Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa

Volume 5 Nomor 4, November 2022


e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

TERAPI AFIRMASI POSITIF PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH: STUDI KASUS

POSITIVE AFFIRMATION THERAPY FOR CLIENTS WITH LOW SELF-


ESTEEM: CASE STUDY

Susanti Niman1*, Laura Nikita Surbakti2


1
Dosen Keperawatan Jiwa STIKes Santo Borromeus, Bandung Barat, Padalarang
2
Mahasiwa program studi diploma tiga keperawatan, STIKes Santo Borromeus
Corresponding Email : susantiniman@gmail.com

Abstrak
Latar belakang : Seorang mahasiswi mengalami harga diri rendah akibat pengalaman
kekerasan dalam keluarga dan bullying. Studi kasus ini mengambarkan bagaimana kekerasan
dalam keluarga dan bullying memicu harga diri rendah dan pengaruh tindakan keperawatan
afirmasi positif.
Laporan kasus : Seorang mahasiswi melakukan konseling pada praktisi keperawatan jiwa.
Klien sejak kecil sering dibandingkan dengan saudara kandung oleh ibunya karena bentuk
tubuhnya yang kurus dan nilai dari sekolah yang selalu rendah. Selain di rumah klien juga
mengatakan sering diejek karena kurus dan kulitnya berwarna gelap. Pengalaman tersebut
membuat klien merasa tidak percaya diri, merasa berbeda dari orang lain dan takut untuk
berteman. Klien mengatakan pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri. Asuhan keperawatan
diberikan pada klien selama lima hari dengan fokus intervensi pemberian terapi afirmasi
positif. Hasil evaluasi dari asuhan keperawatan yang diberikan menunjukkan peningkatan
harga diri, memiliki pikiran positif tentang dirinya, melakukan kemampuan untuk
meningkatkan harga diri sesuai aspek positif yang dimiliki. Hasil pengukuran harga diri
menggunakan Rosenberg self esteem Scale menunjukkan peningkatan dan penurunan dari
hasil pengukuran Self reporting Quetionnaire 29 menunjukkan penurunan.
Kesimpulan : Asuhan keperawatan dengan fokus intervensi terapi afirmasi positif
memegang peranan penting dalam membantu klien dengan masalah keperawatan harga diri
rendah. Asuhan keperawatam selama lima hari dapat meningkatkan harga diri dan mengubah
pikiran negatif.

Kata kunci : afirmasi positif, bullying, harga diri rendah, kekerasan dalam keluarga, , studi
kasus

Abstract
Background : A female student experiences low self-esteem due to experiences of family
violence and bullying. This case study illustrates how family violence and bullying trigger
low self-esteem and influence positive affirmative nursing actions.
Case report: A female student conducts counselling with a psychiatric nursing practitioner.
Clients since childhood are often compared to siblings by their mothers because of their thin
body shape and consistently low grades in school. Apart from being at home, the client also
said she was often ridiculed because he was thin and had dark skin. The experience makes

484
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

the client feel insecure, different from others and afraid to make friends. The client said he
had thoughts of suicide. For five days, nursing care is given to clients focusing on positive
affirmation therapy interventions. The results of the evaluation of the nursing care provided
showed an increase in self-esteem, positive thoughts about himself, did the ability to increase
self-esteem according to the positive aspects possessed. The results of self-esteem
measurement using the Rosenberg self-esteem scale showed an increase and the results of the
Self-reporting Questionnaire 29 measurement showed a decrease.
Conclusion: Nursing care focusing on positive affirmation therapy interventions is essential
in helping clients with low self-esteem nursing problems. Five days of nursing care can
increase self-esteem and change negative thoughts.

Keywords: bullying, case study, domestic violence, positive affirmation, low self-esteem

PENDAHULUAN

Kekerasan dalam keluarga dapat berbentuk fisik, seksual ataupun verbal. Kekerasan timbul
pada individu oleh orang lain yang memiliki kedekatan atau hubungan dalam keluarga.
Kekerasan dalam keluarga sulit untuk kenali oleh lingkungan, apalagi pada keluarga yang
tertutup (Mohammadi et al.,2019). Kekerasan verbal dalam keluarga pada anak adalah
kekerasan emosional yang dapat membuat anak memiliki perasaan malu, bersalah, rendah
dan tidak berharga (Teicher & Samson, 2016). Kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang
tua dapat membuat anak memiliki perasaan yang negatif.

Perasaan negatif dapat dialami oleh korban verbal bullying. Bullying yang dialami pada masa
anak dapat meningkatkan masalah kesehatan. Korban bullying rentan terhadap tekanan
psikologis. Anak atau remaja korban bullying dapat mengalami masalah kesehatan jiwa
seperti depresi, ansietas dan resiko bunuh diri (Armitage, 2021). Kekerasan verbal dalam
keluarga dan verbal bullying dapat mempengaruhi perkembangan dan kesehatan jiwa anak.

Perkembangan dan kesehatan jiwa anak dan remaja dapat dipengaruhi oleh pengalaman
traumatik seperti kekerasan. Kekerasan yang dialami oleh anak dan remaja akan
mempengaruhi bagian otak sebagai pusat emosi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan
hippocampus sebagai bagian penting dari sistem limbik yang ada di otak merupakan bagian
otak yang paling terdampak pada anak yang pernah mengalami kekerasan. Saat ada stressor
maka kadar glukokortikoid seperti kortisol akan meningkat paparan kortisol yan tinggi
menyebabkan kerusakan pada hippocampus. Kerusakan pada struktur otak dapat
meningkatkan resiko masalah kesehatan jiwa (Teicher & Samson, 2016; Kim et al.,2019).
Dengan demikian, remaja korban kekerasan verbal dan bullying dapat mengalami perubahan
pada struktur otak akibat meningkatnya kadar kortisol sebagai efek dari stres yang dialami.
Dampak yang dapat dipredikasi adalah remaja korban kekerasan verbal dan bullying lebih
rentan menderita masalah kejiwaan.

Masalah kejiwaan pada korban bullying adalah ansietas, harga diri rendah, depresi, self harm
dan drop out dari sekolah (Kowalski & Limber, 2013; Rivers & Noret,2013; Rana et al.,2020;
Armitage, 2021). Harga diri rendah yang dialami anak dapat dipicu oleh gaya pengasuhan

485
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

orang tua (Aremu, John-Akinola, & Desmennu, 2019). Anak dengan riwayat kekerasan
psikologis seperti kekerasan verbal dalam keluarga beresiko mengalami harga diri rendah
(Wang et al.,2021). Harga diri rendah yang dialami pada masa anak dan remaja membuat
individu lebih sulit dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa (Seim et al.,2021). Harga diri
rendah pada remaja merupakan masalah keperawatan jiwa yang perlu ditangani. Intervensi
keperawatan mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat jiwa adalah terapi afirmasi positif.

Terapi Afirmasi positif merupakan intervensi keperawatan generalis pada keperawatan jiwa.
Afirmasi positif berfokus untuk meningkatkan kepercayaan diri. Berbagai hasil studi
menunjukkan bahwa afirmasi diri terbukti bermanfaat dalam berbagai situasi seperti kinerja
kepemimpinan berbagai kompetensi kognitif, prestasi akademik dan mengurangi tekanan
sosial (Stankov& Crawford, 1997; Hollenbeck& Hall, 2004; Kleitman & Stankov, 2007;
Beckmann et al.,2009 ; Srivastava, 2013; Szpitalak, & Polczyk,2020). Artikel ini berfokus
pada penggunaan tindakan afirmasi positif pada klien dengan harga diri rendah. Sebuah in-
dept analisis kasus dilakukan dengan menggunakan desain studi kasus. Studi kasus
ditampilkan meliputi latar belakang klien, pengkajian, intervensi dan hasil intervensi. Tujuan
studi untuk mendeskripsikan laporan kasus asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri
rendah.

Gambaran kasus

Mahasiswi usia 21 tahun, single, jenis kelamin perempuan dengan status sosial ekonomi
menengah. Klien berasal dari kota di Provinsi Papua dan merupakan seorang mahasiswa
strata satu tahun ke dua di perguruan tinggi di Jawa Barat.Tahapan asuhan keperawatan yang
dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensi, implementasi
dan evaluasi.

Asuhan keperawatan
Tahap 1 Pengkajian
Keluhan utama

Klien merasa semakin tidak percaya diri sejak kecil. Ia merasa badannya terlalu kurus sulit
untuk bergaul dengan orang lain. Klien mengungkapkan mudah kuatir dan sedih. Menurut
klien sejak kecil sering dibanding-bandingkan dengan saudara yang lain dan dimarahi oleh
ibunya. Saat sekolah juga pernah diejek oleh teman – temannya karena terlalu kurus. Sejak 1
bulan klien semakin sulit konsentrasi, merasa sedih, sulit tidur dan tidak nafsu makan.

Riwayat pengobatan

Klien melakukan konseling untuk pertama kali. Klien belum pernah berkunjung ke
pelayanan kesehatan sebelumnya.

486
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

Pengkajian

Informasi latar belakang klien dan kondisi saat ini dikaji mengacu pada standar praktik
psychiatric-mental health nursing (ANA et al., 2014). Format pengkajian memberikan
tuntunan melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dan saat ini, pengkajian status
mental (perilaku, komunikasi nonverbal, penampilan, pembicaraan, mood dan affect, isi pikir,
persepsi, kemampuan kognitif, insight dan penilaian), pengkajian psikososial, pengkajian
spiritual, pengkajian sosial budaya (ANA et al., 2014; Halter, 2018).

Interview individu

Kondisi saat ini, klien mengatakan sering merasa tidak percaya diri dan merasa berbeda dari
teman-teman di sekitarnya. Hasil skrining menggunakan SRQ-29 (Self Reporting
Questinnaire)= 14 (0 - 29). Hasil identifikasi harga diri menggunakan Rosenberg self esteem
scale = 18 (10 - 40).
Riwayat masa lalu, sejak kecil sering menerima kekerasan verbal dari Ibu klien dan sering
dibanding-bandingkan dengan saudara yang lain. Di sekolah saat SD dan SMP sering diejek
oleh teman sekolah. Hal tersebut yang membuat pasien tidak percaya diri dan sedih Klien
sering memiliki pikiran untuk mati.

Pengkajian status mental

Klien kooperatif, penampilan bersih dan cara berpakaian rapi. Ekspresi wajah sesuai dan
langsung menangis saat menceritakan masa kecilnya. Tidak ditemukan gerakan yang
abnormal, klien cenderung menunduk saat wawancara, nada suara pelan dan lambat. Affect
sesuai, mood tampak sedih. Tidak ditemukan gangguan proses pikir dan isi pikir. Klien tidak
mengalami gangguan persepsi. Tidak ditemukan gangguan kognisi. Klien memiliki pikiran
untuk bunuh diri.

Pengkajian psikososial

Klien menilai dirinya jelek karena kurus dan kulitnya gelap. Klien merasa bahwa ibunya
membedakan klien, diperlakukan tidak adil dan ibunya lebih sayang kepada kakaknya. Klien
tidak pernah mendapat pujian atas apa yang sudah dilakukan sehingga menimbulkan rasa
tidak percaya diri. Di lingkungan kampus, klien memiliki perasaan tidak memiliki teman
dekat.

Pengkajian spiritual

Klien memegang teguh keyakinan sesuai agama Kristen. Klien menjalankan ibadah sesuai
agamanya.

487
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

Pengkajian sosial budaya

Klien merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Memiliki 2 kakak perempuan, 2
kakak laki – laki, 2 adik perempuan dan 1 adik laki-laki. Klien berasal dari suku Sentani
Papua dan keluarga tinggal di Papua. Sejak kuliah klien tinggal sendiri di Bandung.

Tahap 2 : Penetapan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan sebuah clinical judgement tentang respon, kebutuhan


mengenai gangguan atau masalah kesehatan jiwa baik yang aktual maupun potensial (Halter,
2018). Diagnosa keperawatan yang diangkat mengacu pada standar diagnosis keperawatan
Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016), yaitu :
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
D.0086 Harga Diri Rendah Kronis

Tahap 3 : Penetapan tujuan dan intervensi

Intervensi difokuskan pada membangun hubungan saling percaya dengan klien,


meningkatkan harga diri dan memperkuat keterampilan koping yang efektif. Intervensi yang
diberikan dalam bentuk positive affirmation diberikan dalam 4 sesi setiap sesi selama 30
menit.

Tahap 4 : Implementasi

Implementasi dalam bentuk terapi individu untuk membantu klien mengenal potensi diri,
melakukan tindakan sesuai kemampuan diri dan meningkatkan keterampilan koping.
Proses implementasi meliputi :
Mengenal potensi diri
Perawat membantu klien untuk mengenal aspek positif yang dimiliki. Klien diminta
menuliskan aspek positif yang dimiliki dalam buku catatan. Potensi atau kemampuan ini
penting dalam meningkatkan harga diri klien.

Mengembangkan kegiatan positif sesuai kemampuan diri


Perawat membantu klien untuk melakukan kemampuan yang telah dituliskan dalam buku
catatan. Keberhasilan dari latihan kemampuan akan menimbulkan perasaan berharga dan
meningkatkan harga diri klien .

Melatih koping efektif


Perawat membantu klien untuk mengatasi masalah yang dialami dengan cara yang efektif
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Latihan ini membentuk kemampuan klien
dalam menghadapi masalah dengan cara yang adaptif.

Self affirmation
Self affirmation membuat klien mampu merefleksikan nilai inti yang mampu memberi
individu pandangan yang lebih luas tentang diri. Self affirmation membantu klien untuk

488
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

mengurangi stres, mengatasi situasi yang dianggap sebagai ancaman terhadap integritas atau
kompetensi diri dan membuat klien lebih terbuka untuk merubah perilaku.

Tahap 5 : Evaluasi

Evaluasi dari implementasi yang dilakukan meningkatnya harga diri klien, klien memiliki
memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan yang meningkatkan harga diri dan
melakukan keterampilan koping yang telah dilatihkan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
harga diri klien meningkat berdasarkan intrumen harga diri Rosenberg dari 18 menjadi 22
dan pengukuran SRQ 29 menurun dari 14 menjadi 4.

Pembahasan

Pengkajian individu menunjukkan menunjukkan bahwa klien memiliki harga diri rendah,
keterampilan problem solving yang buruk, insecure dengan tubuhnya yang kurus dan
memiliki konflik interpersonal dengan ibunya. Kekerasan verbal dan bullying dapat menjadi
faktor predisposisi masalah kesehatan jiwa pada individu. Masalah yang dialami oleh klien
sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa anak dan remaja yang mengalami stres
dalam kehidupan sehari- hari dan mengalami kejadian traumatik akan berpengaruh terhadap
kesehatan jiwanya (Steel et al.,2006; Silove et al.,2007; Cleary et al.,2018). Trauma masa
anak telah terbukti berkontribusi pada konsep diri yang rendah dan berpotensi mempengaruhi
persepsi korban trauma tentang evaluasi sosial dari orang lain (Zhang et al.,2022). Hasil studi
kasus didapatkan klien menyatakan adanya perasaan malu karena keluarganya sering
mengatakan dirinya terlalu kurus dan saat sekolahpun sering diejek kurus oleh temannya.
Perkataan negatif tentang gambaran tubuh dari lingkungan dapat diinternalisasi oleh individu
sehingga dapat muncul ungkapan rasa malu dan harga diri rendah. Dampak dari proses
internalisasi adalah penurunan harga diri, perasaan dipermalukan, ketakutan akan masa
depan, isolasi sosial dan kondisi kesehatan jiwa yang buruk (El Ayadi et al.,2020).

Asuhan keperawatan jiwa dengan intervensi yang diberikan dalam bentuk positive
affirmation. Latihan yang dilakukan bertujuan memperluas perspektif individu tentang diri
secara keseluruhan. Latihan positif afirmasi dilakukan oleh klien bersama perawat maupun
mandiri dapat mengurangi emosi negatif dan meningkatkan harga diri. Self affirmation
bertujuan dalam mempertahankan integritas diri saat adanya ancaman pada harga diri. Self
affirmation dapat diberikan secara kelompok ataupun individu. Self affirmation bermanfaat
untuk meningkatkan harga diri, meningkatkan kinerja kognitif dan akademik serta
mengurangi kadar kortisol dan efinefrin (Spencer-Rodgers, et al., 2016).

Hasil evaluasi pasca pemberian terapi afirmasi positif diperoleh peningkatan harga diri. Hal
tersebut dinyatakan dari hasil evaluasi subyektif yang menyatakan memiliki perasaan
berharga dan hasil evaluasi obyektif menggunakan instrumen harga diri dari Rosenberg
meningkat dari 18 menjadi 22. Studi kasus yang dilakukan sejalan dengan hasil penelitian
bahwa self affirmationi dapat mengurangi resistensi diri terhadap situasi yang mengancam.
Self affirmation dapat meningkatkan pencapaian akademik, meningkatkan harga diri dan
mengubah perilaku (Hill et al.,2020).

489
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

Implikasi asuhan keperawatan

Klien dengan harga diri rendah akibat kekerasan verbal dan riwayat bullying beresiko
mengalami ansietas dan depresi. Asuhan keperawatan jiwa dengan fokus intervensi terapi
afirmasi positif membantu klien memahami, menerima dan mengembangkan aspek positif
dari dirinya.

Keterbatasan studi kasus

Studi kasus ini merupakan analisa mendalam pada satu kasus yang sulit digeneralisasi pada
semua klien harga diri rendah. Faktor karakteristik klien, kontek keluarga dan hubungan
therapeutik dapat mempengaruhi hasil dari studi.

Kesimpulan

Terapi afirmasi positif yang diberikan pada klien dengan harga diri rendah dapat
meningkatkan harga diri klien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dapat
menurunkan masalah kejiwaan pada klien berdasarkan hasil skrining SRQ 29 sebelum
diberikan asuhan keperawatan dan setelah diberikan asuhan keperawatan.

Rekomendasi

namun diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat penerapan terapi afirmasi positif pada
berbagai tahap tumbuh kembang.

DAFTAR PUSTAKA

Aremu, T. A., John-Akinola, Y. O., & Desmennu, A. T. (2019). Relationship Between


Parenting Styles and Adolescents' Self-Esteem. International quarterly of community
health education, 39(2), 91–99. https://doi.org/10.1177/0272684X18811023

Armitage R. (2021). Bullying in children: impact on child health. BMJ paediatrics open, 5(1),
e000939. https://doi.org/10.1136/bmjpo-2020-000939

Beckmann, N., Beckmann, J. F., & Elliott, J. G. (2009). Self-confidence and performance
goal orientation interactively predict performance in a reasoning test with accuracy
feedback. Learning and Individual Differences, 19(2), 277-282.

490
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

Cleary, S. D., Snead, R., Dietz-Chavez, D., Rivera, I., & Edberg, M. C. (2018). Immigrant
Trauma and Mental Health Outcomes Among Latino Youth. Journal of immigrant and
minority health, 20(5), 1053–1059. https://doi.org/10.1007/s10903-017-0673-6

El Ayadi, A. M., Barageine, J. K., Miller, S., Byamugisha, J., Nalubwama, H., Obore, S.,
Korn, A., Sukumar, S., Kakaire, O., Mwanje, H., Lester, F., & Turan, J. M. (2020).
Women's experiences of fistula-related stigma in Uganda: a conceptual framework to
inform stigma-reduction interventions. Culture, health & sexuality, 22(3), 352–367.
https://doi.org/10.1080/13691058.2019.1600721.

Hill, Z., Spiegel, M., & Gennetian, L. A. (2020). Pride-Based Self-Affirmations and
Parenting Programs. Frontiers in psychology, 11, 910.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00910

Hollenbeck, G. P., & Hall, D. T. (2004). Self-confidence and leader performance.


Organizational dynamics, 33(3), 254-269.

Kleitman, S., & Stankov, L. (2007). Self-confidence and metacognitive processes. Learning
and individual differences, 17(2), 161-173.

Kim, D., Yoo, J. H., Park, Y. W., Kim, M., Shin, D. W., & Jeong, B. (2019). Anatomical and
Neurochemical Correlates of Parental Verbal Abuse: A Combined MRS-Diffusion MRI
Study. Frontiers in human neuroscience, 13, 12.
https://doi.org/10.3389/fnhum.2019.00012

Kowalski, R. M., & Limber, S. P. (2013). Psychological, physical, and academic correlates of
cyberbullying and traditional bullying. The Journal of adolescent health : official
publication of the Society for Adolescent Medicine, 53(1 Suppl), S13–S20.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.09.018

Mohammadi, F., Rakhshan, M., Molazem, Z., Zareh, N., & Gillespie, M. (2019). Parents'
Perspectives on Family Violence against Children with Autism. Archives of Iranian
medicine, 22(9), 505–510.

Rana, M., Gupta, M., Malhi, P., Grover, S., & Kaur, M. (2020). Prevalence and correlates of
bullying perpetration and victimization among school-going adolescents in Chandigarh,
North India. Indian journal of psychiatry, 62(5), 531–539.
https://doi.org/10.4103/psychiatry.IndianJPsychiatry_444_19

Rivers, I., & Noret, N. (2013). Potential suicide ideation and its association with observing
bullying at school. The Journal of adolescent health : official publication of the Society
for Adolescent Medicine, 53(1 Suppl), S32–S36.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.10.279

Seim, A. R., Jozefiak, T., Wichstrøm, L., Lydersen, S., & Kayed, N. S. (2021). Self-esteem in
adolescents with reactive attachment disorder or disinhibited social engagement

491
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa
Volume 5 Nomor 4, November 2022
e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

disorder. Child abuse & neglect, 118, 105141.


https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2021.105141

Silove, D., Austin, P., & Steel, Z. (2007). No refuge from terror: the impact of detention on
the mental health of trauma-affected refugees seeking asylum in Australia.
Transcultural psychiatry, 44(3), 359–393. https://doi.org/10.1177/1363461507081637

Srivastava, S. K. (2013). To Study the Effect of Academic Achievement on the Level of Self
Confidence. Journal of Psychosocial Research, 8(1).

Stankov, L., & Crawford, J. D. (1997). Self-confidence and performance on tests of cognitive
abilities. Intelligence, 25(2), 93-109.

Steel, Z., Silove, D., Brooks, R., Momartin, S., Alzuhairi, B., & Susljik, I. (2006). Impact of
immigration detention and temporary protection on the mental health of refugees. The
British journal of psychiatry : the journal of mental science, 188, 58–64.
https://doi.org/10.1192/bjp.bp.104.007864

Szpitalak, M., & Polczyk, R. (2020). Reducing interrogative suggestibility: The role of self-
affirmation and positive feedback. PloS one, 15(7), e0236088.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0236088

Teicher, M. H., & Samson, J. A. (2016). Annual Research Review: Enduring neurobiological
effects of childhood abuse and neglect. Journal of child psychology and psychiatry, and
allied disciplines, 57(3), 241–266. https://doi.org/10.1111/jcpp.12507

TIM Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia definisi dan
indikator diagnostik edisi 1 cetakan III. Jakarta : DPP PPNI

Wang, Y., Ma, Z., Wilson, A., Hu, Z., Ying, X., Han, M., Cui, Z., & Chen, R. (2021).
Psychopathological symptom network structure in transgender and gender queer youth
reporting parental psychological abuse: a network analysis. BMC medicine, 19(1), 215.
https://doi.org/10.1186/s12916-021-02091-5

Zhang, X., Luo, L., Hu, J., Gao, Z., & Gao, S. (2022). More Exposure to Childhood Trauma
Associates with Reduced Displeasure at Self-Referential Criticism. Journal of child &
adolescent trauma, 15(3), 893–898. https://doi.org/10.1007/s40653-021-00429-y

492

Anda mungkin juga menyukai