Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


“CAMPAK”

\
Disusun Oleh kelompok 16

NOPRIANI : 1420121143
WINA MARIA : 1420121113

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2022
BAB 1
A. Latar belakang
Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Campak
merupakan salah satu penyebab kesakitan terutama pada bayi.
Penatalaksanaan campak dapat bersifat simptomatis atau
suportif.Desentralisasi Kesehatan bertujuan untuk memeratakan akses
Kesehatan di Indonesia sekaligus sebagai suatu usaha untuk Kesehatan
masyarakat. Penyakit campak merupakan penyakit infeksi yang sangat
menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus. Menurut data WHO
2010 jumlah kasus yang dilaporkan yaitu sebanyak 344.276 kasus dan
diperkirakan 139.300 kematian terjadi aikbat penyakit ini. Indonesia
merupakan salah satu negara penyumbang kasus campak terbesar
didunia. Untuk mengendalikan penyakit campak di Indonesia agar tidak
terjadi peningkatan kasus maka diperlukan suatu kebijakan yang tepat
dalam penanganan dan pengendalian penyakit. Program imunisasi
campak di Indonesia diberikan dengan imunisasi rutin dan imunisasi
tambahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi campak
2. Apa etiologi campak
3. Bagaimana patofisiologi campak
4. Bagaimana pathway campak
5. Bagaimana manifestasi klinis campak
6. Apa saja komplikasi campak
7. Apa saja pemeriksaan penunjang campak
8. Bagaimana penatalaksanan campak
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan campak
C. Tujuan penulisan
1. Agar dapat mengerti pengertian dan klasifikasi dari campak
2. Agar dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi beserta pohon
masalah dari campak
3. Agar dapat mengetahui tanda gejala, komplikasi, dan bagaimana
cara pemeriksaannya, serta bagaimana sistem pengobatan yang dapat
dilakukan kepada penderita campak
4. Agar dapat mengetahui konsep pemberian asuhan keperawatan
campakmulai dari pengkajian, diagnosa, danintervensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR CAMPAK


1. Definisi
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi virus
yang hidup pada cairan lendir di saluran hidung tenggorokan dan di
dalam darah titik penyakit ini juga tergolong sebagai penyakit menular
(Rimbi, 2014).
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak (Sudarmo, 2015).
Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini
meliputi demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti
dengan munculnya ruam makulopapuler yang menyeluruh di tubuh
menurut (Nugrahaeni, 2012).

