Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KEMANDIRIAN MELAKUKAN PERAWATAN DIRI PADA

PASIEN SKIZOFRENIA

Depictions of Self-Reliance Perform Self-Care In Schizophrenic Patients

I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara1, I Wayan Darsana2, Ni Made Ayu Wulan Indrayani 3
1
Program Studi Keperawatan, STIKES Wira Medika Bali, Denpasar, Bali, Indonesia
2
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, Bangli, Bali, Indonesia
3
Program Studi Keperawatan, STIKES Wira Medika Bali, Denpasar Bali, Indonesia
Korespondensi : dewaaribaskara666@gmail.com

ABSTRAK
Pasien skizofrenia sering mengabaikan perawatan dirinya karena stressor yang berat dan
sulit ditangani pasien. Akibatnya pasien kurang memperhatikan perawatan diri, sehingga tidak
mau merawat dirinya sendiri seperti mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun buang air besar
dan buang air kecil. Tujuan ini untuk mengetahui gambaran kemandirian melakukan perawatan
diri pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
sebanyak 93 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive sampling. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur kemandirian melaksanakan perawatan diri
menggunakan lembar observasi dengan skala pengkajian Gordon. Hasil penelitian menunjukkan
kemandirian melakukan perawatan diri mandi sebagian besar yaitu 73 responden (78,5%) dalam
kategori memerlukan bantuan, berpakian sebagian besar responden yaitu 76 responden (81,7%)
dalam kategori memerlukan bantuan, perawatan diri makan sebagian besar responden yaitu 73
responden (78,5%) dalam kategori memerlukan bantuan, toileting sebagian besar yaitu 47
responden (78,5%) dalam kategori memerlukan bantuan. Kemandirian melakukan perawatan
diri pada pasien skizofrenia sebagian besar responden yaitu 59 responden (63,4%) dalam
kategori memerlukan bantuan. Disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi perawatan klien dengan deficit perawatan diri, agar membuat kebijakan untuk pasien
ganti pakaian agar bisa diusahakan ganti pakaian setiap hari

Kata Kunci : kemandirian, perawatan diri, skizofrenia

ABSTRACT
Schizophrenic patients often neglect self-care because of severe stressors and difficult to
handle patients. As a result the patient is less concerned with self-care, so do not want to care
for themselves such as bathing, dressing, ornamental, eating, or defecating and urinating. This
goal is to know the picture of self-care self-sufficiency in schizophrenic patients at Bali
Province Mental Hospital. This research uses descriptive quantitative research design with
cross sectional approach. The sample size is 93 people. The sampling technique used is
Purposive sampling. The data collection instrument used to measure independence carries out
self-care using an observation sheet with Gordon's assessment scale. Result of research indicate
self-care self-care most of 73 respondents (78,5%) in category need help, counting most of
respondent that is 76 respondent (81,7%) in category need help, self care eat most of
respondent that is 73 respondents (78.5%) in the category need help, toileting most of the 47
respondents (78.5%) in the category need help. Independence of self-care in patients with
schizophrenia most respondents ie 59 respondents (63.4%) in the category need help. It is
suggested that the results of this study can be used as a reference care client with self care
deficit, in order to make a policy for patients to change clothes in order to cultivate change
clothes every day

