Anda di halaman 1dari 45

Kata pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan
ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen.
Didalam laporan pendahuluan penulis membahas mengenai postpartum di
Jl. Raya Naram BTN Abila Rt: 003 Rw: 001, Kelurahan Naram, Kecamatan
Singkawang Utara No. 8 Kota Singkawang.
Terimakasih pula kepada dosen pembimbing yang sudah membimbing
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Ibu Lidya Natalia,S.Kep,Ners,M.S selaku dosen koodinator mata kuliah
maternitas
2. Ibu Tri Ardayani, S. Kep., Ners., MKM dosen pembimbing dan dan penguji
responsi mata kuliah martenitas.
3. Ibu Dr. Wintari H, SKp., SH., MH.Kes selaku dosen mata kuliah maternitas

Dalam penulisan laporan pendahuluan ini penulis merasa masih bayak


kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan
pendahuluan ini. Terima kasih

Singkawang, 11 Januari 2022


Penulis

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Postpartum adalah setelah plasenta lahir dan berakhir Ketika alat-
alat kandungan Kembali pada keadaan sebelum hamil, masa postpartum
belangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2013)
Ibu postpartum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan.
Istilah postpartum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke
enam setelah melahirkan. Masa postpartum dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu, setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau postpartum adalah
masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat
kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan,
baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat
fisiologis, namun jika tidakdilakukan pendampingan melalui asuhan
kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akanterjadi keadaan
patologis

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak
didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia
eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan
eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan
progesteron (Bobak, 2005).

Sruktur eksterna

1. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetaliae


terna. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk
lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir
ke"ilsampai ke belakang dibatasi perineum.

2. Mons pubis
Mons pubis atau mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut ber!arna hitam, kasar, dan ikal
padamasa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan
melindungisimfisis pubis selama koitus.
3. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung
yangmenutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons
pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah
mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garistengah.
Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, danintroitus
Vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam,
kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi
stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami
cidera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan
bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormon
menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral kulit
labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap dari pada jaringam
sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke
arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan
tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan,
nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang
menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
4. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora,
merupakanlipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut
yang, memanjang ke arah bawah dari ba!ah klitoris dan dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
denganmukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia ber!arna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf
yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
5. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang
terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagianyang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat
wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas
wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat
Klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
6. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-
masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
7. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih
dantipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora
danminora di garis tengah di ba!ah orifisium vagina. Auatu cekungan
dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
8. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Verineum membentuk dasar badan
perineum.
Struktur interna

1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan
di belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliakaanterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. di antara interval selama masausia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormonseks steroid dalam
jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
2. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar
dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini
kira-kira10 "m dengan berdiameter 0,6 "m. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba,
sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan
otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan
peristaltis. Aktevites peristaltistuba fallopi dan fungsi sekresi
lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
3. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan
tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian
bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilandan
persalinan.
4. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat
melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa Vagina
berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yangdi ambil dari
mukosa Vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon
seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau
bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina
dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik diatas
lima,insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir
dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina

C. ETIOLOGI
Etilogi post partum di bagi 2:
1. Etiologi post partum dini
a. Atonia uteri
b. Laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir
c. Hematoma
2. Etilogi post partum lambat
a. Tertinggalnya Sebagian plasenta
b. Subinvolusi didaerah insersi
c. Dari luka bekas secsio sesaria

D. PATOFISIOLOGI
Dalam masa postpartum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.

Adanya proses persalinan

Robekan jalan lahir

Discontuinitas jaringan

Implus/penekanan pada saraf nyeri

Cortex cerebri
Dipersepsikan nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri

E. TANDA DAN GEJALA


Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1.  Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum
primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual
dan lain-lain)
2.  Robekan jalan lahir
 Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar
mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
3. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang
timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat
tarikan, perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada: plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan
segera. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik
tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
5. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang
timbul: Syok neurogenik dan pucat.

F. PENATALAKSANAAN
1. Mencegah perdarahan berlebih
Penyebab perdarahan setelah melahirkan yang paling sering ialah atoni
uterus, kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan kuat. Pada
palpasi rahim teraba lunak.

a. Mempertahankan tonus rahim


Intervensi utama untuk mempertahankan tonus yang baik
ialah menstimulasi dengan pijatan lembut di bagian fundus rahim
sampai rahim teraba keras. Pijatan pada fundus bisa menyebabkan
perdarahan vagina meningkat untuk sementara. Perdarahan ini
terlihat sebagai bekuan darah yang keluar dari rahim. Bekuan darah
ini bisa didorong keluar. Pemberian pengajaran kepada pasien
sangat penting untuk mempertahankan tonus rahim.
Pijatan fundus bisa merupakan prosedur yang membuat
pasien tidak nyaman. Pemahaman tentang penyebab dan bahaya
atoni rahim dan tujuan pemijatan fundus dapat membuat ibu lebih
bersedia untuk bekerjasama. Mengajarkan ibu melakukan pijatan
fundus sendiri membuatnya mampu mempertahankan kendali dan
megurangi rasa cemas. Rahim bisa tetap lunak walaupun sudah
dipijat dan bekuan sudah dikeluarkan. Apabila hal ini terjadi,
sangat penting bagi perawat untuk tetap bersama pasien dan
memberi pertolongan. Dokter jaga harus segera diberitahu.
Intervensi lain yang sangat dapat dilakuakn adalah memberikan
cairan intravena dan obat-obat oksitosik (obat-obat yang
meransang kontraksi otot polos rahim)
b. Mencegah distensi kandung kemih
Kandung kemih yang penuh membuat rahim terdorong ke
atas umbilicus dan ke salah satu sisi abdomen. Keadaan ini juga
mencegah uterus berkontraksi secara normal. Intervensi perawat
difokuskan untuk membantu ibu mengosongkan kandung
kemihnya secara spontan sesegera mungkin. Prioritas pertama ialah
membantu ibu ke kamar kecil atau berkemih di bedpan jika ia tidak
mampu berjalan. Membiarkan ibu mendengar bunyi air mengalir,
merendam tangannya di dalam air hangat, atau memercik air dari
botol ke perineumnya bisa meransang berkemih. Teknik lain
dengan membantu ibu mandi atau melakukan sitz bath dan
menganjurkan ibu berkemih atau meletakkan minyak peppermint
di dalam bedpan di bawah ibu. Uap minyak ini dapat merelaksasi
meatus urinarius dan membuat ibu berkemih secara spontan.
Apabila tindakan ini tidak berhasil, sebuah kateter steril
dimasukkan untuk mengeluarkan urin.
2. Mencegah infeksi
Salah satu cara penting untuk mencegah infeksi ialah
mempertahankan lingkungan yang bersih. Penutup tempat tidur harus
diganti setiap hari, tampon atau pelapis sekali pakai perlu diganti lebih
sering. Pasien diusahakan untuk tidak berjalan di dalam rumah sakit
tanpa menggunakan alas kaki untuk menghindari kontaminasi tempat
tidur. Supervisi penggunaan fasilitas untuk mencegah kontaminasi
silang juga diperlukan. Misalnya, tempat duduk untuk mandi atau
lampu pemanas harus dicuci bersih sebelum digunakan oleh ibu yang
lain. Tindakan pencegahan secara universal harus dilakukan. Anggota
staf yang pilek, batuk, dan memiliki infeksi kulit, misalnya herpes di
bibir harus mengikuti protocol RS jika kontak dengan pasien
pascapartum.
Perawatan tempat episiotomi dan setiap laserasi perineum
dilakukan dengan baik mencegah infeksi pada dearah genitourinara
dan mempercepat proses penyembuhan. Ajari ibu membersihkan
perineum dari arah depan ke belakang (uretra ke anus) setelah
berkemih atau defekasi. Dibanyak RS, dipakai botol percik yang diisi
air hangat atau larutan betadin untuk membersihkan daerah perineum
setipa kali selesai berkemih. Pasien juga perlu diajari mengganti
pelapis perineumnya dari arah depan ke belakang setiap kali selesai
berkemih atau defekasi dan untuk mencuci tangannya sampai bersih
sebelum dan sesudah melakukan hal tersebut.
3. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
Kebanyakan ibu mengalami nyeri segera setelah memasuki
masa nifas. Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan
(afterbirth), episiotomy atau laserasi perineum, hemoroid, dan
pembesaran (engorgement) payudara. Penjelasan ibu tentang jenis dan
berat nyeri adalah pedoman terbaik bagi perawat untuk memilih
intervensi yang harus dilakuakn. Untuk memastikan lokasi dan luas
penyebaran nyeri, perawat bisa melakukan inspeksi dan palpasi di
daerah nyeri, memperhatikan kemerahan, pembengkakan, adanya
cairan dan panas, dan observasi posisi tubuh, gerakan, dan ekspresi
wajah. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan bisa meningkat sebagai
respon terhadap nyeri akut. Intervensi keperawatan ditujukan untuk
mengeliminasi sensasi nyeri secara keseluruhan atau menguranginya
sampai pada tingkat yang dapat diterima ibu.
a. Intervensi nonfarmakologis
Nyeri postpartum dalah nyeri yang dirasakan seperti kram
menstruasi oelh banyak ibu saat uterus berkontraksi setelah
melahirkan. Kompres hangat, distraksi, membayangkan sesuatu,
sentuhan terapeutik, relaksasi dan interaksi dengan bayi bisa
mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim. Intervensi
sederhana untuk mengurangi nyeri akibat episiotomy atau laserasi
pada perineum ialah endorong ibu berbaring pada salah satu
sisinya dan menggunakan bantal saat duduk. Kompres es yang
dikemas (ice pack), obat salep (jika diresepkan dokter), aplikasi
panas kering, membersihkan dengan botol percik atau Surgi-
Gator, dan sitz bath. Rasa tidak nyaman akibat pembesaran
payudara bisa dikurangi dengan kompres es atau panas pada
payudara dan menggunakan bra yang menopang payudara dengan
baik.
b. Intervensi farmakologis
Kebanyakan dokter secara rutin memprogramkan
pemberian obat analgetik, jika diperlukan, termasuk obat narkotik
dan bukan narkotik sekaligus dosis dan waktu penggunaannya.
Upaya pasien kontrol analgesia (PCA) dan pemberian infus
analgesic epidural secara kontiniu adalah dua teknologi baru yang
sering digunakan. Apabila akan member analgesic, perawat harus
melakukan pengkajian klinis tentang jeis, dosis, dan frekuensi
pemberian obat yang diprogramkan. Ibu harus diberitahu tentang
analgesic yang diberikan dan efek samping yang sering timbul.
Apabila nyeri pada tingkat tertentu tidak juga dicapai dalam
waktu satu jam dan pada pemeriksaan awal tidak ada suatu
perubahan, perawat mugkin perlu menghubungi dokter untuk
memperoleh obat penurun nyeri tambahan atau untuk
memperoleh petunjuk lebih lanjut. Nyeri yang tidak hilang akan
menimbulkan keletihan, kecemasan, dan persepsi nyeri semkain
memburuk. Keadaan ini juga menunjukkan adanya masalah
sebelumnya yang tidak diobati atau tidak diketahui. Pemeriksaan
dan pengobatan lebih lanut perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab nyeri dan upaya penanganan.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
c. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
d. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASInya.
5. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur
Kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa
membuat ibu sulit beristirahaat. Ibu baru seringkali cemas akan
kemampuannya dalam merawat bayinya atau seering merasa nyeri. Hal
ini bisa membuatnya sukar tidur. Ada hari-hari selanjutnya tuntutan
dari bayi, pengaruh lingkungan, dan rutinitas di rumah sakit juga akan
mengganggu pola tidur ibu tersebut. Intervensi harus direncanakan
untuk memenuhi kebutuhan ibu akan tidur dan istirahat. Menggosok-
gosok punggung, tindakan lain yang memmberi kenikmatan, dan
pemberian obat tdur mugkin diperlukan selama beberapa malam
pertama. Rutinitas rumah sakit dan perawat bisa juga disesuaikan
untuk memenuhi kebutuhan individu. Selain itu, perawat dapat
membantu keluarga ini membatasi pengunjung dan memberi kursi
yang nyaman atau tempat tidur untuk pasangan.
6. Pemenuhan kebutuhan ambulasi
Ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden
tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu. Tirah
baring tidak diperlukan oleh ibu yang mendapat anestesi umum,
anestesi epidural atau spinal, atau mendapat anestesi local, seperti blok
pudendal. Ibu dapat bergerak bebas setelah pengaruh anestesi hilang,
kecuali bila ia diberi analgetik. Setelah periode istirahat vital pertama
berakhir, ibu didorong untuk sering berjalan-jalan.
7. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Setelah melahitkan, ibu harus berkemih dengan spontan dalam 6 samai
8 jam postpartum, kalau dalam 8 jam postpartum belum dapat kencing
atau sekali kencing belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi akan tetapi, bila kandungan kencing penuh, tidak usah
menunggu sampai 8 jam untuk kateterisasi.
Urin yang dikeluarkan dari beberapa perkemihan pertama harus diukur
untuk mengetahui apakah pengosongan kandung kemih adekuat.
Diharapkan setipa kali berkemih, urine yang keluar adalah 150 ml.
Beberapa wanita mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung
kemihnya.

Sebab-sebab retensi urin postpartum antara lain:

a. Tekanan intraabdominal berkurang


b. Otot-otot perut masih lemas
c. Edema dari uretra
d. Dinding kandung kencing kurang sensitif
8. Pemenuhan kebutuhan seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak
merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan.

G. KEMUNGKINAN DAN FOCUS


1. Wawancara
a. Identitas
Nama: Ny. M
Umur: 33 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Alamat: Jl. Raya Naram BTN Abila Rt: 003 Rw: 001, Kelurahan
Naram, Kecamatan Singkawang Utara No. 8 Kota Singkawang.

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama: Tn. T
Umur: 34 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Swasta
Alamat: Jl. Raya Naram BTN Abila Rt: 003 Rw: 001, Kelurahan
Naram, Kecamatan Singkawang Utara No. 8 Kota Singkawang
Hubungan dengan pasien: Suami
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman pada area perinium. P:
Nyeri karena tindakan episiotomy pada perineum. Q: Seperti
ditusuk-tusuk, R: Didaerah perineum, S: Skala nyeri 5, T: Nyeri
dirasakan saat mengejan. Selain itu pasien juga mengeluh sulit
untuk BAB selama 4 hari.
c. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien post partum 1 minggu yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan menstruasi nya teratur dengan siklus haid 28
hari. Warna haid normal dan pada saat haid tidak terasa nyari yang
kuat, kadang terasa kram di area perut bawah saja.
e. Riwayat Kesehatan keluarga dan genogram tiga generasi
Pasien tidak meiliki Riwayat penyakit keturunan yang
mempengaruhi persalinan.

Tn. T Ny. M x

Catatn: : Laki-laki : Pasien

: Perempuan

: Tinggal satu rumah X: Meningggal

f. Riwayat kehamilan/persalinan/postnatal
G1P0A0
g. Riwayat imunisasi
Pasien sudah imunisasi secara lengkap yang meliputi vaksin, Hep
B, campak, polio, DPT, BCG. dan untuk vaksin covid 19 pasien
belum pernah vaksin.
h. Riwayat KB
Klien mengatakan belum pernah KB sebelumnya dan rencana akan
melakukan KB suntik kedepannya.
i. Riwayat Kesehatan reproduksi
Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit menular seksual.
j. Riwayat pernikahan, kehamilan, persalinan
pasien belum pernah menikah sebelumnya, ini adalah pernikahan
dan kehamilan pertama pasien.
k. Aktivitas sehari-hari
Pasien adalah ibu rumah tangga
l. Riwayat psiko, social, spiritual
Pasien dan suami senang dengan kehamilan anak pertama ini,
karena kehamilan ini memang sudah di rencanakan oleh suami dan
pasien.

2. Pemeriksaan fisik (head to toe)


Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD: 110/70 MmHg, N: 80
x/menit, S: 36 C, P: 18 x/menit Tinggi badan 150cm, Berat badan
60kg, LILA: 24cm.
a. Inspeksi:
1) Rambut : hitam, tidak rontok
2) Muka : tidak oedem, tidak pucat, sisa kloasma gravidarum
3) Hidung : tidak ada secret,tidak ada pernafasan cuping idung
4) Mulut : bibir lembab, tidak pucat, stomatitis tidak ada,
caries gigi tidak ada.
5) Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
6) Dada : tidak terlihat retraksi dada
7) Payudara : bersih, puting menonjol, hiperpigmentasi areola
mammae
8) Abdomen: tampak striae lividae
9) Genitalia : tampak luka jahitan, tidak ada tanda infeksi pada
jahitan, ada pengeluaran lochea rubra
10) Ekstremitas: tidak oedema, tampak ada varises
b. Palpasi :
1) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid, tidak
teraba bendungan vena jugularis
2) Payudara: tidak teraba benjolan abnormal, kolostrum sudah
keluar, tidak teraba pembengkakan abnormal
3) Abdomen: tidak ada kontraksi uterus, kandung kemih kosong,
TFU sesuai masa involusi.
c. Auskultasi :
Dada: ronchi (-), wheezing (-), rales (-)
d. Perkusi :
Refleks patela (+)

H. ANALISA DATA

N MASALAH
DATA ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
1 DS: Pasien Agen cedera fisik Nyeri akut
mengatakan ia dibuktikan dengan
merasa nyeri pada tampak meringgis
area perineumnya
Pasien mengatakan
nyeri jika perut
bagian bawahnya
ditekan.
DO: pengkajian
Nyeri dilakukan P =
nyeri saat mengejan
Q =berdenyut-
denyut R = di
perineum S = nyeri
jika bergerak
2 DS: pasien Ketidakcukupan cairan Konstipasi
mengatakan pola
BAB nya tidak
teratur, dan sudah 4
hari belum BAB
pasien mengatakan
pengeluaran
fesesnya sulit dan
terasa nyeri.
DO: bising usus
20x/mt. TD: 110/70
N: 85x/mt S: 36C P:
20x/mt

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan
tampak meringgis
2. Konstipasi Berhubungan Dengan ketidakcukupan asupan cairan
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

INTERVENSI RASIONAL
TUJUAN DAN KRITERIS HASIL
NO DX KEPERAWATAN KEPERAWATAN
(SLKI)
(SIKI)
1 Nyeri Akut Berhubugan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Observasi:
Dengan Agen cedera selama 2x24 jam diharapkan tingkat nyeri turun 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
Fisik dibuktikan dengan Kriteria Hasil: karakteristik, karakterisktik dan
tampak meringgis 1. keluhan nyeri menurun (2) frekuensi, penambahan skala nyeri
2. tampak meringis menurun (2) intensitas nyeri
3. sikap protektif menurun (2) 2. Identifikasi skala 2. Mengetahui penambahan