2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi kulit
Kulit menutupi seluruh permukaan tubuh manusia dan merupakan
bagian tubuh utama yang menghubungkan dengan dunia luar. Kulit
terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis.
Kulit adalah organ yang dinamis yang terus mengalami perubahan
dengan terlepasnya lapisan luar dan digantikan oleh lapisan dalam
(weller et Al, 2015).
1). Epidermis
Epidermis berisi jaringan non vaskuler dan bergantung pada
lapisan dermis yang mendasari untuk mendapatkan nutrisi dan
pembuangan dengan cara difusi melalui Dermoepidermal
junction (Eroschenko, 2010). Menurut eroschenko epidermis
memiliki 5 lapisan yaitu:
a). Stratum basal (germinativum)
Lapisan dasar epidermis. Lapisan ini terdiri dari satu
lapisan sel yang terletak pada membran basalis. Lapisan ini
sebagai induk dari epidermis, sel-selnya bermitosis,
bergerak menuju lapisan superficial, dan mengalami
keratinisasi atau peningkatan jumlah filamen keratin
intermediet.
b). Stratum spinosum
Lapisan ini terletak di atas stratum basal, terdiri dari
beberapa lapis sel yang terlihat seperti berduri (Karena
tonjolan sitoplasma). Pembentukan filamen keratin pada
lapisan ini membentuk tonofilamen.
c). Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel gepeng dan
granula keratohialin diatas stratum spinosum. Granula
yang bebas berikatan dengan tonofilamen membentuk
keratin. Granula yang terbungkus membran disebut
granula lamellosum berfungsi sebagai lapisan lemak yang
menutupi kulit sehingga kulit relatif impermeabel terhadap
air.
d). Stratum lusidum
lapisan ini translusen dan hanya ada pada kulit tebal,
terletak antara stratum granulosum dan stratum corneum.
e). Stratum corneum
Lapisan kulit yang paling luar. terdiri dari sel-sel mati
yang berisi filamen keratin. Sel-sel superficial terus
dilepaskan atau deskuamasi dan tergantikan oleh sel-sel
dari stratum basal yang berada di bawahnya.
2). Dermis
Dermis adalah jaring ikat tidak teratur yang berada di bawah
epidermis. Dermis dan epidermis dipisahkan oleh membran
basalis. Pada usia tua, dermis menjadi tipis dan kehilangan
elastisitasnya ( Weller et al, 2015).
3). Hipodermis atau Subkutis
Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun
atas jaringan ikat dan jaringan adiposa ia membentuk fascia
superficial yang tampak secara anatomis. Hipodermis ini
terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
pembuluh getah bening. lapisan hipodermis ini memiliki fungsi
sebagai penahan terhadap benturan ke organ tubuh bagian
dalam memberi bentuk pada tubuh, mempertahankan suhu
tubuh dan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.
b. Fisiologis Kulit
1). Perlindungan
Epitel berlapis dengan lapisan tanduk berfungsi sebagai
perlindungan fisik terhadap abrasi fisik, bahan kimia, patogen
atau mikroorganisme lainnya dari luar tubuh. Selain itu,
lapisan tanduk juga bisa mencegah tubuh dari kehilangan
cairan elektrolit dan makromolekul karena lapisan tanduk
tahan air (Weller et al, 2015).
2). Termoregulasi
Pada saat tubuh atau lingkungan tinggi, mekanisme
pengeluaran panas yang dilakukan kulit adalah penguapan
keringat dari permukaan kulit dan vasodilatasi sehingga aliran
darah ke kulit maksimum (Eroschenko, 2012).
3). Sensasi sensorik
Cutaneus sensasitons adalah sensasi yang timbul di kulit, termasuk
sensasi taktil, sentuhan, tekanan dan getaran, Sensasi termal seperti
panas dan dingin. Cutaneous sensation yang lain adalah rasa sakit,
biasanya sakit adalah indikasi adanya jaringan yang akan atau
rusak. Di kulit ada banyak susunan akhiran saraf dan reseptor,
seperti korpuskel di 11 dalam dermis, dan pleksus akar rambut di
setiap folikel rambut.
4). Ekskresi
Terdapat kelenjar keringat pada kulit yang membentuk keringat
dari air, larutan garam, urea, dan produk sisa nitrogen sehingga
dapat diekskresikan ke permukaan kulit.
5). Pembentukan vitamin D
Vitamin D akan terbentuk dari molekul prekursor dalam keratinosit
yang terpapar sinar UV.
6). Cadangan energi
Lemak subkutan berfungsi sebagai cadangan energi.
7). Absorbsi kulit
Dapat mengabsorbsi zat-zat yang larut dalam air. Selain itu,
beberapa vitamin yang larut lemak (A,D,E &,K). Beberapa obat,
dan gas oksigen serta gas karbondioksida dapat menembus kulit.
Beberapa material toksik seperti aseton dan karbon tetraklorida,
garam dari logam berat seperti timah, arsen ,merkuri juga dapat
diabsorpsi oleh kulit.

3. Etiologi
Penyakit campak disebabkan oleh virus yaitu virus campak sendiri
(Paramyxovirus, genius morbili). Virus campak ini dapat hidup dan
berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan hidung dan saluran
pernapasan (Rimbi, 2014).

4. Patofisologi
Patofisologi campak (measles) atau rubeola dimulai saat virus campak
masuk ketubuh melalui mukosa saluran nafas atas atau kelenjar air
mata. Infeksi awal dan replikasi dan terjadi secara lokal pada sel epitel
trakea dan bronkus.
a. Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi, akibat
replikasi dan kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional yang
kemungkinan di bawa oleh makrofag paru.
b. Fase viremia kedua terjadi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal
akibat penyebaran virus pada seluruh sistem retikuloendotelial.
Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan
gejala batuk pilek mata merah dan demam yang semakin tinggi.
Gejala akan semakin memberat sampai hari ke-10 setelah infeksi
virus dan mulai timbul ruam makulopapular berwarna kemerahan.
Ruam akan menjadi gelap pada masa konvalesens diikuti dengan
terjadinya proses deskuamasi dan hiperpigmentasi.
Infeksi virus campak menyebabkan proses immunosupresi pada
tubuh yang ditandai dengan penurunan reaksi hipersensitifitas tipe
lambat penurunan produksi interleukin (IL)-12 dan penurunan
sistem limfoproliferatif antigen-spesifik yang bertahan beberapa
minggu sampai bulan setelah infeksi. Hal ini yang menjadi faktor
predisposisi terjadinya infeksi oportunistik sekunder seperti
broncho pneumonia dan ensefalitis yang meningkatkan angka
mortalitas pada anak. Jika virus mencapai paru-paru maka akan
membentuk infiltrat pada paru dan dan menyebabkan bronko
pneumonia. Pada individu dengan defisiensi imunitas seluler dapat
terjadi di Giant Cell pneumonia yang bersifat fatal dan progresif.
Jika virus mencapai otak dapat menyebabkan pembengkakan atau
edema pada otak dan jika bereplikasi pada susunan saraf pusat
(SPP) maka dapat menimbulkan gejala ensefalitis. Pada individu
imunokompeten umumnya virus dapat dieliminasi dan
menimbulkan kekebalan seumur hidup (Medscape, 2016).
PATHWAY
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Masuk ke Ditangkap
saluran makrog
Morbili virus Mulut pahit
pernafasan
timbul
Virus sampai anoreksia
multiple tisue Virus sampai Menyebar ke
di RES kelenjar limpa
Bercak kelabu

