Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH: SITI MARJAM


NIM: P07120119152R

PROGRAM RECOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU ( RPL )


PRODI DIII KEPERAWATAN MATARAM
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah
Pada Program D III Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2019/2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Mas’adah, M. Kep
NIP 19791220 200212 2 002
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI

Siti Marjam
P07120119152R

SUBJECT:
Asuhan Keperawatan, Defisit Perawatan Diri, Personal Hygiene.

DESCRIPTION
Klien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan pada proses pikir, sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan masalah defisit perawatan diri.
Desain penelitian ini studi kasus, jumlah responden yaitu 2 klien gangguan jiwa yang
mengalami masalah defisit perawatan diri. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa.
Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua responden masalah keperawatan yang muncul
adalah defisit perawatan diri. Intervensi yang dilakukan selama 4 hari perawatan kepada kedua
klien yaitu sama, mememberikan health education tentang pentingnya merawat kebersihan diri,
menjelaskan cara-cara menjaga kebersihan diri, melatih cara menjaga kebersihan diri, dan
membimbing memasukkan jadual kedalam kegiatan harian.
Hasil evaluasi pada kedua klien yang didapatkan masalah defisit perawatan diri sebagian
besar teratasi dengan bantuan perawat. Pada klien gangguan jiwa dengan masalah defisit
perawatan diri hendaknya sering berlatih untuk meningkatkan perawatan diri dan melakukan
perawatan kebersihan diri secara mandiri dan teratur.

ABSTRACT
Clients with mental disorders experience a change in thought process, so the ability to
perform self-care activities decreased. The purpose of the case study was to perform nursing care
to clients with mental disorders with self-care deficit problems.
This research design was a case study, respondents of were clients of mental disorders who
had problem with self-care deficit. Data collection methods used were interviews, observation and
documentation using format of mental health nursing care.
Assesment results obtained from the respondents nursing problem that arose was the self-care
deficit. Intervention made during 4 days treatment on both clients was the same, provides health
education about the importance of taking care of personal hygiene, explain how to maintain
personal hygiene, practice how maintain personal hygiene and guide insert into schedule of dialy
activity.
Evaluation results on both clients obtained self-care deficit problem mostly has resolved with
the help of a nurse. In clients with mental disorders with
the deficit problem should frequetly practice self-care to improve self-care and perform
personal hygiene independently and regulary.
Keywords: Nursing Care, Self-care Deficit, Personal Hygiene.

LATAR BELAKANG
Tekanan hidup diduga membuat semakin banyak orang depresi dan gila. Selain itu keadaan
ekonomi juga turut andil dalam mempengaruhi banyaknya jumlah penderita sakit jiwa (Widowati,
2013). Pemasungan adalah suatu tindakan pembatasan gerak seseorang yang mengalalami
gangguan fungsi mental dan perilaku dengan cara pengekangan fisik dalam jangka waktu tertentu.
Yang menyebabkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak, termasuk
kesehatan, pendidikan, pekerjaan bagi orang tersebut. Orang dengan ganganguan jiwa yang
dipasung mengalami masalah perawatan diri (Halida, et al, 2016).
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian
seseorag terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri yang negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai, dan hilangnya daya tarik terhadap hidup (Abdul
Muhith, 2015). Pada setiap masalah keperawatan jiwa yang selalu dan bahkan dapat terjadi pada
setiap pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri
merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas-aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, BAB/BAK (Fitria,
2009).
Data WHO (World Health Organization) pada tahun 2006 jumlah penderita gangguan jiwa di
dunia adalah 450 juta jiwa. Pada studi terbaru WHO (World Health Organization) di 14 negara
menunjukkan bahwa pada negara berkembang, sekitar 76-78% kasus gangguan jiwa parah tidak
dapat pengobatan apapun pada tahun pertama. dalam penelitian (Saniaty. M, dkk, 2015).
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menyebutkan prevalensi gangguan jiwa berat
pada penduduk Indonesia sebanyak 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah
memasung gangguan jiwa berat sebesar 14,3%. Banyak penduduk tinggal dipedesaan 18,2% serta
pada kelompok penduduk dengan kuantil indeks kepemilikan terbawah 19,15% prevalesni
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI
Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat
berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak 1.728 orang. Di Jawa Timur prevalensi
banyak gangguan jiwa berat tahun 2013 sebanyak 2.2 per mil.
Data yang diperoleh dari studi pendahuluan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang,
data periode bulan Maret-Mei 2016 tercatat jumlah pasien rawat inap dengan gangguan defisit
perawatan diri berjumlah 124 klien. Total kasus rawat inap dari data pada bulan Maret-Mei 2016
berjumlah 3.474 klien yang berada di RSJ Daerah Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti umur, jenis kelamin, tingkat perkembangan, status kesehatan, sistem keluarga, faktor
lingkungan, sosial dan budaya, serta tersedianya sumber-sumber/fasilitas. Kebutuhan perawatan
diri pada klien skizofrenia lebih besar dari kemampuannya melakukan aktifitas perawatan diri. Hal
ini terjadi karena klien menderita gejala yang disebabkan penyakit skizofrenia yaitu gangguan
pada fungsi kognitif, afektif, dan perilaku (Herni Susanti, 2010).
Pasien gangguan jiwa memerlukan suatu bimbingan atau dukungan dari keluarga dan orang
lain. Agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara mandiri dan meningkatkan kemampuan
dalam memecahkan masalah. Penurunan ADL( Activty of Daily Living) pada pasien jiwa di
sebabkan oleh adanya ganggguan mental pada pasien dan kurangnya pendidikan
kesehatan/penyuluhan mengenai perawatan diri pada pasien gangguan jiwa.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan prilaku yang dinamis, dengan
tujuan mengubah atau mempengaruhi prilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan,
sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, dan
kelompok (Notoatmodjo, 2007). Dengan melihat penelitian-penelitian sebelumnya maka penulis
merasa tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan defisit
perawatan diri terhadap pelaksanaan ADL(Activity of Daily Living) personal hygiene.

