Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH KELOMPOK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI”

Di Susun Oleh : Kelompok


DELLY YAAS
ANDRIANI R. MANIK
ERNITA NUMBERI
MARTHA SRI WAHYUNI
ROSHINTAN M. TOGATOROP
AFRIA W

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Unviversitas Cenderawasih
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala yang telah dilimpahkan
dalam kehidupan kami baik rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan Judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Defisit Perawatan Diri . Pada kesempatan ini kelompok ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Perawatan Jiwa serta seluruh keluarga
kami yang telah memberikan bantuan, dukungan serta doa kepada kelompok kami
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, banyak sekali kelompok
menemukan kendala dan hambatan bahkan, tapi lewat baantuan banyak pihak kelompok
dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, kiranya penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kelompok
sendiri dan seluruh mahasiswa/I PSIK dan Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Jayapura, 15 September 2021

Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja
secara produktif serta mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU
Kesehatan Jiwa, 2014). Apabila seseorang/individu tersebut mengalami kesehatan jiwa
baik fisik, mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin
bersosialisasi dengan orang lain maka individu tersebut mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi dan tindakan, di
mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan
(Marshaly, 2013). Menurut Madalise dkk (2015) Gangguan jiwa menyebabkan
penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak menguasai dirinya
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak /menyakiti dirinya sendiri. Data
World Health Organization (WHO) menunjukkan, terdapat sekitar 350 juta orang
mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang menderita skizofrenia,
serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Karena berbagai faktor biologis, psikologis,
sosial dan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah serta memberikan dampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang (WHO, 2016). Prevalensi gangguan jiwa
berat di Indonesia dengan gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di DI
Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7%), sedangkan yang terendah di Kalimantan
Barat (0,7%). Prevalensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 jiwa per
mil.Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat prevalensi gangguan jiwa berat dalam
persentase sekitar 1,9%, dibawah DI Yogyakarta dan Aceh yang mengalami gangguan
jiwa berat paling tinggi (Riskesdas, 2013).
Gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan
jiwa berat. Skizofrenia merupakan salah suatu gangguan jiwa berat yang akan
membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, ditandai dengan disorganisasi
pikiran, perasaan dan perilaku defisit perawatan diri.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi, berhias, makan dan BAK/BAB (Khaeriyah,2013).
Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi (Yusuf (2015).
Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan berakibat buruk baik
bagi dirinya sendiri, orang lain sertalingkungan sekitarnya. Dampak fisik bagi dirinya
sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan diri dengan baik seperti gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
Sedangkan untuk dampak psikososial yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan
interaksi sosial (Dermawan, 2013).
Sedangkan dampak bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya adalah terganggunya
kenyamanan dan ketentraman masyarakat. Peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan diantaranya sebagai pendidik, narasumber, penasihat dan pemimpin
(Direja, 2011). Adapun peran perawat dalam penanganan masalah defisit perawatan
diri di rumah sakit jiwa yaitu melakukan penerapan asuhan keperawatan berupa
penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri.
Berdasarkan data diatas , kelompok sangat tertarik untuk membahas “ Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri “

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit
perawatan diri dalampelayanan keperawatan .
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/i mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri
2. Mahasiswa/i mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri
3. Mahasiswa/ i mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri
4. Mahasiswa/i mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri
5. Mahasiswa/ i mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kelompok
Dapat menjadi referensi bagi kelompok untuk dapat menerapkan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Defiisist Perawatan Diri dilingkungan
pelayanan
2. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan serta acuan bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan
keperawatan, terutama dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan defisit perawatan diri
3. Bagi Intitusi Pendidikan
Hasil penulisan yang di peroleh dapat digunakan sebagai perbandingan dan
bahan untuk penulisan makalah selanjutnya dan dapat menjadi referensi dan
rujukan dalam pembuatan ataupun pengaplikasian askep gangguan Defisit
Perwatan Diri dalam pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Perawatan diri
adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-
hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri (Depkes, 2000 dalam
Direja, 2011).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry, 2005
dalam Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja, 2011)
menjelaskan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi (Nurjannah (2004, dalam
Dermawan, 2013) )
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).
2. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut :
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan diri Tidak melakuka


Perawatann diri kadang tidak Tidak Pada saat stress
melakukan perawatan diri

Gambar 2.1 Rentang Respon


Keterangan :
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang
– kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
3. Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan
diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013),
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
menderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
4. Psikodinamika Terjadinya Defisit Perawatan Diri

Perasaan negatif Trauma situasional -


Perasaan tidak mampu
terhadap diri sendiri Kecelakaan - Perceraian -
Korban perkosaan - Putus
sekolah

Harga Diri Rendah

Faktor Predisposisi -
Perkembangan : keluarga Faktor Presipitasi - Kurang
terlalu memanjakan klien -
penurunan motivasi -
Biologis : penyakit kronis - Kemampuan melakukan
Kerusakan kognisi atau
Kemampuan realitas aktivitas menurun
menurun : ketidakpedulian perceptual - Lelah/lemah
dirinya - Sosial : kurang yang dialami individu
dukungan dan latihan

Data Subyektif - Pasien Data Obyektif - Rambut kotor, acak-


mersa lemah - Malas acakan - Badan dan pakaian kotor
untuk beraktivitas - dan bau - Mulut dan gigi bau - Kulit
Merasa tidak berdaya kusam dan kotor - Kuku panjang
dan tidak terawa

Koping individu tidak


Defisit Perawatan Dir
efektif

Menarik diri, merasa tidak


Ketidakpedulian merawat diri
berguna, rasa bersala

Stress
Menghindari interaksi
Kesepian

Isolasi sosia Koping individu tidak efektif

Gambar 2.2 Proses terjadinya defisit perawatan diri (Dermawan, 2013


5. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit
perawatan diri terdiri dari:
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias Kurang perawatan
diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian
dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : makan Kurang perawatan diri (makan) adalah
gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikannya.

