Anda di halaman 1dari 51

HIRSCHPRUNG

KEPERAWATAN ANAK

Kelompok 1
1. Siswo Margo 185070209111001
2. Novrelia Nityassari 185070209111004
3. Vinsensius Joko 185070209111008
4. Jayanti Ika Siwi 185070209111010
5. Kharisma Hadi 185070209111014
6. Suwoto 185070209111022
7. Ninik Dwi Agustina 185070209111023
8. Rizki Taufikur Rahman 185070209111028
9. Ratih Arum Vatmasari 185070209111035
10. Zakiya Isnaini Fitri 185070209111037
11. Ema Drakel 185070209111042
12. Rossyta 185070209111043.
13. Helmi Nindra Agustin 185070209111044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
HIRSCHPRUNG
KEPERAWATAN ANAK

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen pengampu : Ns. Rinik Eko Kapti,S. Kep., M. Kep

Kelompok 1
1. Siswo Margo 185070209111001
2. Novrelia Nityassari 185070209111004
3. Vinsensius Joko 185070209111008
4. Jayanti Ika Siwi 185070209111010
5. Kharisma Hadi 185070209111014
6. Suwoto 185070209111022
7. Ninik Dwi Agustina 185070209111023
8. Rizki Taufikur Rahman 185070209111028
9. Ratih Arum Vatmasari 185070209111035
10. Zakiya Isnaini Fitri 185070209111037
11. Ema Drakel 185070209111042
12. Rossyta 185070209111043.
13. Helmi Nindra Agustin 185070209111044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat, serta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
bahasan “Hischprung”. Penulis menulis makalah ini dengan tujuan sebagai salah satu
prasyarat penugasan mata kuliah Keperawatan Anak. Penyusunan makalah ini
penulis juga banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah menjadi pedoman bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini.
2. Ns. Rinik Eko Kapti,S. Kep., M. Kep sebagai dosen pembimbing yang memberikan
motivasi bagi kami.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang
perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun bagi penulisan makalah selanjutnya.

Malang, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul depan ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
Bab 2 Tinjauan Teori .............................................................................................. 4
2.1 Pengertian ........................................................................................................ 4
2.2 Klasifikasi ......................................................................................................... 4
2.3 Etiologi ............................................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ...................................................................................................... 5
2.5 Pathway ........................................................................................................... 6
2.6 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 7
2.7 Komplikasi ........................................................................................................ 7
2.8 Pemeriksaan .................................................................................................... 8
2.9 Penatalaksanaan .............................................................................................. 10
Bab 3 Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................... 13
3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 13
3.2 Analisa Data ..................................................................................................... 17
3.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 19
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................................ 20
Bab 4 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus .................................................. 25
4.1 Pengkajian ....................................................................................................... 25
4.2 Analisa Data ..................................................................................................... 33
4.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 34
4.4 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................................ 35
4.5 Implementasi .................................................................................................... 40
4.6 Evaluasi ............................................................................................................ 43
Bab 5 Penutup ....................................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan dan Saran ..................................................................................... 46
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 47
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana
tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon,
keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik
dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat
menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald
Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun
1863.Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara
jelas.Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa
megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik
dibagian distal usus defisiensi ganglion.

Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup.Insidensi hisprung di


Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran
hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35
permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit
hisprung.Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-
laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit
hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur.Penyakit ini
mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom
waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.Selain pada anak, penyakit ini
ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan mekonium
1
dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor
penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor
lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan
yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi,
rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu
dengan pembedahan dan colostomi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari hirsprung?
2. Apakah klasifikasi dari Hirsprung?
3. Apakah etiologi dari hirsprung?
4. Bagaimana patofisiologi dari hirsprung ?
5. Bagaimana pathway dari hisprung?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari hirsprung?
7. Bagaimana komplikasi dari hirsprung?
8. Bagaimana pemeriksaan dari hirsprug?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari hirsprung?
10. Bagiamana asuhan keperawatan Teori pada anak dengan hirsprung?

1.3 Tujuan penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman
dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian dari hirsprung?
b. mendeskripsikan tentang klasifikasi dari Hirsprung?
c. Mendeskripsikan etiologi dari hirsprung?
d. Mendeskripsikan patofisiologi dari hirsprung ?
e. Mendeskripsikan pathway dari hisprung?
f. Mendeskripsikan manifestasi klinis dari hirsprung?
g. Mendeskripsikan komplikasi dari hirsprung?
2
h. Mendeskripsikan pemeriksaan dari hirsprug?
i. Mendeskripsikan penatalaksanaan dari hirsprung?
j. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Teori pada anak dengan hirsprung?

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel –
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon.Dan ketidak adaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan (Cecily Betz & Sowden, 2009).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan
terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki – laki dari
pada perempuan (Arief Mansjoer, 2010).
Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai usus halus (Ngastiyah,2014).

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Penyakit hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70%
dari kasus penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak
laki- laki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus. Ditemukan sama banyak baik laki – laki maupun
perempuan.

2.3 Etiologi
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi
Hirschsprung atau Mega Colon diduga terjadi karena :
1. Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

4
2.4 Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal
sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Cecily Betz & Sowden,
2009).
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar ( Price, S & Wilson, 2012).
Ganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak
adanya ganglion parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik
(aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon menyebabkan
peristaltik usus abnormal.Peristaltik usus abnormal menyebabkan konstipasi
dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang berakibat timbulnya dilatasi usus
sehingga terjadi megakolon dan pasien mengalami distensi
abdomen.Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter ani interna menjadi
tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas dan cairan
terhambat.Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak merupakan
media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna berhubungan
dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi kuman ke lumen usus
dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak yang
mengalami hal tersebut dapat mengalami kematian (kirscher dikutip oleh Dona
L.Wong, 2008)

5
2.5 Pathway

Aganglionik saluran cerna

Peristaltik usus 3x/mnt

Perubahan pola Selama 2X 24jam bayi


eliminasi(konstipa belum BAB
si)

Perut teraba keras Distensi Abdomen


dan tegang

Profilerasi bakteri Bayi tidak mau minum Ganguan Nutrisi


ASI kurang dari kebutuhan

Pengeluaran endotoksin
Imunitas menurun

Respon SSP

Resiko keterlambatan
Hipertermia pertumbuhan dan
perkembangan

6
2.6 Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam
pertama setelah lahir.Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah
bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen.(Nelson, 2009).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi
dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan
evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi
konstipasi, muntah dan dehidrasi.Gejala rigan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus
akut.Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam.Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan
tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi
abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2009
).
Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2009)
1. Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 28 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2. Masa bayi dan anak – anak.
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
d. Distenssi abdomen
e. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
f. Gagal tumbuh
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi

2.7 Komplikasi
Menurut Corwin (2009) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu
gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi.Menurut
7
Mansjoer (2010) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:
1. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
2. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
3. Abses peri kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
4. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
5. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin
karena iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:
1. Gawat pernafasan (akut)
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga
mengganggu ekspansi paru.
2. Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran
endotoxin.
3. Stenosis striktura ani
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi
dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun
penyempitan.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan:
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang
menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
8
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
Pada bayi baru lahir, barium enema tidak selalu memperlihatkan
gambaran yang jelas dari penyakit apabila seluruh kolon tidak
mempunyai sel ganglion. Hal ini terjadi meskipun pengeluaran barium
terlambat 24 jam setelah pemeriksaan diagnostik.
2. Biopsi isap rektum
Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk
menghindari daerah normal hipogang lionosis dipinggir anus.Biopsi ini
dilakukan untuk memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub
mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
3. Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2
cm diatas garis pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion
di sub mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
4. Biopsi otot rektum
Pengambilan otot rektum, dilakukan bersifat traumatik, menunjukan
aganglionosis otot rektum.
5. Manometri anorektal
Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula rektum.
Balon akan mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani interna
pada pasien yang normal. Sedangkan pada pasien yang megacolon akan
mengalami tekanan yang luar biasa.
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan
akan terjadi pembusukan.
7. Foto rontgen abdomen
Didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang
melebar normal dan colon distal tersumbat dengan diameter yang lebih
kecil karena usus besar yang tanpa ganglion tidak berelaksasi. Pada
pemeriksaan foto polos abdomen akan ditemukan usus melebar /
gambaran obstruksi usus letak rendah.

9
2.9 Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan
motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau
double barrel dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan
hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan . Terdapat
prosedur dalampembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun
dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, membuat
dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon
normal yang telah ditarik.
b. Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan
saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada
bagian posterior.
c. Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan
cara membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian
kolon yang bersaraf normalditarik sampai ke anus tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang
tersisa.
2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal,
perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital
pada anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis (
pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana
pulang.
10
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak
– anak dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai
status fisiknya meningkat.Hal ini sering kali melibatkan pengobatan
simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi
kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total
( NPT ).
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :
1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala
komplikasi jangka panjan berikut ini.
a) Stenosis dan kontriksi
b) Inkontinensia
c) Pengosongan usus yang tidak adekkuat
2) Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak.
a) Persiapan kulit
b) Penggunaan alat kolostomi
c) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat ,
prolaps, feses seperti pita )
d) Perawatan dan pembersihan alat kolostomi
e) Irigasi kolostomi
3) Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan diet.
a) Makanan rendah sisa
b) Masukan cairan tanpa batas
c) Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolot dan dehidrasi.
4) Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya
tentang kolostomi.
a) Tampilan
b) Bau
c) Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak “ideal”
5) Rujuk ke prosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat diberikan
pada orang tua tentang perawatan dirumah.
3. Kolaboratif
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus,
segera dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan
lubang pada dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar.
11
Pengangkatan bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus
besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih. Jika
terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Pengkajian Umum
a. Identitas klien
Meliputi nama,umur, jenis klemin, status perkawinan, agama, suku bangsa
alamat, diagnosa penyakit, tanggal masuk, tanggal pengkjian, nomor medikal
record.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi, nama, umur, jenis klemin, hubungan dengan klien, status perkawinan,
agama, suku bangsa, alamat
c. Riwayat Kesehatan
o Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
o Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan
bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
o Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
e. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
13
g. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

j. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik
 Kesadaran umum
Mengkaji tingkat kesadran dan mengkaji tanda-tanda vital (tekanan
darah, nadi, respirasi, suhu)
 Pemeriksaan Kulit dan Kuku
o Inspeksi
Warna Kulit: sawo matang
Keterangan: persebaran kulit merata, tidak terlihat adanya lesi,
tidak terdapat massa
o Palpasi
Turgor Kulit: Hangat, kembali dalam waktu < 2 detik
CRT kembali dalam waktu < 2 detik
 Pemeriksaan Kepala
o . Inspeksi
Bentuk Kepala :normocephal
Rambut : warna hitam, persebaran merata
Massa : tidak terdapat massa
Keterangan :tidak ada lesi
o Palpasi
Kepala : tidak terdapat nyeri tekan
 Pemeriksaan Mata
o .. Inspeksi
Alis : simetris, persebaran merata
Mata : simetris

14
Bola Mata :terdapat pembesaran tumor dalam rongga
mata
Sklera : berwarna kemerahan
Pupil : Leukokoria (refleks pupil yang berwarna
Putih

o Palpasi
Mata : terdapat nyeri tekan

 Pemeriksaan Hidung
o Inspeksi
Lubang hidungsimetris, bersih tidak ada sekret Hidung tepat berada
di tengah, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Keterangan :tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Sinus Hidung tidak terdapat nyeri tekan di daerah sinus frontalis dan
maxilaris
 .. Pemeriksaan Telinga
o. Inspeksi
Daun Telinga :simetris
Kondisi lubang Telinga : bersih tidak terdapat serumen,
membran timpani utuh
Keterangan :tidak terdapat lesi dan massa
o Palpasi
Telinga :tidak terdapat nyeri tekan di
daerah tragus

 Pemeriksaan Mulut
o .. Inspeksi
Bibir : lembab
Gigi : bersih
Gusi :tidak terdapat perdarahan
Lidah :tidak terdapat lesi

15
Uvula :tepat di tengah
Tonsil :T1 (normal)
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o .. Palpasi
Keterangan :tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema
 Pemeriksaan Leher
o Inspeksi
Kondisi Kulit : persebaran merata
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Kelenjar Tiroid :tidak terjadi pembesaran dan nyeri
tekan
Vena jugularis : tidak terjadi bendungan vena jugularis
Trakea : tidak ada deviasi trakea
Kelenjar Limfe : tidak terjadi pembesaran dan nyeri
tekan
 .. Pemeriksaan Thorax
o Inspeksi
Dada :pergerakan dada simetris, bentuk dada normal, tidak terdapat
retraksi dinding dada
Kondisi kulit :persebaran merata
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi
Pada Dada :pergerakan simetris
o Perkusi : sonor pada bagian paru, pekak pada bagian jantung
o Auskultasi :tidak terdapat suara nafas tambahan, tidak terdapat
suara jantung tambahan
 Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : tampak tegang, terdapat distensi abdomen
tidak terdapat massa
o Auskultasi : terdapat penurunan bising usus dan berlanjut
hilangnnya bising usus
o Palpasi : teraba kolon dilatasi

16
o Perkusi : terdengar hipertimpani akibat abdominal mengalami
kembung
. Pemeriksaan Muskuloskeletal
o Inspeksi : tidak terdapat edema di ekstremitas atas dan bawah
bagian kanan dan kiri
o Palpasi : tidak terdapat pitting edema

KekuatanOtot 5 5
5 5

3.2 . Analisa Data


No Data Etiologi Masalah

1. Ds: Poliferasi bakteri hipertermi


 . ibu mengatakan anak
rewel terus Pengeluaran
Do: endotoksin
 . keadaan umum lemah
 suhu lebih dari 37,5 C Respon SSP

 akral teraba hanagat


Hipertermia

2. Ds: Aganglionik saluran konstipasi


 Ibu mengatakan anak cerna
tidak bisa BAB
Do: Peristaltik usus
 adanya distensi menurun
abdomen
 perut terasa keras Perubahan pola
dan tegang eliminasi

 peristaltik menurun
 perut kembung Konstipasi

17
3. Ds: Dilatasi usus Gangguan
 Ibu mengatakan anak kebutuhan
rewel dan menangis Feses membusuk nutrisi
 Ibu mengatakan anak produksi gas
tidak mau minum asi meningkat
Do:
 berat badan anak Mual muntah
kurang dari berat
badan ideal Anorexia
 status gizi kurang
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

4. Ds : Ketidakseimbangan Resiko
ibu mengatakan anak nutrisi kurang dari keterlambatan
tumbuh sesuai dengan kebutuhan tubuh perkembangan
perkembangan usianya
Do:
 berat badan anak Imunitas menurun
kurang dari berat
badan ideal Perubahan
 status gizi kurang pertumbuhan dan
perkembangan

18
3.3 Diagnosa
1. Hipertemi berhubungan dengan respon terhadap endotoksin bakteri
2. Konstipasi berhubungan dengan bisisng usus hipoaktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake in adekuat
4. Resiko keterlambatan perkembangan ditandai dengan inadekuat dan
gangguan kongenital