Reaksi Virus dilepas ke


peradangan aliran darah Saluran cerna

Pengeluaran Thermostat Mengendap Iritasi mukosa


mediator terpengaruh pada organ
kimia

Sel point Sekresi


Kulit mukosa
meningkat
Histamin

Dehidrasi
Suhu meningkat
Ruam
Gangguan
rasa Resti
nyaman kekurangan
Hipertermi Gangguan
volume cairan
integritas
kulit

Epitel saluran nafas

Fungsi silia lalu sekret

Reflek batuk

Ketidakefektifan
jalan nafas
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis menurut (Heryanti, 2015). Penyakit ini mempunyai
tanda-tanda yang terdiri dari 3 stadium:
a. Stadium Inkubasi
asa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12
hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi
yang ekstensif, penderita tidak menampakan gejala sakit.
b. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada
stadium prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari.
Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan
konjungtivitis, dan demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia
dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak koplik. Garis
melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat
menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis
tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah
terkena radang koplik spot yang merupakan tanda patognomonik
untuk campak muncul pada hari 10±1 infeksi.
Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir
dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat
hemoragik. Sering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi
geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari
rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah
dan karukula lakrimalis. Muncul 1-2 hari sebelum timbulnya ruam
dan menghilangkan dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian
titik pada akhir masa prodromal, dinding posterior taring biasanya
menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri
tenggorokan.
c. Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke 14
infeksi yaitu pada saat stadium erupsi titik muncul pada saat
puncak gejala gangguan pernapasan dan saat suhu berkisar 39,50C.
Ruang pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu
tampak jelas di lateral atas leher belakang telinga dan garis batas
rambut. Kemudian berubah menjadi makulopapular dan menyebar
ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24
jam pertama. Kemudian ruang akan menjalar ke punggung,
abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari
ke 2 atau 3 munculnya ruam titik saat ruam muncul di kaki
kemaluan pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh
lainnya sesuai dengan urutan munculnya. Saat awal ruam muncul
akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih
dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecoklatan yang tidak memudar bila ditekan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut NANDA 2015 yaitu:
a. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni
b. Dalam sputum, sedimen urine, dapat ditemukan adanya
multinukleated Giants cell yang khas
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition
dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibodi
yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai
puncaknya pada 2-3 minggu kemudian.

7. Komplikasi
Komplikasi menurut (Rimbi, 2014) Sering kali komplikasi penyakit
campak terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kurangan
gizi atau kurang asupan nutrisi. Kematian pada penyakit campak ini
bukanlah karena penyakit campak nya itu sendiri melainkan karena
komplikasinya tersebut.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
a. Radang paru-paru.
b. Radang saluran pernafasan.
c. Peradangan selaput ikat mata konjungtivitis.
d. Infeksi telinga bagian tengah.

8. Penatalaksanaan
Menurut (Widoyono, 2011) Pengobatan campak berupa perawatan
umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup. Obat
simptomatik yang perlu diberikan antara lain:
a. Anti demam
b. Anti batuk
c. Vitamin A
d. Antibiotik
Diberikan bila ada indikasi, misalnya campak disertai dengan
komplikasi. Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di Puskesmas
atau unit pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan
komplikasi memerlukan rawat inap di RS. Menurut NANDA, 2015)
indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu> 39.50C) dehidrasi,
kenjang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dan
penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.