6. Tanda dan Gejala Defisit Perawatn Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a.Data subyektif
1) Pasien merasa lemah.
2) Malas untuk beraktivitas.
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak-acakan.
7. Dampak Defisit Perawatan Diri
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene ialah :
a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan
mencinti, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

8. Mekanisme Koping Mekanisme koping pada pasien dengan defisit


perawatan diri
adalah sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta
tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk,
2015)
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri,
tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi)
misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah
nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)

B. Asuhan Keperawatan Teorotis


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang,
atau dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu
senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat
murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai
mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi. Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri
ditemukan adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya
penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien
tidak mampu melakukan perawatan diri.
d. Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi
dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu,
menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya
dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam
perawatan diri
e. Pemeriksaan Fisik , Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan
tandatanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu
pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan
acak-acakan.
f. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
b) Identitas diri Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien
dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan
pasien sebagai laki-laki atau perempuan , keunikan yang dimiliki
sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/ pekerjaan/
kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan
fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang
ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah,
harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien
terhadap penyakitnya
e) Harga diri Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang
lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan
orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
f) Hubungn sosial Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat
terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan
orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.
g) Spiritual
 Nilai dan keyakinan Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama
pasien terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.
 Kegiatan ibadah Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
 Penampilan Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak
tahu cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
 Cara bicara/ pembicaraan Biasanya cara bicara pasien lambat,
gagap, sering terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
 Aktivitas motorik Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
 kompulsif.
 Alam perasaan Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
 Afek Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
 Interaksi selama wawancara Biasanya respon pasien saat
wawancara tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang
serta curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak percaya
kepada pewawancara atau orang lain.
 Persepsi Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap
hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan
serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
 Proses pikir Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang
pembicaraan berhenti tiba-tiba.
 Kebutuhan pasien pulang
1) Makan Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan
dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku,
tubuh pasien tampak kusam dan bdan pasien mengeluarkan aroma
bau.BAB/BAK Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC
setelah BAB/BAK.
 Istirahat Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
 Penggunaan obat Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien
minum obat tidak teratur.
 Aktivitas dalam rumah Biasanya pasien tidak mampu melakukan
semua aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien
selalu merasa malas
3) Mekanisme koping
a) Adaptif Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak
bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu berolahraga
karena pasien selalu malas.

b) Maladaptif Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang


berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari
orang lain.
c) Masalah psikososial dan lingkungan Biasanya pasien mengalami
masalah psikososial seperti berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi
dan pelayanan kesehatan.
d) Pengetahuan Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil
keputusan.
4) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stressdan mengadopsi
strategi koping yang efektif.

2. Penentuan Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit
perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri b. Harga diri rendah c. Isolasi sosial 4. Intervensi
Keperawatan Berdasarkan Nursing Intervention Classification & Nursing
Outcome Clsasification (2016)
MASALAH
NOC NIC
KEPERWATAN
Defist perawatan diri Perawatan diri : mandi Bantuan perawatan
: mandi Kriteria hasil : diri :
- Masuk dan keluar mandi/berpakaian
dari kamar mandi Definisi : membantu
- Mengambil pasien melakukan
alat/bahan mandi kebersihan diri.
- Mendapat air Aktivitaas-aktivitas :
mandi 1. Pertimbangkan
- Menyalakan keran budaya pasien saat
- Mengatur air mempromosikan
- Mengatur aliran aktivitas perawatan
air diri
- Mandi di bak cuci 2. Pertimbangkan usia
- Mandi di bak pasien saat
mandi mempromosikan
- Mandi dengan aktivitas perawatan
bersiram diri
- Mencuci wajah 3. Tentukan jumlah dan
- Mencuci badan tipe terkait bantuan
bagian atas yang diperlukan
- Mandi badan 4. Letakkan handuk,
bagian bawah sabun, deodoran, alat
- Membersihkan bercukur, dan
area perineum asesoris lain yang
- Mengeringkan diperlukan di tepi
badan tempat tidur atau
kamar mandi
5. Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalaman pribadi
6. Fasilitsi pasien untuk
menggosok gigi
dengan tepat
7. Fasilitasi pasien
untuk mandi sendiri
dengan tepat
8. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat
diri pasien
9. Monitor integritas
kulit pasien
10.Jaga ritual kebersihan
11.Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutunitas waktu tidur
pasien yang biasanya,
tanda sebelun tidur,
dan obyek yang
familiar untuk pasien
12.Dukung orangtua
atau keluarga
berpartisipasi dalam
ritual menjelang tidur
yang biasa dilakukan,
dengan tepat
13.Berikan bantuan
sampai pasien benar-
benar mampu
merawat diri secara
mandiri

Memandikan
Aktivitas-aktivitas :
- Bantu memandikan
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi, mandi
dengan mandiri,
dengan menggunakan
cara yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
atau keinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi

Defist perawatan diri Perawatan diri : Berpakaian


: berpakaian berpakaian/berdandan Definisi : memilih,
Kriteria hasil : memakaikan, dan
- Memilih pakaian melepaskan pakaian
- Mengambil pakaian seseorang yang tidak
dari lemari bisa melakukan sendiri
- Mengambil pakaian Aktivitas-aktivitas :
dari lemari dinding 1. Identifikasi area
- Mengambil pakaian dimana pasien
- Memakai pakaian membutuhkan
bagian atas bantuan dalam
- Memakai pakaian berpakaian
bagian bawah 2. Monitor kemampuan
- Mengancingkan baju pasien untuk
- Menggunakan ikat berpakaian sendiri
Pinggang 3. Pakaikan pasien
- Menutup resleting setelah
- Memakai kaos kaki membersihkan diri
- Memakai sepatu diselesaikan
- Memasang tali sepatu 4. Dukung pasien untuk
- Membuka baju bagian berpartisipasi dalam
atas pemilihan pakaian
- Membuka baju bagian 5. Dukung penggunaan
bawah perangkat perawatan
diri dengan tepat
6. Pakaikan pakaian
yang tidak ketat,
dengan tepat
7. Ganti pakaian pasien
pada saat waktu tidur
8. Tawari untuk
mencuci pakaian, bila
perlu
9. Berikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya mampu
memikul tanggung
jawab untuk
berpakaian sendiri
Defist perawatan diri Perawatan diri : makan Bantuan perawatan
: makan/minum Kriteria hasil : diri: pemberian makan
- Menyiapkan makanan Definisi : membantu
yang akan disantap seseorang untuk makan
- Membuka tutup
makanan Aktivitas-aktivitas :
- Menggunakan alat 1. Monitor kemampuan
makan pasien untuk menelan
- Menaruh makanan 2. Identifikasi diet yang
pada alat makan disarankan
- Mengambil cangkir 3. Atur meja dan
atau gelas nampan makanan
- Memasukkan makanan agar terlihat menarik
ke mulut dengan jari 4. Ciptakan lingkungan
- Memasukkan makanan yang menyenangkan
ke mulut dengan selama waktu makan
sendok 5. Pastikan posisi pasien
- Memasukkan makanan yang tepat untuk
ke mulut dengan memfasilitasi
peralatan (makan) mengunyah dan
- Minum dengan gelas menelan
atau cangkir 6. Berikan bantuan fisik,
- Menaruh makanan di sesuai kebutuhan
mulut 7. Berikan penurunan
- Memanipulasi nyeri yang cukup
makanan di mulut sebelum makan,
- Mengunyah makanan dengan tepat
- Menelan makanan 8. Berikan kebersihan
- Menelan minuman mulut sebelum makan
- Menghabiskan 9. Makanan disajikan
makanan dengan tepat dalam
nampansesuai
kebutuhan, misalnya
daging yang sudah
dipotong atau telur
yang telah dikupas
10. Buka bungkusan
makanan
11. Jangan meletakkan
makanan pada sisi
dimana pandangan
seseorang tidak dapat
melihat
12. Gambarkan lokasi
dari makanan yang
ada di nampan untuk
seseorang yang
memiliki gangguan
penglihatan
13. Posisikan pasien
dalam posisi makan
yang nyaman
14. Berikan pengalas
makanan
15. Berikan sedotan
minuman, sesuai
kebutuhan atau sesuai
keinginan
16. Berikan makanan
dengan suhu yang
paling sesuai
17. Sediakan makanan
dan minuman yang
disukai, dengan tepat
18. Monitor berat badan
pasien dengan tepat
19. Monitor status hidrasi
pasien dengan tepat
20. Dukung pasien untuk
makan di ruang
makan, jika tersedia
21. Sediakan interaksi
sosial dengan tepat
22. Berikan alat-alat yang
bisa memfasilitasi
pasien untuk makan
sendiri
23. Gunakan cangkir
dengan pegangan
yang besar, jika
diperlukan
24. Gunakan alat makan
dan gelas yang tidak
mudah pecah dan
tidak berat, sesuai
kebutuhan
25. Berikan penanda
sesering mungkin
dengan pengawasan
ketat, dengan tepat

Defist perawatan diri Perawatan diri : Bantuan perawatan


: elminasi eliminasi diri: eliminasi
Kriteria hasil : Definisi : membantu
- Merespon saat kandung dalam eliminasi
kemih penuh dengan
tepat waktu Aktivitas-aktivitas :
- Menanggapi dorongan 1. Pertimbangkan
untuk buang air besar budaya pasien saat
secara tepat waktu mempromosikan
- Masuk dan keluar dari aktivitas perawatan
kamar mandi diri
- Membuka pakaian 2. Pertimbangkan usia
- Memposisikan diri di pasien saat
toilet atau alat bantu mempromosikan
eliminasi aktivitas perawatan
- Sampai ke toilet antara diri
dorongan atau hampir 3. Lepaskan baju yang
keluarnya urin diperlukan sehingga
- Sampai ke toilet antara bisa melakukan
dorongan sampai eliminasi
keluarnya feses 4. Bantu pasien ke toilet
- Mengosongkan atau tempat lain
kandung kemih untuk eliminasi pada
- Mengosongkan usus interval waktu
- Mengelap sendiri tertentu
setelah buang urin 5. Pertimbangkan
- Mengelap sendiri respon pasien
setelah buang air besar terhadap kurangnya
- Berdiri setelah privasi
eliminasi atau berdiri 6. Beri privasi selama
dari kursi bantu untuk eliminasi
eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan
- Merapikan pakaian toilet setelah
setelah ke kamar mandi menyelesaikan
eliminasi
8. Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi
9. Siram
toilet/berdihkan alat-
alat untuk eliminasi
(kursi
toilet/commode,
pispot)
10. Buatlah jadwal
aktivitas terkait
eliminasi, dengan
tepat
11. Instruksikan pasien
atau yang lain dalam
rutinitas toilet
12. Buatlah kegiatan
eliminasi, dengan
tepat dan sesuai
kebutuhan
13. Sediakan alat bantu
(misalnya, kateter
eksternal atau urinal),
dengan tepat
14. Monitar integritas
kulit pasien

Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/bantalan
disisi ruangan yang
sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatan bangsal
4. Sediakan tempat tidur
dengan ketinggian
yang rendah
5. Letakkan benda yang
sering digunakan
dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam dengan
kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan selama
penggantian pakaian
dan eliminasi, serta
bau apapun yang
tersisa, sebelum
kunjungan dan waktu
makan

3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan defisit
perawatan diri dapat dilakukan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP). Strategi
pelaksanaan tersebut adalah :
SP 1 pasien :
a. Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAB/BAK.
b. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
d. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku.
e. Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat gigi (2 kali per
hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku (satu kali per minggu).
SP 2 pasien :
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
b. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
c. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk perempuan;
sisiran, cukuran untuk pria.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 pasien :
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
b. Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
c. Latih cara dan alat makan dan minum.
d. Latih cara makan dan minum yang baik.
e. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum yang baik.
SP 4 pasien :
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
b. Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
c. Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum serta buang air besar dan buang air kecil.

4. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu:
a. Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
b. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut
1) S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
2) O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat
tindakan dilakukan.
3) A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
4) P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh
perawat.
5) Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a) Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b) Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil belum memuaskan c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan
masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ad serta
diagnosa lama dibatalkan
c) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan
yang positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan
selfreinforcement (Prabowo, 2014).

5. Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan hendaknya tidak
dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun peserta didik keperawatan, dan hal ini
dianjurkan menggunakan formulir yang sama seperti dokumentasi proses keperawatan
di unit rawat jalan. Gawat darurat, rehabilitasi (Direja, 2011). Dokumentasi asuhan
keperawatan dilakukan setiap tahap proses keperawatan, karenanya dokumentasi
asuhan dalam keperawatan jiwa berupa dokumentasi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Dermawan, 2013).
BAB III
CONTOH KASUS

A. Kasus

1. Pengkajian

Ruang Rawat: Dahlia Tanggal Dirawat: 24 April 2017

I. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn. N
Umur : 47 tahun
No. Rekam Medik : 030381
Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2017
Informan : Klien, status dan perawat ruangan
Alamat Lengkap : Komp. Villa Anggre Blok 2 no. 26 Rt. O4 Rw.
13 Balai Gadang Koto Tangah Padang

II. Alasan Masuk


Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang pada tanggal 24
April 2017 melalui IGD karena klien gelisah, marah-marah tanpa sebab,
emosi labil, mudah tersinggung, meninju-ninju dinding dan curiga. Klien
mengatakan bertengkar dengan kakaknya.

III. Faktor Predisposisi


a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Klien sakit semenjak tahun 2004 dan sekarang klien dirawat untuk yang
ke 3 kalinya. Klien dirawat terakhir pada tahun 2006. Klien
menggelandang ± 3 bulan ini dan kadang pulang kerumah kakaknya.

b. Pengobatan Sebelumnya
Klien sebelumnya sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof HB
Saanin Padang dan mendapatkan pegobatan sebelumnya pada tahun
2006. Namun sejak pulang dari pengobatn klien tidak pernah minum
obat. Keluarga mengatakan ± 1 bulan yang lalu klien pernah dirawat
di RS. Yossudarso selama 1 minggu karena diare.

c. Trauma
 Aniaya Fisik

Klien tidak pernah mendapatkan perlakuan aniaya fisik baik dari


lingkungan maupun keluarga.
 Aniaya Seksual

Klien tidak pernah menjadi pelaku, korban atau saksi dalam aniaya
seksual.

 Penolakan

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan sosial baik


dari keluarga ataupun lingkungan masyarakat sekitar.

 Kekerasan Dalam Keluarga


Klien sebelumnya melakukan kekerasan kepasa keluarga yaitu
bertengkar dengan kakaknya

 Tindakan Kriminal

Klien tidak pernah menjadi pelaku korban atau saksi yang terkait
denan tindakan kriminal.

IV. Pemeriksaan Fisik


 Tanda-tanda Vital : TD: 120/80 mmHg N: 84x/i S: 36,7°C P:
21x/i
 Ukuran : TB: 164 cm BB: 50 kg

 Keluhan Fisik :

Klien mengatakan tidak ada mengalami keluhan fisik pada tubuhnya.


Tampak klien menggaruk tangan dan kakinya. Gigi klien terlihat kotor.

V. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :
= Perempuan = Klien

= Laki-laki = Hubungan Keluarga

= Meninggal = Tinggal Serumah


Klien mengatakan orangtuanya sudah meninggal dunia dank lien tinggal
dengan kakaknya . Klien merupkan anak terakhir dari 5 bersaudara
Terkadang klien sering bertengkar dengan kakanya dan klien mengambil
keputusan sendiri dan kabur dari rumah kakaknya.
b. Konsep Diri
 Citra Tubuh

Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya

 Identitas Diri

Klien mengatkan dirinya seorang laki-laki

 Peran Diri

Klien menyadari perannya adalah seorang ayah dari anak-anak nya


dan suami dari istrinya

 Ideal Diri

Klien mengatakan dari ingin cepat sembuh dan ingin pulang

 Harga Diri

Klien mengatkan dirinya diharai oleh keluaranya

c. Hubungan Sosial
 Orang Terdekat

Anak-anak ,Istri, Kakak dan orangtua

 Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat

Klien tidak ada berperan serta dalam kegiatan kelompok /


masyarakat sejak sakit

 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Tidak ada hambatan dalam hubungan dengan orang lain di


sekitarnya

d. Spiritual
 Nilai dan Keyakinan

Klien mengunjung tinggi dan mengatakan beragama islam

 Kegiatan Ibadah

Semenjak dirawat klien mengatakan jarang melakukan ibadah seperti


shalat dan berzikir
VI. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpenampilan tidak rapi, kuku pendek tapi kotor dan badan klien
bau

b. Pembicaraan
Klien tidak mampu memulai pembicaraan dengan lawan bicara, cukup
kooperatif namun nada bicara lambat dan pelan.

c. Aktivitas motorik
Klien tampak gelisah saat diwawancara klien juga sering terlihat
mondar-mandir diruangan

d. Alam perasaaan
Klien mengatakan merasa sedih karna jauh dari keluarga dan
orantuanya. Klien khawatir terhadap apabila terjadi sesuatu pada dirinya
namun kekhawatirannya masih bisa dikotrol

e. Afek
Klien tampak labil pada saat dilakukan wawancara

f. Interaksi selama wawancara


Saat dilakukan interpeksi wawancara, klien sering diam dan mudah
tersinggung , klien meminta untuk wawancara dengan orang lain

g. Persepsi
Klien mengatakan tidak ada mendengar atau melihat bayangan atau
suara yang tidak nyata

h. Proses pikir
Ketika diajak wawancara , klien menjawab pertanyaan dengan berbelit-
belit dan terkadang tidak nyambung dengan jawaban tapi bisa sampai
pada tujuan bahasan

i. Isi pikir
Klien terus bertanya kapan ia akan pulang dan diantar denagn mobil
kerumahnya. Klien tidak mengalami dipersonalisasi pikiran magis
ataupun waham
j. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan namanya tetap klien tempak sering bingung pada saat
dilakukan wawancara.

k. Memori
Klien mengatakan tidak ingat kejadian lebih dari 1 tahun yang lalu.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien tidak mampu berkonsentrasi pada saat wawancara klien sering
mengatakan pembicaraan.

m. Kemampuan penilaian
Klien dapat memeilih dan megambil keputusan yang sederhana ketika
diberikan sedikit bantuan misalnya klien mampu memilih akan menjadi
dahulu atau makan.

n. Daya tilik diri


Klien kurang menyadari tentang perubahan fisik pada dirinya namun
klien juga tidak menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada
dirinya.

VII. Kebutuhan Pasien Pulang


a. Makan
Klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran tanpa ada
pantangan atau alergi. Setelah makan klien membersihkan peralatan
makan

b. BAB/BAK
Klien BAB ± 2x seminggu dan BAK ± 6X sehari. BAB dan BAK pasie
selalu disiram dengan bersih
c. Mandi
Klien mandi 2x sehari dan klien mandi dngan benar jarang menggosok
gigi

d. Berpakaian/Berhias
Klien mengatakan sudah bisa berpakaian dengan benar. Namun belum
bisa berhias / bercukur sendiri

e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan tidur dengan nyenyak dimalam hari jarang tidur siang
, sebelum tidur klien tidak mencuci kaki, tangan dan gosok gigi

f. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat secara teratur selama dirumah sakit
Risperidon
Lorazepam

g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan akan selalu minum obat sampai dirinya sembuh

h. Kegiatan didalam rumah


Klien mandi tanpa dibantu orang lain.

i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah


Klien tidak memiliki pekerjaan. Klien sering berjalan keluar rumah dan
pulang pada malam hari

VIII. Mekanisme Koping


a. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain. Klien bisa menyelesaikan
masalah sederhana dengan bantuan orang lain

b. Koping maldaptif
Jika klien sedang pusing , klien sering marah tanpa sebab

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan dalam kelompok bisa diterima dan tidak diasingkan ,
hanya saja kelompok mempunyai penilaian berbeda kepada dirinya

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan


Klien mengatakan tidak ada masalah antara dirinya dan lingkungan
masyarakat. Klien merasa tidak pernah melakukan hal yang meresahkan
masyarakat dan lingkungan sekitar.

c. Masalah dengan pendidikan


Klien mengatakan menyelesaikan bangku sekolah hingga smp. Klien
tidak melanjutkan ke SMA
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak memiliki pekejaan

e. Masalah dengan perumahan


Klien mengatakan tinggal bersama kakaknya

f. Masalah ekonomi
Klien tidak memiliki pekerjaan

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayana kesehatan

X. Pengetahuan
Klien mengatakan tahu kondisinya saat ini dan pasien belum bisa benar-
benar mengontrolnya

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik : 1. Risperidon : 2x1 mg
2. Lorazepam : 1x2 mg
3. Fe : 2x1 mg
4. As. Folat : 2x1 mg

XII. Analisa Data


No Data Masalah
1. DS:- Klien mengatakan ia tidak
suka marah marah lagi Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan ia tidak
memukul orang
- Klien mengatakan jika emosi
ia menggepalkan tagan

DO:- Emosi klien masih labil


- Klien tampak waspada
- Klien tampak kesal jika
ditanya banyak-banyak

DS:- Klien mengatakan mandi


2x sehari
2 - Klien mengatakan jarang
mengosok gigi dan menyisir Defisit perawatan diri
rambut

DO:- Saat makan masih


berserakan dan ada sisa-
sisa makanan dimulut
- Kuku tamapak panjang dan
kotor
- Klien mandi masih disuruh,
badan bau

3 DS:- Klien mengatakan lebih suka Harga diri rendah


sendirian di kamar
- Klien mengatakan tidak
memiliki kemampuan untuk
melakukan aktivitas

DO:- Klien tidak mau menatap mata


pada saat wawancara
- Klien tampak sering
menyendiri
- Klien tampak mudah
tersinggung

I. Daftar Masalah
1. Perilaku kekerasan
2. Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan
3. Disstres spiritual
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Resiko perilaku kekerasan
7. Gangguan proses pikir : obsesi
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan
9. Kurang pengetahuan
II. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Resiko perilaku kekerasan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn. N
No. MR 030381

Diagnosa
Rasio
No Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
nal
tan
1. Defisit Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien:
Perawatan mampu: pertemuan: pengkajian dan
Diri Menjaga Klien mampu melatih cara
kebersih menjaga menjaga
an diri kebersihan diri kebersihan diri :
sesuai dengan cara: mandi, cuci
strategi 1. Member rambut, sikat gigi,
pelaksan sihkan potong kuku
aan diri 1. Identifikasi
tindakan dengan masalah
keperaw cara perawatan diri:
atan mandi kebersihan diri,
sehingga 2. Mampu berdandan,
klien berhias makan/minum,
merasa dan BAB/BAK
nyaman bedanda 2. Jelaskan
dan rapi. n pentingnya
3. Mampu kebersihan diri.
melakuk 3. Jelaskan alat dan
an cara kebersihan
makan diri
dan 4. Latih cara
minum menjaga
dengan membersihkan
baik diri : mandi dan
4. Mampu ganti pakaian,
melakuk sikat gigi, cuci
an rambut, potong
BAB/BA kuku
K 5. Masukan pada
dengan jadwal kegiatan
baik. untuk latihan
mandi dan sikat
gigi (2 kali per
hari), cuci rambut
( 2 kali per
minggu) potong
kuku ( satu kali
per minggu)

SP 2 Pasien:
melatih cara
berdandan setelah
kebersihan diri :
sisian, rias muka
untuk perempuan ,
cukuran untuk
pria
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri.
Beri pujian
2. Jelaskan cara dan
alat untuk
berdandan
3. Latih cara
berdandan setelah
kebersihan diri :
sisiran, cukuran
untuk pria
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk kebersihan
diri dan
berdandan.

SP 3 Pasien :
melatih cara
makan dan minum
dan baik
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri
dan berdandan .
Beri pujian
2. Jelaskan cara dan
alat makan dan
minum
3. Latih cara makan
dan minum yang
baik
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
kebersihan diri,
berdandan dan
makan/minum
yang baik.

SP 4 Pasien :
melatih BAB dan
BAK yang baik
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri,
berdandan,
makan/minum.
Beri pujian
2. Jelaskan cara
BAB/BAK yang
baik
3. Latih cara
BAB/BAK yang
baik.
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk kebersihan
diri, berdandan,
makan/minum,
BAB/BAK

2. Harga diri Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien :


rendah mampu pertemuan : Pengkajian dan
: Klien mampu latihan kegiatan
Meningk meningkatkan pertama
atkan harga diri 1. Identifikasi
kepercay dengan cara : pandangan/penila
aan diri 1. Mengkaji ian pasien
yang kemampuan tentang diri
dimiiki yang sendiri dan
klien dimiliki pengaruhnya
dan klien serta terhadap
melatih melatih hubungan dengan
klien kegiatan orang lain,
sesuai pertama harapan yang
kemamp telah dan belum
uannya 2. Latihan tercapai, upaya
melalui kegiatan yang dilakukan
tindakan kedua yang untuk mencapai
keperaw telah harapan yang
atan disepakati belum terpenuhi
sehingga 3. Latihan 2. Identifikasi
klien kemampuan
kegiatan
tidak melakukan
ketiga
lagi kegiatan dan
merasa 4. Latihan aspek positif
putus kegiatan ke paasien ( buat
asa dan empat yang daftar kegiatan)
lebih telah 3. Bantu pasien
berarti disepakati menilai kegiatan
klien yang dapat
dilakukan saat
ini (pilih dari
daftar kegiatan
mana kegiatan
yang dapat
dilaksanakan)
4. Buat daftar
kegiatan yang
dapat dilakukan
saat ini
5. Bantu pasien
memilih salah
satu kegiatan
yang dapat
dilakukan saat ini
untuk dilatih
6. Latih kegiatan
yang dipilih (alat
dan cara
melakukan nya)
7. Masukkan
kegiatan yang
telahh dilatih
pada jadwal
kegiatan untuk
latihan

SP 2 Pasien :
Strategi
pelaksanaan
pertemuan 2 pada
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi
kemampuan
pasien melakukan
kegiatan pertama
yang telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan
kegiatan pertama
4. Bantu pasien
memilih kegiatan
kedua yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan dua
kegiatan

SP 3 Pasien :
Strategi
pelaksanaan
pertemuan 3 pada
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan pertama,
dan kedua yang
telah dilatih dan
berikan pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan
kegiatan pertama
dan kedua
4. Bantu pasien
melih kegitan
ketiga yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
ketiga (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan tiga
kegiatan

SP 4 Pasien :
Strategi
pelaksanaan
pertemuan 4 pada
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan ertama,
kedua dan ketiga
yang telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan
kegiatan pertama,
kedua dan ketiga
4. Bantu pasien
memilih kegiatan
keempat yang
akan dilatih
5. Latih kegiatan
keempat (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
empat kegiatan
3. Resiko Pasien Setelah SP 1 pasien
perilaku mampu : dilakukan pengkajian dan
kekerasan Mengont pertemuan 2– mengenal marah :
rol 4x klien 1. Mengkaji
marah mampu pengetahuan
sesuai mengontrol pasien tentang
strategi marah dengan marah :
pelaksan cara : penyebab, tanda-
aan 1. Mengontrol tanda, jenis, dan
tindakan marah akibat marah.
keperaw dengan 2. Menjelaskan cara
atan latihan nafas mengontrol
sehingga dalam dan marah dengan
klien pukul bantal cara tarik nfas
merasa dalam dan pukul
nyaman 2. Minum obat bantal.
dengan 3. Masukkan pada
prinsip 6 jadwal kegiatan
benar minum untuk latihan
obat nafas dalam dan
pukul bantal
3. Mengontrol
marah secara
SP 2 pasien : 6
verbal
benar minum Obat
4. Mengontrol 1. Evalusi tanda dan
marah gejala marah
dengan cara 2. Validasi
spiritual kemampuan
pasien mengenal
marah yang
dialami dan
kemampuan
pasien
mengontrol
marah dengan
tarik nfas dalam
dan pukul bantal,
berikan pujian
3. Evalusi manfaat
mengontrol
marah dengan
cara tarik nafas
dalam dan pukul
bantal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan
patuh minum obat
(jelaskan 6
benar : jenis,
waktu, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas
minum obat)
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk minum
obat sesuai
jadwal
Berikut ini
tindakan
keperawatan yang
harus dilakukan
agar pasien patuh
minum obat :
a. Jelaskan
pentingnya
penggunaan
obat pada
gangguan jiwa
b. Jelaskan akibat
bila obat tidak
digunakan
sesuai program
c. Jelaskan akibat
bila putus obat
d. Jelaskan cara
endapatkan
obat atau
berobat
e. Jelaskan cara
menggunakan
obat dengan
prinsip 6 benar
(jenis, waktu,
dosis,
frekuensi,
cara,
kontinuitas
minum obat)

SP 3 pasien :
mengontrol marah
dengan cara verbal
1. Evaluasi gejala
marah
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam
dan minum obat,
berikan pujian
3. Evaluasi manfaat
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam
dan minum obat
sesuai jadwal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan
cara verbal
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan

SP 4 pasien :
Mengontrol marah
dengan cara
spiritual
1. Evaluasi gejala
marah
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam,
pukul bantal,
minum obat dan
dengan cara
verbal, berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam
dan pukul bantal,
minum obat dan
dengan cara
verbal sesuai
jadwal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan
cara spititual
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian untuk tarik
nafas dalam dan
pukul bantal,
minum obat,
mengontrol
marah secara
verbal dan
spiritual.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn. N Ruangan : Dahlia


No. MR : 030381

HARI/TG DIAGNOS IMPLEMENTASI EVALUASI PARA


L A KEPERAWATAN F
17 Mei Defisit SP 1 Pasien: pengkajian dan S : Klien
2017 perawatan melatih cara menjaga mengatakan
diri kebersihan diri : cuci malas untuk
rambut, sikat gigi, potong menyisir
kuku rambutnya,
a. Identifikasi masalah Klien
perawatan diri: mengatakan
kebersihan diri, malas untuk
berdandan, mencuci
makan/minum, rambutnya
BAB/BAK
b. Jelaskan pentingnya O : Tampak
kebersihan diri. rambut klien
c. Jelaskan alat dan kusut, tampak
cara kebersihan diri ada ketombe,
d. Latih cara menjaga klien
membersihkan diri : mengerti cara
mandi dan ganti untuk
pakaian, sikat gigi, mencuci
cuci rambut, potong rambut
kuku
A: Klien
dapat
melakukan
kegiatan
tetapi dengan
bantuan

P :
Optimalkan
SP 1,
lanjutkan SP
2
18 Mei Defisit SP 2 Pasien: melatih cara S : Klien
2017 perawatan berdandan setelah mengatakan
diri kebersihan diri : sisiran, nyaman
bercukur untuk pria dengan
a) Evaluasi kegiatan penampilan
kebersihan diri. Beri saat ini
pujian
b) Jelaskan cara dan alat O : Klien
untuk tampak masih
berdandan/bercukur kusut, tampak
c) Latih cara berdandan klien sudah
bercukur,
setelah kebersihan diri tetapi dengan
: bercukur bantuan
petugas

A : Depisit
perawatan
diri : berhias
diri masih
ada, Klien
dapat
melakukan
kegiatan
dengan
bantuan
P:
Optimalkan
SP 2 dan
lanjutkan SP
3
19 Mei Defisit SP 3 Pasien : melatih cara S : Klien
2017 perawatan makan dan minum dan baik mengatakan
diri a. Evaluasi kegiatan sudah bisa
kebersihan diri dan melakukan
berdandan . Beri cara makan
pujian yang baik dan
b. Jelaskan cara dan benar
alat makan dan
minum O : Klien
c. Latih cara makan tampak bisa
dan minum yang mempraktekk
baik an cara
makan yang
baik dan
benar

A : Klien
mampu
melakukan
kegiatan
dengan baik
tanpa arahan

P:
Optimalkan
SP 3 dan
lanjut SP 4
20 Mei Defisit SP 4 Pasien : melatih BAB S : Klien
2017 perawatan dan BAK yang baik mengatakan
diri a. Evaluasi kegiatan mengetahui
pendengara kebersihan diri, cara
n berdandan, BAB/BAK
makan/minum. Beri yang benar
pujian
b. Jelaskan cara O : Klien
BAB/BAK yang tampak rapi
baik dan bersih,
c. Latih cara klien dapat
BAB/BAK yang menyebutkan
baik. alat dan cara
BAB/BAK
yang benar
Harga diri A : Klien bisa
rendah melakukan
kegiatan yang
SP 1 Pasien : Pengkajian dilatih denan
dan latihan kegiatan baik
pertama
a) Identifikasi P:
pandangan/penilaian Optimalkan
pasien tentang diri SP 4 dan
sendiri dan evaluasi
pengaruhnya kembali SP 1,
terhadap hubungan 2 dan 3
dengan orang lain,
harapan yang telah S : Klien
dan belum tercapai, mengatakan
upaya yang perasaan
dilakukan untuk dirinya tidak
mencapai harapan mampu
yang belum melakukan
terpenuhi apa-apa
b) Bantu pasien menilai O : klien
kegiatan yang dapat tampak hanya
dilakukan saat ini berdiam diri
(pilih dari daftar saja, disela-
kegiatan mana sela
kegiatan yang dapat wawancara
dilaksanakan) klien
terkadang
c) Bantu pasien
merunduk
memilih salah satu
kegiatan yang dapat
A : Klien
dilakukan saat ini
melakukan
untuk dilatih
kegiatan
d) Latih kegiatan yang tanpa arahan
dipilih (alat dan cara perawat
melakukan nya)
P:
Optimalkan
kemampuan
SP 1
21 Mei Harga diri SP 2 Pasien : Strategi S : Klien
2017 Rendah pelaksanaan pertemuan 2 mengatakan
a) Validasi kemampuan sudah
pasien melakukan melakukan
kegiatan pertama kegiatan
yang telah dilatih pertama yaitu
dan berikan pujian merapikan
b) Evaluasi manfaat tempat tidur,
melakukan kegiatan klien dapat
pertama menyebutkan
c) Bantu pasien alat untuk
memilih kegiatan kegiatan
kedua yang akan kedua
dilatih menyapu
d) Latih kegiatan kedua ruangan
(alat dan cara)
O : Klien
tampak sudah
bisa
melakukan
kegiatan,
kontak mata
kooperatif

A: Harga diri
rendah masih
ada, klien
melakukan
dengan
arahan
perawat

P:
Optimalkan
kegiatan SP 1
dan 2
22 Mei Harga diri SP 3 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 3 mengatakan
a) Validasi kemampuan drinya senang
melakukan kegiatan dapat
pertama, dan kedua melakukan
yang telah dilatih kegiatan,
dan berikan pujian klien bicara
b) Bantu pasien melih dengan nada
kegitan ketiga yang keras
akan dilatih
c) Latih kegiatan ketiga O : Kien
(alat dan cara) tampak sudah
bisa
menyiapkan
makanan,
klien tampak
bersemangat

A : Klien
mampu
melakukan
kegiatan
tanpa arahan
perawat

P : Optimal
kegiatan SP
3,2 dan 1
23 Mei Harga diri SP 4 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 4 mengatakan
(1) Validasi kemampuan dirinya lebih
melakukan kegiatan mampu dan
ertama, kedua dan mandiri dari
ketiga yang telah biasanya
dilatih dan berikan
pujian O : Klien bisa
(2) Evaluasi manfaat melakukan
melakukan kegiatan kegiatan
pertama, kedua dan mencuci
ketiga piring, klien
(3) Bantu pasien tampak
memilih kegiatan bersemangat
keempat yang akan
dilatih A : Klien
Resiko (4) Latih kegiatan mampu
perilaku keempat (alat dan melakukan
kekerasan cara) kegiatan
tanpa arahan
perawat

P:
Strategi Pelaksanaan 1
Optimalkan
(Mengontrol marah dengan
kegiatan SP 4
pukul bantal dan tarik nafas
dan evaluasi
dalam)
kegiatan SP
a) Membina hubungan
1, 2 dan 3
saling percaya
b) Mendiskusikan
tentang penyebab
marah
S : Klien
c) Mengidentifikasi
mengatakan
tanda dan gejala
jika emosi ia
marah
mengepalkan
d) Memvalidasi perasaan tangannya.
dan masalah klien Klien
e) Mengidentifikasi mengatakan
marah yang dilakukan akan bicara-
f) Menjelaskan cara bicara sendiri
mengontrol marah
dangan tarik nafas O : klien
dalam dan pukul tampak
bantal waspada.
Klien tampak
g) Masukkan kedalam keasal jika
jadwal harian ditanya
banyak-
banyak.
Tatapan klien
tajam

A : marah
masih ada, SP
1 tercapai
klien mampu
membina
hubungan
saling
percaya, klien
dapat
memperagaka
n cara tarik
nafas dalam
dan pukul
bantal
P : Lanjutkan
SP 2 perilaku
kekerasan,
evaluasi
kegiatan SP 1
24 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 2 (6 S : Klien
2017 Perilaku benar minum obat) mengatakan
kekerasan a) Evaluasi manfaat masih sering
mengontrol marah kesal kepada
dengan cara tarik nafas pasien lain
dalam dan pukul dan klien bisa
bantal mengontrol
dengan cara
b) Latih cara mengontrol
tarik nafas
marah dengan patuh dalam dan
minum obat. (Jelaskan pukul bntal,
pentingnya penggunan klien
obat, akibat bila obat mengetahui
tidak digunakan sesuai obat yang
program, akibat bila didapatkanny
putus obat, cara a
mendapatkan
obat/berobat. Jelaskan O : Klien
prinsip 6 benar minum tampak
obat: jenis, waktu, gelisah, klien
dosis, frekuensi, cara bisa
dan kontinuitas minum menyebutkan
obat. obatnya
c) Masukkan kedalam
jadwal harian A : Resiko
perilaku
kekerasan
masih ada, SP
2 optimalkan

P : Lanjutkan
SP 3, evaluasi
kegiatan SP 1
dan 2
25 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 3 S : Klien
2017 perilaku (mengontrol marah dengan Mengatakan
kekerasan cara verbal) akan
a) Evaluasi sp 1 dan 2 melakukan
pasien cara
b) Validasi kemampuan mengontrol
pasien dalam marah dengan
mengontrol marah meminta dan
dengan tarik nafas menolak
dalam dan pukul dengan baik
bantal, minum obat,
berikan pujian O : klien
c) Latih cara mengontrol tampak agak
marah dengan cara tenang. Klien
verbal yaitu meminta tampak
dan menolak dengan memprakteka
baik saat merasa n cara
marah mengontrol
d) Masukkan ke dalam marah dengan
jadwal harian meminta dan
menolak
dengan baik

A : Marah
masih ada, SP
3 belum
optimal

P : Lanjutkan
SP 4, evaluasi
kegiatan SP
1, 2 dan 3
26 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 4 S : Klien
2017 perilaku (mengontrol marah dengan mengatakan
kekerasan cara spiritual) marah sudang
a) evaluasi kemampuan
jarang, klien
dapat
pasien dalam mengontrol
mengontrol marah marahnya
dengan tarik nafas O : Klien
dalam dan pukul tampak sudah
bantal, minum obat, tenang dan
dan meminta dan berbicara
menolak dengan dengan orang
baik,berikan pujian lain, klien
b) Latih cara
masih sering
mondar-
mengontrol marah mandir
dengan cara spiritual A : Klien
dapat
mengontrol
dengan
melakukan
kegiatan
spiritual
P:
Optimalkan
SP 4 dan
evaluasi
kegiatan SP 1
2 dan 3
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2


dengan diagnosa keperawatan gangguan defisit perawatan diri. Berdasarkan hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2017 sampai
tanggal 26 Mei 2017 maka dapat disimpulkan :

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 ditemukan klien lebih suka sendiri, malu, tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan aktivitas, tatapan tajam, curuga terhadap
orang lain, penampilan tidak rapi dan kuku kotor. Peneliti berpendapat factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (defisit perawatan
diri) pada partisipan 1 karena kemampuan realitas klien menurun dimana
klien tidak mempedulikan
keadaan dirinya dan kadang klien berkeliaran dijalanan..
Pada partisipan 2 ditemukan klien sering mondar-mandir, tampak bicara
sendiri, klien mendengar suara-suara yang tak berwujud yang mengatakan
dirinya untuk tidak melakukan aktivitas, mulut bau, tidak rapi, terdpat
penyakit kulit diseluruh tubuh. Peneliti berpendapat bahwa faktor
predisposisi yang memperberat terjadinya gangguan jiwa pada partisipan 2
adalah faktor sosial dimana tidak adanya dukungan keluarga serta
lingkungan sekitarnya untuk melakukan kebersihan diri.

2. Analisa data dan diagnosa


Dalam menegakkan diagnosa keperawatan peneliti mengumpulkan data dan
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah yang ada
pada teori. Asumsi peneliti terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang
peneliti temukan dilapangan. Pada teori yang muncul yaitu harga diri rendah
sebagai penyebab dan isolasi sosial sebagai akibat yang bisa ditimbulkan
oleh defisit perawatan diri, tetapi peneliti tidak menemukan diagnosa isolasi
sosial pada kedua partisipan karena tidak ditemukan data subjektif atau
objektif yang mendukung pada partisipan serta didapatkan diagnosa
kerusakan integritas kulit pada partisipan 2. Penulis tidak menemukan
hambatan karena kedua partisipan cukup kooperatif saat berinteraksi dengan
penulis.

3. Intervensi keperawatan
Pada perencanaan peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
ditemukan untuk diagnosa keperawatan jiwa hanya saja terdapat intervensi
untuk diagnosa kerusakan integritas kulit. Dalam menyusun perencanaan
keperawatan, peneliti telah membuat perencanaan sesuai teoritis yang ada
dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien. Disini peneliti berusaha
memprioritaskan masalah sesuai dengan pohon masalah yang telah ada baik
itu dari penyebab maupun akibat yang muncul.

4. Implementasi keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah diagnosa gangguan defisit perawatan diri, harga diri
rendah, resiko perilaku kekerasan dan gangguan persepsi sensori : halusinasi
yang dilaksanakan sampai strategi pelaksanaan 4 sesuai dengan pelaksanaan
yang telah direncanakan serta diagnosa kerusakan integritas kulit.

5. Evaluasi
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 10 hari, kedua partisipan mampu menjaga kebersihan
diri, melakukan kegiatan yang telah dipilih, mengontrol marah dan
mengntrol halusinasi serta peneliti telah menyampaikan kepada perawat
ruangan agar melakukan intervensi terhadap kerusakan integritas kulit pada
partisipan 2. Faktor pendukung bagi penulis dalam mengumpulkan data
dimana kedua partisipan cukup kooperatif dalam member informasi yang
dibutuhkan untuk kelengkapan data. Untuk pendokumentasian asuhan
keperawatan pada kedua partisipan, maka penulis dapat melakukannya
sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan dan dibantu oleh
perawat ruangan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu
dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan khususnya pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri.

2. Bagi institusi pendidikan


Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah perpustakaan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa

3. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri bahwa perawat tidak hanya
terfokus melakukan implementasi pada diagnosa defisit perawatan diri saja
tetapi harus memperhatikan diagnosa penyerta seperti kerusakan integritas
kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Riset kesehatan dasar (2013).


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Dalami, Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa,
Jakarta : Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Kperawatan
Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.

Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta :
Nuha Medika.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis
keperawatan jiwa berat, Jakarta : Salemba Medika.

Gloria Bulecheck, Howard Butcher, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification


(NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed.

3. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, BA dan Akemat. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Khaeriyah, Uswatun, dkk. 2013. Pengaruh Komunikasi Terapeutik (SP 1-4) Terhadap
Kemauan dan Kemampuan Personal Higiene pada Klien dengan Defisit
Perawatan Diri di RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
Semarang. . L. Ratumbuysang Propinsi Sulawesi Utara.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=183497.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2017 pukul 22:47 WIB.

Madalise, Seniaty, dkk. 2015. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Pada Pasien
Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri)Terhadap Pelaksanaan Adl (Activity Of
Dayli Living) Kebersihan Gigi Dan Mulut Di Rsj Prof.Dr. V. L Ratumbuysang
Ruang Katrili. http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=331817. Diakses pada tanggal 10 januari
2016 pukul 01:15 WIB.

Makaghe, Marshaly, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan, Nilai dan Sikap Keluarga
dengan Pemberian Dukungan pada Pasien Gangguan Jiwa di Poliklinik Psikiatri
RSJ Prof. DR. V. http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=81504. Diakses pada tanggal 10 Januari
2017 pukul 23:52 WIB.

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3.


Jakarta : Salemba Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta

: Nuha Medika.

Profil Kesehatan Kota Padang 2014. Dinas Kesehatan Kota Padang edisi 2015.
RSJ Prof HB Saanin Padang. 2016. Laporan Rekam Medik Defisit Perawatan Diri.
Padang : Instalasi Rekam Medik.

Sue Moorhead, Marion Johnson, dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC).
Singapore : Elsevier Global Rights.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

UU Nomor 18 Tahun 2014 pasal 1 (ayat 1 & 3) Tentang Kesehatan Jiwa. Yusuf,

AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai