Anda di halaman 1dari 8

Tugas Mini Modul

NERVUS CRANIALIS

Tonny N. Firmansyah ( C 131 12 265 ) Syarifah Fatima Yasmin (C 131 12 273)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

NERVUS CRANIALIS

1. N. I (Nervus Olfaktorius) Fungsi : Sensorik - Penciuman atau penghidu. Pemeriksaan : Untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Selain itu, untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung lokal. Cara Pemeriksaan : Periksa lubang hidung pasien, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat misalnya ingus atau polip. Pasien diperintahkan untuk menutup mata dan menutup salah satu lubang hidungnya secara bergantian sambil membaui zat pengetes. Bandingkan hasil antara penciuman disebelah kiri dan disebelah kanan. Hasil pemeriksaan bisa Normosmia, hiposmia, Hiperosmia, atau Anosmia.

2. N. II (Nervus Opticus) Fungsi : Sensorik Penglihatan; aktivitas visual dan lapang pandang. Pemeriksaan: Mempelajari lapangan Pandang dan mengukur ketajaman penglihatan. Cara Pemeriksaan : untuk mengukur lapangan pandang, menggunakan metode konfrontasi Donder. Pemeriksa dan pasien berdiri atau duduk berhadapan dengan jarak 1 meter. Tutup mata kiri pasien dan mata kanan pemeriksa, kemudian pasien diperintahkan untuk melihat terus ke mata kanan pemeriksa, setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dengan pasien dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari jari pemeriksa, ia harus memberi tahu dan

hal ini dibandingkan dengan pemeriksa. Bandingkan dengan bagian mata sebelah lainnya. Bila pada pasien terdapat gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih dulu melihat pergerakan tersebut.

Cara Pemeriksaan : Untuk mengukur ketajaman penglihatan, pasien diperintahkan membaca sebuah tulisan lewat sebuah lubang kecil pada kertas. Bila dengan melihat melalui lubang kecil, pasien dapat melihat huruf dengan lebih jelas maka faktor yang berperan adalah gangguan refraksi (kelainan oftalmologik, bukan saraf).

3. N. III (Nervus Oculomotoris) Fungsi :Motorik Menggerakkan otot mata (mengatur lensa mata), mengurus kontraksi pupil (Miosis) Pemeriksaan : pemeriksaan nervus ini dilakukan bersama sama dengan nervus IVdan nervus VI karena saling berhubungan erat.

4. N. IV (Nervus Throclearis) Fungsi : Motorik Gerakan bola mata ke arah bawah dan nasal. Cara Pemeriksaan : Salah satu jari pemeriksa diletakkan ditengah tengah tengah antara mata kiri dan mata kanan dibagian nasal, kemudian pasien diperintahkn untuk melihat pada jari tersebut.

5. N. V (Nervus Trigeminus) Fungsi : Sensorik Semua daerah wajah dan struktur dalam cavum orbita, oris, nasi, sinus paranasalis. Motorik Otot otot pengunyah Pemeriksaan : Mengetahui kekuatan otot rahang (M. Masseter, M. Temporalis, dan M. Pterigoid medialis) gerakan M. Pterigoideus lateralis. Cara Pemeriksaan : pasien disuruh menggigit kuat kuat pada kertas, dan untuk menilai kekuatan ototnya, kertas tersebut ditarik sambil tetap digigit oleh pasien.

Untuk menilai M.pterigoideus Lateralis, pasien diperintahkan untuk menggerakkan rahang bawahnya ke samping dan mempertahankannya kemudian pemeriksa memberikan tekanan untuk mengembalikan rahang bawah ke posisi tengah. Jika terdapat parese disebelah kanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping kiri dan sebaliknya.

6. N. VI (Nervus Abducens) Fungsi : Motorik Gerakan bola mata ke arah temporal Pemeriksaan : Dilakukan bersama N. III dan N. IV 7. N. VII (Nervus Facialis) Fungsi : Sensorik Liang telinga, Pengecapan, 2/3 depan lidah. Motorik Menginervasi otot otot ekspresi wajah. Pemeriksaan : Mengontrol ekspresi wajah. Pasien diperintahkan untuk mengangkat alis dan mengerutkan dahi, perhatikan apakah pasien dapat melakukannya dan apakah simetris. Pada pasien dengan kelumpuhan perifer, terlihat adanya asimetri pada garis lekungan di dahi. Pasien juga diperintahkan untuk memperlihatkan gigi geriginya dengan cara menyeringai.

8. N. VIII (Nervus Vestibulococlearis) Fungsi : Sensorik Pendengaran; Proprioceptif Keseimbangan Cara Pemeriksaan : untuk membandingka pendengaran antara telinga kiri dan telinga kanan, pasien diperintahkan untuk mendengarkan bunyi garpu tala yang ditekankan pada pertengahan kepala pasien dan kemudian menentukan ditelinga mana bunyi lebih keras terdengar. Pada orang normal, kerasnya bunyi sama antara telinga kiri dan kanan, pada tuli saraf, bunyi terdengar lebih keras pada telinga yang sehat, sedangkan pada tuli konduktif bunyi lebih keras pada telinga yang tuli.

Cara Pemeriksaan : untuk pemeriksaan kesimbangan dilakukan dengan menggunakan metode manuver Nylen-Barany atau manuver Hallpike. Pasien diperintahkan untuk duduk di atas bed, kemudian ia direbahkan diatas tempat tidur sampai kepalanya tergantung di pinggir bed. Kemudian posisi pasien dikembalikan ke posisi duduk dan ditanyakan apakah ada vertigo yang dirasakan. Vertigo terjadi pada orang yang memiliki gangguan pada sitem vestibular.

9. N. IX (Nervus Glossopharingeus) Fungsi : Sensorik Liang telinga, pengecapan, 1/3 belakang lidah, pharing, Motorik - Mengendalikan organ organ viseral. Pemeriksaan : Dilakukan bersama N.X 10. N. X (Nervus Vagus) Fungsi : Sensorik Menerima rangsang dari organ dalam; Motorik mempersarafi organ viseral dan thorachal, pergerakan ovula, palatum lunak sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak. Pemeriksaan : pemeriksaan N.X bersamaan dengan N. IX karena kedua saraf ini berhubungan erat satu sama lainnya sehingg jika terdapat gangguan, akan menyerang pada keduanya. Cara Pemeriksaan : pasien disuruh membuka mulut dengan lebar sambil meneriakkan aaaaa kemudian pemeriksa memperhatikan gerakan ovula, apakah simetris atau tertarik ke atas. Pada orang normal, ovula tetap berada di tengah (simetris), tapi pada pasien dengan kelumpuhan N. IX dan N.X maka ovula akkan tertarik ke sisi yang tidak lumpuh.

11. N. XI (Nervus Accesoris) Fungsi : Motorik Menginervasi otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius, otot otot ini membantu menciptakan gerakan kepala dan leher. Pemeriksaan : pada pemeriksaan tenaga otot trapezius, tangan pemeriksa ditempatkan di atas kedua bahu pasien, kemudian pasien disuruh mengangkat bahunya kemudian pemeriksa memberikan tahanan pada bahu pasien. Dengan tes ini, dapat dinilai kekuatan otot dan membandingkan tenaga otot yang kiri dan kanan untuk memeriksa kedua otot trapezius, pasien disuruh mengekstensikan kepalanya kemudian gerakan ini ditahan oleh pemeriksa. Jika terdapat kelumpuhan otot trapezius satu sisi, kepala tidak dapat diekstensikan, bahu tdak dapat diangkat, dan shoulder tdak dapat dielevasikan. Pada

kelumpuhan kedua otot ini kepala cenderung jatuh ke depan, dan penderita tidak dapat mengangkat dagunya.

12. N. XII (Nervus Hypoglossus) Fungsi : Motorik menginervasi otot ekstrinsik (menggerakkan otot otot lidah ) dan otot intrinsik (mengubah bentuk lidah). Pemeriksaan : Pasien diperintahkan untuk menjulurkan lidahnya keluar kemudian menggerakknnya ke kiri dan ke kanan. Pemeriksa harus memperhatikan bentuk lidah dan kesamaan antara kiri dan kanan. Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau dijulurkan.

Anda mungkin juga menyukai