Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan
judul “Nefrotik Syndrome” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Anak. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan
untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar
selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Studi ....................................................................................3
D. Ruang Lingkup ................................................................................3
E. Manfaat Studi Dokumentasi ............................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian .......................................................................................5
B. Etiologi ............................................................................................5
C. Tanda dan Gejala.............................................................................6
D. Anatomi Fisiologi ............................................................................6
E. Patofisiologi......................................................................................9
F. Pathway..........................................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
H. Penatalaksanaan Medis...................................................................12
I. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................27
B. Saran...............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom Nefrotik (SN) pada anak merupakan penyakit yang paling
sering ditemukan. Sindrom Nefrotik sendiri merupakan keadaan klinis yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma sehingga menimbulkan hypoalbuminemia,
hyperlipidemia, edema dan proteinuria (Nurarif, dkk 2013). Proteinuria masif
merupakan tanda khas SN yang berat yang disertai kadar albumin serum
rendah ekskresi protein dalam urine juga berkurang. Proteinuria juga
berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN.
Hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan lipiduria, gangguan keseimbangan
nitrogen, gangguan metabolisme kalsium dan tulang, serta hormon tiroid sering
dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi ginjal normal kecuali pada
sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir
(Kharisma, 2017)
Hasil studi deskriptif potong lintang yang dilakukan oleh Indra (2014)
menunjukkan bahwa selama 2011-2014 terdapat 61 kasus hipervolemia pada
Sindrom Nefrotik di poliklinik anak RSUP Fatmawati Jakarta. Kebanyakan
mereka datang dengan keluhan edema. Pada pasien anak dengan Sindrom
Nefrotik biasanya juga akan didapatkan kenaikan berat badan yang dapat
mencapai hingga 50 % dari berat badan sebelum menderita Sindrom Nefrotik
sehingga anak akan terlihat gemuk. Hal tersebut terjadi akibat dari volume
cairan berlebihan yang menumpuk pada jaringan disekitarnya sehingga
menimbulkan edema.
Dampak yang dapat terjadi menurut Nilawati (2012) jika hipervolemia
tidak segera ditangani adalah edema yang dapat semakin meluas keseluruh
tubuh, ditandai dengan asites, efusi pleura, dan edema pada daerah genital.
Seringkali dijumpai dengan gejala anokreksia, nyeri perut dan diare. Pada
kasus lain dapat disertai hipertensi maupun hematuria gross. Selain itu juga
dapat terjadi pembengkakan jaringan pada jantung, gagal jantung, kerusakan
1
2
jaringan dan pemulihan luka yang lama. Sindrom Nefrotik dapat berkembang
menjadi gagal ginjal total apabila tidak dilakukan perawatan dan usaha
penyembuhan yang baik dari tenaga kesehatan.
Peran perawat sebagai pemberi asuhan sangat penting dalam
penanganan pasien Sindrom Nefrotik baik secara mandiri maupun secara
kolaboratif untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pertama perawat
dapat berperan sebagai preventif yaitu dengan melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien Sindrom Nefrotik khususnya pada program
perawatan manajemen cairan dan terkait dengan pemberian nutrisi, yang kedua
perawat dapat berperan sebagai pendidik atau berperan sebagai promotif
dimana perawat melakukan penyuluhan tentang pengertian, komplikasi, dan
cara perawatan pada pasien hipervolemia pada SN, yang ketiga perawat dapat
berperan sebagai pengelola atau berperan sebagai kuratif yaitu dengan merawat
dan mengelola pemberian obat pada pasien hipervolemia dengan SN. Peran
rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan pasien untuk banyak beristirahat agar
tidak kambuh lagi.
Perawat juga dapat berperan sebagai motivator dimana perawat dapat
mendorong dan memberi support pada anggota keluarga untuk ikut serta dalam
merawat penderita baik di rumah sakit ataupun setelah pulang nanti. Selain itu
keluarga juga dapat ikut serta dalam mendeteksi secara dini tentang keluhan-
keluhan penderita, sehingga dapat melakukan usaha promotif, preventif
maupun rehabilitatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka rumusan
masalah dengan Sindrom Nefrotik yang meliputi :
1. Bagaimana hasil studi dokumentasi mengenai pengkajian dengan Sindrom
Nefrotik ?
2. Bagaimana hasil dokumentasi mengenai diagnosa keperawatan dengan
Sindrom Nefrotik ?
3. Bagaimana hasil dokumentasi mengenai perencanaan keperawatan dengan
3
Sindrom Nefrotik ?
4. Bagaimana hasil dokumentassi pelaksanaan keperawatan dengan Sindrom
Nefrotik ?
5. Bagaimana hasil dokumentasi mengenai evaluasi dan pendokumentasian
keperawat dengan Sindrom Nefrotik ?
D. Ruang Lingkup
Makalah ini termasuk dalam lingkup keperawatan Anak. Materi yang
dibahas adalah Studi Dokumentasi dengan Sindrom Nefrotik .
4
A. Pengertian
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
kerusakan glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus
terhadap protein plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009). Sindrom nefrotik adalah
penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan
penurunan fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik
merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong, 2008).
Berdasarkan pengertian diatas, Sindrom nefrotik pada anak
merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik
proteinuria, hipoalbumininemia, hiperlipidemia yang disertai edema.
B. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang
pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit
autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi
menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada
masa neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi
tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal pada
bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
5
6
Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang membulat (ujung
superior dan inferior), margo lateral yang membulat konveks, dan pada
margo medialis terdapat cekungan yang disebut hilum. Arteria dan vena,
pembuluh limfe, nervus renalis, dan ujung atas ureter bergabung dengan
ginjal pada hilum.
E. Patofisiologi
Menurut Betz & Sowden (2009), Sindrom nefrotik adalah keadaan
klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan protein, hipoalbumin,
hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskuler
menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan tekanan
hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga
interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler
menstimulasi system renin– angiotensin yang mengakibatkan diskresikannya
hormone antidiuretik dan aldosterone. Reabsorsi tubular terhadap natrium
(Na) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya menambah volume
intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan edema.
Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunan volume
vaskuler yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari
koagulasi protein. Kehilangan immunoglobulin pada urine dapat mengarah
pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
10
PATWHAY
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz & Sowden (2009), Pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Uji urine
a. Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari),
bentuk hialin dan granular, hematuria
b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
c. Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria
d. Osmolalitas urine : meningkat
2. Uji darah
a. Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)
b. Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai
1000 mg/dl)
c. Kadar trigliserid serum : meningkat
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat
e. Hitung trombosit : meningkat ( mencapai 500.000 sampai
1.000.000/ul)
f. Kadar elektrolit serum : bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan
3. Uji diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin) menginduksi remisi. Dosis
akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan diatasi
dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wong (2008), Penatalaksanaan medis untuk Sindrom nefrotik
mencakup :
1. Pemberian Kortikosteroid (prednison atau prednisolon)
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema
a. Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakaan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan
18
19
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat.
2) Seimbangkan istirahat dan aktivitas bila ambulasi.
3) Rencanakan dan berikan aktivitas tenang.
4) Instruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah dan anoreksia (Wong, 2008).
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan
masukan yang adekuat, mempertahankan berat badan.
Intervensi :
1) Tanyakan makanan kesukaan pasien
2) Anjurkan keluarga untuk mendampingi anak pada saat makan
3) Pantau adanya mual dan muntah
4) Bantu pasien untuk makan
5) Berikan makanan sedikit tapi sering
6) Berikan informasi pada keluarga tentang diet klien
e. Ketakutan anak berhubungan dengan tindakan keperawatan
(Wilkinson, 2011).
Tujuan : Ketakutan anak berkurang.
Kriteria hasil : Anak merasa tenang dan anak kooperatif.
Intervensi :
1) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi diperkirakan akan
dialami selama prosedur dilakukan
3) Berusaha memahami perspektif pasien dari situasi stress
4) Dorong keluarga untuk tinggal dengan pasien
5) Lakukan terapi bermain
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan orangtua tentang penyakit dan keperawatannya.
2) Identifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan mengenai
23
Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada pengaruh yang
signifikan dari konsumsi ekstrak ikan gabus dalam meningkatkan kadar
albumin darah pasien dengan sindroma nefrotik dan sirrosis hepatis.
Penelitian mendapatkan bahkan terjadi penurunan kadar albumin pada
24
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan
diri klien dan menilai sejauh mana masalah klien dapat diatasi. Perawat
dapat memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya
tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses
keperawatan dapat dimodifikasikan(Mitayani,2011).
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari studi dokumentasi yang telak dilaksanakan yaitu :
1. Hasil studi dokumentasi mengenai pengkajian hipervolemia pada pasien
An. A dengan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) antara lain
didapatkan data pengkajian yang sebagian sudah sesuai dengan batasan
karakteristik.
2. Hasil studi dokumentasi mengenai penegakan diagnosa keperawatan
hipervolemia pada pasien An. A dengan Sindrom Nefrotik Resisten
Steroid (SNRS) antara lain hipervolemia pada kasus An A sudah tepat
ditegakkan sebagai diagnosis karena definisi dan kriteria sudah sesuai teori
yakni pada buku SDKI (2017).
3. Hasil dari rencana keperawatan hipervolemia pada pasien An. A dengan
Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) antara lain secara umum
rencana tindakan dibuat berdasarkan tujuan dan rencana tindakan sesuai
dengan kriteria hasil yang ingin dicapai. Intervensi yang ditemukan di
studi dokumentasi sebagian sudah sesuai dengan teori.
4. Hasil dari studi dokumentasi mengenai pelaksanaan hipervolemia pada
pasien An. A dengan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) antara
lain pelaksanaan sebagian sesuai dengan teori.
5. Hasil dari studi dokumentasi mengenai evaluasi keperawatan hipervolemia
pada pasien An. A dengan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS)
antaralain selama perawatan 3 x 24 jam masalah teratasi sebagian dengan
haisl BB menurun, proteinuria berkurang, edema tidak ada.
sudah sesuai karena data yang didapat sudah tertera tanggal, waktu dan
menggunakan SOAP. Namun juga ada beberapa yang kurang sesuai dengan
prinsip pendokumentasian antara lain data yang didapat tidak mencantumkan
evaluasi proses dan di evaluasi hasil planningnya tidak dituliskan secara
menyeluruh planning apa saja yang akan dilakukan selanjutnya.
Faktor penghambat pada studi dokumentasi ini antara lain metode
yang dilakukan dengan studi dokumentasi sehingga tidak memungkinkan
untuk memperoleh data secara primer di Rumah Sakit. Untuk kelemahannya
sendiri data yang diperoleh merupakan data sekunder dimana data yang
diperoleh dari orang lain sehingga penulis tidak bisa menggubah data yang
diterima dan tidak dapat mengklarifikasi kebenarannya, sedangkan untuk
kelebihannya antara lain waktu penelitian berbeda dengan sebelumnya yaitu
lebih panjang selama 3 bulan, jumlah sampel yang diteliti hanya satu sehingga
lebih fokus untuk diteliti.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan saran
antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian yang
selanjutnya, yang terkait dengan masalah seperti hipervolemia pada pasien
Sindrom Nefrotik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan atau mencari metode penelitian
lain seperti metode penelitian sekunder. Apabila peneliti selanjutnya ingin
menggunakan metode kualitatif agar mencari referensi sebanyak-
banyaknya
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 5. Jakarta : EGC