Glaucoma
Oleh :
Alfath Akbar J. Dundu, S.Ked
K1B1 21 035
Pembimbing :
dr. Suryani Rustam, M. Kes., Sp.M
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Referat : Glaucoma
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian
Kendari, September2022
Mengetahui, Pembimbing
2
Glaucoma
Alfath Akbar J. Dundu, Suryani Rustam
A. Pendahuluan
oleh penderitanya dan penyakit ini bersifat permanen atau tidak dapat
akibat glaukoma akut tetapi dianggap sebagai akibat radang mata yang cukup
3
A. ANATOMI & FISIOLOGI
Anatomi mata :
4
Gambar.2 Struktur Mata3
1. Kornea :
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya, merupakan lapis menutup bola mata sebelah depan.
Diameter rata-rata 11-12 mm (horizontal = 12 mm, vertikal = 11 mm).
Tebal bagian tengah 0,52 mm dan pinggiran 0,67 mm. Sepertiga pusat
dikenal sebagai zona optik. Indeks bias kornea adalah 1,37. Kekuatan
dioptrik kornea kira-kira + 43 hingga + 45 D.7
Kornea terdiri dari lima lapisan yaitu: 8
a) Epitel.
Epitel tipe skuamosa bertingkat terdiri dari tiga jenis sel yaitu sel basal, sel
poligonal sel gepeng. Biasanya diganti dalam 7 hari saat rusak. Pada sel
basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng,
sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal
di depannya melalui desmosom dan makula okluden. Ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
b) Membran Bowman
Terbuat dari fibril kolagen, tidak beregenerasi saat rusak. Ini menghasilkan
pembentukan opasitas kornea permanen.
c) Substantia propria atau stroma
Membentuk 90% ketebalan kornea. Terdiri dari keratosit, fibril kolagen
5
yang diatur secara teratur dan substansi dasar. Terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya.
Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma.
Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.
d) Membran Descement
Merupakan membran elastis homogen tipis tapi kuat yang dapat
beregenerasi.
e) Endotel
Merupakan satu lapisan sel heksagonal yang diratakan. Kepadatan sel
sekitar 3000 sel mm2 saat lahir yang menurun seiring bertambahnya
usia. Dekompensasi kornea hanya terjadi jika lebih dari 75% sel rusak.
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, endotel melekat pada
membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
6
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada
kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi
dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di
daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Ada dua fungsi utama kornea yaitu bertindak sebagai media pembias
utama, dan melindungi isi intraokular. Hal ini dimungkinkan dengan menjaga
transparansi kornea dan penggantian jaringannya. Transparansi dipertahankan
oleh susunan teratur lamellae kornea, avaskularisasi, keadaan relatif
dehidrasi.3
2. Aqueous Humor
Kedua ruang anterior dan posterior mengandung cairan humor
aqueous bening yang disekresikan ke dalam ruang posterior oleh epitel
siliaris. Ini lewat di depan lensa, melalui pupil ke ruang anterior dan
kembali ke sirkulasi vena melalui kanal Schlemm yang terletak di
sudut ruang anterior.3
3. Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil
mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
Pupil waktu tidur kecil hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi,
koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari
berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan hambatan
miosis.3
4. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa
di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
antara iris dan vitreous yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya
7
akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di
dalam bilik mata belakang. digantung oleh ligamentum suspensori lensa
atau zonule Zinn yang melekat pada badan siliaris dan ekuator lensa.
Daya akomodatif bervariasi sesuai usia, menjadi 14 hingga 16 D (saat
lahir), 7 hingga 8 D (pada usia 25 tahun) dan 1 hingga 2 D (pada usia 50
tahun). Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Lensa terdiri dari 64% air, 35% protein dan
1% lemak, karbohidrat dan trace elements. Metabolisme lensa bersifat
anaerobik. Glikolisis bertanggung jawab atas 85% penggunaan glukosa
yang menghasilkan pembentukan laktat. Indeks bias 1,39, kekuatan
dioptrik 15 sampai 18 D, diameter 9-10 mm, tebal 4 mm, berat 250 mg
(kurang-lebih). Ukuran lensa terus berkembang sepanjang hidup. Saat
lahir beratnya sekitar 65 mg dan pada usia 80 tahun beratnya sekitar 258
mg.3
Bagian lensa terdiri dari :
a) Kapsul lensa, adalah membran transparan tipis yang lebih tebal di
anterior. Paling tipis di kutub posterior berukuran 4 m (wilayah pra-
ekuator = 14 m).
b) Korteks, letaknya di antara kapsul lensa dan nukleus, terdiri dari serat
lensa.
c) Nukleus, lensa memiliki empat nukleus yang terbentuk pada berbagai
tahap kehidupan hingga akhir masa remaja.
Fungsi utama lensa adalah menjaga kejelasan dan transparansi sendiri.
Lensa (seperti kornea) mentransmisikan 80% cahaya antara 400 nm dan
1400 nm, memberikan daya bias ke sistem optik mata. Ini bertanggung
jawab atas 35% dari kekuatan pembiasan mata, menyediakan akomodasi
untuk penglihatan dekat, penyerapan sinar ultraviolet yang berbahaya.
Materi lensa bersifat elastis tetapi secara bertahap kehilangan elastisitasnya
seiring bertambahnya usia. Lensa bersifat avaskular dan nutrisinya berasal
dari aqueous humor.3
8
Gambar.4 Komponen Lensa3
5. Vitreous
Vitreous adalah gel inert, avaskular, transparan, seperti jeli yang
hanya melayani fungsi optik. Ini terdiri dari kerangka kolagen dan asam
hialuronat yang halus. Ini adalah gel hidrofilik yang menjadi "cairan"
ketika basis proteinnya terkoagulasi karena usia, degenerasi, misalnya
seperti pada miopia tinggi, trauma kimia dan mekanis. Fungsi vitreous
yakni membentuk salah satu media refraksi mata.Vitreous tidak
memiliki pembuluh darah, sehingga memperoleh nutrisi dari struktur
sekitarnya seperti koroid, badan siliaris.3
9
bagian retina yang paling sensitif.3
10
j) Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.
Retina adalah lapisan paling dalam mata dan berasal dari
neuroektoderm. Retina adalah selaput tipis yang memanjang dari diskus optik
ke ora serrata di depan. Ketebalannya bervariasi dari 0,4 mm di dekat saraf
optik hingga 0,15 mm di anterior ora serrata. Ora serrata adalah terminal
anterior retina yang berlanjut dengan epitel badan siliaris. Macula Lutea
(Bintik Kuning) adalah area berdiameter 1,5 mm yang terletak di kutub
posterior, sekitar 3 mm ke sisi temporal cakram optik. Fovea centralis adalah
depresi kecil di tengah makula. Kerucut mendominasi di daerah ini. Fovea
adalah bagian paling sensitif dari retina.3
11
(EOG), dan visual evoked respons (VER).3
7. Saraf Optik
Meluas dari lamina cribrosa hingga chiasma optik. Serabut saraf
optik berasal dari lapisan serabut saraf retina. Semua serabut retinal
berkumpul untuk membentuk saraf optik sekitar 5 mm ke sisi hidung
makula lutea. Saraf menembus lamina cribrosa untuk melewati ke
belakang dan medial melalui rongga orbital. Kemudian melewati
foramen optik tulang sphenoid, ke belakang dan medial untuk bertemu
dengan saraf dari mata lain di kiasma optik. Saraf optik ditutupi dengan
selubung meningeal, yaitu pia mater, arachnoid mater dan dura mater
setelah menembus lamina cribrosa. Ruang meningeal ini bersambung
dengan ruang di otak. Panjang total saraf optik adalah 5 cm. Ini dapat
dibagi menjadi empat bagian yaitu intraokular (1 mm), intraorbital (25
mm), intracanalicular (4-10 mm), intrakranial (10 mm).3
Bagian intraokular dan intraorbital disuplai oleh cabang dari arteri
oftalmikus, arteri siliaris posterior pendek dan arteri retinal sentral yang
membentuk lingkaran Zinn. Bagian intrakanalikular dan intrakranial
disuplai oleh cabang arteri serebral anterior dan arteri oftalmikus.
Drainase vena oleh vena retinal sentral dan vena oftalmikus superior dan
inferior. 3
Fungsi saraf optik yaitu bertanggung jawab atas ketajaman visual
dan bidang penglihatan yang normal, sebagai filter dan berfungsi
sebagai jalur pupil aferen, penglihatan warna dan apresiasi kecerahan
cahaya.3
Fisiologi Penglihatan
Untuk mencapai penglihatan yang jelas, cahaya yang dipantulkan dari
objek dalam bidang visual difokuskan ke retina kedua mata. Proses yang
terlibat dalam menghasilkan gambar yang jelas adalah refraksi sinar cahaya
dan akomodasi mata terhadap cahaya.6
1. Refraksi sinar cahaya
Ketika sinar cahaya berpindah dari medium dengan satu kepadatan
12
ke medium dengan kepadatan berbeda, sinar itu dibiaskan atau
dibengkokkan. Prinsip ini digunakan di mata untuk memfokuskan
cahaya pada retina. Sebelum mencapai retina sinar cahaya melewati
konjungtiva, kornea, cairan aqueous, lensa dan vitreous.6
Lensa adalah satu-satunya struktur di mata yang mengubah daya
biasnya. Semua sinar cahaya yang masuk ke mata perlu dibiaskan untuk
memfokuskannya pada retina. Cahaya dari benda yang jauh
membutuhkan pembiasan paling sedikit dan saat benda mendekat,
jumlah yang dibutuhkan bertambah. Untuk meningkatkan daya bias otot
siliaris berkontraksi, melepaskan tarikannya pada ligamentum
suspensori dan permukaan anterior lensa menonjol ke depan,
meningkatkan cembungnya. Ketika otot siliaris mengendur, ia
tergelincir ke belakang, meningkatkan tarikannya pada ligamen
suspensori, membuat lensa lebih tipis. Melihat objek di dekat
'melelahkan' mata lebih cepat karena penggunaan otot siliaris secara
terus menerus.7
Gambar.8 Bagian mata yang menunjukkan pemfokusan sinar cahaya pada retina3
2. Akomodasi mata ke cahaya
Ada tiga faktor yang terlibat dalam akomodasi yaitu pupil, gerakan
bola mata (konvergensi), dan lensa.6
a) Ukuran pupil
Ukuran pupil mempengaruhi akomodasi dengan mengontrol jumlah cahaya
yang masuk ke mata. Dalam cahaya terang pupil mengerut. Dalam
cahaya redup mereka melebar. Jika pupil membesar dalam cahaya
13
terang, terlalu banyak cahaya akan masuk ke mata dan merusak retina.
Dalam cahaya redup, jika pupil menyempit, cahaya yang tidak cukup
akan masuk ke mata untuk mengaktifkan pigmen fotosensitif di batang
dan kerucut yang merangsang ujung saraf di retina. Iris terdiri dari satu
lapisan melingkar dan satu dari serat otot polos yang menjalar.
Kontraksi serat melingkar menyempitkan pupil, dan kontraksi serat yang
memancar melebarkannya. Ukuran pupil dikendalikan oleh sistem saraf
otonom. Stimulasi simpatis melebarkan pupil dan stimulasi parasimpatis
menyebabkan kontraksi pupil.6
b) Pergerakan konvergensi bola mata
Sinar cahaya dari objek memasuki kedua mata pada sudut yang berbeda dan
untuk penglihatan yang jelas mereka harus merangsang area yang sesuai
dari dua retinae. Otot ekstraokuler menggerakkan mata dan untuk
mendapatkan gambar yang jelas mereka memutar mata sehingga
menyatu pada objek yang dilihat. Aktivitas otot terkoordinasi ini berada
di bawah kendali otonom. Ketika ada gerakan mata secara sadar, kedua
mata bergerak dan konvergensi dipertahankan. Semakin dekat suatu
objek ke mata, semakin besar putaran mata yang diperlukan untuk
mencapai konvergensi. Jika konvergensi tidak lengkap ada penglihatan
ganda, yaitu diplopia. Setelah periode waktu di mana konvergensi tidak
memungkinkan, otak cenderung mengabaikan impuls yang diterima dari
mata divergen.6
Fisiologi Retina
Retina adalah bagian mata yang fotosensitif. Sel peka cahaya adalah
batang dan kerucut. Sinar cahaya menyebabkan perubahan kimiawi pada
pigmen fotosensitif dalam sel-sel ini dan mereka memancarkan impuls saraf
yang melewati lobus oksipital otak besar melalui saraf optik. Sel batangnya
lebih sensitif daripada kerucut. Mereka dirangsang oleh intensitas rendah atau
cahaya redup, misal oleh cahaya redup di bagian dalam ruangan yang gelap
(penglihatan scotopic). Kerucut peka terhadap cahaya dan warna cerah.
Panjang gelombang cahaya yang berbeda menstimulasi pigmen fotosensitif di
14
dalam kerucut, menghasilkan persepsi warna yang berbeda. Dalam cahaya
terang sinar cahaya difokuskan pada makula lutea (penglihatan fotopik).
Batangnya lebih banyak ke arah pinggiran retina. Ungu visual (rhodopsin)
adalah pigmen fotosensitif yang hanya ada di batang. Itu diputihkan oleh
cahaya terang dan ketika ini terjadi, batang tidak dapat distimulasi.
Rhodopsin dengan cepat dibentuk kembali jika tersedia pasokan vitamin A
yang cukup. Ketika seseorang berpindah dari area bercahaya terang ke area
bercahaya redup, ada periode waktu yang bervariasi ketika sulit untuk
melihat. Laju adaptasi gelap terjadi tergantung pada laju rekonstitusi
rhodopsin. Dalam cahaya redup, warna berbeda tidak dapat dibedakan karena
intensitas cahaya tidak cukup untuk merangsang pigmen sensitif warna dalam
kerucut.6
Bagian tengah (makula lutea) terutama terdiri dari sel kerucut yang
bertanggung jawab untuk penglihatan di siang hari dan untuk penglihatan
warna. Bagian tepi retina sebagian besar terdiri dari sel batang yang
bertanggung jawab untuk penglihatan pada malam hari.6
Mekanisme utama yang terlibat dalam fisiologi penglihatan adalah
inisiasi penglihatan (Phototransduction), fungsi fotoreseptor (batang dan
kerucut), pengolahan dan transmisi sensasi visual, fungsi sel pengolah citra
retina dan jalur visual, dan persepsi visual, fungsi korteks visual dan area
terkait dari korteks serebral.6
1. Phototransduction
Batang dan kerucut berfungsi sebagai ujung saraf sensorik untuk
sensasi visual. Cahaya yang jatuh ke retina menyebabkan perubahan
fotokimia yang pada gilirannya memicu serangkaian reaksi biokimia yang
menghasilkan perubahan listrik. Seluruh fenomena konversi energi cahaya
menjadi impuls saraf ini dikenal sebagai fototransduksi.6
a) Perubahan fotokimia, meliputi:
1) Pemutihan Rhodopsin (Rhodopsin bleaching)
Rhodopsin mengacu pada pigmen visual yang ada di batang - reseptor
untuk penglihatan malam (scotopic). Rhodopsin terdiri dari protein tak
15
berwarna yang disebut opsin ditambah dengan karotenoid yang disebut
retinine (Vitamin A aldehyde atau II-cis-retinal). Cahaya yang jatuh
pada batang mengubah komponen rhodopsin 11-cis-retinal menjadi all-
trans-retinal melalui berbagai tahap (Gbr. 2.1). Semua trans-retinal
yang terbentuk segera dipisahkan dari opsin. Proses pemisahan ini
disebut fotodekomposisi dan rhodopsin dikatakan mengalami
pemutihan oleh aksi cahaya.3
2) Regenerasi Rhodopsin (Rhodopsin regeneration)
11-cis-retinal diregenerasi dari semua-trans-retinal yang dipisahkan dari
opsin dan vitamin-A (retinal) yang disuplai dari darah. Retinal 11-cis
kemudian bersatu kembali dengan opsin di ruas luar batang untuk
membentuk rhodopsin. Keseluruhan proses ini disebut regenerasi
rhodopsin. Jadi, pemutihan rhodopsin terjadi di bawah pengaruh
cahaya, sedangkan proses regenerasinya tidak bergantung pada cahaya,
berlangsung sama baiknya dalam terang dan gelap.6
3) Perubahan listrik
Rhodopsin yang teraktivasi, setelah paparan cahaya, memicu serangkaian
reaksi biokimia kompleks yang pada akhirnya menghasilkan potensi
16
reseptor di fotoreseptor. Dengan cara ini, energi cahaya diubah
menjadi energi listrik yang diproses lebih lanjut dan disalurkan melalui
jalur visual.3
2. Pengolahan dan Transmisi Impulse Visual
Potensi reseptor yang dihasilkan dalam fotoreseptor ditransmisikan
oleh konduksi elektrotonik (yaitu, aliran langsung arus listrik, dan bukan
sebagai potensial aksi) ke sel lain dari retina yaitu. sel horizontal, sel
amacrine, dan sel ganglion. Namun, sel ganglion mengirimkan sinyal
visual melalui potensial aksi ke neuron dari badan genikulat lateral dan
kemudian ke korteks visual primer.3
3. Persepsi Visual
Persepsi visual terdiri dari empat jenis yaitu, light sense, form sense, sense
of contrast and colour sense.3
B. Definisi
ditandai gambaran optic disc dan pola spesifik dari defek lapang pandangan
intraocular (IOP). Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh trias
patologis pada diskus optic dan defek lapang pandang yang khas.4
1. Glaukoma Primer
17
menyebabkan gangguan lapang pandangan dan retinal nerve fiber
kurang dari 21 mmHg dengan sudut bilik mata depan yang terbuka
terbuka primer.
18
pada iris, lensa, dan struktur retrolentikular. Blok pupil adalah
Gambar 11. Jalur Drainase Humor Aqueous pada Glaukoma Sudut Tertutup
Primer.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital primer terjadi pada 50% sampai 70% dari semua
19
bulan dan 80% dalam 1 tahun pertama kehidupan, di mana 65% adalah
3. Glaukoma Sekunder :
3.6. Trauma
D. Epidemiologi
sebanyak 74% berasal dari bentuk glaukoma sudut terbuka primer, sedangkan
di Asia sebanyak 87% berasal dari bentuk glaukoma sudut tertutup primer
akut. Di Amerika jumlah penderita glaukoma pada ras kulit hitam 3 – 4 kali
lebih tinggi dibandingkan ras kulit putih. Selain itu ditemukan angka
20
prevalensi yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, pada kelompok
penduduk yang berusia 70 tahun 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
tertutup. Selain itu dilaporkan bahwa sekitar separuh dari kebutaan karena
E. Patogenesis
Keseimbangan antara sekresi humor aqueous oleh korpus siliaris dan drainase
Sebaliknya, akses ke jalur drainase terhambat biasanya oleh iris pada pasien
21
Terdapat dua teori dalam mekanisme terjadinya glaukoma sudut tertutup,
dilator pupil akan meningkatkan aposisi iris dan anterior lensa, mempertinggi
tingkat blok pupil fisiologis yang secara simultan membuat iris perifer lebih
iris perifer terdorong lebih ke anterior, akhirnya iris kontak dengan permukaan
kornea posterior dan TIO meningkat. Di lain pihak teori muskulus sfingter
mengatakan bahwa kekuatan blok pupil terbesar dari muskulus sfingter saat
F. Diagnosis
1) Anamnesis
bergejala. Pada kasus yang jarang, pasien dengan tekanan bola mata yang
meningkat akan mengeluh nyeri disekitar alis mata, melihat “halo” jika
kedua mata. Pasien sering datang pada kondisi yang telah lanjut.4
Faktor Risiko4 :
Sekunder :
22
- Pemakaian steroid secara rutin
2) Pemeriksaan Fisik
23
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi
horizontal dan mata ditetesi dengan obat anastesi topikal atau pantokain
0,5 %. Tonometer schiotz kemudian diletakkan diatas permukaan komea,
sedng mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar
pemeriksa.
Kelemahan alat ini mengabaikan faktor kekakuan sklera (sclera
riginity) cara yang paling sederhana untuk mengetahui derajat kekakuan
sklera iaIah dengan menggunakan dua macam beban 5.5 dan 10 gram. Bila
hasil bacaan dengan beban 10 gram selalu lebih tinggi dibanding hasil
bacaan dengan 5.5 gram maka mata tersebut melakukan kekakuan sklera
yang lebih tinggi dari normal disbanding hasil bacaan pada saat tersebut;
sebaliknya bila hasil bacaan lebih rendah dengan beban 10 gram maka
mata tersebut memiliki kekakuan sklera yang lebih rendah dari normal dan
berarti tekanan bola mata yang sebenamya lebih tinggi daripada hasil
bacaan pada saat itu. Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer
schiotz sebaiknya dilakukan dengan berhati-hati, karena dapat
mengakibatkan lecetnya komea sehingga dapat mengakibatkan keratitis
dan erosi komea.
b. Tonometer Aplanasi
Alat ini mengukur tekanan bola mata dengan memberikan tekanan
yang akan membuat rata permukaaan komea dalam ukuran tertentu dan
kecil. Alat ini sangat baik karena membuat sedikit sekali perubahan pada
permukaan komea atau bungkus bola mata.
Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk
mengukur tekanan bola mata dan tidak dipengaruhi oleh faktor kekakuan
sklera. Dikenal draiger dan goldman aplanasi tonometer. Dasar ilmu fisika
alat ini adalah tekanan ^ daya/luas. Bila sebagian dari bola yang lentur
(komea) dibuat mendatar oleh permukaan yang rata (tonometer aplanasi),
maka tekanan didalam bola akan melawan tekanan pendataran ini dan
sama dengan tekanan yang diberikan daya = tekanan x luas. (Ilyas, 2010)
Pada saat ini diperkenalkan tonometer aplanasi dengan memakai jet udara
24
yang akan membuat permukaan komea rata.
c. Tonografi
Dengan tonografi diukur derajat penurunan tekanan bola mata bila
diberikan tekanan dengan tonometer indentasi (seperti schiotz). Tonometer
yang dipakai adalah semacam tonometer schiotz dan bersifat elektronik
yang merekam tekanan bola mata selama empat menit dan berguna untuk
mengukur pengaliran keluar cairan mata. Pada tonografi selain terlihat
kurva fasilitas pengeluaran cairan bilik mata juga terlihat pulsasi nadi
intraokular dan pemafasan. Tonografi pada saat akhir-akhir ini kurang
popular dan dipergunakan hanya untuk kasus glaukoma yang ragu-ragu.
Nilai tonografi C = 0.18 adalah normal, kurang dari 0.13 adalah patologik.
Bila C kurang dari 0.18 maka keadaan ini dicurigai penderita menderita
glaukoma.
d. Gonioskopi
Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata
yang dapat menimbulkan glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik mata
dilakukan pada setiap kasus yang dicurigai adanya glaukoma. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran depan
komea setelah diberikan local anestetikum. Lensa ini dapat dipergunakan
untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutamya 360 derajat.
Teknik gonioscopy terbagi menjadi 2 kategori: direk dan indirek.
Direk gionoscopy dilakukan dengan mikroskop binokular atau slit-pen
light, dan sebuah goniolens seperti Koeppe, Barkan, Wurst, Swan-Jacob,
atau lensa Richardson. Direk gonioscopy mudah dilakukan dengan pasien
dalam posisi supinasi. Gonioscopy indirek juga menghilangkan refleksi
internal total pada permukaan komea. Cahaya yang dipantulkan dari sudut
bilik mata melewati ke dalam lensa gonioscopy Indirek dan dipantulkan
oleh cermin dalam lensa. Gonioscopy indirek digunakan dengan pasien
pada posisi tegak lurus, dengan pencahayaan dari slit lamp.
Sudut ruang anterior dibentuk oleh persimpangan komea perifer
dan iris, yang terletak antara trabekuiar meshwork. Susunan dari sudut ini,
25
apakah itu lebar (terbuka), sempit, atau tertutup-memiiiki hubungan yang
penting pada ams keluar air. Lebar sudut bilik mata depan dapat
diperkirakan dengan pencahayaan miring dengan senter kecil atau dengan
pengamatan slit lamp dari kedalaman ruang anterior perifer, tapi yang
terbaik adalah ditentukan oleh gonioscopy, yang memungkinkan
visualisasi langsung dari struktur sudut. Jika ada kemungkinan untuk
melihat secara penuh trabekuiar meshwork, scleral, dan iris, artinya sudut
terbuka. Jika hanya melihat garis Schwalbe atau sebagian kecil dari
trabecular meshwork berarti sudut sempit. Jika tidak bisa melihat garis
Schwalbe berarti sudut tertutup.
Penegakkan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan
glaucoma.4
J. Penatalaksanaan Komprehensif
sekali sehari. Ini merupakan pilihan obat pertama untuk terapi glaucoma sudut
terbuka.
1-2 kali/hari).
kali/hari).
26
1.5. Kombinasi Terapi Medikamentosa Prostaglandin analog jika
bola mata, dan agen yang paling banyak digunakan yakni prostaglandin analog
K. Prognosis
lebih lanjut, menghentikan perkembangan penyakit ini. Prognosis dapat buruk bila
telah terjadi defek lapangan pandang yang luas dan glaucomatous optic
neuropathy.10,4
L. Komplikasi
27
Komplikasi glaukoma termasuk kehilangan bidang visual dan dapat
28
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan.
Universitas Airlangga
3. Snell, R., (2008). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. 2008. EGC. Jakarta
4. Clinical Education Unit. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Universitas
Airlangga.
Padjajaran.
Biotechnology Information.
Palembang.
9. Harwerth RS, Quigley HA. 2016. Visual field defects and retinal ganglion cell
29