakin
membesar
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Makin beraktivitas, jalan kekuatan makin bertambah
e. Pengeluaran lendir dan darah
f. Pendataran dan pembukaan
g. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
3. Pengeluaran Cairan
Ada beberapa kasus ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan, sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Ketuban yang pecah diharapkan berlangsungnya persalinan dalam waktu
24 jam.
4

D. Patofisiologi/ Patoflow
5

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Thoro (2017), ada beberapa pemeriksaan penunjang dalam
persalinan ibu, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi hemoglobin dan urinalisis serta
protein urin
2. Pemeriksaan ultrasonografi
3. Pemantauan janin dengan kardiotokografi
4. Amniosentesis dan kariotiping
F. Penatalaksanaan
Menutur Thoro (2017), penatalaksaan medis pada persalinan untuk ibu
dan bayi adalah:
1. Ibu
a. 8 ampul oksitosin 1 m 10 U atau 4 oksitosin 2 ml U/ml
b. 20 ml lidokain 1% tanpa epinefrin atau 10 ml lidokain 2% tanpa
epinefrin
c. 3 botol RL
d. 2 ampul metal ergometrin maleat yang disimpan dalam suhu 2-80 oC
2. Bayi
a. Salep mata tetrasiklin
b. Vitamin K 1 mg
Adapula pemeriksaan kala I hingga kala IV pada saat persalinan ibu
hamil, yaitu:
1. Kala I
a. Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala 1 jika pembukaan serviks
kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi minimal 2 kali dalam 10
menit selama 40 detik.
b. Penanganan
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan
dan kesakitan.
6

2) Jika ibu tersebut tampak kesakitan dukungan yang dapat


diberikan, lakukan perubahan posisi, sarankan untuk berjalan.
3) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi
serta prosedur yang akan dilaksanan dan hasil-hasil
pemeriksaan.
4) Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air kecil/besar.
5) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi
dengan cara, gunakan kipas angina/AC.
6) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi
berikan cukup minum.
7) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
c. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap empat jam
selama kala I pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut:
1) Warna cairan amnion
2) Dilatasi serviks
3) Penurunan kepala
2. Kala II
a. Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6cm.
b. Penanganan
1) Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu dengan
mendampingi agar merasa nyaman
2) Menjaga kebersihan diri
3) Mengipasi dan masaseg untuk menambah kenyamanan bagi ibu
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
7

5) Mengatur posisi ibu


6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum
c. Posisi Saat Meneran
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
2) Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambil nafas
3) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi
untuk memastikan janin tidak mengalami brakikardi
d. Kelahiran Kepala Bayi
1) Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat
kepala bayi lahir
2) Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu
cepat
3) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya
4) Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran
lender/darah
5) Periksa tali pusat
e. Kelahiran Bahu dan Anggota Seluruhnya
1) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
2) Tempatkan kedua tangan pada posisi kepala dan leher bayi
3) Lakukan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu depan
4) Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang
5) Selipkan satu tangan anda kebahu dan lengan bagian belakang
bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya
kepunggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
6) Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya
7) Secara menyeluruh keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasannya
8) Jika bayi menangis dan bernafas tinggalkan bayi tersebut
bersama ibunya
8

9) Klem dan pototng tali pusat


10) Pastikan bahwa bayi tetap hangat
11) Bungkus dengan kain yang halus dan kering
3. Kala III
a. Manajemen Aktif
1) Pemberian oksitosin dengan segera
2) Pengendalian tarikan tali pusat
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi
yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
1) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran
bayi
2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang putting payudara ibu atau
susukan pada bayi
c. Lakukan Penanganan Tali Pusat
1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis
pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan
gerakan dorso kranial kearah belakang dan kearah kepala ibu
2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem5-6 cm
didepan vulva.
3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi
kuat
4) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang
terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus
5) PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
6) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan
tangan atau klem pada tali pusat sesuai dengan jalan lahir.
9

4. Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan
fisik yang luar biasa, ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dalam perut ibu ke dunia luar.
b. Penanganan
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-
30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase
uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan
2) Periksa TTV, kandung kemih dan perdarahan selama 15 menit
pada jam 1 dan setiap 30 menit selama jam 11
3) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih
dan kering
5) Biarkan ibu beristirahat
6) Berikan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayi
7) Jika ibu perlu kekamar mandi, ibu boleh bangun dan pastikan
ibu dibantu
8) Ajari ibu atau keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus
dan menimbulkan kontraksi, tanda-tanda bahaya bagi ibu dan
bayi
G. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
2) Identitas Penanggung Jawab (Suami)
b. Riwayat Keperawatan
10

1) Persepsi terhadap Persalinan


2) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Menstruasi
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
c) Kehamilan Sekarang
d) Persalinan Sekarang
c. Data Tambahan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kala I
1) Nyeri Akut
2) Ansietas
b. Kala II
1) Nyeri Akut
2) Risiko Infeksi
c. Kala III
1) Risiko Defisit Volume Cairan
d. Kala IV
1) Intoleransi Aktivitas
(Jurnal Universitas Sumatera Utara, 2011)
3. Perencanaan Keperawatan
No Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Nyeri Akut D.0077 Manajemen Nyeri (I. 08238)
Tingkat nyeri L.08066 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan a) Observasi tanda-tanda vital
R
keperawatan selama 3x24 jam, /Deteksi dini terhadap
diharapkan masalah nyeri dan perkembangan pasien
kenyamanan: nyeri akut dapat b) Identifikasi lokasi, karakteristik,
teratasi dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, dan
a. Kemampuan menuntaskan intensitas nyeri.
R
aktivitas meningkat /Mengetahui lokasi,
b. Keluhan nyeri menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
c. Meringis menurun kualitas, dan intensitas nyeri
untuk memberikan intervensi
yang tepat.
2. Terapeutik
a) Berikan nonfarmakologis
R
/ dapat membantu pasien dalam
meringankan rasa nyeri
11

b) Kontrol lingkungan yang


memperat rasa nyeri
R
/Lingkungan yang nyaman dana
man dapat membantu
mengurangi rasa nyeri pasien
3. Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R
/Memberitahu pasien tentang
berbagai macam strategi dalam
mangatasi nyeri
b) Anjurkan teknik nonfarmakologis
(teknik napas dalam)
R
/Teknik napas dalam dalam
membantu merilekskan otot-
otot pasien sehingga nyeri dapat
berkurang
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
R
/Analgetik merupakan obat
yang membantu dalam
meredakan nyeri
2 Risiko Infeksi D.0142 Pencegahan Infeksi (I. 14539)
Tingkat infeksi L.141137
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan selama 3x24 jam, a) Observasi tanda-tanda vital
R
diharapkan masalah keamanan dan /Deteksi dini terhadap
proteksi: risiko infeksi dapat perkembangan pasien
teratasi dengan kriteria hasil: b) Monitor tanda dan gejala infeksi
a. Kebersihan tangan meningkat lokal dan sistemik
R
b. Kebersihan badan meningkat /Deteksi dini terhadap gejala
c. Demam menurun infeksi lokal dan sistemik
2. Terapeutik
a) Batasi jumlah pengunjung
R
/Mengurangi interaksi antara
pasien dan pengunjung untuk
mengurangi penyebaran
bakteri maupun kuman yang
ada
b) Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
R
/Cuci tangan dapat mencegah
penularan infeksi silang
3. Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
R
/Tanda dan gejala infeksi adalah
dolor (nyeri), kalor (panas),
tumor (bengkak), rubor
(kemerahan), dan fungsio
12

laesa (perubahan fungsi dari


jaringan yang mengalami
infeksi)
b) Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
R
/Mencuci tangan dengan benar
dapat mengurangi
kemungkinan infeksi silang
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian imuniasi,
jika perlu
R
/Imunisasi pada dasarnya
sebagai upaya dalam
mencegah penyakit menular
yang ada di pasien maupun
dari orang lain.
3 Intoleransi Aktivitas D.0056 Manajemen Energi (I. 05178)
Tolenransi aktivitas L.05047 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi gangguan fungsi
keperawatan selama 3x24 jam, tubuh yang mengakibatkan
diharapkan masalah aktivitas dan kelelahan
R
istirahat: intoleransi aktivitas dapat /Mengetahui gangguan fungsi
teratasi dengan kriteria hasil: tubuh pasien
a. Kemudahan melakukan b. Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas sehari-hari meningkat emosional
R
b. Kecepatan berjalan meningkat /Mengetahui kelelahan fisik
c. Jarak berjalan meningkat ataupun emosional pasien
2. Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (misalnya
cahaya, suara, kunjungan)
R
/Lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus dapat
membantu proses pemulihan
pasien
b. Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/ atau aktif
R
/Mengaktifkan otot-otot pasien
agar tidak kaku
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
R
/Tirah baring membantu pasien
untuk lebih banyak
beristirahat
b. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
R
/Aktivitas secara bertahap
membantu pasien untuk
beraktivitas walau sedikit
demi sedikit
13

4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
R
/Membantu pasien dalam
meningkatkan asupan
makanan bersama ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA

Asnan, A. (2018). Laporan Pendahuluan Asuhan Kepeawatan Intranatal Care


(INC). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2020, dari
https://www.academia.edu/33721437/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUH
AN_KEPERAWATAN_INTRANATAL_CARE_INC
Damayanti, dkk. (2015). Panduan Lengkap Keterampila Dasar Kebidanan II.
Yogyakarta: Deepublish
Jurusan Keperawatan Pontianak. Format Asuhan Keperawatan Intranatal.
Pontianak: Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Lestari, I., Abadi, A., & Purnomo, W. (2012). Pengaruh Deep Bak Massage
terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif dan Kecepatan
Pembukaan pada Ibu Bersalin Primigravida. The Indonesian Journal of
Public Health Vol. 9 No. 1. Hal. 37-50.
Thoro, F. (2017). Laporan Pendahuluan Intranatal. Diakses pada tanggal 26
Oktober 2020, dari
https://www.academia.edu/30466955/LAPORAN_PENDAHULUAN_INTR
ANATAL
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wiknjosastro, H. (2011). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

14

Anda mungkin juga menyukai