Anda di halaman 1dari 8

PAPER

FLAP KONJUNGTIVA DAN EVISCERASI

Disusun Oleh :
Yohana Aprilia Manurung (102121020)
M.Izzudin Ikhwan ( 21360040)
Ageel Aziz ( 21360033)
Vikko

Pembimbing :
dr. Ayu Nur Qomariyanti,Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU MATA


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Paper ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Mata
Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “Perforasi Kornea”
Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu
pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri tauladan yang
baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing KKS dibagian ilmu Mata. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
Paper masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian
materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sehingga bermanfaat dalam penulisan Paper selanjutnya. Semoga Paper ini
bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, 12 November 2022


BAB I

PENDAHULUAN

Perforasi kornea adalah keadaan patologi kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai diskontinuitas kornea, diskontinuitas jaringan kornea dapat
terjadi dari epitel sampai stroma. Perforasi kornea dapat terjadi akibat adanya trauma
pada oleh benda asing, dan dengan penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau
jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Perforasi
kornea yang luas dapat menyebabkan komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan.

Pada kondisi penyakit tertentu, adakalanya fungsi penglihatan tidak dapat


dipertahankan lagi, sehingga yang menjadi masalah berikutnya adalah fungsi kosmetika.
Apabila keutuhan bola mata tidak dapat dipertahankan lagi, pada saat itu dokter mata
mesti menentukan pilihan apakah bola mata akan di evicerasi atau di
enukleasi.Merupakan tantangan bagi dokter mata untuk mengembalikan fungsi
kosmetika pasien agar setelah operasi nantinya mempunyai bentuk yang hampir sama
dengan bola mata pasien yang masih baik.

Ada beberapa Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk perforasi


Kornea ,yaitu Flap konjungtiva dan Eviscerasi dengan indikasi yang berbeda beda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eviscerasi dan Enukleasi

Eviscerasi adalah membuang semua isi bola mata dengan tetap


mempertahankan sclera, kapsula tenon, konjungtiva dan nervus optikus.

Enukleasi adalah mengangkat seluruh bola mata dan Sebagian nervus optikus,
konjungtiva bulbi dan kapsula tenon dipertahankan.

Keuntungan eviscerasi :

 Nervus optikus dan meningen tidak terganggu.


 Lebih mudah dan cepat untuk drainase abses okuler
 Menghindari perdarahan yang berlebihan dari jaringan lunak ynag inflamasi.
 Sklera tetap intak, sebagai barrier terhadap proses supuratif
 Struktur jaringan lunak orbita tidak terganggu
 Fisiologi normal dan Gerakan orbita dapat dipertahankan
 Bola mata tetap terfiksasi oleh kapsula tenon, otot-otot ekstraokuler dan septum
intermuscular
 Secara kosmetik hasilnya lebih baik dan kelainan soket lebih lambat terjadinya
Ada berbagai timbangan kenapa operator lebih memilih Tindakan
eviscerasi dibandingkan dengan enukleasi. Pada eviscerasi hilangnya volume
orbita serta perubahan anatomi dan fisiologi dapt terjad, namun dengan
dipertahankannya lapisan sclera dan jaringan penderita dapat menambah volume
orbita 0,5 cc.
Struktur anatomi periorbita pada eviscerasi tidak dirusak dan hubungan
antar jaringan kelopak mata dan otot ekstraokuler ke dinding sclera dan formiks
tidak diganggu, sehingga perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi tidak
seberat pasca enukleasi. Secara kosmetik tentu hasilnya lebih baik dan kelainan
soket lebih lambat terjadinya.
2.2 Flap Conjungtiva

Tatalaksana kelainan kornea dengan flap konjungtiva sudah dilakukan


sejak tahun 1800-an. Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah
mungkin gagal, kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi
tertentu, flap konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk
penyakit permukaan mata persisten. Tujuan dari flap konjungtiva adalah
mengembalikan integritas permukaan kornea yang terganggu dan memberikan
metabolisme serta dukungan mekanik untuk penyembuhan kornea. Flap
konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan nutrisi dan
imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.

Indikasi yang paling umum penggunaan flap konjungtiva adalah dalam


pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin akibat dari denervasi
sensorik kornea (keratitis neurotropik yaitu, kelumpuhan saraf kranial 7
mengarah ke keratitis paparan, anestesi kornea setelah herpes zoster oftalmikus,
atau ulserasi metaherpetik berikut HSK kronis) atau kekurangan sel induk
limbal. Penipisan kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva
selama kornea tidak terlalu menipis.

Tata laksana Flap Conjungtiva :

1. Desinfeksi lapangan operasi – eye drape


2. Anastesi retrobulbar atau peribulber  Pada kasus corneal thinning
atau descemetocele  ruptur kornea
3. Pasang lid speculum – desinfeksi dgn povidon iodine 5%
4. Kerok epitel kornea dan jaringan nekrotik
5. Buat fornix-base conjunctival flap yang dimulai dengan peritomi
dan dilanjutkan dengan memisahkan conjunctiva dengan kapsul
Tenon atau episklera.

6. Buat insisi tumpul pada flap tersebut cukup luas sesuai dengan
area yang akan ditutup.

7. Pada lesi perifer, tarik flap yang sudah dibuat untuk menutup area
di kornea. Jahit flap pada tepinya pada kornea. Usahakan agar
tidak mengenai visual axis

8. Pada lesi perifer, tarik flap yang sudah dibuat untuk menutup area di
kornea. Jahit flap pada tepinya pada kornea. Usahakan agar tidak
mengenai visual axis.
9. Pada lesi sentral atau lesi yg memerlukan penarikan flap lebih jauh,
buat relaxing incision di daerah superior
10. Tempat relaxing incision sebaiknya diperkirakan agar luas flap dapat
menutup 1 mm diluar lesi
11. Tariklah flap kearah lesi dikornea. Apabila masih terdapat
retraksi/ketegangan flap, lakukan irisan subkonjungtiva lebih jauh
lagi secara tumpul
12. Tempat relaxing incision sebaiknya diperkirakan agar luas flap dapat
menutup 1 mm diluar lesi
13. Jahit flap pada kornea
Daftar pustaka
Farida Yuri, 2015. Corneal Ulcers Treatment. Faculty of Medicine.
Lampung University.
Khater, M.M., Selima, A.A., El-Shorbagy, M.S. Role of argon laser as an
adjunctive therapy for treatment of resistant infected corneal ulcers. Clin
Ophthalmol. 2014;23(8):1025-30.
Jetton, J.A., Ding, K., Stone, DU. Effects of tobacco smoking on human
corneal wound healing. Cornea. 2014 May;33(5):453-6.
Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan, P. Oftalmologi Umum. 14th Ed.
Alih bahasa: Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. 2012: 220
Yum, H.R., Kim, M.S., Kim, E.C. Retrocorneal membrane after
Descemet endothelial keratoplasty. Cornea. 2013 Sep;32(9):1288- 90.
Yuan, F., Wang, L., Lin, C., Chou, C., Li, L A cornea substitute derived
from fish scale: 6- month follow up on rabbit model. J Ophthalmol. 2014
Jun;91(10):40.

Anda mungkin juga menyukai