RETINOBLASTOMA
Oleh:
NIM. 1930912320035
Pembimbing :
BANJARMASIN
Agustus, 2021
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
2.16 MRI pada Retinoblastoma............................................................. 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Mata adalah salah satu panca indera penting yang perlu dilakukan
sebaiknya dimulai sejak usia dini. Penyebab penyakit mata antara lain karena
infeksi, bawaan lahir, keturunan, malnutrisi, tumor, trauma, dan regenerasi. Retina
merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, serta tembus pandang
sedangkan yang terlihat merah pada fundus adalah warna dari koroid.1
Salah satu contoh tumor okuli primer yang sering menyerang anak-anak dan
Manifestasi klinis yang paling sering adalah leukokoria (60%), diikuti strabismus
tahun.4
1
2
mempertahankan bola mata dan bila perlu menjaga supaya tajam penglihatan dan
kasus dari retinoblastoma dan keterlambatan diagnosis, maka pada referat kali ini
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut, sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Retinoblastoma merupakan
tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
saraf di bagian belakang mata. Sel-sel retina mendeteksi cahaya dan warna.9
diturunkan secara autosomal dominan, dapat pula mengenai satu mata yang bersifat
mutasi somatik.10
3
4
B. Epidemiologi
Retinoblastoma adalah keganasan intraokular primer yang paling umum pada
masa kanak-kanak. Insiden retinoblastoma stabil di seluruh dunia pada satu kasus
baru didiagnosis secara global pada tahun 2017. Lebih dari 80% di antaranya berada
di negara berpenghasilan rendah dan menengah di Asia dan Afrika. Sejauh ini, tidak
ada bukti yang divalidasi bahwa kejadian retinoblastoma dikaitkan dengan jenis
Diperkirakan 95% kasus terjadi anak berusia di bawah 5 tahun. Anak dengan
bilateral biasanya muncul pada usia yang lebih muda (14-16 bulan) dibandingkan
C. Etiologi
Untuk terbentuknya retinoblastoma, kedua kopi gen pada lokus 13q4 dan
kode protein pRB, harus mengalami mutasi berupa delesi, inaktivasi, atau hilang.
Dua mutasi ini disebut dengan teori dua “hit” yang pertama kali dikemukakan oleh
Knudson dan Hethcote pada tahun 1971. Pada kasus herediter, hit pertama
diwariskan dari sel germinal orang tua dan terdapat pada semua sel somatik anak
dan hit kedua / sekunder terjadi setelah konsepsi pada sel somatik retina dan
menyebabkan hilangnya alel lain yang normal. Telah diketahui bahwa 85% mutasi
5
retinoblastoma non herediter, kedua hit ini terjadi pada satu sel retina setelah
mutasi gen RB1 teridentifikasi pada pasien, saudara kandung, anak, dan relasi lain
perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mutasi gen RB1. 13,14,15
Individu dengan penyakit herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel
tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami
mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang non herediter,
kedua alel gen retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan
Retinoblastoma merupakan tumor yang berasal dari lapisan retina pada bola
mata. Secara histologis, penyakit ini timbul dari sel-sel retina imatur yang dapat
meluas ke struktur lain dalam bola mata hingga ekstraokular. Secara makroskopis,
tumor viabel ditemukan dekat pembuluh darah sementara zona nekrosis ditemukan
di daerah yang relatif avaskuler. Retina terdiri dari sel glia dan neuron.
dari sel-sel glia. Terdapat membran yang memisahkan retina dan rongga vitreus.
Ke arah luar, retina dipisahkan dari koroid oleh epitel pigmen retina dan membran
Bruch, yang merupakan penghalang ekstensi tumor dari retina ke koroid. Retina
langsung sel tumor ke nervus optikus lalu ke ruang subarakhnoid. Retina tidak
memiliki sistem limfatik, sehingga penyebaran tumor retina terjadi baik secara
langsung ke organ sekitar (vitreus, uvea, sklera, nervus optikus, bilik mata depan,
D. Faktor Risiko
Faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan peluang seseorang
terkena penyakit seperti kanker. Kanker yang berbeda memiliki faktor risiko yang
berbeda. Faktor risiko terkait gaya hidup seperti berat badan, aktivitas fisik, diet,
dan tembakau penggunaan memainkan peran utama dalam banyak kanker dewasa.
mempengaruhi risiko kanker, dan mereka tidak dianggap memainkan banyak peran
1. Usia
2. Keturunan
Risiko retinoblastoma jauh lebih tinggi pada anak-anak dengan orang tua
untuk sebagian besar anak dengan retinoblastoma, tidak ada riwayat penyakit
dalam keluarganya.
Suatu studi dari Children Oncology Group pada tahun 2015 menyimpulkan ibu
E. Klasifikasi
Ada banyak sistem klasifikasi untuk menentukan stadium retinoblastoma.
Secara garis besar retinoblastoma dibagi menjadi intraokular (terbatas dalam bola
mata) dan ekstraokular (ekstensi keluar bola mata mencapai jaringan lunak sekitar
bola mata, sistem saraf pusat, tulang, atau KGB). Pada tahun 2003 diperkenalkan
Tumor besar dapat pecah menjadi tumor yang lebih kecil yang mengapung di
dalam cairan mata atau vitreous. Tumor kecil ini dikenal sebagai biji vitreous.
Retinoblastoma dengan sejumlah besar vitreous seeding lebih sulit diobati. Sistem
Gambar 2.7 Klasifikasi berdasarkan St. Jude Children’s reseach hospital (SJCRH)
(a) (b)
(c) (d)
12
(e)
Gambar 2.8 Tampilan berdasarkan St. Jude Children’s reseach hospital (SJCRH)
1. Stadium tenang
Pupil lebar. Pada pupil tampak reflek kuning yang disebut Amourotic Cat's
Eye. Hal inilah yang menarik perhatian orang tua untuk membawa anak
dan perdarahan.
2. Stadium glaukoma
sakit yang sangat. Media refrakta menjadi keruh, oleh karenanya pada
pemeriksaan dengan funduskopi sudah tidak jelas dan sukar untuk menentukan
besarnya tumor.
13
3. Stadium ekstraokuler
kemudian dapat pecah sampai keluar dari rongga orbita disertai dengan jaringan
(retinoblastoma endofitik).23
F. Patofisiologi
Retinoblastoma (RB) adalah penyakit genetik, merupakan inaktifasi kedua
alel gen RB (RB1). Penyakit ini di kategorikan dalam hereditari dan non-hereditari
germline, terhitung sekitar 6% pada penderita baru yang terdiagnosis RB. Pada tipe
hereditari, 85% tumor terdeteksi pada onset awal, bilateral, dan multifokal. Pada
RB inhereditari atau sporadik kedua alel gen RB1 tidak aktif secara somatik pada
sel-sel retina. RB sporadik terdeteksi pada onset yang lambat, unilateral, dan
tumor RB. Knudson menyatakan bahwa untuk menjadi RB, diperlukan dua
kromosom yang mengalami mutasi. Pada beberapa dekade lalu, para ilmuwan telah
sel di retina berubah menjadi tumor. Setiap DNA pada tiap-tiap sel membentuk gen,
14
yang menentukan fungsi dari sel-sel tubuh. Setiap kita mirip seperti orangtua kita
karena mereka adalah sumber dari DNA tubuh kita. Pengaruh DNA yang banyak
pertumbuhan, membelah menjadi sel baru, dan mati pada saatnya. Gen-gen tertentu
yang membantu pertumbuhan sel, membelah, atau tetap hidup disebut oncogen.
Gen-gen yang menghambat sel membelah atau menyebabkan sel mati pada saatnya
disebut gen tumor supressor. Tumor dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang
mengaktifkan oncogen atau menekan gen tumor supressor. Gen yang paling penting
pada RB adalah gen tumor supressor RB1. Gen ini membentuk protein (pRB) yang
dapat membantu menghentikan pertumbuhan sel-sel yang terlalu cepat. Setiap sel
normalnya memiliki 2 gen RB1. Selama sel-sel retina masih memiliki salah satu
gen RB1 maka sel-sel dapat tumbuh sebagaimana mestinya, tidak menyebabkan
RB. Tapi pada saat kedua gen RB1 mengalami mutasi atau kehilangan,
pertumbuhan sel dapat tidak terkontrol. Hal ini dapat menyebabkan perubahan-
G. Gejala Klinis
Presentas klinis yang paling sering pada retinoblastoma adalah leukokoria
sekitar 60% dan diikuti strabismus sekitar 20%. Presentasi klinis tergantung pada
tahap penyakit. Leukokoria yaitu refleksi putih pupil seperti mata kucing saat
15
terkena cahaya. Tanda dan gejala lain adalah penurunan visus, mata merah atau
H. Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Terdapat bintik putih pada mata, yang tampak seperti mata kucing.
ditanyakan.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
gambaran normal atau tidak normal pada bagian dalam mata. Gambaran
warna putih atau krem kekuningan, dengan lesi satelit pada retina, ruang
sub retina dan terdapat sel-sel tumor pada korpus vitreus (vitreus seeding).
- Pemeriksaan Radiologi
terlihat sebagai nodul dengan kalsifikasi, dan adanya kalsifikasi ini dapat
Kalsifikasi ini juga dapat dilihat pada pemeriksaan CT, MRI saat ini
keterlibatan saraf optik, bola mata dan otak. MRI tidak hanya menawarkan
resolusi jaringan lunak yang lebih baik, tapi juga menghindari paparan
tumor jaringan lunak intra-okuler dengan kalsifikasi lebih dari 95% kasus.
orbita dapat juga mendeteksi kalsifikasi diantara tumor dan berguna untuk
paparan radiasi pada anak. MRI otak dan orbita adalah pemeriksaan
dan melihat keterlibatan nervus optikus, area pineal, dan parenkim otak. 26
membandingkan kadar LDH humor akuos dengan serum darah. Bila rasio
sumsum tulang
I. Tatalaksana
Tujuan utama dalam tatalaksana retinoblastoma adalah untuk menyelamatkan
tumor besar dan pertumbuhan tumor yang cepat sering dilakukan enukleasi yang
kedua matanya biasanya mendapat multiterapi berupa terapi lokal dan kemoterapi.
Enukleasi dilakukan pada satu mata, padam mata dengan prognosis yang paling
buruk atau pada kedua mata bila visus kedua mata sudah nol.5, 16
1. Terapi fokal
Merupakan modalitas terapi bekerja lokal pada area tumor tanpa efek
regional atau sistemik. Terapi fokal terdiri dari krioterapi, fotokoagulasi laser
dan termoterapi. Terapi fokal digunakan pada tumor berukuran kecil atau
- Krioterapi
yang berada di anterior, media refraksi jernih dan tumor tanpa vitreous
- Fotokoagulasi laser
panas yang bersumber dari sinar laser. Tumor dilapisi dengan skar berlapis
modalitas tunggal pada tumor perifer kecil atau tumor posterior dan
mengurangi rekurensi tumor kecil pada skar atau sekitar skar setelah
- Termoterapi
2. Radioterapi
- Plaque Brachytherapy
yang diletakkan pada sklera yang melapisi tumor untuk meradiasi tumor
dalam bentuk plak yang dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran tumor.
tidak respon terhadap kemoterapi dan EBRT atau tumor rekuren dan tumor
fokal yang terlalu besar untuk dilakukan krioterapi atau laser. Paparan
yang dapat timbul akibat terapi ini adalah hambatan pertumbuhan orbita,
25
mata kering, katarak, retinopati radiasi dan neuropati optik. EBRT juga
retinoblastoma herediter.
3. Enukleasi
unilateral atau bilateral, dan pasien dengan tumor aktif pada mata dengan
juga dapat dipertimbangkan pada pasien dengan kecurigaan tumor aktif dan
Gambar 2.19 Retinoblastoma yang Telah di Enukleasi dan Terpasang Protesa Mata
4. Kemoterapi
sebagai terapi pada tumor yang terlalu besar atau luas untuk dilakukan terapi
fokal
5. Terapi Baru
hari ke hari karena keinginan untuk menyelamatkan lebih banyak mata dan
- Kemoterapi Intravitreal
buruk pada kavum vitreus yang avaskular. Injeksi dilakukan pada 3 hingga
penyebaran tumor melalui area injeksi. Injeksi ini dapat diulang setiap 7
vitreous seeding yang menyebar diseluruh kuadran dan ablasio retina total.
6. Vitrektomi pars plana (VPP) dan endoreseksi untuk terapi penyakit retina atau
vitreus yang refrakter pertama kali diperkenalkan pada tahun 2018. Teknik ini
tumor.
J. Komplikasi
- Metastasis
- Neovaskularisasi iris
- Glaukoma
- Kekambuhan tumor
- Retinoblastoma trilateral
- Neoplasma berikutnya28,29
I. Prognosis
tumor pada saat didiagnosis. Makin besar ukuran tumor berarti berarti makin lanjut
hidup lebih kecil, karena tumor menyebar ke susunan saraf pusat serta ke organ
tubuh lain. Beberapa faktor yang menjadi penentu prognosis adalah ukuran, lokasi,
terdapat cairan subretina atau vitreous seeding dan gambaran histopatologis. Secara
klinis, faktor prognostik buruk pada retinoblastoma antara lain adanya status mutasi
germinal gen RB1, keterlambatan diagnosis, stadium, adanya hifema dan selulitis
dan fungsi penglihatan buruk saat diagnosis. Pada retinoblastoma yang masih
terbatas intraokular, angka bebas penyakit 5 tahun sebesar >90%, sementara pada
PENUTUP
kerucut dan sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Retinoblastoma adalah
kopi gen pada lokus 13q4 dan kode protein pRB, harus mengalami mutasi berupa
delesi, inaktivasi, atau hilang. Presentasi klinis yang paling sering pada
retinoblastoma adalah leukokoria sekitar 60% dan diikuti strabismus sekitar 20%.
terapi fokal, kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Prognosis dan survival rate
sangat tergantung pada stadium klinis tumor pada saat didiagnosis dan diagnosis
dini.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32
15. Azary S, Ganguly A, Bunin GR, Lombardi C, Park AS, Ritz B, et al.
Sporadic retinoblastoma and parental smoking and alcohol consumption
before and after conception: A report from the children’s oncology group.
PLoS One. 2016;11(3):1–16.
18. Mallipatna AC, Gallie BL, Barrios PC, Rouic LL-L, Chantada GL, Doz F,
et al. Retinoblastoma. In: Amin BM, Edge SB, Greene FL, Schilsky RL,
Gaspar LF, Washington MK, et al., editors. AJCC Cancer Staging Manual.
8th ed. Chicago: Springer; 2017. p. 819–29
26. Sanfilippo NJ, Formenti SC. Eye and Orbit. In: Halperin E, Wazer D, Perez
C, Brady L, editors. Perez and Brady’s Principles and Practice of Radiation
Oncology. 6th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2013: 696–
711.
27. Cassoux N, Lumbroso L, Gabriel CL, Aert I, Doz F, Desjardins L.
Retinoblastoma; update on current management. Asia-Pacific Journal of
Ophthalmology. 2017;6(3):290-3.
28. Marees T, Moll AC, Imhof SM, de Boer MR, Ringens PJ, van Leeuwen FE
(December 2008). "Risk of second malignancies in survivors of
retinoblastoma: more than 40 years of follow-up". J. Natl. Cancer
Inst. 100 (24): 1771–9.
30. Ali AA, Kletke S, Gallie B, Lam W-C. Retinoblastoma for Pediatric
Ophthalmologists. Asia Pac J Ophthalmol 2018;7(3):160-8
31. Lambert SR, Lyons CJ. Taylor & Hoyt's Pediatric Ophthlamology and
Strabismus. Philadelphia: Elsevier; 2017.