Keywords: self-reliance, self care, schizophrenia

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 6


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

PENDAHULUAN terlihat adanya kemunduran yang ditandai


Perkembangan jaman dan arus dengan hilangnya motivasi dan tanggung
globalisasi yang begitu pesat memunculkan jawab, apatis, menghindar dari kegiatan, dan
berbagai macam fenomena dan hubungan sosial. Kemampuan dasar sering
permasalahan dalam kehidupan masyarakat, terganggu, seperti kebersihan diri,
salah satunya masalah kesehatan jiwa penampilan dan sosialisasi (Yosep, 2016).
(Maramis, 2015). Gangguan jiwa merupakan Pasien skizofrenia mengalami kemunduran
salah satu dari empat masalah kesehatan yang ditandai dengan hilangnya motivasi
utama di negara-negara maju, modern, dan dan tanggung jawab, apatis, menghindar dari
industri. Keempat masalah kesehatan utama kegiatan, dan hubungan sosial. Pasien
tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, skizofrenia tidak mampu melakukan fungsi
gangguan jiwa, dan kecelakaan (Hawari, dasar secara mandiri misalnya kebersihan
2014). Penyebab gangguan jiwa itu diri, penampilan dan sosialisasi. Pasien
bermacam-macam ada yang bersumber dari seperti ini tentu akan ditolak oleh keluarga
berhubungan dengan orang lain, dan masyarakat (Keliat, 2015). Pasien
faktororganik, kelainan saraf dan gangguan skizofrenia akan mengalami defisit
pada otak (Maramis, 2015). perawatan diri seperti ketidaktertarikan
Data American Psychiatric Association untuk melakukan aktivitas perawatan diri,
(APA) tahun 2013 menyebutkan sebanyak terutama untuk mandi, berpakaian, makan
480 juta orang di dunia mengalami masalah dan minum (Direja, 2015).
gangguan kesehatan jiwa. Data dari World Defisit perawatan diri merupakan suatu
Health Organization (WHO) tahun 2015, kondisi pada seseorang yang mengalami
terdapat 26 juta penduduk Indonesia kelemahan kemampuan dalam melakukan
mengalami gangguan jiwa. Data Profil atau melengkapi aktivitas perawatan diri
Kesehatan Indonesia tahun 2015 prevalensi secara mandiri seperti mandi (hygiene),
gangguan jiwa berat pada penduduk berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK
Indonesia 1,7 per mil meningkat (toileting) (Direja, 2015). Perawatan diri
dibandingkan hasil Riskesdas 2012 1, 4 per merupakan kemampuan dasar manusia
mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di dalam memenuhi kebutuhannya guna
Daerah Istimewa Yogyakarta, Aceh, mempertahankan kehidupannya, kesehatan
Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Bali dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
dengan prevalensi 2,3 per mil (Depkes RI, kesehatannya, pasien dinyatakan terganggu
2015). keperawatan dirinya jika tidak dapat
World Health Organization (WHO) melakukan perawatan diri, dalam kehidupan
menyebutkan masalah utama gangguan jiwa sehari-hari ( Nurjannah, 2016).
di dunia adalah skizofrenia, depresi unipolar, Hasil penelitian Trihardani (2015)
penggunaan alkohol, gangguan bipolar, mengenai perawatan diri yang terdiri dari
gangguan obsesis kompulsif (Yosep, 2016). makan, mandi, toiletting dan kebersihan
Salah satu jenis gangguan jiwa yang pribadi pasien skizofrenia di rumah sakit
terbanyak adalah Skizofrenia (Videbeck, menunjukkan bahwa 38% penderita
2015). Menurut data WHO tahun 2015, skizofrenia berada dalam kategori
prevalensi penderita Skizofrenia sebanyak ketergantungan ringan, 28% dalam kategori
12-12,5% dari penduduk dunia. Prevalensi ketergantungan menengah, 13 % berada
penderita Skizofrenia di Indonesia sekitar 2 dalam kategori ketergantungan tinggi, 13%
juta jiwa (Yosep, 2016). Jumlah penderita berada pada kategori ketergantungan total
skizofrenia di Bali diperkirakan terdapat dan 3% berada dalam kategori mandiri.
7000 orang penduduk menderita skizofrenia Penelitian yang dilakukan oleh Andayani
(Suryani, 2015). (2015) menunjukkan bahwa tingkat
Skizofrenia adalah gangguan mental kemampuan perawatan diri: mandi dan
kronis yang menyebabkan penderitanya berpakaian responden 40,7% membutuhkan
mengalami delusi (waham), halusinasi, peralatan atau alat bantu sedangkan pada
pikiran kacau, dan perubahan perilaku tingkat kemampuan perawatan diri makan
(Maramis, 2015). Pasien skizofrenia sering dan eliminasi masing-masing 61,0% dan

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 7


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

66,1%. Hasil analisis tingkat kemampuan pasien dengan skizofrenia melaksanakan


perawatan diri secara umum 37,2% perawatan diri menunjukkan, pasien
responden membutuhkan peralatan atau alat skizofrenia yang sudah cukup kooperatif
bantu dan 35,6% membutuhkan pertolongan mau mandi, gosok gigi dan menyisir
orang lain untuk bantuan, pengawasan, rambut karena dipaksa oleh perawat dan
pendidikan. Penelitian Abdul Jalil (2016) mempunyai banyak alasan jika disuruh
menunjukkan sebanyak 114 orang (40,1%) mandi, pasien malas ganti baju dan
mengalami penurunan dalam melakukan terkadang pasien masih kencing sembarang.
perawatan diri. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada
Masalah defisit perawatan diri pada 10 pasien dengan menggunakan skala
pasien skizofrenia tidak boleh diremehkan, gordon didapatkan hasil sebanyak 2 orang
bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, mandiri dalam melakukan perawatan diri, 6
maka kemungkinan pasien bisa mengalami orang memerlukan bantuan dan 2 orang
masalah risiko tinggi isolasi sosial (Fitria, belum mandiri oleh perawat dalam
2015). Dampak dari defisit perawatan diri melakukan perawatan diri, Hasil observasi
secara fisik yaitu gangguan integritas kulit, juga ditemukan data sebanyak 4 orang
gangguan membran mukosa mulut, risiko ketika mandi tidak mengosok seluruh
infeksi pada mata dan telinga, serta tubuhnya dengan sabun, 6 orang dibantu
gangguan fisik pada kuku. Selain itu juga untuk memasang kancing baju, 2 orang
berdampak pada masalah psikososial seperti masih kencing sembarangan dan 4 orang
gangguan kebutuhan rasa nyaman, ketika mau makan tidak cuci tangan kalau
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan tidak disuruh oleh perawat.
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan Upaya yang telah dilakukan untuk
interaksi sosial (Parendrawati, 2014). meningkatkan kemandirian melakukan
Berdasarkan data Rumah Sakit Jiwa perawatan diri pada pasien skizofrenia di
Provinsi Bali tahun 2017, kunjungan rawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali selama ini
inap pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit yang dilakukan adalah dengan memberi
Jiwa Provinsi Bali berjumlah 1.435 orang. tindakan sesuai strategi pelaksanaan defisit
Pasien yang dirawat dengan diagnosa perawatan diri, meliputi membimbing,
skizofrenia menempati posisi tertinggi, mengarahkan dan melatih pasien
yaitu berjumlah 1.259 orang (87,73%). melakukan perawatan diri. Berdasarkan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk
didapatkan data tentang tujuh masalah melakukan penelitian tentang gambaran
keperawatan, menunjukkan dari 344 pasien kemandirian melakukan perawatan diri
yang dirawat pada bulan Januari 2018 pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit
berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa Jiwa Provinsi Bali
sebagian besaran yaitu 134 orang (39,07%)
dengan diagnosa keperawatan defisit
perawatan diri, 75 orang (21,87%) dengan TUJUAN PENELITIAN
diagnosa keperawatan isolasi sosial, 47 Penelitian ini bertujuan untuk
orang (13,70%) dengan diagnosa mengetahui gambaran kemandirian
keperawatan harga diri rendah, 45 orang melakukan perawatan diri pada pasien
(13,12%) dengan diagnosa keperawatan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
halusinasi, 22 orang (6,47%) dengan Bali
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan,
18 orang (5,25%) dengan diagnosa
keperawatan waham dan 2 orang (0,58%) METODE PENELITIAN
dengan diagnosa keperawatan perilaku Desain
bunuh diri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
Hasil wawancara yang peneliti lakukan Kuantitatif. Rancangan yang digunakan
di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa dalam penelitian ini adalah rancangan cross-
Provinsi Bali pada bulan Pebruari 2018 sectional yang menekankan waktu
terhadap 10 perawat mengenai kemandirian pengukuran atau observasi data variabel

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 8


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

independen dan dependen hanya satu kali Petani 16 17


tidak ada follow up (Nursalam, 2013). Tidak bekerja 65 70
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh Lama dirawat
1-42 hari 72 77
pasien dengan masalah kejiwaan di Rumah
43-104 hari 21 23
Sakit Jiwa Provinsi Bali. Sampel dalam
Total 93 100
penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang
dirawat dengan masalah keperawatan defisit
Berdasarkan tabel 1, sebagian besar
perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa
umur responden berada pada rentang 26-35
Provinsi Bali yang memenuhi kriteria inklusi
tahun (34%). Tingkat pendidikan responden
sebanyak 93 orang, cara probability
didominasi oleh lulusan SD (58%). Status
sampling yaitu dengan purposive sampling.
pekerjaan responden sebagian besar tidak
bekerja (70%), serta masa perawatan
Tempat dan Waktu Penelitian
dirumah sakit lebih banyak pada rentang 1-
Penelitian ini dilakukan bertempat di
42 hari (77%).
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Penelitian
Tabel 2
selama 6 bulan.
Kemandirian Perawatan Diri Berdasarkan
Lima Indikator (n=93)
Instrumen dan Prosedur Pengukuran
Indikator n %
Instrumen yang digunakan dalam
Perawatan diri mandi
penelitian ini adalah lembar observasi yang
Mandiri 14 15.1
memuat indikator perawatan diri yaitu,
Bantuan 73 78.5
mandi, berpakaian, makan minum dan
Ketergantungan 6 6.5
toileting. Masing-masing indikator dinilai
dalam 3 kategori yaitu mandiri, bantuan dan
ketergantungan. Perawatan diri berpakaian
Mandiri 9 9.7
Analisa Data Bantuan 76 81.7
Analisa univariat dilakukan pada data Ketergantungan 8 8.6
karakteristik responden dan gambaran
perawatan diri pasien. Perawatan diri makan dan
minum
Mandiri 20 21.5
HASIL PENELITIAN Bantuan 73 78.5
Berdasarkan penelitian yang Ketergantungan 0 0
dilakukan di di RSJ Provinsi Bali dengan
jumlah sampel 93 orang didapatkan hasil Perawatan diri toileting
sebagai berikut: Mandiri 46 49,5
Tabel 1 Bantuan 47 50.5
Karakteristik Responden (n=93) Ketergantungan 0 0
Variabel n % Total 93 100
Umur
18-25 th 29 31 Berdasarkan tabel 2, menunjukkan
26-35 th 32 34 bahwa kemandirian melakukan perawatan
36-45 th 26 28 diri mandi pada pasien skizofrenia sebagian
46-55 th 6 7 besar yaitu 73 responden (78,5%) dalam
Tingkat Pendidikan kategori memerlukan bantuan, perawatan
Tidak tamat SD 15 16.1 diri berpakaian sebagian besar yaitu 76
SD 54 58.1
responden (81,7%) dalam kategori
SMP 19 20.4
SMA 5 5.4
memerlukan bantuan, perawatan diri makan
Pekerjaan dan minum sebagian besar yaitu 73
Swasta 10 11 responden (78,5%) dalam kategori
Wiraswasta 2 2 memerlukan bantuan dan perawatan diri

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 9


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

toileting sebagian besar yaitu 47 responden jika tidak pasien begitu selesai mandi akan
(78,5%) dalam kategori memerlukan langsung menggunakan pakaian. Pasien saat
bantuan. gosok gigi juga perlu diarahkan dan
Tabel 3 dibimbing, jika tidak pasien tidak akan
Kemandirian Melakukan Perawatan Diri menggosok giginya.
(n=93) Pasien skizofrenia memerlukan
Kemandirian Melakukan bantuan dalam perawatan diri mandi,
N %
Perawatan Diri menurut Keliat (2015) menyatakan pasien
Mandiri 34 36.6 yang mengalami skizofrenia akan
Bantuan 59 63.4 mengalami kemunduran dalam kehidupan
Ketergantungan 0 0 sehari-hari, hal ini ditandai dengan
Total 93 100 hilangnya motivasi dan tanggung jawab,
selain itu pasien cenderung apatis,
Berdasarkan tabel di atas kemandirian menghindari kegiatan dan mengalami
melakukan perawatan diri pada pasien gangguan dalam penampilan. Menurut
skizofrenia sebagian besar yaitu 59 Hawari, (2014) pasien skizofrenia
responden (63,4%) dalam kategori memerlukan pengawasan dan arahan dalam
memerlukan bantuan. melakukan perawatan diri salah satunya
perawatan diri mandi, hal ini terjadi karena
seseorang yang menderita gangguan jiwa
PEMBAHASAN skizofrenia mengalami kemunduran dalam
Kemandirian Melakukan Perawatan Diri berbagai aspek kehidupan sepertihalnya
Mandi pada Pasien Skizofrenia. ketidaktertarikan untuk melakukan
Hasil penelitian ini menunjukkan perawatan diri mandi. Yosep (2016)
kemandirian melakukan perawatan diri mengatakan pasien skizofrenia sering
mandi pada pasien skizofrenia sebagian terlihat adanya kemunduran yang ditandai
besar yaitu 73 responden (78,5%) dalam dengan hilangnya motivasi dan tanggung
kategori memerlukan bantuan. Hasil jawab, apatis, menghindar dari kegiatan, dan
penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hubungan sosial. Kemampuan dasar sering
skizofrenia saat melakukan perawatan diri terganggu, seperti kebersihan diri,
masih memerlukan pengawasan dan arahan penampilan dan sosialisasi (Yosep, 2016).
dari perawat dalam melakukan perawatan Hasil penelitian ini didukung oleh
diri mandi seperti pasien masih disuruh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
untuk menggosok seluruh tubuhnya dengan Andayani (2015) yang meneliti tentang
sabun, menggunakan handuk selesai mandi. hubungan karakteristik pasien skizofrenia
Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti dengan tingkat kemampuan perawatan diri
bahwa saat pasien skizofrenia mandi, pasien di ruang rawat inap psikiatri wanita Rumah
masih dipersiapkan keperluan melakukan Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Hasil
perawatan diri mandi seperti sabun, shampo penelitian didapatkan tingkat kemampuan
dan handuk, saat pasien mandi bisa perawatan diri mandi paling banyak adalah
melakukan sendiri seperti mengguyur 40,7% responden membutuhkan pertolongan
seluruh tubuh dengan air tetapi saat orang lain untuk bantuan, pengawasan,
menggunakan sabun masih perlu diarahkan pendidikan sebanyak 35,6 %. Hasil
karena pasien hanya menggunakan sabuh penelitian ini juga sesuai dengan hasil
untuk bagian tertentu saja dari tubuhnya penelitian Trihardani (2015) tentang tingkat
seperti tangan dan perut sedangkan pemenuhan aktivitas sehari – hari pasien
punggung dan kaki kadang-kadang tidak. skizofrenia di Lingkup Kerja Puskesmas
Pasien jika tidak diarahkan akan cepat Gombong II. Hasil penelitian tentang
selesai mandi dan hanya mengguyur tingkat pemenuhan aktivitas mandi/
badannya dengan air lalu selesai, sehingga kebersihan diri penderita skizofrenia di
harus diarahkan dalam penggunaan sabun. lingkup kerja Puskesmas Gombong II
penggunaan handuk juga harus diarahkan didapatkan persentase terbesar dengan

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 10


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

kategori ketergantungan menengah sebanyak hubungan sosial, halusinasi, gangguan


9 penderita skizofrenia (28%) perilaku, inkoherensi dan penelantaran diri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari gejala tersebut, ketidak mampuan
pasien skizofrenia saat melakukan perawatan pasien untuk merawat dirinya, sehingga
diri masih memerlukan pengawasan dan berdampak pada defisit perawatan diri
arahan dari perawat dalam melakukan pasien adalah salah satu masalah yang sering
perawatan diri mandi, menurut pendapat kali dijumpai secara langsung baik di rumah
peneliti pasien skizofrenia memerlukan sakit maupun di luar rumah sakit. Gangguan
bantuan untuk menyelesaikan tugasnya perawatan diri ini terjadi karena pasien
sehari-hari terutama dalam hal perawatan mengalami gangguan kognitif, sehingga
diri mandi sehingga membuatnya terlihat mengakibatkan ketidak mampuan pasien
malas atau tidak mau membantu diri sendiri. dalam mengatur dan merawat dirinya sendiri
Melaksanakan aktivitas dasar dalam salah satunya perawatan diri berpakaian/
kehidupan sehari–hari. Hal ini disebabkan berhias.
karena pasien kurang memiliki perasaan Pasien skizofrenia memerlukan
emosi, minat atau kepedulian terhadap bantuan dalam perawatan diri berpakaian,
kebersihan diri. menurut Nurjannah (2016) mengatakan
bahwa gangguan dalam memenuhi
Kemandirian Melakukan Perawatan Diri kebutuhan perawatan diri pada pasien
Berpakaian pada Pasien Skizofrenia. skizofrenia, hal ini disebabkan karena pasien
Hasil penelitian ini menunjukkan skizofrenia semakin tidak perduli dengan
kemandirian melakukan perawatan diri keadaan dirinya sendiri, harga diri semakin
berpakaian sebagian besar yaitu 76 rendah dan perasaan tidak berharga.
responden (81,7%) dalam kategori Hasil penelitian ini didukung oleh
memerlukan bantuan. Hasil penelitian ini penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
sama dengan hasil kemandirian melakukan Andayani (2015) yang meneliti tentang
perawatan diri mandi, dimana pasien hubungan karakteristik pasien skizofrenia
skizofrenia masih memerlukan pengawasan dengan tingkat kemampuan perawatan diri
dan arahan dari perawat dalam melakukan di ruang rawat inap psikiatri wanita Rumah
perawatan diri berpakaian/berhias seperti Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Hasil
pasien masih diarahkan untuk menggunakan penelitian didapatkan tingkat kemampuan
pakaian. Hal ini sesuai dengan pengamatan perawatan diri berpakaian, paling banyak
peneliti bahwa saat selesai mandi harus adalah responden membutuhkan pertolongan
diarahkan untuk menggunakan pakaian dan orang lain untuk bantuan, pengawasan,
dibantu untuk memasangkan kancing baju, pendidikan sebanyak 24 orang (40,7%).
kalau pasien tidak diarahkan dan dibimbing Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil
maka pasien cenderung menggunakan penelitian Trihardani (2015) tentang tingkat
pakaian yang digunakan sebelumnya. Hasil pemenuhan aktivitas sehari – hari pasien
observasi peneliti pada pasien wanita saat skizofrenia di Lingkup Kerja Puskesmas
melakukan perawatan diri berhias, pasien Gombong II. Hasil penelitian tentang
memerlukan pengawasan saat menyisir tingkat pemenuhan aktivitas berhias/
rambut karena jika tidak diarahkan pasien berdandan penderita skizofrenia di lingkup
menyisir rambutnya sekedarnya saja kerja Puskesmas Gombong II didapatkan
sehingga tidak rapi. Pada pasien laki-laki persentase terbesar masuk kategori
untuk menyisir rambut tidak dilakukan ketergantungan ringan yaitu sebanyak 38%
karena rata-rata pasien rambutnya gundul. penderita skizofrenia.
Menurut Videbeck (2015) pasien Hasil penelitian menunjukkan pasien
skizofrenia memerlukan bantuan dalam skizofrenia masih memerlukan pengawasan
perawatan diri berpakaian disebabkan dan arahan dari perawat dalam melakukan
karena gangguan jiwa skizofrenia adalah perawatan diri berpakaian/berhias, menurut
gangguan psikotik yang kronis, ditemukan pendapat peneliti perilaku sulit melakukan
gejala yang berat, ketidak mampuan pasien aktivitas ini akibat kurangnya motivasi,
untuk merawat dirinya sendiri, gangguan perhatian, sulit menyelesaikan tugas, avolisi

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 11


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

(kurang energi dan dorongan), dan kurang skizofrenia dalam memenuhi kebutuhan
tekun dalam bekerja. Klien skizofrenia perawatan terhadap dirinya. Hal ini
dengan gejala negatif (afek datar, defisit disebabkan karena pasien skizofrenia
perawatan diri, menarik diri), atau gejala semakin tidak perduli dengan keadaan
kognitif (kurangnya kemampuan memahami dirinya sendiri, harga diri semakin rendah
dan menggunakan informasi dan sulit fokus) dan perasaan tidak berharga.
mempengaruhi perilaku kemampuan klien Hasil penelitian ini didukung oleh
dalam merawat dirinya. penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Meisaroh, (2014) yang meneliti tentang
Kemandirian Melakukan Perawatan Diri : personal hygiene pada penderita gangguan
Makan dan Minum pada Pasien Skizofrenia. jiwa di Poli RSJ Dr. Radjiman
Hasil penelitian ini menunjukkan Wediodiningrat Lawang. Hasil penelitian
bahwa kemandirian melakukan perawatan didapatkan tingkat kemampuan perawatan
diri makan dan minum pada pasien diri makan responden bervariasi, paling
skizofrenia sebagian besar yaitu 73 banyak adalah responden yang
responden (78,5%) dalam kategori membutuhkan peralatan atau alat bantu
memerlukan bantuan. Hasil penelitian ini sebanyak 36 orang (61,0%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien skizofrenia saat ini juga sesuai dengan hasil penelitian
melakukan perawatan diri masih Rezkiyah, (2015) tentang faktor-faktor yang
memerlukan pengawasan dan arahan dari berhubungan dengan defisit perawatan diri
perawat dalam melakukan perawatan diri pada pasien halusinasi pendengaran dan
makan seperti saat pasien masih disuruh penglihatan di Rumah Sakit Khusus Daerah
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah (RSKD) Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil
makan serta mencuci piring sendiri. Hal ini menunjukkan mayoritas responden
sesuai dengan hasil pengamatan peneliti mengalami defisit perawatan diri sebanyak
bahwa untuk aktivitas perawatan diri makan 22 responden (59,5%)
dirumah sakit jiwa pasien tidak Hasil penelitian ini menunjukkan
mempersiapkan makanan sejak dari bahwa pasien skizofrenia saat melakukan
pengolahan karena sudah diolah atau perawatan diri masih memerlukan
dimasak di instalasi gizi, akan tetapi pengawasan dan arahan dari perawat dalam
beberapa pasien dimandirikan untuk melakukan perawatan diri makan, menurut
mengambil makanan sendiri kedapur serta pendapat peneliti hal ini disebabkan karena
diarahkan dan diawasi untuk membagi pasien skizofrenia dengan gejala negatif
makanan sendiri. Saat makan pasien masih cenderung menetap setelah gejala psikotik
diarahkan untuk duduk dengan rapi berkurang dan menjadi penghambat utama
kemudian berdoa sebelum makan, hal ini dalam pemulihan dan perbaikan fungsi
dilakukan untuk menghindari pasien berebut dalam kehidupan sehari-hari seperti
saat mengambil makanan. Pasien juga masih perasaan tidak perduli terhadap aktivitas,
diarahkan sebelum dan setelah makan harus yaitu tidak adanya keinginan, ambisi, atau
mencuci tangan, saat makan diarahkan agar dorongan untuk bertindak atau melakukan
makanan tidak berserakan dan selesai makan tugas-tugas sehingga klien sering
pasien diarahkan mencuci piring sendiri mengabaikan perawatan dirinya.
sehingga mereka diharapkan mampu
memenuhi aktivitas makan sendiri. Kemandirian Melakukan Perawatan Diri :
Menurut Townsend (2016) defisit Toileting pada Pasien Skizofrenia.
perawatan diri diantaranya perawatan diri Hasil penelitian ini menunjukkan
makan merupakan masalah yang seringkali bahwa kemandirian melakukan perawatan
terjadi pada pasien dengan skizofrenia. Hal diri sebagian besar yaitu 47 responden
ini dikarenakan pasien dengan skizofrenia (78,5%) dalam kategori memerlukan
mengalami gangguan fungsi kognitif yang bantuan. Hasil penelitian ini menunjukkan
dapat mengakibatkan ketidakmampuan bahwa pasien skizofrenia saat melakukan
untuk mengatur dan mengelola aktivitasnya perawatan diri masih memerlukan
secara mandiri. Kemandirian pasien pengawasan dan arahan dari perawat dalam

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 12


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

melakukan perawatan diri toileting terutama setengah responden, memiliki personal


untuk menyiram dengan air sesudah pasien hygiene yang kuat yaitu sebanyak 32
BAB dan BAK. Hal ini sesuai dengan responden (42,1%).
pengamatan peneliti bahwa untuk aktivitas Pasien skizofrenia saat melakukan
perawatan diri toileting terutama BAK perawatan diri masih memerlukan
pasien masih diarahkan untuk BAK di WC pengawasan dan arahan dari perawat dalam
dan menyiram dengan air sehabis BAK. melakukan perawatan diri toileting. Hal ini
beberapa pasien yang peneliti amati masih dapat disebabkan karena pasien skizofrenia
sering BAK disembarang sehingga perlu sering terlihat adanya kemunduran yang
diarahkan oleh perawat agar BAK pada ditandai dengan hilangnya motivasi dan
tempatnya, sedangkan untuk BAB sebagian tanggung jawab, apatis, menghindar dari
besar sudah pada tempatnya akan tetapi kegiatan, dan hubungan sosial. Situasi
untuk menyiram dengan air masih perlu tersebut mengakibatkan pasien skizofrenia
diarahkan. tidak dapat berperan sesuai dengan harapan
Menurut Videbeck, (2015) defisit lingkungan dimana ia berada salah satunya
perawatan diri diantaranya perawatan diri tidak mampu melakukan fungsi dasar secara
toileting merupakan masalah yang seringkali mandiri misalnya melakukan perawatan diri
terjadi pada pasien dengan skizofrenia. Hal toileting.
ini disebabkan karena defisit perawatan diri
disebabkan oleh gejala-gejala negatif dari Kemandirian Melakukan Perawatan Diri
skizofrenia. Gejala negatif cenderung Hasil penelitian ini menunjukkan
menetap setelah gejala psikotik berkurang bahwa kemandirian melakukan perawatan
dan menjadi penghambat utama dalam diri pada pasien skizofrenia sebagian besar
pemulihan dan perbaikan fungsi dalam yaitu 59 responden (63,4%) dalam kategori
kehidupan sehari-hari seperti perasaan tidak memerlukan bantuan. Hal ini dipengaruhi
perduli terhadap aktifitas, yaitu tidak adanya oleh minat penderita skizofrenia untuk
keinginan, ambisi, atau dorongan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara
bertindak atau melakukan tugas-tugas keseluruhan meliputi aktivitas kebersihan
sehingga pasien sering mengabaikan diri/mandi, berpakaian/ berhias, makan,
perawatan dirinya. eliminasi BAB/BAK. Ketergantungan
Yosep (2016) menyatakan pasien yang ringan aktivitas sehari-hari adalah
mengalami skizofrenia akan mengalami, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
gangguan kemauan hal tersebut dapat dengan membutuhkan bantuan dari orang
dirusak oleh gangguan emosional, lain berupa peralatan yang mendukung
gangguan-gangguan kognisi, kerusakan otak aktivitas tersebut.
organik, dalam keadaan tidak terlatih. Pendapat peneliti didukung oleh teori
Gangguan kemauan ditandai dengan Abulia Direja (2015) pada Pasien skizofrenia akan
(kemauan yang lemah) yaitu keadaan mengalami defisit perawatan diri seperti
inaktivitas sebagai akibat ketidaksanggupan ketidaktertarikan untuk melakukan aktivitas
dalam memulai suatu kegiatan dan perawatan diri, terutama untuk mandi,
ketidaksanggupan dalam bertindak. berpakaian, makan dan minum. Menurut
Gangguan kemauan juga ditandai dengan Marasmis (2015) Penyebab gangguan jiwa
negativisme yaitu suatu pertahanan itu bermacam-macam ada yang bersumber
psikologik dengan melawan atau menentang dari berhubungan dengan orang lain,
terhadap apa yang disuruh atau tidak faktororganik, kelainan saraf dan gangguan
melaksanakan tugas atau aktivitas yang pada otak. Menurut Keliat (2015), yang
diperintahkan. mengatakan bahwa perilaku sulit melakukan
Hasil penelitian ini didukung oleh perawatan diri pada pasien skizofrenia
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh akibat kurangnya motivasi, perhatian, sulit
Meisaroh (2014) tentang personal hygiene menyelesaikan tugas, sering bertengkar,
pada Penderita Gangguan Jiwa di Poli RSJ deteriaorasi penampilan, agresi/agitasi,
Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. perilaku stereotipik atau berulang, avolisi
Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir (kurang energi dan dorongan), dan kurang

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 13


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

tekun dalam bekerja. Pasien skizofrenia Berdasarkan hasil pengamatan


dengan gejala positif (halusinasi, delusi, peneliti dilapangan, peneliti pendapat bahwa
gangguan pikiran, gangguan perilaku), pasien skizofrenia memerlukan bantuan
gejala negatif (afek datar, defisit perawatan untuk menyelesaikan tugasnya sehari-hari
diri, menarik diri), atau gejala kognitif terutama dalam hal perawatan diri sehingga
(kurangnya kemampuan memahami dan membuatnya terlihat malas atau tidak mau
menggunakan informasi dan sulit fokus) membantu diri sendiri. Pada episode
mempengaruhi perilaku kemampuan pasien psikotik dapat menjadi sangat preokupasi
dalam merawat dirinya. dengan ide–ide waham atau halusinasi,
Hasil penelitian ini sesuai dengan sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas
penelitian yang dilakukan Gurel dan Davis dasar dalam kehidupan sehari–hari. Pasien
(2007) dalam Andayani (2015) yang kurang memiliki perasaan emosi, minat atau
menunjukkan bahwa pasien skizofrenia kepedulian dan dapat mengalami defisit
dengan defisit perawatan diri membutuhkan perawatan diri. Mereka tidak memperhatikan
bantuan untuk memenuhi salah satu kebersihan diri, berhias dan dapat gagal
kebutuhan dari lima aktivitas perawatan diri: untuk mengenali sensasi seperti rasa haus
makan, berpakaian, mandi, eliminasi, dan dan lapar. Pasien dapat terjadi malnutrisi dan
aktivitas sehari-hari; paling tidak satu dalam konstipasi. Kebutuhan pasien terhadap
empat hari yang berbeda dalam satu minggu eliminasi dapat kurang terpenuhi, beberapa
terdapat tiga dari lima aktivitas perawatan diantaranya buang air besar/buang air kecil
diri. Hal yang sama juga diungkapkan di sembarang tempat yang dapat dipengaruhi
Holmberg dan Kane (2009) dalam Andayani oleh fisiologis, budaya, dan psikologis.
(2015) bahwa pasien psikiatri kurang dapat Defisit perawatan diri pasien skizofrenia
melakukan kegiatan perawatan diri atau dengan gejala negatif terjadi pada seseorang
kegiatan aktivitas kesehatan, dibandingkan mengalami gangguan atau hambatan untuk
dengan populasi pasien non psikiatri. melakukan atau menyelesaikan aktivitas
Hasil penelitian ini didukung oleh sehari–hari yang meliputi defisit mandi,
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh berpakaian, makan, dan eliminasi. Defisit
Abdul Jalil (2016) yang meneliti tentang perawatan diri pada pasien skizofrenia
faktor yang mempengaruh penurunan disebabkan oleh adanya gangguan kognitif
kemampuan pasien skizofrenia dalam atau persepsi, penurunan atau tidak ada
melakukan perawatan diri di Rumah Sakit motivasi dan ansietas berat yang
Jiwa Prof. Dr.Soeroyo Magelang. Hasil menyebabkan ketergantungan terhadap
analisis tingkat kemampuan perawatan diri kebutuhan perawatan dirinya. Pilihan
sebanyak 37,2% responden membutuhkan perawatan diri membutuhkan komunikasi
peralatan atau alat bantu dan 35,6% perawat dengan pasien untuk mewujudkan
membutuhkan pertolongan orang lain untuk hubungan terapeutik.
bantuan, pengawasan, pendidikan. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan hasil
penelitian Trihardani (2015) tentang tingkat KESIMPULAN
pemenuhan aktivitas sehari – hari pasien Implikasi
skizofrenia di Lingkup Kerja Puskesmas Hasil penelitian ini dapat dijadikan
Gombong II. Berdasarkan Hasil penelitian sebagai referensi penyusunan kebijakan/
mengenai tingkat pemenuhan aktivitas prosedur atau tindakan-tindakan
sehari-hari yang meliputi aktivitas mandi/ keperawatan yang tepat seperti terapi
kebersihan diri, berpakaian/berdandan, individu dan terapi aktivitas kelompok untuk
makan/minum, dan eliminasi BAB/BAK mengurangi tingkat ketergantungan pasien
secara umum penderita skizofrenia di skizofrenia dalam hal kemampuan
lingkup kerja Puskesmas Gombong II perawatan diri
diketahui bahwa persentase tertinggi
sebanyak 12 (38%), penderita skizofrenia Keterbatasan
masuk kategori ketergantungan ringan. Penelitian ini tidak mengeksplorasi
lebih dalam tentang korelasi bebrapa faktor

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 14


I Dw. Gd. Ngurah Ari Baskara, dkk: Gambaran Kemandirian Melakukan Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia

yang dapat membatu pasien meningkatkan Maramis.(2015). Catatan Ilmu Kedokteran


dan dapat menghambat pasien dalam Jiwa. Surabaya : Airlangga University
melakukan kemandirian perawatan diri. Press
Peneliti merekomendasikan penelitian Meisaroh.(2014). Personal Hygiene Pada
selanjutnya untuk menggali informasi Penderita Gangguan Jiwa di Poli RSJ
tentang faktor yang berhubungan dengan Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
kemandirian pasien skizofrenia dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
melakukan perawatan diri. Volume 1, No. 1. Oktober 2014
Nurjannah, Intansari.(2016). Pedoman
Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
DAFTAR PUSTAKA Yogjakarta :Momedia.
Jalil, Abdul.(2016). Faktor Yang Nursalam.(2013). Konsep dan Penerapan
Mempengaruh Penurunan Kemampuan Metodelogi Penelitian Ilmu
Pasien Skizofrenia Dalam Melakukan Keperawatan,Pedoman Skripsi, Tesis,
Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa dan Instrumen Penelitian Keperawatan,
Prof. Dr.Soeroyo Magelang. (online) Edisi 2, Jakarta : Salemba Medika
available :http://ejournal.ac.id/index.php Parendrawati.(2014). Defisit Perawatan Diri
/jnursing. Diperoleh tanggal 2 Pebruari pada Klien Skizofrenia :Aplikasi Teori
2017 Keperawatan Orem Jakarta : Fakultas
American Psychological Association.(2013). Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Publication manual of the American Rezkiyah.(2015). Faktor-Faktor Yang
Psychological Association. Washington, Berhubungan Dengan Defisit Perawatan
DC. American Psychological Diri Pada Pasien Halusinasi
Association. Pendengaran Dan Penglihatan di Rumah
Andayani.(2015). Hubungan Karakteristik Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi
Klien Skizofrenia Dengan Tingkat Sulawesi Selatan.(online) available
Kemampuan Perawatan Diri Di Ruang :http://ejournal.ac.id/index.php/jnursing.
Rawat Inap Psikiatri Wanita Rumah diperolehtanggal 2 Pebruari 2017
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Tarwoto dan Wartonah.(2015). Kebutuhan
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume dasar manusia dan proses keperawatan.
2, No. 1, Februari 2015 Edisi pertama. Jakarta: SalembaMedika.
Departemen Kesehatan Republik Trihardani.(2015). Tingkat Pemenuhan
Indonesia.(2015). Pedoman Rehabilitasi Aktivitas Sehari – Hari Pasien
Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Skizofreniadi Lingkup Kerja Puskesmas
Indonesia. Cetakan Kedua. Gombong II. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Jakarta:Direktorat Jendral Pelayanan Keperawatan STKes Muhammadiyah
Medik. Direktorat Kesehatan Jiwa. Gombong
Direja.(2015). Buku Ajar Asuhan Townsend.(2016). Prinsip dan Praktik
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi
:NuhaMedika. Indonesia. Jakarta : EGC
Fitria,N. (2015). Prinsip Dasar dan Aplikasi WHO.(2013). Kesehatan Jiwa,
Penulisan Laporan Pendahuluan dan online.Available: http://www.media
Strategi Pelaksanaan Tindakan indonesia. com/20Pebruari 2016.
Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Videbeck.(2015). Buku Ajar Keperawatan
Salemba Medika Jiwa. Jakarta : EGC.
Hawari.(2014). Pendekatan Holistic Pada Yosep.(2016). Keperawatan jiwa. (Edisi
Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Revisi). Bandung:RefikaAditama.
FKUI.
Keliat, B. A,.(2015). Model Praktek
Keperawatan Professional Jiwa.Jakarta:
EGC

CARING, Volume 3 Nomor 2, Desember 2019 15

Anda mungkin juga menyukai