METEDOLOGI
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang diambil pada
partisipan dalam penelitian adalah klien gangguan jiwa yang mengalami gangguan defisit
perawatan diri di rumah sakit, dengan jumlah partisipan 2 (dua) orang. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan 3 cara yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisa
data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengkajian
Pada saat pengkajian pada tanggal 21 Juli 2016 dengan 2 orang responden didapatkan
karakteristik fisik sebagai berikut. Klien 1 Tn.A, ditemukan karakteristik fisik (rambut acak-
acakan, kotor, berketombe, kusam, pakaian terlihat kotor, tidak rapi, gigi kotor, bau napas,
kulit kotor, berdaki, kuku kotor dan panjang. Psikologis malas, menarik diri, klien lebih sering
menyendiri, jarang mau berinteraksi dengan orang lain.
Klien 2 Tn. D, klien berasal dari gelandangan ditemukan karakteristik fisik (klien terlihat
kotor, baju kotor banyak noda makanan, kulit berdaki, bau napas, gigi kotor, rambut kotor
berketombe, kusam, acak-acakan, kuku kotor dan panjang, klien masih sering menyimpan
bungkus makanan dalam bajunya. Psikologi malas, menarik diri, klien lebih sering menyendiri,
tidak pernah mengikuti kegiatan.
Gangguan defisit perawatan diri didapatkan karakteristik fisik badan kotor dan berbau,
rambut kotor, kuku panjang dan kotor, mulut bau dan kotor, penampilan tidak rapi (Tarwonto
& Wartono, 2010). Psikologis malas (tidak ada inisiatif), menarik diri (isolasi diri), merasa tak
berdaya (rendah diri dan merasa hina), sosial (interaksi kurang, kegiatan kurang,tidak mampu
berprilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat).
Pada pengkajian didapatkan karaktaristik fisik badan kotor dan berbau, rambut kotor, kuku
panjang dan kotor, mulut bau dan kotor, penampilan tidak rapi psikologi malas, tidak ada
motivasi merawat kebersihan diri, sehingga sesuai dengan teori dan tidak terjadi kesenjangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada data hasil pengkajian ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. A :
1) Defisit perawatan diri berhubungan degan penurunan motivasi.
2) Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
Prioritas diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. A yaitu : Defisit perawatan diri
berhubungan dengan penurunan motivasi.
Sedangkan pada klien 2 Tn. D. ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu :
1) Defisit perawatan diri berhubungan degan penurunan motivasi.
2) Gangguan isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
Prioritas diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. D yaitu:
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi.
Menurut Judith M, Wilkinson, dkk, 2011, dalam diagnosa keperawatan defisit perawatan
diri berhubungan dengan penurunan motivasi.
Dari data pengkajian didapatkan karakteristik dari kedua klien sama, mengalami penurunan
motivasi dalam merawat diri sehingga muncul diagnosa defisit perawatan diri berhubungan
dengan penurunan motivasi yang sesuai dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan.
3. Intervensi
Pada intervensi yang dilaksanakan pada kedua klien sama, yaitu menjelaskan pentingnya
kebersihan diri, menjelaskan cara kebersihan diri dan melatih kemandirian klien dalam
menjaga kebersihan diri seperti mandi, hygiene oral, perawatan mencuci rambut secara teratur.
Menurut Ah. Yusuf, dkk, 2015, intervensi yang dilakukan pada kasus defisit perawatan diri
meliputi, menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri, menjelaskan alat-alat untuk
menjaga kebersihan diri, menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri dan melatih klien
mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
Pada hasil pengkajian dari kedua klien, didapatkan psikologis dari kedua klien malas,
terjadi perubahan proses pikir sehingga klien mengalami penurunan motivasi untuk merawat
diri. Intervensi yang dilakukan pada kedua klien sama, yaitu melakukan tindakan ADL
(Activty of Dialy Living) Personal Hygiene. Sehingga pada kasus nyata dan teori sudah sesuai
sehingga tidak terdapat kesenjangan.
4. Implementasi
Pada kasus nyata setelah dibuat rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa, maka
intervensi yang dilakukan kepada kedua klien sama, yaitu: Memberikan health education
kepada kedua klien mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri, cara-cara menjaga
kebersihan diri. Melatih kedua klien untuk mempraktikkan cara mejaga kebersihan diri
personal hygiene (mandi) dan membantu memasukkan jadual mandi kedalam kegiatan harian
klien.
Pada teori menyebutkan bahwa implementasi yang dilakukan pada klien dengan masalah
defisit perawatan diri yaitu: SP Pasien: Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan
cara menjaga kebersihan diri, melatih klien cara kebersihan diri dan membimbing klien
memasukkan dalam jadual kegiatan harian (Keliat, B. A, 2011).
Pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada kedua klien yaitu: Memberikan
health education kepada kedua klien mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri, cara-cara
menjaga kebersihan diri. Melatih kedua klien untuk mempraktikkan cara mejaga kebersihan
diri personal hygiene (mandi) dan membantu memasukkan jadual mandi kedalam kegiatan
harian klien, sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan.

5. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi didapatkan pada klien 1 Tn. A, dimana respon klien
positif, klien mampu menyebutkan penyebab tidak merawat diri karena malas dan airnya
dingin. Klien mampu menyebutkan manfaat menjaga kebersihan diri yaitu harum dan segar,
serta menyebutkan kerugian apabila tidak merawat diri yaitu gatal-gatal. Dalam melaksanakan
perawatan diri klien sudah ada inisiatif untuk mandi, mampu malakukan kebersihan diri secara
mandiri mandi, oral hygiene, dan mencuci rambut.
Pada klien 2 Tn. D, dimana respon klien positif, klien tidak mampu menyebutkan penyebab
tidak merawat diri, manfaat dan kerugian tidak merawat diri karena bicara klien kurang terarah
dan tidak jelas. Dalam melakukan perawatan diri seperti mandi, hygiene oral dan mencuci
rambut, masalah bisa teratasi dengan bantuan perawat. Dalam melakukannya seperti, sikat gigi
harus diberikan dulu dan memberi arahan untuk menggosok gigi bagian kanan dan kiri, keatas
dan bawah.
Membatu menyabun daerah yang tidak terjangkau oleh klien seperti punggung. Sehingga
dapat dikatakan klien 2 Tn. D, mampu melakukan perawatan kebersihan diri dengan bantuan
dari perawat.
Evaluasi keperawatan dilihat secara teori klien mampu menyebutkan penyebab tidak
merawat diri, manfaat menjaga perawatan diri, tanda-tanda bersih dan rapi. Gangguan yang
dialami, jika perawatan diri tidak diperhatikan dan klien dapat melaksanakan perawatan diri
secara mandiri (Ah. Yusuf, dkk, 2015).
Kesenjangan evaluasi keperawatan dari intervensi yang dilakukan pada klien dengan
masalah defisit perawatan diri antara teori dan kasus yang nyata memperlihatkan teori yang ada
dimana respon klien positif. Klien 2 Tn. D tidak mampu menyebutkan penyebab merawat diri,
manfaat menjaga perawatan diri, tanda-tanda bersih dan rapi karena klien memiliki kesulitan
berbicara sehingga pembicaraan tidak jelas dan sulit dimengerti.

SIMPULAN
Dari dari data hasil pengkajian tanda dan yang didapatkan pada klien gangguan jiwa dengan
masalah defisit perawatan diri apa yang dialami oleh kedua klien sama dengan teori.

RECOMENDASI
Harus selalu meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan dan asuhan
keperawatan pada semua klien yang sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang
sudah ada.
Institusi kesehatan harus lebih mengoptimalkan program standart praktek keperawatan dan
meningkatkan mutu dari keperawatan. Dimana tenaga keperawatan tidak hanya memberikan
pelayanan pada klien sakit tetapi juga sebagai tenaga pendidik. Dan diharapkan hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan tindak lanjut penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muhith. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Edisi 1.
Yogyakarta : Andi
Ah. Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Dikutip pada jurnal Dimas
Enggar Yudhanto, 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Defisit Perawatan
Diri Di RSJ Surakarta. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016
Halida, et, al. (2016). JurnalPengalaman Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Perawatan
Diri pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan Pasung di Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember. Diakses pada tanggal 18 Maret 2016
Judith M. Wilkinson, dkk. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda NIC-NOC.Edisi 9.
Jakarta : EGC
Keliat, B. A, dkk. (2011). Manajement Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa
CMHN (Intermediate Cours). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI Notoatmodjo, S. (2007).
Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni . Jakarta: Rineka cipta
Tarwonto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses keperawatan Edisi 4.
Jakarta : Salemba Medika
Widowati, Trilastiti. 2013. Sekarang, 30.000 Orang Gila Ada di Jawa Tengah.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2016.
World Health Organization. (2013). Human Resources and training in Mental Health : Mental
Health Policy and Service Guide Package and service Guide Package. China : WHO
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai