Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEMBERIAN OBAT MATA

Oleh :
Kelompok 1

PROGRAM PROFESI NERS


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/tanggal : Jumat, 4 Mei 2019


Pokok bahasan : Cara pemberian obat mata
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Waktu : Pukul 11.00-12.00 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Dr. Soetomo Surabaya

I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga memahami dan dapat
melakukan cara pemberian obat mata

II. Tujuan Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapakan pasien dan keluarga dapat :
1. Menyebutkan jenis obat mata
2. Menyebutkan langkah-langkah dan mempraktekkan cara pemberian obat mata
tetes.
3. menyebutkan langkah-langkah dan mempraktekkan cara pemberian obat mata
salep
III. Materi.
1. Menjelaskan tujuan pemberian obat mata.
2. Menyebutkan jenis-jenis obat mata.
3. Menjelaskan cara pemberian obat tetes mata.
4. Menjelaskan cara pemberian obat mata salep.
Materi penyuluhan terlampir :

IV. Metoda
Ceramah, praktek dan tanya jawab
V. Media
LCD dan leaflett
VI. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik :
2. Pembimbing Ruangan :
3. Moderator :
4. Penyaji :
5. Fasilitator :
6. Observer :

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Rawat Gabung
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
 Keluarga pasien mengetahui pemberian obat mata yang benar.
 Peserta bisa mempraktekkan pemberian obat mata secara benar
 Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang.

VIII. Setting Tempat


Keterangan :
1 5 1 : Moderator
2 : Penyaji
4 4 4 3 : Peserta
4 : Fasilitator
2 5 : Observer
3 3 3

IX. Kegiatan Penyuluhan


NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 3 Pembukaan :
menit  Menentukan kontrak waktu dan  Menjawab salam
materi dengan keluarga klien
sebelum penyuluhan  Mendengarkan
dilaksanakan.  Memperhatikan
 Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.  Memperhatikan
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit  Menjelaskan tentang tujuan  Memperhatikan
pemberian obat mata
 Menjelaskan tentang jenis-jenis  Memperhatikan
obat mata.
 Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya  Bertanya dan menjawab
 Menjelaskan dan pertanyaan yang diajukan
mempraktekkan cara  Memperhatikan
pemberian obat tetes mata
 Menjelaskan dan
mempraktekkan cara  Bertanya dan menjawab
pemberian obat mata salep pertanyaan yang diajukan
 Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
3. 10 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
 Memberikan kesempatan  Peserta mempraktekkan
peserta mempraktekkan
pemberian obat mata.
4. 2 Terminasi :
menit  Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan
peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam
Lampiran
MATERI PENYULUHAN

Pemberian obat melalui mata :


Pengertian :
Yang dimaksud dengan pemberian obat melalui mata adalah memberi obat ke
dalam mata berupa cairan dan salep.
Tetes mata (Guttae Ophthalmicae) merupakan sediaan steril yang dapat berupa
larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata berupa
larutan harus jernih, bebas zarah asing, serat, dan benang (Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979). Tetes mata harus menunjukkan suatu
efektivitas yang baik tergantung secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak
meransang) dan menunjukkan sterilitas (Voigt, 1994).
Tujuan pemberian obat melalui mata adalah :
1. Mata menjadi bersih.
2. Sebagai pengobatan radang.
3. Mengurangi rasa sakit.
4. Untuk pemeriksaan mata.
5. Anti infeksi
Macam obat mata :
1. Berupa cairan.
2. Berupa salep.
Menurut khasiatnya, obat tetes mata dibagi atas:

a. Anestetik lokal

Anestetik lokal menghindari penghantaran impuls saraf dengan mengurangi

permeabilitas natrium, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Penggunaannya

pada sediaan oftalmik adalah memiliki aksi yang cukup lama, stabil dalam

larutan, dan dapat dikombinasikan dengan obat lain. Golongan ini diantaranya

obat tetes mata Tetrakain HCl 0,5%, Proparakain HCl 0,5%, Pantokaine 1%,

obat tetes mata kombinasi Buvipakain HCl dan Buvipakain (Bennett, Fiscela,

Jaanus, Rowsey, Zimmerman, 2004).

b. Midiatrik dan sikloplegik


Midriatik merupakan obat yang dapat melebarkan pupil. Agonis adrenergik

bila digunakan terus-menerus dapat menyebabkan dilatasi pupil. Phenylephrine

(seperti Neo-Synephrine) dan Epinephrine (seperti efiprin) juga memiliki aksi

langsung agen adrenergik yang terdapat pada produk midriasis tanpa sikloplegia

(Bennett, et al., 2004).

Obat ini biasanya dipakai tersendiri atau dikombinasi dengan obat sikloplegik

lainnya. Penggunaan phenylephrine biasanya pada konsentrasi 2,5%-10%.

Pemberiannya adalah 1-2 tetes diulangi dalam waktu 5-10 menit. Efek tercapai

dalam waktu 30 menit dan efek akan hilang dalam waktu 2-3 jam (Bennett, et

al., 2004).

Pada umumnya penggunaan sikloplegik midriatik diantaranya adalah

Atropine (contoh: Isopto Atropine), Homatropin (contoh: Isopto Homatropine),

Scopolamine (contoh: Isopto Hyoscine), Cyclopentolate (contoh: Cyclogyl), dan

Tropicamide (contoh: Tropicacyl). Sikloplegik sendiri memilki fungsi

melumpuhkan daya akomodasi mata dan juga memiliki sifat melebarkan pupil

(Bennett, et al., 2004).

c. Miotika

Obat golongan miotika berguna untuk mengecilkan pupil. Contoh obat tetes

mata golongan miotika antara lain tetes mata pilocarpine 1%-6%, tetes mata

escrine 0,25%-0,5% (Oka, 1993).

d. Agen antialergi dan dekongestan

Selama reaksi alergi, pelepasan mediator-mediator dari sel mast seperti

histamin, prostaglandin, leukotrien, dan yang lainnya dapat menyebabkan gejala-

gejala yang tidak nyaman. Agen antialergi bekerja dengan menghambat

pelepasan-pelepasan mediator tersebut. Contoh obat tetes mata antialergi antara

lain: Azelastine HCl, Cromolyn Sodium, Emedastine Difumarate, Ketotifen


Fumarate, Levocabastine HCl, phenyramine maleate,

Lodoxamine Tromethamine, Nedocromil Sodium, dan Olopatadine

HCl (Bennet, et al., 2004). Dekongestan memiliki efek vasokonstriksi terhadap

agonis adrenergik (contoh: phenylephrine dan derivat imidazol) sehingga

digunakan sebagai

dekongestan okular yang digunakan secara topikal.

Tabel II. Obat Tetes Mata Dekongestan (Bennet, et al., 2004)

Oftalmik vasokonstriksi
Vasokonstriksi Durasi Konsentrasi Golongan
aksi/jam yang tersedia
0,012% Bebas
0,02% Bebas
Naphazoline 3-4 jam
0,03% Bebas
0,1% Keras
Oxymetazoline 4-6 jam 0,025% Bebas
0,12% Bebas
Phenylephrine 0,5-1,5 2,5% Keras
jam 10% Keras
Tetrahydrozoline 1-4 jam 0,05% Bebas

Agen antihistamin dan dekongestan juga dapat dikombinasikan, berikut contoh

kombinasi obat tetes mata dekongestan dengan antihistamin/antialergi (Bennett,

et al., 2004).

Tabel III. Kombinasi Obat Tetes Mata Dekongestan dan


Antihistamin (Bennet, et al., 2004)
Golongan Dekongestan Antihistamine

Bebas Naphazoline HCl Phenyramine maleate


0,0025% 0,3%
Naphazoline HCl Phenyramine maleate
Bebas 0,0027% 0,3%
Naphazoline HCl Antazoline phosphate
Bebas 0,05% 0,5%
e. Agen antiinflamasi

Agen antiinflamasi terdiri atas kortikosteroid, agen antiinflamasi non-steroid,

dan imunomodulator. Agen antiinflamasi korkitosteroid meliputi

dexamethasone, fluorometholone, loteprednol etabonate, medrysone,

prednisolone, dan rimexolone. Agen antiinflamasi non-steroid (NSAID) meliputi

flurbiprofen 0,03%, suprofen 1%, diclofenac 0,1%, ketolorac 0,4% dan 0,5%.

Agen imunomodulator adalah cyclosporine (Bennett, et al., 2004).

f. Larutan air mata buatan dan Pelumas okular

Larutan air mata buatan biasanya mengandung elektrolit inorganik,

preservatif, dan sistem polimer. Sodium klorida (NaCl), potasium klorida (KCl),

bermacam-macam ion yang lain, dan asam borak dapat membantu

mempertahankan tonisitas dan pH pada suatu formulasi. Preservatif yang

meliputi benzalkonium klorida, klorobutanol, timerosal, EDTA, metilparaben,

dan propilparaben, dimasukkan ke dalam penyiapan multidose untuk mencegah

terjadinya kontaminasi bakteri. Metilselulosa dan derivat-derivatnya, polivinil

alkohol (PVA), povidon (PVP), dextran, dan propilen glikol dapat

mempertahankan viskositas dan dapat meningkatkan stabilitas lapisan film air

mata (Bennett, et al., 2004).

g. Agen antiinfeksi

Agen antiinfeksi terdiri atas agen antibiotik, agen antijamur, dan agen

antivirus.

1) Agen antibiotik
Antibiotik sistemik topikal dapat digunakan untuk pengobatan infeksi

okular. Pada umumnya, infeksi okular tersebut antara lain: blepharitis,

konjungtivitis, keratitis (Bennett, et al., 2004).

Tabel IV. Antibiotik Untuk Pengobatan Okular (Bennet, et al., 2004)


Pengobatan Antibiotik yang digunakan untuk Kondisi Okular
yang Umum
Blepharitis Konjungtivitis Keratitis

X
Bacitracin
X
Polymixin B
Sodium X
Sulfacetamide
X
Trimethoprin
X
Vancomycin
X X
Ciprofloxacin
X
Gentamicin
X
Tobramycin
X
Amikacin
X X
Ofloxacin
X
Ceftazidime
X
Gatifloxacin
X
Moxifloxacin

2) Agen antijamur

Natamycin (Natacyn) merupakan oftalmik topikal yang merupakan agen

antifungal yang tersedia secara umum. Antibiotik tersebut merupakan derivat

dari Streptomyces natalensis. Aktivitasnya secara in vitro dapat melawan

bermacam-macam yeast dan filamentous fungi, yang meliputi Candida,

Aspergillus, Cephalosporiun, Fusarium, dan Penicillum (Bennett, et al.,

2004).
3) Agen antivirus

Sediaan oftalmik topikal antiviral bekerja dengan menghambat sintesis

DNA virus. Beberapa agen antivirus diantaranya adalah Idoxuridine dan

trifluridine yang efektif untuk infeksi herpes simplex pada konjungtiva dan

kornea (Bennett, et al., 2004).

h. Agen untuk pengobatan glaukoma

Berikut adalah agen untuk pengobatan glaukoma:

Tabel V. Agen Untuk Pengobatan Glaukoma (Bennett, et al., 2004)


Agen Untuk Pengobatan Glaukoma
Obat Konsentrasi
Epinephrine Epinephrine 0,5%-1%
Dipivefrin 0,2%
Agonis Alpha-2 Apraclonidine 0,5%-1%
Adrenergik Brimonidine 0,2%
Beta Blokers Betaxolol 0,25%
Carteolol 1%
Levobunolol 0,25%-0,5%
Metipranolol 0,3%
Timolol 0,25%-0,5%
Miotics, Direct-Acting Carbachol 0,75%-3%
Pilocarpine 0,25%-10%
Miotics, Cholinesterase Physostigmine 0,25%-0,5%
Inhibitors Demecarium 0,125%-0,25%
Echothiophate 0,125%
Carbonic Anhydrase Acetazolamide 125-500mg
Inhibitors Brinzolamide 1%
Dichlorphenamide 50mg
Dorsolamide 2%
Methazolamide 20-50mg
Prostaglandins and Latanoprost 0,005%
Prostamides Bimatoprost 0,03%
Travoprost 0,004%
Unoprostone 0,15%
Cara Pemberian Obat Mata
1. Tetes mata
a. Cuci tangan sebelum memberikan tetes mata
b. Bersihkan mata sebelum ditetesi dari cairan nanah
atau keropeng dengan menggunakan kapas lembab steril atau hangat dari sudut
mata kehidung.
c. Posisi pasien bisa duduk dengan kepala agak
tengadah dan pasien disuruh melihat ke atas atau pasien bisa berbaring.
d. Tarik kelopak mata bawah dan teteskan obat ke
dalam kantung konjungtiva, sambil menekan bagian kelopak mata bawah dekat
hidung (saluran air mata).
e. Bila obat diberikan 1 tetes, jangan langsung
mengedipkan mata selama ± 30 detik.
f. Jelaskan agar pasien tidak mengedipkan matanya
terlalu keras karena ini akan menyebabkan keluarnya obat dari mata.
g. Membersihkan sekitar mata dari sisa obat dengan
menggunakan kain kassa steril.
h. Bila perlu ditutup / dibebat dengan kassa steril dan
diplester.

2. Salep mata
Prinsipnya sama dengan tetes mata ,obat mata diganti salep.
Cara bekerja :
Sama dengan meneteskan obat mata , tetapi memberikan salep dengan cara :
1. Memijat tube sampai salep keluar dan meletakkan salep kedalam kelopak mata
bawah dari sudut mata kearah hidung tanpa menutup saluran air mata.
2. Berkedip dan menggerakan bola mata setelah diberikan salep.
3. Bersihkan sisa salep.
4. Tutup kembali dan simpan.
Perhatian :
1. Tidak boleh menggosok-gosok kelopak mata atas bawah, karena dengan
gerakan bola mata obat akan merata sendiri.
2. pada waktu membuka tube / post salep, tutupnya diletakkan secara terbalik
untuk mencegah kontaminasi.
1. Penggunaan obat tetes mata

Gambar 6. Cara Penetesan Obat Tetes Mata (Ikatan Sarjana Farmasi


Indonesia, 2009)

Sebelum memberikan larutan atau suspensi oftalmik, sebaiknya pengguna

mencuci tangan sampai bersih. Jika menggunakan obat tetes oftalmik dengan

penetes terpisah, maka pengguna harus melihat tetesan untuk meyakinkan bahwa

ujung pipet/alat penetes tidak tajam atau retak. Warna dan kejernihan larutan

oftalmik harus diperiksa. Sediaan yang sudah kadaluwarsa dan berwarna gelap

harus dibuang (Agoes, 2009).

Cara penggunaan tetes mata yang tepat adalah mencuci tangan terlebih dahulu

dengan sabun, kepala dimiringkan sedikit kebelakang, kemudian jari telunjuk

menarik kelopak mata ke bawah dari mata hingga membentuk lekukan. Langkah

selanjutnya adalah meneteskan obat mata ke dalam lekukan mata dan menutup

mata pelan–pelan. Jangan kedip–kedipkan mata dan membiarkan mata tertutup

selama 1 – 2 menit (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009).

Saat melakukan penetesan obat tetes mata, kadang tetesan tersebut ada yang

mengalir melalui sistem saluran air mata yang disebut duktus nasolakrimal yang
terletak di sudut mata dekat dengan hidung. Obat yang masuk kemudian akan

melalui sinus, dan diabsorbsi secara cepat ke dalam aliran darah. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya efek samping ketika obat mencapai organ-organ tubuh

seperti jantung, hati atau ginjal. Efek samping yang ditimbulkan meliputi asma,

tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, perubahan irama jantung, depresi dan

gugup (Anonim, 2005).

Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat teknik sederhana yang disebut

nasolacrimal occlusion (NLO), yang dapat mencagah masuknya obat ke dalam

duktus nasolakrimal (Anonim, 2005). Teknik tersebut dilakukan dengan 3 langkah

yaitu:

a. Memiringkan kepala ke belakang, dan gunakan jari tengah untuk menekan

ujung mata yang dekat dengan hidung secara perlahan-lahan.

Gambar 7. Langkah Pertama Teknik NLO (Anonim, 2005)

b. Menggunakan jari telunjuk untuk menarik kelopak mata bagian bawah,

kemudian teteskan obat tetes mata secara perlahan pada kelopak mata bagian

bawah
Gambar 8. Langkah Kedua Teknik NLO (Anonim, 2005)

c. Setelah diteteskan, mata ditutup dan biarkan jari tengah menahan ujung mata

tersebut selama 2 menit. Jika akan menggunakan obat tetes mata yang lain,

biarkan 15 menit untuk penetesan selanjutnya.

Gambar 9. Langkah Ketiga Teknik NLO (Anonim, 2005)

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Perhatikan label obat .

2. Perhatikan kemasan obat (keutuhan).

3. Perhatikan bentuk/kualitas obat seperti berubah warna atau endapan.

4. Perhatikan obat mata dan obat/zat lain

5. Hati-hati dengan tetes mata dengan kandungan dexamethason


Daftar Pustaka

Sutanto, Sri Ayuningsih. 2010. Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan

Obat Tetes Mata pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni – Juli 2010.

Yogyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Anda mungkin juga menyukai