Anda di halaman 1dari 4

ASKEP PADA PASIEN PSIKOTRIK GELANDANGAN

1. Identitas klien
Nama
Nama panggilan
Usia
No.rm
Tgl pengkajian
2. Alasan masuk
Klien dibawa kerumah sakit dengan karakteristik fisik sebagai berikut. Tn.D,
ditemukan karakteristik fisik (rambut acak-acakan, kotor, berketombe, kusam, pakaian
terlihat kotor, tidak rapi, gigi kotor, bau napas, kulit kotor, berdaki, kuku kotor dan
panjang. Psikologis malas, menarik diri, klien lebih sering menyendiri, jarang mau
berinteraksi dengan orang lain.
Tn. D, klien berasal dari gelandangan ditemukan karakteristik fisik (klien terlihat
kotor, baju kotor banyak noda makanan, kulit berdaki, bau napas, gigi kotor, rambut kotor
berketombe, kusam, acak-acakan, kuku kotor dan panjang, klien masih sering menyimpan
bungkus makanan dalam bajunya. Psikologi malas, menarik diri, klien lebih sering
menyendiri, tidak pernah mengikuti kegiatan.
Klien tidak memiliki keluarga dikarenakan klien ditemukan di jalanan (gelandangan
3. Faktor presdiposisi
4. Pemeriksaan fisik
5. psikososial

Pengkajian
Pada saat pengkajian pada tanggal 21 Juli 2016 dengan seorang responden
didapatkan karakteristik fisik sebagai berikut. Tn.D, ditemukan karakteristik fisik
(rambut acak-acakan, kotor, berketombe, kusam, pakaian terlihat kotor, tidak rapi,
gigi kotor, bau napas, kulit kotor, berdaki, kuku kotor dan panjang. Psikologis
malas, menarik diri, klien lebih sering menyendiri, jarang mau berinteraksi
dengan orang lain.
Tn. D, klien berasal dari gelandangan ditemukan karakteristik fisik (klien
terlihat kotor, baju kotor banyak noda makanan, kulit berdaki, bau napas, gigi
kotor, rambut kotor berketombe, kusam, acak-acakan, kuku kotor dan panjang,
klien masih sering menyimpan
bungkus makanan dalam bajunya. Psikologi malas, menarik diri, klien lebih
sering menyendiri, tidak pernah mengikuti kegiatan.
Gangguan defisit perawatan diri didapatkan karakteristik fisik badan kotor
dan berbau, rambut kotor, kuku panjang dan kotor, mulut bau dan kotor,
penampilan tidak rapi (Tarwonto & Wartono, 2010). Psikologis malas (tidak ada
inisiatif), menarik diri (isolasi diri), merasa tak berdaya (rendah diri dan merasa
hina), sosial (interaksi kurang, kegiatan kurang,tidak mampu berprilaku sesuai
norma, cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat).
Pada pengkajian didapatkan karaktaristik fisik badan kotor dan berbau, rambut
kotor, kuku panjang dan kotor, mulut bau dan kotor, penampilan tidak rapi
psikologi malas, tidak ada motivasi merawat kebersihan diri, sehingga sesuai
dengan teori dan tidak terjadi kesenjangan.
1. Diagnosa Keperawatan
Pada data hasil pengkajian ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada klien
1 Tn. A :
1) Defisit perawatan diri berhubungan degan penurunan motivasi.
2) Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
Prioritas diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. A yaitu : Defisit
perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi.
Sedangkan pada klien 2 Tn. D. ditemukan 3 diagnosa keperawatan
yaitu :
1) Defisit perawatan diri berhubungan degan penurunan motivasi.
2) Gangguan isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
Prioritas diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. D yaitu:
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi.
Menurut Judith M, Wilkinson, dkk, 2011, dalam diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan
motivasi.
Dari data pengkajian didapatkan karakteristik dari kedua klien sama,
mengalami penurunan motivasi dalam merawat diri sehingga muncul
diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi
yang sesuai dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan.
2. Intervensi
Pada intervensi yang dilaksanakan pada kedua klien sama, yaitu
menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara kebersihan diri dan
melatih kemandirian klien dalam menjaga kebersihan diri seperti mandi, hygiene
oral, perawatan mencuci rambut secara teratur.
Menurut Ah. Yusuf, dkk, 2015, intervensi yang dilakukan pada kasus defisit
perawatan diri meliputi, menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri,
menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri, menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri dan melatih klien mempraktikkan cara menjaga
kebersihan diri
Pada hasil pengkajian dari kedua klien, didapatkan psikologis dari kedua
klien malas, terjadi perubahan proses pikir sehingga klien mengalami penurunan
motivasi untuk merawat diri. Intervensi yang dilakukan pada kedua klien sama,
yaitu melakukan tindakan ADL (Activty of Dialy Living) Personal Hygiene.
Sehingga pada kasus nyata dan teori sudah sesuai sehingga tidak terdapat
kesenjangan.
3. Implementasi
Pada kasus nyata setelah dibuat rencana keperawatan sesuai dengan
diagnosa, maka intervensi yang dilakukan kepada kedua klien sama, yaitu:
Memberikan health education kepada kedua klien mengenai pentingnya menjaga
kebersihan diri, cara-cara menjaga kebersihan diri. Melatih kedua klien untuk
mempraktikkan cara mejaga kebersihan diri personal hygiene (mandi) dan
membantu memasukkan jadual mandi kedalam kegiatan harian klien.
Pada teori menyebutkan bahwa implementasi yang dilakukan pada klien
dengan masalah defisit perawatan diri yaitu: SP Pasien: Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri, menjelaskan cara menjaga kebersihan diri, melatih klien cara
kebersihan diri dan membimbing klien memasukkan dalam jadual kegiatan harian
(Keliat, B. A, 2011).
Pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada kedua klien yaitu:
Memberikan health education kepada kedua klien mengenai pentingnya menjaga
kebersihan diri, cara-cara menjaga kebersihan diri. Melatih kedua klien untuk
mempraktikkan cara mejaga kebersihan diri personal hygiene (mandi) dan
membantu memasukkan jadual mandi kedalam kegiatan harian klien, sudah sesuai
dengan teori dan tidak ada kesenjangan .
4. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi didapatkan pada klien 1 Tn. A, dimana
respon klien positif, klien mampu menyebutkan penyebab tidak merawat diri
karena malas dan airnya dingin. Klien mampu menyebutkan manfaat menjaga
kebersihan diri yaitu harum dan segar, serta menyebutkan kerugian apabila tidak
merawat diri yaitu gatal-gatal. Dalam melaksanakan perawatan diri klien sudah
ada inisiatif untuk mandi, mampu malakukan kebersihan diri secara mandiri
mandi, oral hygiene, dan mencuci rambut.
Pada klien 2 Tn. D, dimana respon klien positif, klien tidak mampu
menyebutkan penyebab tidak merawat diri, manfaat dan kerugian tidak merawat
diri karena bicara klien kurang terarah dan tidak jelas. Dalam melakukan
perawatan diri seperti mandi, hygiene oral dan mencuci rambut, masalah bisa
teratasi dengan bantuan perawat. Dalam melakukannya seperti, sikat gigi harus
diberikan dulu dan memberi arahan untuk menggosok gigi bagian kanan dan kiri,
keatas dan bawah.
Membatu menyabun daerah yang tidak terjangkau oleh klien seperti
punggung. Sehingga dapat dikatakan klien 2 Tn. D, mampu melakukan perawatan
kebersihan diri dengan bantuan dari perawat. Evaluasi keperawatan dilihat secara
teori klien mampu menyebutkan penyebab tidak merawat diri, manfaat menjaga
perawatan diri, tanda-tanda bersih dan rapi. Gangguan yang dialami, jika
perawatan diri tidak diperhatikan dan klien dapat melaksanakan perawatan diri
secara mandiri (Ah. Yusuf, dkk, 2015).
Kesenjangan evaluasi keperawatan dari intervensi yang dilakukan pada
klien dengan masalah defisit perawatan diri antara teori dan kasus yang nyata
memperlihatkan teori yang ada dimana respon klien positif. Klien 2 Tn. D tidak
mampu menyebutkan penyebab merawat diri, manfaat menjaga perawatan diri,
tanda-tanda bersih dan rapi karena klien memiliki kesulitan berbicara sehingga
pembicaraan tidak jelas dan sulit dimengerti.

Anda mungkin juga menyukai