19
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan respon terhadap endotoksin bakteri
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. . pasien tidak mengalami peningkatan suhuh tubuh
NOC NIC
Termoregulasi Perawatan Demam
Skala 1 2 3 4 5 1. Pantau suhu sesering mungkin
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak 2. Monitor warna kulit dan suhu
berat) ada) 3. Lakukan tapid spoge
Berkeringat 4. Beri kompres air hangat pada lipatan axila dan
saat panas lipatan paha anak
Denyut nadi
radial Pengaturan Suhu
Tingkat 1. Monitor suhu setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
pernafasan 2. Monitor adanya tanda dan gejala hipertermia
Peningkatan 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
suhu kulit 4. Berikan obat antipiretik

Hipertermia
Monitor tanda-tanda vital

Perubahan 1. Monitor nadi, suhu, respirasi

warna kulit

20
2. Konstipasi berhubungan dengan bising usus hipoaktif
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. . pasien tidak mengalami konstipasi
NOC NIC
Eliminasi Usus Pemberian Enema :
Skala 1 2 3 4 5 1. Tentukan alas an perlu diberikan enema
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak 2. Verifikasi order dokter mengenai pemberian
berat) ada) enema
Pola eliminasi 3. Jelaskan prosedur pada keluarga meliputi sensasi
Tekanan selama dan setelah prosedur
sfingter 4. Letakkan perlak dibawah panggul dan pantat
Suara bising
usus
Otot untuk
mengeluarkan
feses
Konstipasi

21
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
NOC NIC
Status Nutrisi Bayi Manajemen Nutrisi :
Skala 1 2 3 4 5 1. Tentukan status gizi dan kemampuan untuk
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak memenuhi kebutuhan gizi
berat) ada) 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
Intake nutrisi dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
Perbandingan 3. Monitor kalori dan asupan makanan
berat dan 4. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan atau
tinggi peningkatan berat badan
Hemoglobin
Intake Manajemen Berat Badan :
makanan 1. Hitung berat badan ideal pasien
lewat mulut 2. Diskusikan dengan keluarga tentang resiko yang

Intake cairan muncul jika ekurangan berat badan

lewat mulut 3. Diskusikan dengan keluarga mengenai hubungan

Intake cairan antara asupan nutrisi dan penurunan berat badan

intravena
Intake cairan Perawatan Bayi :

parenteral 1. Monitor panjang dan berat badan bayi

22
2. Monitor intake dan output
3. Berikan makanan sesuai perkembangan bayi

Konseling Nutrisi :
1. Kaji asupan makanan dan kebiasaan makan
pasien
2. Berikan informasi sesuai kebutuhan mengenai
perlunya modifikasi diet bagi kesehatan
3. Gunakan standart gizi yang bisa diterima untuk
membantu pasien dan keluarga mengevaluasi
intake

Pengajaran Nutrisi Bayi 0 – 3 bulan :


1. Berikan orang tua materi yang sesuai dengan
kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi
2. Instruksikan orangtua untuk memberi makanan
hanya ASI dan susu forula

23
4. Resiko keterlambatan perkembangan ditandai dengan nutrisi inadekuat dan adanya gangguan kongenital
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … resiko yang dialami pasien dapat menurun sampai tidak terjadi
NOC NIC
Perkembangan Anak : 1 bulan Perawatan Bayi :
Skala 1 2 3 4 5 1. Sediakan informasi bagi orangtua mengenai
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak perkembangan anak
berat) ada) 2. Monitor intake dan output
Berat badan 3. Dukung orangtua berpartisipasi dalam perawatan
Persentil
lingkar Peningkatan Perkembangan Bayi :
kepala 1. Berikan instruksi kepada orangtua mengenai gizi
Persentil yang seimbang serta manfaatnya
tinggi 2. Berikan petunjuk penyimpanan, persiapan, dan
Persentil mengatasi upaya untuk menyusui eksklusif atau
berat badan dengan susu formula
anak 3. Perkenalkan makanan padat kira-kira usia 6 bulan
4. Sediakan informasi mengenai tahap
perkembangan anak sesuai usia

24
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

4.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. A
Usia : 1 bulan (22/03/2018)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Srengat, Blitar
No. Register : 11387xxx
Tanggal Masuk : 23-04-2018
Tanggal Pengkajian : 23-04-2018
Diagnosis medis : low bowel obstruction suspect hisprung disease
2. Identitas penanggung jawab
Nama Orang Tua : Tn. P/ Ny. D
Pekerjaan : Wiraswasta/ Ibu rumah tangga
Alamat : Srengat, Blitar
Pendidikan : SMA/ SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan perut anak membesar sejak 3 minggu yang lalu, dan
belum BAB sejak 2 hari yang lalu. Anak rewel dan sering menangis karena
ketidaknyamanan area perut.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa sejak dari lahir perut anak membesar dan
BAB hanya sedikit namun tidak teratur setiap hari. An A lahir dengan berat
3000 gr dengan cara normal. Setelah lahir, An. A mengalami pembesaran
perut dan keluarga membawa ke dokter spseialis anak. Oleh dokter diberikan
obat p.o amalys dan limolac, kemudian dilakukan pemeriksaan USG dan
didapatkan adanya tumpukan gas berlebih. Selain itu hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya hiperbilirubin sehingga anak harus dirujuk
ke RSSA. An.A dibawa ke IGD RSSA pada tanggal 19 April 2018 dan dirawat
25
di ruang perinatologi (ruang 11) untuk mendapatkan fototerapi dan perbaikan
kondisi. Pada saat pengkajian tgl 23 April klien dipindahkan ke ruang 15
kondisi An. A pada saat pengkajian cukup, tidak ada sesak, tidak kuning,
namun perut masih membesar. Ibu juga mengatakan bahwa anak agak
demam. Pada saat pengkajian ibu belum dibri tau tentang kondisi anaknya
sehingga ibu terlihat cemas dan sering bertanya pada perawat tentang kondisi
danperawatanuntukanaknya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
- klien tidak ada riwayat kecelakaan
- klien belum pernah dilakukan operasi
- klien tidak ada riwayat penyakit kronis
- klien ada riwayat penyakit akut: hiperbilirubin, low bowel obstruction
- MRS terakhir klien adalah saat ini
- klien tidak memiliki alergi
d. Riwayat Kehamilan dan persalinan
- Prenatal: Ibu mengatakan rutin melakukan pemeriksaan ANC di bidan, anak
merupakan anak ke 4, riwayat keguguran (-) , riwayat penyakit DM (-), dan
hipertensi (-). Selama kehamilan muntah berlebihan (-), demam (-),
keputihan (-), anyang-anyangen (-), muncul ruam pada kulit (-), perdarahan
(-), riwayat trauma (-), konsumsi obat-obatan (-), konsumsi jamu (-).
- Natal: An A lahir dengan normal di RSUD Ngudi Waluyo, lahir cukup bulan
(9 bulan), bayi lahir langsung menangis, BBL :3000 gram, PB : 49 cm,
ketuban jernih, biru (-), sesak (-), kuning (-), IMD (-), tidak langsung BAB.
- Postnatal: Setelah lahir pasien mendapatkan injeksi vit K 1 mg (+), imunisasi
hepatitis B 0,5 ml setelah lahir
- Imunisasi: Ibu klien mengatakan anak telah menerima imunisasi hepatitis B
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Hasil pemeriksaan antropometri: BB 3,5 kg; PB 51 cm; LK 36 cm; BBL 3000gr;
BB sekarang 3500gr

26
5. Riwayat keluarga

6. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Jenis Sebelum sakit Di rumah sakit
Makanan ASI ASI
Frekuensi 8x/hari 8x/hari
Porsi Sesuai kebutuhan bayi Sesuai kebutuhan bayi
Nafsu makan normal normal

27
b. Eliminasi
BAB
Jenis Sebelum sakit Di rumah sakit
Frekuensi 1x/hari Belum BAB
Konsistensi Lunak
Warna/bau Kuning kehitaman, bau
khas feses
Kesulitan BAB tidak menentu, Belum BAB dan perur
terkadang 1 – 2 hari membesar
tidak BAB
Upaya Tidak ada Spooling berkala dan
rencana colon loop
BAK
Jenis Sebelum sakit Di rumah sakit
Frekuensi Memakai diapers Memakai diapers
Warna/bau Jernih, bau khas urine Jernih, bau khas urine
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya Tidak ada Tidak ada
c. Personal Hygiene, klien masih dibantu untuk mandi, keramas, berpakaian,
dan memotong kuku
7. Pemeriksaanfisik
a. Keadaan umum lemah; kesadaran compos mentis
TTV: Nadi 144x/menit; RR: 42x/menit; Suhu 37,9°C
b. Pemeriksaan Kulit dan Kuku
 Inspeksi
Warna Kulit: pink
Keterangan: persebaran kulit merata, tidak terlihat adanya lesi, tidak
terdapat kemerahan
 Palpasi
Turgor Kulit: kembali dalam waktu < 2 detik
CRT : kembali dalam waktu < 2 detik

c. Pemeriksaan Kepala

28
 Inspeksi
Bentuk Kepala:normocephal
Wajah : simetris
Rambut : warna hitam, persebaran merata
Massa : tidak terdapat massa
Keterangan:tidak ada lesi
 Palpasi
Kepala: LK 36 cm; fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat
d. Pemeriksaan Mata
 Inspeksi
Alis : simetris, persebaran merata
Mata : simetris
Bola Mata:bersih
Sklera : tidak ada peradangan
Pupil : normal
 Palpasi
Mata : tidak teraba massa
e. Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi
Lubang hidung:simetris, bersih tidak ada sekret
Hidung : tepat berada di tengah, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Keterangan :tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
 Palpasi
Sinus Hidung: tidak terdapat nyeri tekan di daerah sinus frontalis dan
maxilaris
f. Pemeriksaan Telinga
o Inspeksi
Daun Telinga:simetris
Kondisi lubang Telinga: bersih tidak terdapat serumen, membran timpani
utuh
Keterangan :tidak terdapat lesi
o Palpasi
Telinga : tidak teraba massa

29
g. Pemeriksaan Mulut
 Inspeksi
Bibir : lembab
Gigi : bersih
Gusi : tidak terdapat perdarahan
Lidah : tidak terdapat lesi
Uvula : tepat di tengah
Tonsil : T1 (normal)
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
 Palpasi
Keterangan : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema
h. Pemeriksaan Leher
 Inspeksi
Kondisi Kulit : kondisi normal persebaran merata
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
 Palpasi
Kelenjar Tiroid:tidak terjadi pembesaran dan nyeri tekan
Vena jugularis: tidak terjadi bendungan vena jugularis
Trakea : tidak ada deviasi trakea
Kelenjar Limfe: tidak terjadi pembesaran dan nyeri tekan
i. Pemeriksaan Thorax
o Inspeksi : Pergerakan simetris, bentuk normal, retraksi dinding dada ringan,
nafas spontan tanpa alat bantu
Keterangan : tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa
o Palpasi : Pergerakan simetris
o Perkusi :sonor pada bagian paru, pekak pada bagian jantung
o Auskultasi:tidak terdapat suara nafas tambahan, tidak terdapat suara
jantung tambahan
j. Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : tidak terdapat lesi
o Auskultasi : peristaltik usus (+), bising usus 3x/menit
o Palpasi : perut teraba keras, distensi abdomen (+)
o Perkusi : terdengar timpani

30
k. Genital
Jenis Kelamin laki-laki, tidak ada perdarahan, tidak ada lesi
l. Pemeriksaan Muskuloskeletal
o Inspeksi : tidak terdapat edema di ekstremitas atas dan bawah bagian
kanan dan kiri, pergerakan normal
o Palpasi : tidak terdapat piting edema

5 5
Kekuatan Otot 5 5

8. Hasil pemeriksaan penunjang


NILAI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hemoglobin (HGB) 11,50 g/dL 13,4 - 17,7
Eritrosit (RBC) 3,28 106 /µL 4,0 - 5,5
Leukosit (WBC) 9,95 103 /µL 4,3 - 10,3
Hematokrit 31,50% 40 - 47
Trombosit (PLT) 388 103 /µL 142 - 424
MCV 96,00 fL 80 – 93
MCH 35,10 pg 27 – 31
MCHC 36,50 g/dL 32 – 36
RDW 16,20 % 11,5 – 14,5
PDW 11,4 fL 9 – 13
10,8 fL 7,2 – 11,1
MPV
P-LCR 30,0 % 15,0 – 25,0
PCT 0,42 % 0,150 – 0,400
NRBC Absolute 0,00 103 /µL
NRBC Percent 0,0 %
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hitungjenis :

31
Eosinofil 1,6 % 0-4
Basofil 0,3 % 0–1
Neutrofil 27,0 % 51 – 67
Limfosit 62,9 % 25 – 33
Monosit 8,2 % 2- 5
Immature Granulosit (%) 0,40 %
Immature Granulosit 0,04 103 /µL
FaalHati

SGOT 34 U/L 0 – 40
SGPT 12 U/L 0 – 41
Albumin 3,54 g/dL 3,5 – 5,5
Bilirubin total 15,72 mg/dl <1
Bilirubndirek 2,45 mg/dl <0,25
Bilirubin indirek 13,27 mg/dl <0,75
Kimia KlinikElektrolit

Natrium (Na) 133 mmol/L 136-145


Kalium (K) 4,63 mmol/L 3,5 – 5,0
Klorida (Cl) 108 mm0l/L 98-106

9. Terapi
 inf CN 10% + KCL 7,4% 3,5 cc+ ca gluconas 10% 3,5 cc
 TPN Aminosteril 6% 116,5 cc
 Lipid 20% 8,7cc
 Injeksi ampicilin sulbactam 3x110 mg
 Injeksi gentamicyn 1x18 mg

32
4.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds: Proliferasi bakteri Hipertermi


 ibu mengatakan anak
rewel terus Pengeluaran
 Ibu mengatakan anak endotoksin
demam
Do: Respon SSP
 keadaan umum lemah
 suhu 37,9 C Hipertemia

 nadi : 144x/menit
2. Ds: Aganglionik saluran Konstipasi
 Ibu mengatakan cerna
sebelumnya anak BAB
hanya sedikit
 Ibu mengatakan anak Peristaltik menurun
tidak bisa BAB sudah 2
hari ini
Do: Perubahan pola
 adanya distensi eliminasi
abdomen (konstipasi)

 perut terasa keras dan


tegang
 peristaltik usus 3x/
menit
 perut kembung
 anak terlihat rewel dan
menangis
3. Ds: Dilatasi usus Gangguan
 Ibu mengatakan anak kebutuhan
rewel dan menangis Feses membusuk nutrisi
produksi gas↑

33
 Ibu mengatakan bayi
tidak mau minum ASI
Do: Mual dan muntah
 Hasil pemeriksaan
antropometri didapatkan: Anorexia
BB: 3,5 kg
TB: 51cm Ketidak seimbangan
LK: 36cm nutrisi kurang dari
BBI: 4,5kg kebutuhan tubuh
Kesimpulan: gizi kurang
4. Ds : Ketidak seimbangan Resiko
Ibu mengatakan anak nutrisi kurang dari keterlambatan
tumbuh sesuai dengan kebutuhan tubuh perkembangan
perkembangan usianya
Do: Imunitas menurun

Hasil pemeriksaan
Perubahan
antropometri didapatkan
pertumbuhan dan
Bb : 3,5kg Tb: 51 cm Lk: perkembangan
36 BBI 4,5kg
Kesimpulan : Gizi Kurang

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertemi berhubungan dengan respon terhadap endotoksin bakteri.
2. konstipasi berhubungan dengan bising usus hipoaktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
4. Resiko keterlambatan perkembangan ditandai dengan inadekuat nutrisi dan
gangguan kongenital

34
4.4 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan Respon terhadap endotoksin bakteri
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien tidak mengalami peningkatan suhuh tubuh
NOC NIC
Termoregulasi Perawatan Demam
Skala 1 2 3 4 5
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak 1. Pantau suhu sesering mungkin
berat) ada) 2. Monitor warna kulit dan suhu
Berkeringat 3. Lakukan tapid spoge
saat panas 4. Beri kompres air hangat pada lipatan axila dan
Denyut nadi lipatan paha anak
radial
Tingkat Pengaturan Suhu
pernafasan
1. Monitor suhu setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
Peningkatan
2. Monitor adanya tanda dan gejala hipertermia
suhu kulit
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
Hipertermia
4. Berikan obat antipiretik
Perubahan
Monitor tanda-tanda vital
warna kulit
1. Monitor nadi, suhu, respirasi

35
2. Konstipasi berhubungan dengan bising usus hipoaktif
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x 24jam pasien tidak mengalami konstipasi
NOC NIC
Eliminasi Usus Pemberian Enema :
Skala 1 2 3 4 5 1. Tentukan alas an perlu diberikan enema
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak 2. Verifikasi order dokter mengenai pemberian enema
berat) ada) 3. Jelaskan prosedur pada keluarga meliputi sensasi
Pola eliminasi selama dan setelah prosedur
Tekanan 4. Letakkan perlak dibawah panggul dan pantat
sfingter
Suara bising
usus
Otot untuk
mengeluarkan
feses
Konstipasi

36
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
NOC NIC
Status Nutrisi Bayi Manajemen Nutrisi :
Skala 1 2 3 4 5 1. Tentukan status gizi dan kemampuan untuk
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak memenuhi kebutuhan gizi
berat) ada) 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
Intake nutrisi dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
Perbandingan 3. Monitor kalori dan asupan makanan
berat dan 4. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan atau
tinggi peningkatan berat badan
Hemoglobin
Intake Manajemen Berat Badan :
makanan 1. Hitung berat badan ideal pasien
lewat mulut 2. Diskusikan dengan keluarga tentang resiko yang
Intake cairan muncul jika ekurangan berat badan
lewat mulut 3. Diskusikan dengan keluarga mengenai hubungan
Intake cairan antara asupan nutrisi dan penurunan berat badan
intravena
Intake cairan Perawatan Bayi :
parenteral 1. Monitor panjang dan berat badan bayi
2. Monitor intake dan output
3. Berikan makanan sesuai perkembangan bayi

Konseling Nutrisi :
1. Kaji asupan makanan dan kebiasaan makan pasien
2. Berikan informasi sesuai kebutuhan mengenai
perlunya modifikasi diet bagi kesehatan
3. Gunakan standart gizi yang bisa diterima untuk
membantu pasien dan keluarga mengevaluasi intake
37
NOC NIC

Pengajaran Nutrisi Bayi 0 – 3 bulan :


1. Berikan orangutan materi yang sesuai dengan
kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi
2. Instruksikan orangtua untuk memberi makanan hanya
ASI dan susu forula

38
4. Resiko keterlambatan perkembangan ditandai dengan nutrisi inadekuat dan adanya gangguan kongenital
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24jam resiko yang dialami pasien dapat menurun sampai tidak
terjadi
NOC NIC
Perkembangan Anak : 1 bulan Perawatan Bayi :
Skala 1 2 3 4 5 1. Sediakan informasi bagi orangtua mengenai
Outcome (Berat) (Cukup (Sedang) (Ringan) (Tidak perkembangan anak
berat) ada) 2. Monitor intake dan output
Berat badan 3. Dukung orangtua berpartisipasi dalam perawatan
Persentil
lingkar Peningkatan Perkembangan Bayi :
kepala 1. Berikan instruksi kepada orangtua mengenai gizi
Persentil yang seimbang serta manfaatnya
tinggi 2. Berikan petunjuk penyimpanan, persiapan, dan
Persentil mengatasi upaya untuk menyusui eksklusif atau
berat badan dengan susu formula
anak 3. Perkenalkan makanan padat kira-kira usia 6 bulan
4. Sediakan informasi mengenai tahap perkembangan
anak sesuai usia

39
4.5 Implementasi
Nama Pasien :
No Registrasi :
Hari/ Jam No Diagnosis Implementasi Tanda
tanggal Keperawatan tangan
perawat
1. 1. Memantau suhu sesering
mungkin
2. Melakukan monitoring warna kulit
dan suhu
3. Monitor nadi, suhu, respirasi
4. Melakukan tapid spoge
5. Memberikan kompres air hangat
pada lipatan axila dan lipatan
paha anak
6. Memonitor suhu setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan
7. Memonitor adanya tanda dan
gejala hipertermia
8. Meningkatkan intake cairan dan
nutrisi adekuat
9. Berikan obat antipiretik

2. 1. menentukan alas an perlu


diberikan enema
2. memverivikasi order dokter
mengenai pemberian enema
3. Menjelaskan prosedur pada
keluarga meliputi sensasi selama
dan setelah prosedur
4. Meletakan perlak dibawah
panggul dan pantat

40
3.
1. Menentukan status gizi dan
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
3. Memonitoring kalori dan asupan
makanan
4. Memonitor kecenderungan
terjadinya penurunan atau
peningkatan berat badan
5. Menghitung berat badan ideal
pasien
6. Mendiskusikan dengan keluarga
tentang resiko yang muncul jika
kurangan berat badan
7. Mendiskusikan dengan keluarga
mengenai hubungan antara asupan
nutrisi dan penurunan berat badan
8. Memonitor panjang dan berat
badan bayi
9. Memonitor intake dan output
10. Memberikan makanan sesuai
perkembangan bayi
11. Mengkaji asupan makanan dan
kebiasaan makan pasien
12. Memberikan informasi sesuai
kebutuhan mengenai perlunya
modifikasi diet bagi kesehatan
13. Menggunakan standart gizi yang
bisa diterima untuk membantu

41
pasien dan keluarga mengevaluasi
intake
14. Memberikan orangutan materi yang
sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah
diidentifikasi
15. Mengistruksikan orangtua untuk
memberi makanan hanya ASI dan
susu forula

4. 1. Menyediakan informasi bagi


orangtua mengenai
perkembangan anak
2. Memonitor intake dan output
3. Mendukung orangtua
berpartisipasi dalam perawatan
4. Memberikan instruksi kepada
orangtua mengenai gizi yang
seimbang serta manfaatnya
5. Memberikan petunjuk
penyimpanan, persiapan, dan
mengatasi upaya untuk menyusui
eksklusif atau dengan susu
formula
6. Memperkenalkan makanan padat
kira-kira usia 6 bulan
7. Menyediakan informasi mengenai
tahap perkembangan anak sesuai
usia

42
4.6 Evaluasi
Nama Pasien
No Registrasi
DX Evaluasi Ttd
Kep
1.
S:
 Ibu klien mengatakan demam anak sudah turun
 Ibu klien mengatakan anak masih rewel
O:
No Thermogulasi : S.A S.T S.Ak
Indikator
1. Berkeringat saat 1 5 3
panas
2. Denyut nadi radial 2 5 3
3. Tingkat 2 5 3
pernafasan
4. Peningkatan suhu 1 5 3
kulit
5. Hipertermia 1 5 3
6. Perubahan warna 2 5 4
kulit

A : Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan rencana tindakan sesuai program
2.
S:
 Ibu mengatakan anak masih kesulitan untuk BAB
 Ibu mengatakan anak masih rewel
O:
No Eliminasi Usus: S.A S.T S.Ak
Indikator
1. Pola eliminasi 1 5 2

43
2. Tekanan sfingter 2 5 3
3. Suara bising usus 2 5 2
4. Otot 1 5 2
mengeluarkan
feses
5. Konstipasi 1 5 2

A : Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan rencana tindakan sesuai program
3.
S:
 Ibu mengatakan anak masih rewel
 Ibu mengatakan “bayinya mau minum ASI”
O:
No Status Nutrisi Bayi: S.A S.T S.Ak
Indikator
1. Intake nutrisi 1 5 3
2. Perbandingan 2 5 3
berat dan tinggi
3. Hemoglobin 2 5 3
4. Intake makanan 1 5 2
lewat mulut
5. Intake cairan lewat 2 5 4
intravena
6. Intake cairan 2 5 3
parenteral

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan rencana tindakan sesuai program
4.
S:
 Ibu mengatakan anak tumbuh dengan perkembangan
usianya

44
O:
No Perkembangan S.A S.T S.Ak
anak 1 bulani:
Indikator
1. Berat badan 1 5 2
2. Persentil lingkar 2 5 3
kepala
3. Persentil tinggi 2 5 3
4. Persentil berat 1 5 2
badan anak

A : Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan rencana tindakan sesuai dengan program

45
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran


Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus. Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya


kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna

46
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media


Aesculapius.
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Donna L. Wong. et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan
pertama.Jakarta : EGC.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Nelsonwaldoe.(2009). Nelson ilmu kesehatan anak. (15Th ed). Volume 3.Jakarta :
EGC.
Ngastiyah.(2014). Perawatan anak sakit (2 Thed).Jakarta : EGC.
Price, S. A., & Wilson, L.M., (2012).Patofisiologi: konsep klinis prosesprosespenyakit,
6 ed. vol. 1. Alih bahasa : Pendit BU, et al. Editor : Hartanto, H., et al. Jakarta:
EGC

47

Anda mungkin juga menyukai