Anda di halaman 1dari 10

TRANSPLANTASI KORNEA

Referat
Diajukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Bagian Ilmu Penyakit Mata

Pembimbing:
Dr. dr. Awan Buana., Sp. M., M. Kes

Disusun Oleh:
Deanita Savira Ramadan 2260151005

Putri Nurrosalia Zakiah 2260151067

Nadya Juliana 2260151088

Reizka Fadilah 2260151091

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
JANUARI 2024
BAB I
PENDAHULUAN

Keratoplasti atau dikenal sebagai transplantasi kornea atau pencangkokan


kornea, adalah prosedur pembedahan kornea yang rusak atau sakit diganti dengan
kornea donor yang sehat. Berbagai kondisi dapat menyebabkan kerusakan atau
penyakit kornea, seperti infeksi, cedera, kelainan keturunan, atau kondisi
degeneratif. Jika kornea menjadi keruh, tergores, atau terdistorsi, hal ini dapat
memengaruhi penglihatan dan mungkin memerlukan intervensi bedah. Kornea
donor diperoleh dari orang yang telah meninggal melalui bank mata, di mana
kornea disaring dan diawetkan secara hati-hati sebelum transplantasi.1
Sejarah keratoplasti, atau transplantasi kornea, dimulai pada awal abad ke-19.
Konsep penggantian kornea yang rusak atau sakit dengan kornea donor yang sehat
telah berkembang seiring dengan kemajuan teknik bedah dan pemahaman medis.
Percobaan pertama dilakukan oleh asli bedah inggris Samuel Bigger pada tahun
1801, Ia mencoba melakukan transplantasi kornea dengan menggunakan sepotong
kornea dari hewan (domba) dan menanamkannya ke mata manusia. Namun
operasinya tidak berhasil. Transplantasi kornea pertama yang berhasil dilakukan
oleh ahli bedah Ceko Baron de Wenzel pada tahun 1814. 1
Pasien dilaporkan mendapatkan kembali penglihatannya setelah operasi.
Sepanjang abad ke-20, teknik bedah untuk transplantasi kornea terus berkembang.
Pada tahun-tahun awal, transplantasi kornea dengan metode Penetrating
Keratoplasty atau PKP merupakan standarnya. Namun, prosedur ini sering kali
mengakibatkan waktu pemulihan yang lama dan astigmatisme yang signifikan.
Selanjutnya munculnya teknik bedah mikro pada tahun 1960an memfasilitasi
prosedur transplantasi kornea yang lebih halus dan tepat. Hal ini menghasilkan
hasil yang lebih baik dan mengurangi komplikasi. Tahun 1970-an Ahli bedah
mulai mengeksplorasi prosedur keratoplasti selektif, seperti keratoplasti lamellar
(LK), yang hanya mengganti lapisan kornea tertentu. 2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Kedokteran Dasar


2.1.1 Anatomi
Kornea adalah jaringan transparan yang avaskuler. Pada orang dewasa, ukuran
kornea 11-12 mm secara horizontal dan 10-11 mm secara vertikal. Fungsi:
membran pelindung dan jendela untuk cahaya masuk menuju retina. Dari anterior
ke posterior, ia memiliki lima lapisan yaitu epithelium anterius, membrana
bowman, stroma, membran descement dan endhothelium. Epithelium memiliki
tebal sekitar 550 um, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda akan
terdorong ke depan menjadi sel sayap, dan semakin maju menjadi sel gepeng.
Membran bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tidak tersusun rapi, lapisan bowman ini tidak memiliki
daya regenerasi. Stroma menyusun 90% ketebalan kornea, terdiri dari lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lain. Keratinosit
adalah sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat
kolagen stroma. Membran Descement adalah membran aselular yang memiliki
tebal 40 um dan merupakan batas belakang stroma kornea, memiliki sifat elastik
dan berkembang terus seumur hidup.3

Gambar 1. Anatomi Bola Mata

2
2.1.2 Histologi
Kornea adalah lapisan bening dan tipis seperti lensa kontak yang terletak di
bagian paling depan dari bola mata. Kornea terdiri dari beberapa lapis,
diantaranya Epitel bagian terluar yang melindungi kornea dari kontaminasi benda
asing. Seseorang yang mengalami luka pada epitel akan mengeluh nyeri dan
berair. Epitel akan mudah terinfeksi jika terdapat luka ataupun goresan dari kuku
jari seseorang secara tidak sengaja paling luar dari kornea yang berfungsi sebagai
pelindung. Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. 5 lapis sel epitel tak bertanduk,
terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng. Tight junction antara sel epitel
superfisial mencegah masuknya air mata ke dalam stroma.Lapis Bowman, lapisan
tempat epitel menempel. seseorang akan mengeluh luka berulang/RCE - recurrent
corneal erossion jika terdapat gangguan pada lapisan ini. Stroma, lapisan paling
tebal dan mencakup 85% kornea. Tersusun oleh serabut serabut kolagen. Infeksi
stroma oleh virus menyebabkan seseorang merasa sensitif atau silau terhadap
cahaya atau kita sebut dengan fotofobia. Membran Descemet, jaringan di antara
stroma dan endotel. Garis Schwalbe adalah penanda gonioscopic yang
mendefinisikan akhir dari membran descement dan awal dari trabecular
meshwork. Endotel, bagian kornea terdalam yang memegang peranan penting
dalam mempertahankan kejernihan/transparensi kornea. Sel-sel endotel kornea
terletak pada permukaan posterior kornea, menyusun satu lapis sel-sel
interdigitasi yang tersusun rapat. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk
heksagonal, dan tebalnya 20-40 µm. Mempertahankan deturgesensi stroma
kornea.3

3
Gambar 2. Histologi Bola Mata

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi

2.2.1 Indikasi

Transplantasi kornea memiliki beberapa indikasi seperti berikut4:

1. Keratoconus
2. Pseudofakik bulous keratopati
3. Distrofi
4. Sikatrik kornea
5. Ulkus Kornea
6. Kekeruhan kongenital
7. Trauma kimia/mekanik kornea
8. dan pencangkokan ulang.

4
2.2.2 Kontraindikasi

Beberapa kontraindikasi pada transplantasi kornea:

1. Pada keadaan pencangkokan kornea tembus tidak mungkin dapat


dikerjakan sebab keadaan ini sangat mungkin akibat suatu reaksi
imunologis yang akan menimbulkan terjadinya penolakan terhadap
jaringan donor
2. Pada penderita glaukoma, TIO yang tinggi harus diturunkan sampai
normal
3. Adanya peradangan misalnya pada keratouveitis karena herpes
4. Kontraindikasi absolut dari transplantasi kornea adalah pasien dengan
visus tanpa persepsi cahaya atau buta total, dengan kondisi tanpa gejala
nyeri. Pada pasien ini, transplantasi kornea tidak akan memiliki manfaat,
baik untuk perbaikan fungsi maupun struktural kornea.4

2.3 Keuntungan dan Kerugian


2.3.1 Keuntungan
Keuntungan dari transplantasi kornea yaitu dapat mengembalikan penglihatan,
dapat mengurangi rasa sakit, dan memperbaiki penampilan kornea yang rusak.
Sebagian besar operasi transplantasi kornea berhasil. Namun transplantasi kornea
memiliki risiko komplikasi yang kecil, seperti penolakan terhadap kornea donor.5

2.3.2 Kerugian
Transplantasi kornea relatif aman. Namun, penyakit ini memiliki risiko kecil
terjadinya komplikasi serius, seperti infeksi mata, peningkatan tekanan bola mata,
masalah pada jahitan, perdarahan, terdapat masalah retina seperti ablasi retina atau
pembengkakkan.5,6

2.4 Metode
2.4.1 Full thickness corneal transplant

5
Seluruh kornea Anda mungkin perlu diganti jika lapisan depan dan dalam kornea
rusak. Ini disebut penetrating keratoplasty, atau transplantasi kornea ketebalan
penuh. Kornea Anda yang sakit atau rusak akan diangkat. Kemudian kornea donor
bening dijahit pada tempatnya. PK memiliki masa pemulihan yang lebih lama
dibandingkan jenis transplantasi kornea lainnya. Mendapatkan kembali penglihatan
lengkap setelah PK mungkin memerlukan waktu hingga satu tahun atau lebih.
Dengan PK, terdapat risiko yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan jenis
transplantasi kornea lainnya yaitu penolakan kornea. Inilah saat sistem kekebalan
tubuh menyerang jaringan kornea baru.7

2.4.2 Partial thickness corneal transplant


Terkadang lapisan depan dan tengah kornea rusak. Dalam hal ini, hanya lapisan
tersebut yang dihapus. Lapisan endotel, atau lapisan belakang yang tipis, tetap pada
tempatnya. Transplantasi ini disebut deep anterior lamellar keratoplasty (DALK)
atau transplantasi kornea ketebalan parsial. DALK umumnya digunakan untuk
mengobati keratoconus atau penonjolan kornea. Waktu penyembuhan setelah DALK
lebih singkat dibandingkan setelah transplantasi kornea penuh. Risiko penolakan
kornea baru juga lebih kecil.7

2.4.3 Endothelial keratoplasty


Pada beberapa kondisi mata, lapisan terdalam kornea yang disebut “endotelium”
rusak. Hal ini menyebabkan kornea membengkak, sehingga mempengaruhi
penglihatan Anda. Keratoplasti endotel adalah operasi untuk mengganti lapisan
kornea tersebut dengan jaringan donor yang sehat. Ini dikenal sebagai transplantasi
parsial karena hanya lapisan jaringan bagian dalam saja yang diganti.
Ada beberapa jenis keratoplasti endotel:
1. DSEK (or DSAEK) — Descemet's Stripping (Automated) Endothelial
Keratoplasty.
2. DMEK — Descemet's Membrane Endothelial Keratoplasty.
Keduanya menghilangkan sel-sel yang rusak dari lapisan dalam kornea yang disebut
membran Descemet. Lapisan kornea yang rusak diangkat melalui sayatan kecil.

6
Kemudian tisu baru dipasang pada tempatnya. Hanya diperlukan beberapa jahitan—
jika ada—untuk menutup sayatan. Sebagian besar kornea tidak tersentuh. Hal ini
menurunkan risiko penolakan sel-sel kornea baru setelah operasi.7

2.5 Komplikasi
Meskipun keratoplasti, atau transplantasi kornea, pada umumnya merupakan
prosedur yang aman dan efektif, sama seperti operasi lainnya, tindakan ini juga
memiliki potensi risiko dan komplikasi. Tingkat keparahan dan kemungkinan
komplikasi dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti kesehatan pasien
secara keseluruhan, jenis keratoplasti tertentu yang dilakukan, dan kondisi
mendasar yang sedang dirawat. Beberapa komplikasi umum yang terkait dengan
keratoplasti meliputi:

1. Penolakan Cangkok
Sistem kekebalan tubuh mungkin mengenali kornea yang ditransplantasikan
sebagai benda asing dan meningkatkan respons imun, sehingga menyebabkan
penolakan cangkok. Hal ini dapat terjadi beberapa hari, minggu, atau bahkan
bertahun-tahun setelah operasi.8

2. Infeksi
Infeksi pasca operasi, seperti keratitis bakteri, jamur, atau virus, dapat terjadi.
Infeksi ini dapat menyebabkan kemerahan, nyeri, dan perubahan penglihatan.
Diagnosis dan pengobatan segera dengan antibiotik atau obat antivirus sangat
penting untuk mencegah komplikasi.8

3. Astigmatisme
Perubahan bentuk kornea selama penyembuhan dapat menyebabkan
astigmatisme, yang menyebabkan penglihatan terdistorsi atau kabur. Hal ini
mungkin memerlukan tindakan perbaikan tambahan, seperti kacamata atau lensa
kontak.8

7
4. Glaukoma
Peningkatan tekanan intraokular dapat terjadi setelah keratoplasti, yang
menyebabkan glaukoma. Pemantauan dan pengelolaan tekanan intraokular secara
teratur diperlukan untuk mencegah kerusakan saraf optik dan kehilangan
penglihatan.8

5. Edema Kornea
Dapat terjadi penumpukan cairan pada kornea sehingga menyebabkan edema
kornea. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan penglihatan dan
ketidaknyamanan. Pengobatan atau prosedur bedah tambahan mungkin diperlukan
untuk mengatasi edema kornea.8

6. Perdarahan
Pendarahan intraoperatif atau pascaoperasi di dalam mata dapat terjadi,
menyebabkan peningkatan tekanan dan potensi masalah penglihatan.8

7. Gangguan Penglihatan
Beberapa pasien mungkin mengalami silau, lingkaran cahaya, atau gangguan
penglihatan lainnya, terutama pada tahap awal pemulihan.8

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Renu, J. Basic Ophthalmology. 4th edition. New Delhi: Jitendar P Vij; 2009.
P 144-150.
2. Crawford AZ, Patel DV, McGhee CNj. A brief history of corneal
transplantation: From ancient to modern. Oman J Ophthalmol. 2013
Sep;6(Suppl 1):S12-7. doi: 10.4103/0974-620X.122289. PMID: 24391366;
PMCID: PMC3872837.
3. https://www.thieme.in/image/catalog/TOC/c06_The%20Cornea.pdf
4. Panayiotis Maghsoudlou, Gitanjli Sood HA. Cornea Transplantation. ncbi
[Internet]. 2022; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539690/
5. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/cornea-transplant/about/pac-
20385285
6. https://repository.unair.ac.id/40250/2/gdlhub-gdl-grey-2011-soewonowis-
17059-pg6310-a.pdf
7. Boyd K. About Corneal Transplantation. American Academy of
Ophthalmology. 2023;
8. Renu, J. Basic Ophthalmology. 4th edition. New Delhi: Jitendar P Vij; 2009.
P 144-150.

Anda mungkin juga menyukai