nyeri skala nyeri

3. Identifikasi factor 3. Mengetahui factor

penyebab nyeri pencetus nyeri

4. Monitoring efek 4. Mengetahui efek samping

samping obat analgetic

penggunaan
analgetic
Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologi 1. Membantu
(Tarik nafas mengurangi rasa nyeri
dalam, kompres
hangat atau
dingin)
2. Kontrol
2. Memberikan
lingkungan
lingkungan yang
yang
nyaman agar dapat
memperberat
membantu
rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri
(suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas
3. Memberikan rasa
istirahat dan
nyaman
tidur
Edukasi:
1. Jelaskan
penyebab dan 1. Untuk membantu
pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan mengidentifikasi
strategi Pereda factor pemicu nyeri
nyeri 2. Untuk membantu
3. Anjurkan pasien meredakan
monitoring nyeri
nyeri secara 3. Untuk membantu
mandiri pasien
4. Anjurkan mengidentifikasi nyeri
teknik 4. Untuk meredakan
nonfarmakologi nyeri
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
1. Untuk meredakan
pemberian
nyeri
analgetik (jika
perlu)
2 Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 2x24 Manajemen eliminasi
dengan ketidakcukupan jam diharapkan masalah keperawatan dapat Observasi: 1.Untuk mengetahui apakah
asupan cairan diatasi dengan kriteria hasil: 1) Monitor peristaltic aktivitas usus termasuk
Eliminasi Fekal usus secara teratur normal
1. Kontrol pengelluaran feces meningkat Terapeutik:
2. Keluhan defekasi lama dan sulit 1) Anjurkan waktu 1.Untuk menyetel alarm

menurun yang konsisten internal tubuh agar terbiasa

3. Mengejan saat defekasi menurun untuk buang air pada pola rutinitas defekasi

4. Nyeri abdomen menurun besar


5. Kram abdomen menurun 2) Berikan privasi, 2.untuk memperlancar proses

6. Konsistensi feces membaik kenyamanan, dan defekasi

7. Frekuensi defekasi membaik posisi yang


meningkatkan
proses defekasi
3.Untuk melunakkan feses
3) Gunakan enema
rendah jika perlu
4) Anjurkan dilatasi
4.Untuk melunakkan feses.
rektal digital, jika
perlu
5) Ubah program
Latihan eliminasi 5.Untuk mengusahakan

fekal jika perlu. kebiasaan defekasi yang

Edukasi: teratur

1) Anjurkan
mengkonsumsi 1.Untuk melunakkan feses

makanan tertentu dan memperlancar proses

sesuai program defekasi

atau hasil
konsultasi
2) Anjurkan asupan
2.Untuk melunakkan feses
cairanvyang
dan memperlancar proses
adekuat sesuai
defekasi.
kebutuhan
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
penggunaan 1.Untuk melunakkan feses.
suppositoria jika
perlu.
RESUME I

1. Identitas Klien
a. Nama: Ny. M
b. Tempat/Tanggal Lahir: Singkawang, 15 Juli 1988
c. Umur: 33 Tahun
d. Agama: Islam
e. Alamat: Alamat: Jl. Raya Naram BTN Abila Rt: 003 Rw: 001,
Kelurahan Naram, Kecamatan Singkawang Utara No. 8 Kota
Singkawang.
f. Tanggal dikaji: 11 dan 12 Januari 2022
g. Kunjungan ke: Pertama
h. Diagnosa / Kasus: Post Partum
i. Keluhan utama/masalah/fenomena: Nyeri dan konstipasi
Pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman pada area perinium. P:
Nyeri karena tindakan episiotomy pada perineum. Q: Seperti
ditusuk-tusuk, R: Didaerah perineum, S: Skala nyeri 5, T: Nyeri
dirasakan saat mengejan. Selain itu pasien juga mengeluh sulit
untuk BAB selama 4 hari.
j. Anamnesa/riwayat kesehatan:
Pasien post partum satu minggu yang lalu. Pasien mengatakan
menstruasi nya teratur dengan siklus haid 28 hari. Warna haid
normal dan pada saat haid tidak terasa nyari yang kuat, kadang
terasa kram di area perut bawah saja.
k. Pemeriksaan fisik (head to toe): TD: 110/70 MmHg, N: 80 x/menit,
S: 36 C, P: 18 x/menit
- inspeksi:
1) Rambut: hitam, tidak rontok
2) Muka : tidak oedem, tidak pucat, sisa kloasma gravidarum
3) Hidung: tidak ada secret,tidak ada pernafasan cuping idung
4) Mulut : bibir lembab, tidak pucat, stomatitis tidak ada,
caries gigi tidak ada.
5) Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
6) Dada : tidak terlihat retraksi dada
7) Payudara : bersih, puting menonjol, hiperpigmentasi
areola mammae
8) Abdomen: tampak striae lividae
9) Genitalia : tampak luka jahitan, tidak ada tanda infeksi
pada jahitan, ada pengeluaran lochea rubra
10) Ekstremitas: tidak oedema, tampak ada varises
- Palpasi :
1) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid, tidak
teraba bendungan vena jugularis
2) Payudara: tidak teraba benjolan abnormal, kolostrum sudah
keluar , tidak teraba pembengkakan abnormal
3) Abdomen: tidak ada kontraksi uterus, kandung kemih
kosong, TFU sesuai masa involusi.
- Auskultasi :
Dada: ronchi (-), wheezing (-), rales (-)
- Perkusi : Refleks patela (+)
l. Pemeriksaan laboratorium / penunjang (jika ada): -
m. Diagnosa Keperawatan:
1) Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen cedera Fisik dibuktikan
dengan tampak meringgis
2) Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan
n. Implementasi dan Evaluasi:

No Diagnose Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Nyeri akut - Mengkaji lokasi, S: Pasien
berhubungan karakteristik, frekuensi, mengatakan nyeri di
dengan agen cedera dan intensitas nyeri area perinium jika
fisik - mengkaji skala nyeri bergerak atau
- Mengidentifikasi factor mengedan,
pencetus nyeri O: Pasien tampak
- Menganjurkan kepada meringgis, skala
pasien untuk nyeri 5 (1-10)
menerapkan teknik A: Masalah belum
relaksasi nafas dalam teratasi
atau kompres panas P: Intervensi lanjut
dingin.
- Memberikan
lingkungan yang
nyaman dan tenang
- Menjelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi
Pereda nyeri
2. Konstipasi
berhubungan - Memonitor peristaltic S: Pasien
dengan usus secara teratus mengatakan sulit
ketidakcukupan - Menganjurkan waktu BAB, terasa keras
asupan cairan yang konsisten untuk dan tidak lancar,
buang air besar pasien sudah 4 hari
- Memberikan tidak BAB
lingkungan yang O: Bising usus
nyaman dan
menganjurkan posisi 20x/mt. TD: 110/70
yang nyaman untuk N: 85x/mt S: 36C P:
meningkatkan proses 20x/mt
defekasi A: Masalah belum
- Menganjurkan teratasi
menggunakan enema P: Intervensi lanjut.
- Menganjurkan pasien
untuk mengkonsumsi
makanan tinggi serat
- Menganjurkan pasien
untuk banyak minum
air putih

Foto Kunjungan Pertama


RESUME II

1. Identitas Klien
a. Nama: Ny. M
b. Tempat/Tanggal Lahir: Singkawang, 15 Juli 1988
c. Umur: 33 Tahun
d. Agama: Islam
e. Alamat: Alamat: Jl. Raya Naram BTN Abila Rt: 003 Rw: 001,
Kelurahan Naram, Kecamatan Singkawang Utara No. 8 Kota
Singkawang.
f. Tanggal dikaji: 13 Januari 2022
g. Kunjungan ke: Dua
h. Diagnosa / Kasus: Post Partum
i. Keluhan utama/masalah/fenomena: nyeri dan konstipasi
Pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman pada area perinium
sudah berkurang. P: Nyeri karena tindakan episiotomy pada
perineum. Q: Seperti ditusuk-tusuk, R: Didaerah perineum, S:
Skala nyeri 3, T: Nyeri dirasakan saat banyak bergerak. Selain itu
pasien sudah bisa BAB pagi tadi, perut pasien terasa nyaman dan
tidak begah lagi.
j. Anamnesa/riwayat kesehatan:
Pasien post partum satu minggu yang lalu. Pasien mengatakan
menstruasi nya teratur dengan siklus haid 28 hari. Warna haid
normal dan pada saat haid tidak terasa nyari yang kuat, kadang
terasa kram di area perut bawah saja
k. Pemeriksaan fisik (head to toe): TD: 110/80 MmHg, N: 80 x/menit,
S: 36,5 C, P: 18 x/menit
l. Pemeriksaan laboratorium / penunjang (jika ada): -
m. Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen cedera Fisik dibuktikan
dengan tampak meringgis
2. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan
n. Implementasi dan Evaluasi:

No. Diagnose Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Nyeri akut -Mengkaji lokasi, S: Pasien
berhubungan karakteristik, mengatakan nyeri
dengan agen cedera frekuensi, dan area perinium timbul
fisik intensitas nyeri apabila banyak
-Mengkaji skala nyeri bergerak
-Mengidentifikasi O: Tampak
factor pencetus meringgis sesekali
nyeri skala nyeri 3
-Menganjurkan TD: 110/80 N:
kepada pasien 85x/mt S: 36,5 C P:
untuk menerapkan 20x/mt
teknik relaksasi A: Masalah teratasi
nafas dalam atau Sebagian
kompres panas P: Intervensi
dingin. dilanjutkan
-Memberikan
lingkungan yang
nyaman dan tenang
-Menjelaskan
penyebab dan
pemicu nyeri
-Menjelaskan strategi
Pereda nyeri

Konstipasi -Memonitor
2. peristaltic usus S: Pasien
berhubungan
dengan kurangnya secara teratus mengatakan sudah
asupan cairan -Menganjurkan waktu BAB tadi pagi perut
yang konsisten terasa nyaman dan
untuk buang air tidak begah lagi
besar O: Bising usus
-Memberikan 10x.mt TD: 110/80
lingkungan yang N: 85x/mt S: 36,5 C
nyaman dan P: 20x/mt
menganjurkan A: Masalah teratasi
posisi yang nyaman P: Intervensi stop
untuk
meningkatkan
proses defekasi
-Menganjurkan
menggunakan
enema
-Menganjurkan
pasien untuk
mengkonsumsi
makanan tinggi
serat
-Menganjurkan
pasien untuk
banyak minum air
putih

o. Lampiran-lampiran: foto bukti kunjungan, media penyuluhan:


SAP,leafet,video, dll.
Foto Kunjungan Kedua

LOG BOOK HARIAN PRAKTIK KOMUNITAS

Nama mahasiswa : Ratno Deby


Nim : 1420121112
Tempat praktik : Area tempat tinggal

TTD TTD Klien


Hari/tgl Waktu Kegiatan yang dilakukan
Mahasiswa Kelolaan
Selasa 15.00 - Melakukan pengkajian atau
11 anamneses ke pasien
januari 16.00 - Mengukur tanda-tanda vital
2022 pasien (TD: 110/70 MmHg
N: 78x/mt S: 36C)
16.45 - Melakukan pemeriksaan
fisik ke pasien (untuk area
payudara dan vulva
didapatkan data dari pasien
(subjektif).
17.15
- Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam

15.00 kepada pasien


- Mengajarkan teknik
distraksi untuk mengurangi
15.45 nyeri pasien
- Menganjurkan kepada
pasien untuk banyak minum
dan konsumsi makanan
16.10 tinggi serat
- Melakukan pengkajian atau
anamneses ke pasien,
mengevaluasi intensitas
nyeri dan pola defekasi
17.00
- Melakukan pengukuran
tanda-tanda vital (TD:
110/70 MmHg, N: 80x/mt,
S: 36c, P: 18x/mt)
17.10 - Melakukan Pendidikan
Kesehatan kepada pasien
melalui media leaflet
17.30
- Menganjurkan kepada
pasien untuk menerapkan
teknik relaksasi nafas dalam
saat nyeri timbul
17.45
- Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih dan
konsumsi banyak makanan
18.00 tinggi serat
- Menganjurkan pasien untuk
menggunakan Dulcolax via
suppositoria untuk
15.00 melunakkan feses
- Mengevaluasi Kembali
mengenai penkes yang

Rabu, sudah diberikan kepada


15.30
12 pasien

januari - Mengkaji keluhan pasien

2022 - Mengukur tanda-tanda vital


pasien (TD: 110/80 MmHg
N: 80 x/mt, S: 36,5C, P:

16.15 18x/mt.
- Mengevaluasi Pendidikan
Kesehatan yang telah
16.45 dibahas sebelumnya
- Menganjurkan kepada
pasien untuk menerapkan
teknik relaksasi saat nyeri
timbul dan menghindari
factor pencetus nyeri
17.00 tersebut
- Menganjurkan kepada
pasien untuk menjaga pola
makan dengan konsumsi
tinggi serat dan banyak
minum air putih.

SATUAN ACARA PENYULUHAN IBU POST PARTUM

Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri Pada Ibu Post Partum


Sub Pokok Bahasan  : Manajemen Nyeri non pharmacologis
Sasaran  : Pasien 
Tempat  : Rumah pasien
Hari / Tanggal  : Selasa, 11 Januari 2022
Waktu  : 30 Menit
Pelaksana  : Ratno Deby

Latar belakang masalah


Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang
ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina
ke dunia luar. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersama
banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik
atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang
dibanding suatu penyakit manapun.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama Klien yang
mengalami nyeri dibanding tenaga profesional perawatan kesehatan lainnya dan
perawat mempunyai kesempatan untuk menghilangkan nyeri dan efeknya yang
membahayakan.
Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang
dilakukan baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada Klien pasca post
partum guna mengontrol atau mengurangi nyeri serta mengendalikan rasa nyeri
yang di rasa oleh Klien. Manajemen nyeri penting dilakukan dan paling tidak
harus mendapat perhatian dari petugas perawat atau petugas kesehatan lainnya
untuk mengurangi keluhan nyeri pada Klien. Pengendalian nyeri pada Klien post
partum dapat mengurangi keluhan serta resiko lain akibat dari nyeri. Manajemen
secara individu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan teknik distraksi dan
relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian guna mengurangi
resiko nyeri pada Klien. Faktor penyebab nyeri biasanya muncul karena luka post
jahitan di perinium yang masih basah, nyeri juga ditimbulkan karena gerak atau
mobilisasi pada Klien post partum. Untuk mencegah atau mengontrol nyeri perlu
perhatian atau monitoring dan evaluasi serta kaji status nyeri Klien. Pada dasarnya
pelayanan kesehatan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat,
fisioterapis, ataupun tenaga kesehatan lainnya diperlukan agar terapi yang
dilakukan pada Klien berjalan dan dilakukan optimal oleh penderita atau Klien itu
sendiri. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu Klien dalam mengontrol
nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal, mengurangi resiko lanjut dari
efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya Klien mampu mengontrol
ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit, pasien dan
keluargamemahami dan mampu menjelaskan tentang Manajemen Nyeri
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu:
a. Menyebutkan pengertian Nyeri
b. Menyebutkan tujuan Manajemen Nyeri non pharmacologis
c. Menyebutkan cara-cara sederhana mengatasi nyeri
d. Mendemontrasikan cara-cara mengatasi nyeri
B.  Metode dan Media
1. Ceramah dan Tanya jawab
2. Leaflet
C. Kegiatan

Langkah- Wakt
NO Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
langkah u
1 Pendahulua 5 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
n meni danmemperkenalkan 2. Mendengarkan
t diri 3. Menjawab
2. Menjelaskan pertanyaan
maksud dantujuan
penyuluhan
3. Melakukan
EvaluasiValidasi
2 Penyajian 15 Menjelaskan materi 1. Mendengarkandenga
menit penyuluhan mengenai: n seksama
1. Pengertian nyeri 2. Mengajukan
2. Tujuan manajemen pertanyaan
nyeri
nonpharmacologic
3. Cara – cara
sederhanamengata
si nyeri
4. Mendemontrasikan
cara-cara
mengatasi nyeri
3 Evaluasi 5 Memberikan 1. Menjawab
meni pertanyaanakhir 2. Mendemonstrasikan
t sebagai evaluasi
4 Penutup 5 1. menyimpulkan 1. Mendengarkan
meni bersama-sama 2. Menjawab salam
t hasil kegiatan
penyuluhan
2. Menutup
penyuluhan
danmengucapkan
salam

D. Materi
1. Pengertian
a. Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat
b. Nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan yang meningkat dan
sensasinya sangat subyektif, serta menimbulkan gangguan dan
perubahan aktifitas fisik, psikis yang meliputi emosi, pola fikir dan
sebagainya
2. Tujuan manajemen nyeri Non Pharmacologis
a. Menangani nyeri akut atau kronis
b. Memberikan rasa nyaman
c. Mengurangi ketergantungan pasien pada obat-obatan penghilang rasa
sakit.
3. Cara sederhana mengatasi nyeri
a. Distraksi (Pengalihan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri
yangsedang dirasakan)
Contoh:
- Membayangkan hal-hal yang indah
- Membaca buku, Koran sesuai yang di sukai
- Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
b. Relaksasi
Tiga hal penting dalam relaksasi adalah :
- Posisi yang tepat
- Pikiran tenang
- Lingkungan tenang

Teknik relaksasi:

- Menarik nafas dalam


- Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan
Nafas beberapa kali dengan irama yang normald
- Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran
- Setelah rileks, nafas pelan
c. Stimulasi Kulit
Strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana, yaitu
denganmenggosok kulit. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh
secara umum,sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase
dapat membuat pasienlebih nyaman karena masase membuat relaksasi
otot.
E. Evaluasi
1. Sebutkan pengertian nyeri
2. Tujuan manajemen nyeri non pharmacologis
3. Sebutkan cara sederhana mengatasi nyeri
4. Mendemonstrasikan cara-cara mengatasi nyeri
PENGERTIAN NYERI 3. STIMULASI KULIT / MASSASE

Dapat dilakukan dengan cara pijat serta


Nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan
kompres hangat maupun dingin
yang meningkat dan sensasinya sangat
subyektif, serta menimbulkan gangguan
dan perubahan aktifitas fisik, psikis yang
meliputi emosi, pola fikir dan sebagainya.

2. Relaksasi
Teknik relaksasi:
- Menarik nafas dalam
- Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan
CARA SEDERHANA MENGATASI NYERI Nafas beberapa kali dengan irama yang
normald
1. Distraksi (Pengalihan pada hal-hal lain - Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi
pikiran Setelah rileks, nafas pelan Nama: Ratno Deby
sehingga lupa terhadap nyeri yang sedang
dirasakan) Nim: 1420121112
Contoh:
- Membayangkan hal-hal yang indah
- Interaksi dengan bayi
- Membaca buku, Koran sesuai yang di
sukai
- Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsi, S. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM.


https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Asuhan_Keperawatan_
Post_Partum/ (hlm.2). Yogyakarta, CV BUDI UTAMA.

Handayani S. (2011). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Apriza, dkk. (2020). Konsep Dasar Keperawatan Maternitas. Yayasan Kita


Menulis.
Solehati, Tetti., 2015. Konsep & Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Yulianik, E. Pujiati. Resiko Konstipasi pada ibu Post Partum. RSUD Kartini Jepara. Edisi
2014.

Hadijono, Soerjo. (2008). Ilmu kebidanan. Edisi 2. EGC. Jakarta

Bobak, (2004). Buku Ajaran Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai