Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja
secara produktif serta mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU
Kesehatan Jiwa, 2014). Apabila seseorang/individu tersebut mengalami kesehatan jiwa
baik fisik, mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin
bersosialisasi dengan orang lain maka individu tersebut mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi dan tindakan, di
mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan
(Marshaly, 2013). Menurut Madalise dkk (2015) Gangguan jiwa menyebabkan
penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak menguasai dirinya
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak /menyakiti dirinya sendiri. Data
World Health Organization (WHO) menunjukkan, terdapat sekitar 350 juta orang
mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang menderita skizofrenia,
serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Karena berbagai faktor biologis, psikologis,
sosial dan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah serta memberikan dampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang (WHO, 2016). Prevalensi gangguan jiwa
berat di Indonesia dengan gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di DI
Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7%), sedangkan yang terendah di Kalimantan
Barat (0,7%). Prevalensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 jiwa per
mil.Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat prevalensi gangguan jiwa berat dalam
persentase sekitar 1,9%, dibawah DI Yogyakarta dan Aceh yang mengalami gangguan
jiwa berat paling tinggi (Riskesdas, 2013).
Gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan
jiwa berat. Skizofrenia merupakan salah suatu gangguan jiwa berat yang akan
membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, ditandai dengan disorganisasi
pikiran, perasaan dan perilaku defisit perawatan diri.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi, berhias, makan dan BAK/BAB (Khaeriyah,2013).
Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi (Yusuf (2015).
Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan berakibat buruk baik
bagi dirinya sendiri, orang lain sertalingkungan sekitarnya. Dampak fisik bagi dirinya
sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan diri dengan baik seperti gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
Sedangkan untuk dampak psikososial yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan
interaksi sosial (Dermawan, 2013).
Sedangkan dampak bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya adalah terganggunya
kenyamanan dan ketentraman masyarakat. Peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan diantaranya sebagai pendidik, narasumber, penasihat dan pemimpin
(Direja, 2011). Adapun peran perawat dalam penanganan masalah defisit perawatan
diri di rumah sakit jiwa yaitu melakukan penerapan asuhan keperawatan berupa
penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri.
Berdasarkan data diatas , kelompok sangat tertarik untuk membahas “ Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri “
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit
perawatan diri dalampelayanan keperawatan .
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/i mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri
2. Mahasiswa/i mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri
3. Mahasiswa/ i mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri
4. Mahasiswa/i mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri
5. Mahasiswa/ i mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kelompok
Dapat menjadi referensi bagi kelompok untuk dapat menerapkan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Defiisist Perawatan Diri dilingkungan
pelayanan
2. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan serta acuan bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan
keperawatan, terutama dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan defisit perawatan diri
3. Bagi Intitusi Pendidikan
Hasil penulisan yang di peroleh dapat digunakan sebagai perbandingan dan
bahan untuk penulisan makalah selanjutnya dan dapat menjadi referensi dan
rujukan dalam pembuatan ataupun pengaplikasian askep gangguan Defisit
Perwatan Diri dalam pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Perawatan diri
adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-
hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri (Depkes, 2000 dalam
Direja, 2011).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry, 2005
dalam Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja, 2011)
menjelaskan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi (Nurjannah (2004, dalam
Dermawan, 2013) )
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).
2. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut :
Adaptif Maladaptif
Faktor Predisposisi -
Perkembangan : keluarga Faktor Presipitasi - Kurang
terlalu memanjakan klien -
penurunan motivasi -
Biologis : penyakit kronis - Kemampuan melakukan
Kerusakan kognisi atau
Kemampuan realitas aktivitas menurun
menurun : ketidakpedulian perceptual - Lelah/lemah
dirinya - Sosial : kurang yang dialami individu
dukungan dan latihan
Stress
Menghindari interaksi
Kesepian
Memandikan
Aktivitas-aktivitas :
- Bantu memandikan
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi, mandi
dengan mandiri,
dengan menggunakan
cara yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
atau keinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi
Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/bantalan
disisi ruangan yang
sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatan bangsal
4. Sediakan tempat tidur
dengan ketinggian
yang rendah
5. Letakkan benda yang
sering digunakan
dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam dengan
kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan selama
penggantian pakaian
dan eliminasi, serta
bau apapun yang
tersisa, sebelum
kunjungan dan waktu
makan
3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan defisit
perawatan diri dapat dilakukan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP). Strategi
pelaksanaan tersebut adalah :
SP 1 pasien :
a. Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAB/BAK.
b. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
d. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku.
e. Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat gigi (2 kali per
hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku (satu kali per minggu).
SP 2 pasien :
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
b. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
c. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk perempuan;
sisiran, cukuran untuk pria.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 pasien :
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
b. Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
c. Latih cara dan alat makan dan minum.
d. Latih cara makan dan minum yang baik.
e. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum yang baik.
SP 4 pasien :
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
b. Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
c. Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum serta buang air besar dan buang air kecil.
4. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu:
a. Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
b. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut
1) S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
2) O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat
tindakan dilakukan.
3) A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
4) P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh
perawat.
5) Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a) Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b) Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil belum memuaskan c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan
masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ad serta
diagnosa lama dibatalkan
c) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan
yang positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan
selfreinforcement (Prabowo, 2014).
5. Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan hendaknya tidak
dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun peserta didik keperawatan, dan hal ini
dianjurkan menggunakan formulir yang sama seperti dokumentasi proses keperawatan
di unit rawat jalan. Gawat darurat, rehabilitasi (Direja, 2011). Dokumentasi asuhan
keperawatan dilakukan setiap tahap proses keperawatan, karenanya dokumentasi
asuhan dalam keperawatan jiwa berupa dokumentasi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Dermawan, 2013).
BAB III
CONTOH KASUS
A. Kasus
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn. N
Umur : 47 tahun
No. Rekam Medik : 030381
Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2017
Informan : Klien, status dan perawat ruangan
Alamat Lengkap : Komp. Villa Anggre Blok 2 no. 26 Rt. O4 Rw.
13 Balai Gadang Koto Tangah Padang
b. Pengobatan Sebelumnya
Klien sebelumnya sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof HB
Saanin Padang dan mendapatkan pegobatan sebelumnya pada tahun
2006. Namun sejak pulang dari pengobatn klien tidak pernah minum
obat. Keluarga mengatakan ± 1 bulan yang lalu klien pernah dirawat
di RS. Yossudarso selama 1 minggu karena diare.
c. Trauma
Aniaya Fisik
Klien tidak pernah menjadi pelaku, korban atau saksi dalam aniaya
seksual.
Penolakan
Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah menjadi pelaku korban atau saksi yang terkait
denan tindakan kriminal.
Keluhan Fisik :
V. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
= Perempuan = Klien
Identitas Diri
Peran Diri
Ideal Diri
Harga Diri
c. Hubungan Sosial
Orang Terdekat
d. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Kegiatan Ibadah
b. Pembicaraan
Klien tidak mampu memulai pembicaraan dengan lawan bicara, cukup
kooperatif namun nada bicara lambat dan pelan.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak gelisah saat diwawancara klien juga sering terlihat
mondar-mandir diruangan
d. Alam perasaaan
Klien mengatakan merasa sedih karna jauh dari keluarga dan
orantuanya. Klien khawatir terhadap apabila terjadi sesuatu pada dirinya
namun kekhawatirannya masih bisa dikotrol
e. Afek
Klien tampak labil pada saat dilakukan wawancara
g. Persepsi
Klien mengatakan tidak ada mendengar atau melihat bayangan atau
suara yang tidak nyata
h. Proses pikir
Ketika diajak wawancara , klien menjawab pertanyaan dengan berbelit-
belit dan terkadang tidak nyambung dengan jawaban tapi bisa sampai
pada tujuan bahasan
i. Isi pikir
Klien terus bertanya kapan ia akan pulang dan diantar denagn mobil
kerumahnya. Klien tidak mengalami dipersonalisasi pikiran magis
ataupun waham
j. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan namanya tetap klien tempak sering bingung pada saat
dilakukan wawancara.
k. Memori
Klien mengatakan tidak ingat kejadian lebih dari 1 tahun yang lalu.
m. Kemampuan penilaian
Klien dapat memeilih dan megambil keputusan yang sederhana ketika
diberikan sedikit bantuan misalnya klien mampu memilih akan menjadi
dahulu atau makan.
b. BAB/BAK
Klien BAB ± 2x seminggu dan BAK ± 6X sehari. BAB dan BAK pasie
selalu disiram dengan bersih
c. Mandi
Klien mandi 2x sehari dan klien mandi dngan benar jarang menggosok
gigi
d. Berpakaian/Berhias
Klien mengatakan sudah bisa berpakaian dengan benar. Namun belum
bisa berhias / bercukur sendiri
e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan tidur dengan nyenyak dimalam hari jarang tidur siang
, sebelum tidur klien tidak mencuci kaki, tangan dan gosok gigi
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat secara teratur selama dirumah sakit
Risperidon
Lorazepam
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan akan selalu minum obat sampai dirinya sembuh
b. Koping maldaptif
Jika klien sedang pusing , klien sering marah tanpa sebab
f. Masalah ekonomi
Klien tidak memiliki pekerjaan
X. Pengetahuan
Klien mengatakan tahu kondisinya saat ini dan pasien belum bisa benar-
benar mengontrolnya
I. Daftar Masalah
1. Perilaku kekerasan
2. Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan
3. Disstres spiritual
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Resiko perilaku kekerasan
7. Gangguan proses pikir : obsesi
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan
9. Kurang pengetahuan
II. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Resiko perilaku kekerasan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn. N
No. MR 030381
Diagnosa
Rasio
No Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
nal
tan
1. Defisit Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien:
Perawatan mampu: pertemuan: pengkajian dan
Diri Menjaga Klien mampu melatih cara
kebersih menjaga menjaga
an diri kebersihan diri kebersihan diri :
sesuai dengan cara: mandi, cuci
strategi 1. Member rambut, sikat gigi,
pelaksan sihkan potong kuku
aan diri 1. Identifikasi
tindakan dengan masalah
keperaw cara perawatan diri:
atan mandi kebersihan diri,
sehingga 2. Mampu berdandan,
klien berhias makan/minum,
merasa dan BAB/BAK
nyaman bedanda 2. Jelaskan
dan rapi. n pentingnya
3. Mampu kebersihan diri.
melakuk 3. Jelaskan alat dan
an cara kebersihan
makan diri
dan 4. Latih cara
minum menjaga
dengan membersihkan
baik diri : mandi dan
4. Mampu ganti pakaian,
melakuk sikat gigi, cuci
an rambut, potong
BAB/BA kuku
K 5. Masukan pada
dengan jadwal kegiatan
baik. untuk latihan
mandi dan sikat
gigi (2 kali per
hari), cuci rambut
( 2 kali per
minggu) potong
kuku ( satu kali
per minggu)
SP 2 Pasien:
melatih cara
berdandan setelah
kebersihan diri :
sisian, rias muka
untuk perempuan ,
cukuran untuk
pria
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri.
Beri pujian
2. Jelaskan cara dan
alat untuk
berdandan
3. Latih cara
berdandan setelah
kebersihan diri :
sisiran, cukuran
untuk pria
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk kebersihan
diri dan
berdandan.
SP 3 Pasien :
melatih cara
makan dan minum
dan baik
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri
dan berdandan .
Beri pujian
2. Jelaskan cara dan
alat makan dan
minum
3. Latih cara makan
dan minum yang
baik
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
kebersihan diri,
berdandan dan
makan/minum
yang baik.
SP 4 Pasien :
melatih BAB dan
BAK yang baik
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri,
berdandan,
makan/minum.
Beri pujian
2. Jelaskan cara
BAB/BAK yang
baik
3. Latih cara
BAB/BAK yang
baik.
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk kebersihan
diri, berdandan,
makan/minum,
BAB/BAK
SP 2 Pasien :
Strategi
pelaksanaan
pertemuan 2 pada
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi
kemampuan
pasien melakukan
kegiatan pertama
yang telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan
kegiatan pertama
4. Bantu pasien
memilih kegiatan
kedua yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan dua
kegiatan
SP 3 Pasien :
Strategi
pelaksanaan
pertemuan 3 pada
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan pertama,
dan kedua yang
telah dilatih dan
berikan pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan
kegiatan pertama
dan kedua
4. Bantu pasien
melih kegitan
ketiga yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
ketiga (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan tiga
kegiatan
SP 4 Pasien :
Strategi
pelaksanaan
pertemuan 4 pada
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan ertama,
kedua dan ketiga
yang telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan
kegiatan pertama,
kedua dan ketiga
4. Bantu pasien
memilih kegiatan
keempat yang
akan dilatih
5. Latih kegiatan
keempat (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
empat kegiatan
3. Resiko Pasien Setelah SP 1 pasien
perilaku mampu : dilakukan pengkajian dan
kekerasan Mengont pertemuan 2– mengenal marah :
rol 4x klien 1. Mengkaji
marah mampu pengetahuan
sesuai mengontrol pasien tentang
strategi marah dengan marah :
pelaksan cara : penyebab, tanda-
aan 1. Mengontrol tanda, jenis, dan
tindakan marah akibat marah.
keperaw dengan 2. Menjelaskan cara
atan latihan nafas mengontrol
sehingga dalam dan marah dengan
klien pukul bantal cara tarik nfas
merasa dalam dan pukul
nyaman 2. Minum obat bantal.
dengan 3. Masukkan pada
prinsip 6 jadwal kegiatan
benar minum untuk latihan
obat nafas dalam dan
pukul bantal
3. Mengontrol
marah secara
SP 2 pasien : 6
verbal
benar minum Obat
4. Mengontrol 1. Evalusi tanda dan
marah gejala marah
dengan cara 2. Validasi
spiritual kemampuan
pasien mengenal
marah yang
dialami dan
kemampuan
pasien
mengontrol
marah dengan
tarik nfas dalam
dan pukul bantal,
berikan pujian
3. Evalusi manfaat
mengontrol
marah dengan
cara tarik nafas
dalam dan pukul
bantal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan
patuh minum obat
(jelaskan 6
benar : jenis,
waktu, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas
minum obat)
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk minum
obat sesuai
jadwal
Berikut ini
tindakan
keperawatan yang
harus dilakukan
agar pasien patuh
minum obat :
a. Jelaskan
pentingnya
penggunaan
obat pada
gangguan jiwa
b. Jelaskan akibat
bila obat tidak
digunakan
sesuai program
c. Jelaskan akibat
bila putus obat
d. Jelaskan cara
endapatkan
obat atau
berobat
e. Jelaskan cara
menggunakan
obat dengan
prinsip 6 benar
(jenis, waktu,
dosis,
frekuensi,
cara,
kontinuitas
minum obat)
SP 3 pasien :
mengontrol marah
dengan cara verbal
1. Evaluasi gejala
marah
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam
dan minum obat,
berikan pujian
3. Evaluasi manfaat
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam
dan minum obat
sesuai jadwal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan
cara verbal
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
SP 4 pasien :
Mengontrol marah
dengan cara
spiritual
1. Evaluasi gejala
marah
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam,
pukul bantal,
minum obat dan
dengan cara
verbal, berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
mengontrol
marah dengan
tarik nafas dalam
dan pukul bantal,
minum obat dan
dengan cara
verbal sesuai
jadwal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan
cara spititual
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian untuk tarik
nafas dalam dan
pukul bantal,
minum obat,
mengontrol
marah secara
verbal dan
spiritual.
P :
Optimalkan
SP 1,
lanjutkan SP
2
18 Mei Defisit SP 2 Pasien: melatih cara S : Klien
2017 perawatan berdandan setelah mengatakan
diri kebersihan diri : sisiran, nyaman
bercukur untuk pria dengan
a) Evaluasi kegiatan penampilan
kebersihan diri. Beri saat ini
pujian
b) Jelaskan cara dan alat O : Klien
untuk tampak masih
berdandan/bercukur kusut, tampak
c) Latih cara berdandan klien sudah
bercukur,
setelah kebersihan diri tetapi dengan
: bercukur bantuan
petugas
A : Depisit
perawatan
diri : berhias
diri masih
ada, Klien
dapat
melakukan
kegiatan
dengan
bantuan
P:
Optimalkan
SP 2 dan
lanjutkan SP
3
19 Mei Defisit SP 3 Pasien : melatih cara S : Klien
2017 perawatan makan dan minum dan baik mengatakan
diri a. Evaluasi kegiatan sudah bisa
kebersihan diri dan melakukan
berdandan . Beri cara makan
pujian yang baik dan
b. Jelaskan cara dan benar
alat makan dan
minum O : Klien
c. Latih cara makan tampak bisa
dan minum yang mempraktekk
baik an cara
makan yang
baik dan
benar
A : Klien
mampu
melakukan
kegiatan
dengan baik
tanpa arahan
P:
Optimalkan
SP 3 dan
lanjut SP 4
20 Mei Defisit SP 4 Pasien : melatih BAB S : Klien
2017 perawatan dan BAK yang baik mengatakan
diri a. Evaluasi kegiatan mengetahui
pendengara kebersihan diri, cara
n berdandan, BAB/BAK
makan/minum. Beri yang benar
pujian
b. Jelaskan cara O : Klien
BAB/BAK yang tampak rapi
baik dan bersih,
c. Latih cara klien dapat
BAB/BAK yang menyebutkan
baik. alat dan cara
BAB/BAK
yang benar
Harga diri A : Klien bisa
rendah melakukan
kegiatan yang
SP 1 Pasien : Pengkajian dilatih denan
dan latihan kegiatan baik
pertama
a) Identifikasi P:
pandangan/penilaian Optimalkan
pasien tentang diri SP 4 dan
sendiri dan evaluasi
pengaruhnya kembali SP 1,
terhadap hubungan 2 dan 3
dengan orang lain,
harapan yang telah S : Klien
dan belum tercapai, mengatakan
upaya yang perasaan
dilakukan untuk dirinya tidak
mencapai harapan mampu
yang belum melakukan
terpenuhi apa-apa
b) Bantu pasien menilai O : klien
kegiatan yang dapat tampak hanya
dilakukan saat ini berdiam diri
(pilih dari daftar saja, disela-
kegiatan mana sela
kegiatan yang dapat wawancara
dilaksanakan) klien
terkadang
c) Bantu pasien
merunduk
memilih salah satu
kegiatan yang dapat
A : Klien
dilakukan saat ini
melakukan
untuk dilatih
kegiatan
d) Latih kegiatan yang tanpa arahan
dipilih (alat dan cara perawat
melakukan nya)
P:
Optimalkan
kemampuan
SP 1
21 Mei Harga diri SP 2 Pasien : Strategi S : Klien
2017 Rendah pelaksanaan pertemuan 2 mengatakan
a) Validasi kemampuan sudah
pasien melakukan melakukan
kegiatan pertama kegiatan
yang telah dilatih pertama yaitu
dan berikan pujian merapikan
b) Evaluasi manfaat tempat tidur,
melakukan kegiatan klien dapat
pertama menyebutkan
c) Bantu pasien alat untuk
memilih kegiatan kegiatan
kedua yang akan kedua
dilatih menyapu
d) Latih kegiatan kedua ruangan
(alat dan cara)
O : Klien
tampak sudah
bisa
melakukan
kegiatan,
kontak mata
kooperatif
A: Harga diri
rendah masih
ada, klien
melakukan
dengan
arahan
perawat
P:
Optimalkan
kegiatan SP 1
dan 2
22 Mei Harga diri SP 3 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 3 mengatakan
a) Validasi kemampuan drinya senang
melakukan kegiatan dapat
pertama, dan kedua melakukan
yang telah dilatih kegiatan,
dan berikan pujian klien bicara
b) Bantu pasien melih dengan nada
kegitan ketiga yang keras
akan dilatih
c) Latih kegiatan ketiga O : Kien
(alat dan cara) tampak sudah
bisa
menyiapkan
makanan,
klien tampak
bersemangat
A : Klien
mampu
melakukan
kegiatan
tanpa arahan
perawat
P : Optimal
kegiatan SP
3,2 dan 1
23 Mei Harga diri SP 4 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 4 mengatakan
(1) Validasi kemampuan dirinya lebih
melakukan kegiatan mampu dan
ertama, kedua dan mandiri dari
ketiga yang telah biasanya
dilatih dan berikan
pujian O : Klien bisa
(2) Evaluasi manfaat melakukan
melakukan kegiatan kegiatan
pertama, kedua dan mencuci
ketiga piring, klien
(3) Bantu pasien tampak
memilih kegiatan bersemangat
keempat yang akan
dilatih A : Klien
Resiko (4) Latih kegiatan mampu
perilaku keempat (alat dan melakukan
kekerasan cara) kegiatan
tanpa arahan
perawat
P:
Strategi Pelaksanaan 1
Optimalkan
(Mengontrol marah dengan
kegiatan SP 4
pukul bantal dan tarik nafas
dan evaluasi
dalam)
kegiatan SP
a) Membina hubungan
1, 2 dan 3
saling percaya
b) Mendiskusikan
tentang penyebab
marah
S : Klien
c) Mengidentifikasi
mengatakan
tanda dan gejala
jika emosi ia
marah
mengepalkan
d) Memvalidasi perasaan tangannya.
dan masalah klien Klien
e) Mengidentifikasi mengatakan
marah yang dilakukan akan bicara-
f) Menjelaskan cara bicara sendiri
mengontrol marah
dangan tarik nafas O : klien
dalam dan pukul tampak
bantal waspada.
Klien tampak
g) Masukkan kedalam keasal jika
jadwal harian ditanya
banyak-
banyak.
Tatapan klien
tajam
A : marah
masih ada, SP
1 tercapai
klien mampu
membina
hubungan
saling
percaya, klien
dapat
memperagaka
n cara tarik
nafas dalam
dan pukul
bantal
P : Lanjutkan
SP 2 perilaku
kekerasan,
evaluasi
kegiatan SP 1
24 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 2 (6 S : Klien
2017 Perilaku benar minum obat) mengatakan
kekerasan a) Evaluasi manfaat masih sering
mengontrol marah kesal kepada
dengan cara tarik nafas pasien lain
dalam dan pukul dan klien bisa
bantal mengontrol
dengan cara
b) Latih cara mengontrol
tarik nafas
marah dengan patuh dalam dan
minum obat. (Jelaskan pukul bntal,
pentingnya penggunan klien
obat, akibat bila obat mengetahui
tidak digunakan sesuai obat yang
program, akibat bila didapatkanny
putus obat, cara a
mendapatkan
obat/berobat. Jelaskan O : Klien
prinsip 6 benar minum tampak
obat: jenis, waktu, gelisah, klien
dosis, frekuensi, cara bisa
dan kontinuitas minum menyebutkan
obat. obatnya
c) Masukkan kedalam
jadwal harian A : Resiko
perilaku
kekerasan
masih ada, SP
2 optimalkan
P : Lanjutkan
SP 3, evaluasi
kegiatan SP 1
dan 2
25 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 3 S : Klien
2017 perilaku (mengontrol marah dengan Mengatakan
kekerasan cara verbal) akan
a) Evaluasi sp 1 dan 2 melakukan
pasien cara
b) Validasi kemampuan mengontrol
pasien dalam marah dengan
mengontrol marah meminta dan
dengan tarik nafas menolak
dalam dan pukul dengan baik
bantal, minum obat,
berikan pujian O : klien
c) Latih cara mengontrol tampak agak
marah dengan cara tenang. Klien
verbal yaitu meminta tampak
dan menolak dengan memprakteka
baik saat merasa n cara
marah mengontrol
d) Masukkan ke dalam marah dengan
jadwal harian meminta dan
menolak
dengan baik
A : Marah
masih ada, SP
3 belum
optimal
P : Lanjutkan
SP 4, evaluasi
kegiatan SP
1, 2 dan 3
26 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 4 S : Klien
2017 perilaku (mengontrol marah dengan mengatakan
kekerasan cara spiritual) marah sudang
a) evaluasi kemampuan
jarang, klien
dapat
pasien dalam mengontrol
mengontrol marah marahnya
dengan tarik nafas O : Klien
dalam dan pukul tampak sudah
bantal, minum obat, tenang dan
dan meminta dan berbicara
menolak dengan dengan orang
baik,berikan pujian lain, klien
b) Latih cara
masih sering
mondar-
mengontrol marah mandir
dengan cara spiritual A : Klien
dapat
mengontrol
dengan
melakukan
kegiatan
spiritual
P:
Optimalkan
SP 4 dan
evaluasi
kegiatan SP 1
2 dan 3
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 ditemukan klien lebih suka sendiri, malu, tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan aktivitas, tatapan tajam, curuga terhadap
orang lain, penampilan tidak rapi dan kuku kotor. Peneliti berpendapat factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (defisit perawatan
diri) pada partisipan 1 karena kemampuan realitas klien menurun dimana
klien tidak mempedulikan
keadaan dirinya dan kadang klien berkeliaran dijalanan..
Pada partisipan 2 ditemukan klien sering mondar-mandir, tampak bicara
sendiri, klien mendengar suara-suara yang tak berwujud yang mengatakan
dirinya untuk tidak melakukan aktivitas, mulut bau, tidak rapi, terdpat
penyakit kulit diseluruh tubuh. Peneliti berpendapat bahwa faktor
predisposisi yang memperberat terjadinya gangguan jiwa pada partisipan 2
adalah faktor sosial dimana tidak adanya dukungan keluarga serta
lingkungan sekitarnya untuk melakukan kebersihan diri.
3. Intervensi keperawatan
Pada perencanaan peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
ditemukan untuk diagnosa keperawatan jiwa hanya saja terdapat intervensi
untuk diagnosa kerusakan integritas kulit. Dalam menyusun perencanaan
keperawatan, peneliti telah membuat perencanaan sesuai teoritis yang ada
dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien. Disini peneliti berusaha
memprioritaskan masalah sesuai dengan pohon masalah yang telah ada baik
itu dari penyebab maupun akibat yang muncul.
4. Implementasi keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah diagnosa gangguan defisit perawatan diri, harga diri
rendah, resiko perilaku kekerasan dan gangguan persepsi sensori : halusinasi
yang dilaksanakan sampai strategi pelaksanaan 4 sesuai dengan pelaksanaan
yang telah direncanakan serta diagnosa kerusakan integritas kulit.
5. Evaluasi
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 10 hari, kedua partisipan mampu menjaga kebersihan
diri, melakukan kegiatan yang telah dipilih, mengontrol marah dan
mengntrol halusinasi serta peneliti telah menyampaikan kepada perawat
ruangan agar melakukan intervensi terhadap kerusakan integritas kulit pada
partisipan 2. Faktor pendukung bagi penulis dalam mengumpulkan data
dimana kedua partisipan cukup kooperatif dalam member informasi yang
dibutuhkan untuk kelengkapan data. Untuk pendokumentasian asuhan
keperawatan pada kedua partisipan, maka penulis dapat melakukannya
sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan dan dibantu oleh
perawat ruangan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu
dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan khususnya pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri.
3. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri bahwa perawat tidak hanya
terfokus melakukan implementasi pada diagnosa defisit perawatan diri saja
tetapi harus memperhatikan diagnosa penyerta seperti kerusakan integritas
kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa,
Jakarta : Trans Info Media.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Kperawatan
Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.
Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta :
Nuha Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis
keperawatan jiwa berat, Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed.
Keliat, BA dan Akemat. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Khaeriyah, Uswatun, dkk. 2013. Pengaruh Komunikasi Terapeutik (SP 1-4) Terhadap
Kemauan dan Kemampuan Personal Higiene pada Klien dengan Defisit
Perawatan Diri di RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
Semarang. . L. Ratumbuysang Propinsi Sulawesi Utara.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=183497.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2017 pukul 22:47 WIB.
Madalise, Seniaty, dkk. 2015. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Pada Pasien
Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri)Terhadap Pelaksanaan Adl (Activity Of
Dayli Living) Kebersihan Gigi Dan Mulut Di Rsj Prof.Dr. V. L Ratumbuysang
Ruang Katrili. http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=331817. Diakses pada tanggal 10 januari
2016 pukul 01:15 WIB.
Makaghe, Marshaly, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan, Nilai dan Sikap Keluarga
dengan Pemberian Dukungan pada Pasien Gangguan Jiwa di Poliklinik Psikiatri
RSJ Prof. DR. V. http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=81504. Diakses pada tanggal 10 Januari
2017 pukul 23:52 WIB.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Profil Kesehatan Kota Padang 2014. Dinas Kesehatan Kota Padang edisi 2015.
RSJ Prof HB Saanin Padang. 2016. Laporan Rekam Medik Defisit Perawatan Diri.
Padang : Instalasi Rekam Medik.
Sue Moorhead, Marion Johnson, dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC).
Singapore : Elsevier Global Rights.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
UU Nomor 18 Tahun 2014 pasal 1 (ayat 1 & 3) Tentang Kesehatan Jiwa. Yusuf,
AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.