9. Discharge Planning
Menurut NANDA tahun 2015 yaitu:
a. Jalani pola hidup yang bersih dan higienis.
b. Hindari penularan melalui ciuman rumah penggunaan handuk atau
pisau cukur bersama.
c. atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi
sekunder.
d. Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis menyentuh
lepuhan karena dapat menyebabkan penyebaran virus ke kornea
yang mengakibatkan kebutaan.
e. Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes.
f. Banyak minum air putih.
g. Makan makanan yang banyak mengandung nutrisi supaya dapat
membuat daya tahan tubuh meningkat.
h. Berikan imunisasi campak aktif pada bayi berumur 9 bulan atau
lebih.
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas klien/biodata
a. Identitas anak yang meliputi nama anak, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, alamat, no RM, Dx medis, tanggal
masuk RS dan tanggalpengkajian.
b. Identitas orang tua/penanggung jawab meliputi nama, usia,
pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan denganpasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya
ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan
timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak
koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
2) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan
adanya eritema di belakang telinga, dibagian atas
lateraltengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum
durum dan palatum mole..
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita anak perlu diketahui
sebelumnya, karena mungkin ada kaitannya dengan
penyakit sekarang. Anak belum pernah mendapatkan
vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien
campak.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang
berhubungan dengan campak pada anak, riwayat
penyakit keturunan atau bawaan yang pernah diderita
sebelumnya
5) Genogram
Genogram adalah diagram susunan keluarga. Bagan
genogram menggambarkan hubungan genetik dan bagan
genealogi Keperawatan Keluarga. (2020).  (n.p.):  
Yayasan Kita Menulis.
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
Merupakan informasi kesehatan anak dan ibu mulai dari
pre natal, natal, dan post natal.
7) Riwayat imunisasi dan pemberian makan
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap
meliputi BCG, Hepatitis, Polio, DPT, Campak, Thypoid.
Bila anak belum mendapat imunisasi tanyakan dan catat
imunisasi apa saja yang sudah dan belum didapat.
8) Riwayat pemberianmakan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa
diberikan makanan tambahan. Selain ASI, baik berupa
jenis, porsi dan frekuensi yang diberikan dan tanyakan
makanan apa yang lebih disukai oleh anak.
3. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a. Pengkajian riwayat pertumbuhan meliputi diantaranya:
Berat badan sebelum sakit sampai saat sakit rata-rata
berat badan pada bayi bertambah 8.900-7.100 gram,
dan tinggi badan rata-rata bayi bertambah 2 cm.
Pengkajian perkembangan meliputi:
1). Personal sosial : Dada dengan tangan, tepuktangan.
2). Motorik halus : Menaruh kubus dalam cangkir
membentuk 2 kubus, memegangicik-icik.
3) Motorik kasar : Duduk, merangkak, berdiri
berpegangan.
4) Bahasa : Mengoceh, menirukan kata-kata, menoleh
kearahsuara.
b. Pola kebiasaan
1) Pola nutrisi
Nafsu makan anak pada umumnya berkurang atau
hilang. Pemberian ASI dari bayi lahir sampai usia
9 bulan.
2) Polaistirahat/aktivitas
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise,
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
sehari-hari karena sulit bernafas, Ketidakmampuan
untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi,
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktifitas atau latihan. Tanda : Keletihan, Gelisah,
insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa
otot.
3) Pola personal hygiene
Orang tua kadang merasa takut untuk memandikan
anak yang sedang sakit, sehingga perlu dikaji
kebutuhan personal hygiene bayi.
4) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala,
kebersihan kepala pasien, lingkar kepala. Pada
campak biasanya ditemukan keluhan sakit
kepala
b. Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih
kecil, amati kelopak mata terhadap penetapan
yang tepat, periksa alis mata terhadap
kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya,
amati distribusi dan kondisi bulu matanya,
bentuk serta amati ukuran iris apakah ada
peradangan atau tidak, kaji adanya oedem pada
mata. Pada pasein campak biasanya terdapat
konjungtivitis dan fotofobia
c) Hidung
Amati pasien, apakah pasien menggunakan
nafas cuping hidung. Pada pasien campak
biasanya banyak terdapat sekret, influenza,
rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stadium
eripsi)
d) Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan,
kelembapan, pembengkakakn, lesi, periksa gusi
lidah, dan palatum terhdap kelembapan,
keutuhan dan perdarahn, amati adanya bau
periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk,
periksa gigi terhadap jumlah, jenis keadaan,
inspeksi faring menggunakan spatel lidah. Pada
pasien campak biasa mukosa bibir kering,
terdapat stomatitis, batuk, dan mulut terasa
pahit.
e) Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, amati
penonjolan atau pendataran telinga, periksa
struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak
normal.
f) Kulit
Permukaan kulit kering, rasa gatal, ruam
maskuler pada leher, muka, lengan, dan kaki
(pada stadium konvalensi), eritema, panas
(demam).
g) Leher
Gerakan kelapa dan leher klien dengan ROM
penuh, periksa leher terhadap pembengkakakn
kelenjar getah bening, lakukan palpasi pada
trakea dan kelenjar tiroid.
h) Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau
tarikan dinding dada kedalam, amati jenis
pernafasan, amati gerakan pernafasan dan lama
inspirasi dan ekspirasi, lakukan perkusi diatas
sela iga, bergerak secara simetris atau tidak dan
lakukan auskultasi lapang paru.
i. Abdomen
Periksa warna dan keadaan kulit abdomen,
amati turgor kulit. Lakukan auskultasi terhadap
bising usus serta perkusi pada semua area
abdomen.
j. Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas,
kelengkapan jari, apakah terdapat sianosis pada
ujung jari, adanya oedem, kaji adanya nyeri
pada ekstremitas.
k. Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia,
inspeksi ukuran genetalia, pisoso uretra,
inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan,
periksa anus adanya robekan, hemoroid, atau
polip.
c. Data psikososial anak
Data menilai dampak-dampak hospitalisasi, termasuk
prosedur pada bayi dan keluarga. Pada pasien bayi
lebih mudah cemas karena tindakan yang dilakukan,
kemungkinan pada bayi kehilangan kontrol terhadap
dirinya. Serta ketakutan bayi terhadap perlukaan
muncul karena bayi menganggap tindakan dan
prosedurnya mengancap intregritas tubuhnya. Oleh
karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan
marah dan berontak, menangis dengan kencang
sambil berontak/berguling-guling dan selalu ingin
tetap di pangkuanibunya.
d. Data perkembangan keluarga
Dikaji sejauh mana perkembangan keluarga kelita
klien sakit.

4. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan
lalu dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah
yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan
diagnose keperawatan.

5. Diagnosa keperawatan
Menurut (tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Hipertermi bd proses penyakit
b. Ketidakefektifan jalan nafas bd hipersekresi jalan nafas
c. Gangguan intergitas kulit bd infeksi virus
6. Intervensi keperawatan
No Diagnosa kep Hasil yang diharapkan Intervensi
.
1. Hipertermi bd proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
penyakit keperawatan 1x8 jam diharapkan suhu Observasi
tubuh tetap berada pada rentang - Identifikasi penyebab hipertermi
normal. Dengan kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh membaik - Monitor kadar elektrolit
 Suhu kulit membaik - Monitor haluaran urine

 Menggigil menurun - Monitor komplikasi akibat


hipertermi
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena jika perlu.
2. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif bd hipersekresi jalan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
nafas ooksigenasi dan atau eliminasi - Monitor pola nafas
karbondioksida pada membran - Monitor bunyi nafas tambahan
alveolus-kapiler normal dengan - Monitor sputum (jumlah, warna,
kriteria hasil: aroma)
 Batuk efektif meningkat Terapeutik
 Produksi sputum menurun - Pertahankan kepatenan jalan
nafas
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan respirasi
Observasi
- Monitor pola nafas
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Monitor produksi sputum
Terapeutik
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
jika perlu.
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
bd infeksi virus keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
integritas kulit dan jaringan meingkat - Identifikasi penyebab gangguan
dengan kriteria hasil: integritas kulit
• Elastisitas meningkat Terapeutik
• Hidrasi meningkat - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
• Nyeri berkurang baring
- Gunakan produk petrolium atau
minyak pada kulit kering
- Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
- anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
perawatan luka
observasi
- monitor karakterisktik luka
- monitor tanda-tanda infeksi
terapeutik
- bersihkan dengan cairan Nacl
atau pembersih nontoksik
- berikan salep yang sesuai ke kulit
atau lesi jika perlu
- pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
edukasi
- jelaskan tanda dan gejala infeksi
- anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
kolaborasi
- kolaborasi pemberian antibiotik
jika perlu.
7. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang di rencanakan dalam
rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan
pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula
menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang
diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu
komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku
keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan (Perry & Potter, 2015).

8. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan
dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan SOAP,
yaitu:
a. S (Subjektif) merupakan data berupa keluhan pasien,
b. O (Objektif) merupakan hasil dari pemeriksaan,
c. A (Analisa Data) merupakan pembanding data dengan teori,
d. P (Perencanaan) merupakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan
oleh perawat (Hidayat, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Keluarga. (2020). (n.p.): Yayasan Kita Menulis.


SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
SLKI DPP PPNI. 2019. StandarLuaranKeperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
SIKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Yonanda, V. (2022). TatalaksanaCampak. JurnalMedikaHutama, 3(02 Januari), 1987-
1991.Retrieved from
http://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/398 More Citation
Formats.

Anda mungkin juga menyukai