Anda di halaman 1dari 27

1

2
BAB 2
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

A. Anatomi Fisiologi Mata


Mata adalah organ sensori yang menstranmisikan rangsang
memalui saraf pada otak ke lobus oksipital, dimana rasa penglihatan ini
diterima. Mata terbagi menjadi 3 bagian:

1. Mata Eksternal
 Kelopak mata adalah lipatan-lipatan kulit denga pelekatan otot
yang memungkinkannya untuk bergerak. Kelopak mata melindungi
bola mata yang berkedip secara reflektif dan menggerakan cairan
yang melumasi diatas permukaan mata.
 Fisura palpebra adalah lubang diantara kelopak mata bagian atas
dan bagian bawah. Bulu mata pada tepi kelopak mencegah objek
dari udara masuk kemata. Intropion dimana kelopak mata terlipat
kedalam sehingga bulu mata menggesek mata menyebabkan abrasi
kornea. Ektropion dimana kelopak mata terbalik keluar, mencegah
penutupan, dan menyebabkan kemerahan dan kongesti bola mata.
 Alis mata terletak secara transpersal diatas kedua mata sepanjang
puncak orbital superior tulang tengkorak. Rambut pendek dan tebal
ini mencegah keringat masuk kemata. sesuai proses penuaan alis
berubah kelabu.
 Konjugtiva adalah suatu yang tipis, transparan dan mensekresi
mucus, terbagi dalah dua bagian : konjungtiva palpebra yang
membatasi permukaan interior dari masing-masing kelopak mata
dan tampak merah muda berkilauan hingga merah dan konjungtiva
bulbaris yang membatasi permukaan anterior bola mata sampai
tembus dan tampak jelas. Sesuai dengan proses penuaan,
konjungtivca menipis dan bewarna kakuningan.

3
 Apratus Lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimalis, duktus dan
pungta lakrmalis. Kelnjar lakrimalis terletak pada bagian
superolateral pada orbit dan dipersarafi oleh saraf kranialis VII
(fasialis). Kelenjar ini yang melembabkan konjungtiva dan kornea.

2. Mata internal
 Sklera atau bagian putih mata tersusun atas jaringan-jaringa elastis
dan kolagen yang memberi bentuk dan melindungi struktur-
struktur bagian dalam dari bola mata. Beberapa lansia dapat terjadi
bintik-bintik coklat pada sklera.
 Lensa memisahkan bola mata dalam dua rongga ; ruang anterior
dan posterior. Ruang anterior terlatak didepan iris dan dibelakang
kornea. Ruang posterior diantara iris dan lensa. Glokoma suatu
penyakit mata yang sering kali berhubungan dengan proses
penuaan.
 Iris adalah piringan bulat dan berpigmen dikelilingi oleh serat otot
polos. Kontraksi serat otot ini mengatur diameter pupil, lubang
ditengah iris. Sesuai dengan proses penuaan pulpil menurun dalam
ukuran dan kemampuannya untuk kontraksi pada respon dan
cahaya akomodasi.
 Retina adalah lapisan mata paling dalam dimana bayangan
diproyeksikan. Struktur retina tampak dengan optalmokopis
meliputi piringan optic atau saraf utama pada saraf optic. Saraf
optic : pembuluh-pembuluh darah retina yang timbulm dari
piringan optic : macula, dimana penglihatan pusat dan persepsi
warna dikonsentrasikan dan latara belakang retina jingga
kemerahan itu sendiri.

3. Otot-otot ekstraokuler
Gerakan-gerakan bola mata dikontrol oleh enam otot ektrinsik : otot
rektusuporior, inferior, radial, dan median dan otot-otot obliqsuperior
dan inferior. Mata bergerak dalam arah yang sama karena otot pada

4
satu mata bekerja dengan otot yang berhubungan dengan mata yang
lainnya. Otot mata dipersarafi oleh tiga saraf cranial, saraf inferior dan
otot oblique superior dan inferior. Saraf troklear ( SK IV )
mempersarafi otot oblique superior dan otot abdusen ( SK VI )
mempersarafi otot rektus lateral.

B. Definisi
Katarak adalah kelainan mata yang terjadi pada lensa di mana
cairan dalam lensa menjadi keruh. Karena cairan dalam lensa keruh, lensa
mata kelihatan putih dan cahaya tidak dapat menmbusnya. Orang yang
mengidap katarak melihat seperti melalui kaca jendela yang kotor karena
keruhnya lensa menghalangi masuknya cahaya ke retina. Katarak
merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama baik pada anak-anak
maupun orang tua.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan
tembus cahaya menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan
(Klinik mata nusantara, 2008)
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa
mataberselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak
dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai
keburaman total dan menghalangi jalan cahaya (Wikipedia, 2012)
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau
akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif. (kapita selekta. jilid satu.2001).

C. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada
umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi
karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :

5
1. Faktor keturunan.
2. Cacat bawaan sejak lahir.
3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
6. Gangguan pertumbuhan,
7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama.
8. Rokok dan Alkohol
9. Operasi mata sebelumnya.
10. Trauma (kecelakaan) pada mata.
11. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

D. Klasifikasi
1) Katarak primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golognan yaitu :
a) Katarak juvenilis (umur <20 tahun ),
b) Katarak presenilis (umur sampai 50tahun)
c) katarak senilis (umur sampai 50tahun )
Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium (Yasin, 2009):
(a) Stadium Insipien
1. Stadium paling dini
2. Kekeruhan lensa terdapat pada bagian perifer berbentuk
bercak-bercak yang tidak teratur
3. Pasien mengeluh gangguan penglihatan melihat ganda
dengan satu mata
4. Tajam penglihatan belum terganggu
5. Proses degenerasi belum menyerap cairan mata yang kedalam
lensa sehingga terlihat bilik mata depan yang kedalaman
normal.

6
(b) Stadium Imatur
Proses degenerasi mulai menyerap cairan mata kedalam lensa
sehingga lensa
1. Menjadi cembung.
2. Terjadi pembengkakan lensa yang dapat menjadi katarak
intumesen.
3. Terjadi miopisasi
4. Dapat terjadi glaucoma sekunder
5. Shadow test positif
(c) Stadium Matur
1. Terjadi kekeruhan seluruh lensa
2. Tekanan dalam seimbang dengan cairan dalam mata dengan
ukuran lensa normal Kembali.
3. Tajam penglihatan sangat menurun dan hanya tinggal
proyeksi sinar positif
4. Di pupil tampak lensa seperti mutiara
(d) Stadium Hypermatur
1. Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga
nucleus lensa turun karena daya beratnya.
2. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah lingkaran
di bagian bawah dengan warna berbeda dari atasnya yaitu
kecoklatan
3. Terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel
dsehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis
yang dibawahnya terdapat nucleus lensa (Katarak Morgagni)
2) Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari
penyakir lain. Penyebab katarak jenis ini adalah :
a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa glaucoma, ablasio
retinayang sudah lama, uveitis, myopia maligna.

7
b. Penyakit sistemik, Diabetes Mellitus, hipoparatiroid, sindrom
down, dermatitis atopik.
c. Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam mata,
terpajan panas yang berlebihan, sinar –X, radioaktif, terpajan sinar
matahari, toksik kimia.
3) Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul
pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu
bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang :
1. Menderita Rubella
2. Diabetes Mellitus
3. Toksoplasmosis,
4. Hipoparatiroidisme
5. Galaktosemia
Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu
sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma , ektopia lentis,
keratokonus, megalokornea, heterokornea iris. Kekeruhan dapat
dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris
anterior-posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata,
katarak totalis dan katarak congenital membranasea.

E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis: Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior
nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang

8
paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam serabut
halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar
daerah di luar lensa.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan:
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian
trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses
penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

9
F. Pathway

G. Manifestasi Klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan
secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif).
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan
tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di
negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan
dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.

10
Gejala umum gangguan katarak meliputi (Julianto, 2009) :
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b. Peka terhadap sinar atau cahaya.
c. Dapat melihat dobel pada satu mata.
d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid
9) Tes toleransi glukosa : kotrol DM.

I. Komplikasi
1) Komplikasi preoperasi katarak antara lain glaukoma sekunder, uveitis,
dan dislokasi lensa.
2) Komplikasi postoperasi katarak
a. Afakia (iris tremulans, +10 sampai +13 diopter dengan adisi 3
diopter untuk penglihatan dekat).
b. Pseudofakia (dengan pemasangan IOL).

11
J. Pencegahan
Untuk pencegahan Katarak terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Pencegahan Primer
Bertujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap kejadian
katarak, upaya yang dilakukan anatara lain:
a. Selalu gunakan pelindung mata atau sunglass jika beraktivitas di
bawah terik matahari.
b. Bagi ibu hamil untuk rutin mengontriol kandungannya guna
mencegah terjadinya katarak kongenital pada bayinya.
c. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin A,
C, D karena baik bagi kesehatan mata.
d. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan
tinggi karbohidrat karena bisa berpeluang menimbulkan penyakit
diabetes melitus yang merupakan faktor penyebab terjadinya
katarak.
e. Lakukan gaya hidup sehat dengan pola makan yang seimbang.

2. Pencegahan Sekunder
Merupakan upaya untuk mencegah orang yang telah sakit agar
sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi
dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah
meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dilakukan
antara lain:
a. Apabila sudah ada tanda-tanda penyakit tersebut segera dibawa ke
RS terdekat.
b. Berikan obat tetes mata untuk mengurangi iritasi mata.

3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak
munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk
kondisi pasien mengurangi kematian. Pada pencegahan ini dilakukan

12
upaya untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti perawatan
dan pengobatan. Upaya yang harus dilakukan yaitu:
a. Melakuakan pengobatan secara rutin.
b. Apabila obat-obatan sudah habis langsung ke RS untuk mencegah
komplikasi penyakit lain.

K. Penatalaksanaan Medis
1) Intervensi bedah
a. Indikasi operasi katarak
a) Pada bayi (<1tahun) jika fundus tidak terlihat
b) Pada usia lanjut
b. Indikasi Klinis : jika timbul komplikasi glaucoma / uveitis
c. Indikasi Visual : katarak matur dengan visus 1/300 atau 1/~dengan
catatan LP bik segala arah.
d. Indikasi Sosial : pekerjaan
e. Jenis pembedahan katarak :
a) Extracapsular Cataract Extractive (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat kapsul posterior di tinggalkan
untuk mencegah prolapsvitreus untuk melindungi retina dari
sinar ultravioler dan memberikan sokongan untuk implantasi
lensa mata intra okuler.
b) Intracapsular Cataract Extractive (ICCE) Pada pembedahan
jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
2) Pengobatan Katarak
Salah satu cara pengobatan katarak adalah dengan cara
pembedahan,yaitu
a. lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa
intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca
mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga
jangan sampai terjadi infeksi.

13
b. Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau
bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis.
c. Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak
ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan
atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus
lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan
tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik
ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder
karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan
pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh
dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur,
yang masih memiliki zonula zinn.
d. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan
fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan
gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil,
dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi
penglihatan pasien meningkat.
e. Kacamata (aphakic spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tidak mempunyai lensa yang
disebut afakia.Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sefris (+)
10D supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus diberikan 3bulan
pasca operasi sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksi masih
berubah – ubah, karena keadaan luka belum tenang dan
astigmatismenya tidak tetap.
f. Lensa kontak
Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lebih
besar dari pada ukuran normal, sehingga kedua mata berfungsi
bersama. Lapang pandang tidak berubah/ konstriksi. Kerugiannya
dapat terjadi lakrimasi, risiko tinggi komplikasi, kemungkinan
penolakan lensa dan biaya mahal.

14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
2. Makanan / Cairan :
Mual, muntah
3. Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan penyebab katarak mata.
4. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap
atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.
5. Penyuluhan / Pembelajaran
- Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
- Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan
tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin.
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal
berikut ini :
1. Ukuran pupil mengecil
2. Pemakaian kacamata
3. Penglihatan ganda

15
4. Sakit pada mata seperti glaucoma dan katarak
5. Mata kemerahan
6. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan).
7. Kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.
8. Permintaan untuk membacakan kalimat
9. Kesulitan/ kebergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan
kebutuhan sehari-hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan,
BAK/BAB, serta berpindah)
10. Visus

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori dari organ penerima.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit.
4. Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang.
5. Resiko Cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang.

C. Intervensi
1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori dari organ penerima,
NOC : Vision compensation behavior
Kriteria hasil:
1. Memakai kaca mata atau lensa dengan benar
2. Memakai huruf braile
3. Memakai penyinaran/ cahaya yang sesuai
NIC
Pencapaian Komunikasi: Defisit Penglihatan
a. Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan
b. Ajak pasien ntuk menentukan tujuan dan belajar melihat dengan
cara yang lain

16
c. Deskripsikan lingkungan disekitar pasien
d. Jangan memindahkan sesuatu di ruangan pasien tanpa memberi
informasi pada pasien
e. Bacakan surat atau koran atau info lainnya
f. Sediakan huruf braile
g. Informasikan letak benda-benda yang sering diperlukan pasien
h. Manajemen Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2) Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan pasien
3) Pasang side rail
4) Sediakan tempat tidur yang rendah
5) Tempatkan benda +benda pada tempat yang dapat dijangkau
pasien

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik


NOC :
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
a. Klien terbebas dari bau badan
b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan
ADLs
c. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC :
Self Care assistance : ADLs
a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.

17
e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
f. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
h. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


mengenai penyakit
NOC :
a. Kowlwdge : disease process
b. Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
Teaching : disease Process
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

18
f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
g. Hindari harapan yang kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang
tepat
m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

4. Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang yang


ditandai dengan
NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah
injury/cedera
c. Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku
personal
d. Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali perubahan status kesehatan

19
NIC :
Environment Management (Manajemen lingkungan)
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
g. Membatasi pengunjung
h. Memberikan penerangan yang cukup
i. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
j. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
k. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
l. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

5. Resiko Cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang


yang ditandai dengan
NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah
injury/cedera
c. Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku
personal
d. Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

20
f. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC :
Environment Management (Manajemen lingkungan)
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
g. Membatasi pengunjung
h. Memberikan penerangan yang cukup
i. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
j. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
k. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
l. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

21
KASUS

Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke RS dengan keluhan


pandangan mata kabur seperti berasap, terjadi penurunan ketajaman dalam
penglihatan, hasil pemeriksaan ditemukan lensa yang sedang dalam proses
pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein, nekrosis,
dan terganggunya kesinambungan normal serabut-serabut lensa.
Hasil pemeriksaan dengan oftalmoskop, lup, atau lampu celah dengan
pupil yang telah dilebarkan. Ditemukan kepadatan dan kekeruhan lensa, semakin
sulit memantau fundus okuli, sampai akhirnya refleks pundus negatif, pupil
tampak putih. Pada mata tampak kekeruhan lensa. Kekeruhan ini juga ditemukan
pada berbagai lokasi di lensa seperti korteks dan nucleus.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : TN. -
Umur : 70 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku Bangsa :-
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Tanggal MRS :-
Diagnosa Medis : Katarak.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan pandangan mata kabur seperti berasap, terjadi
penurunan ketajaman dalam penglihatan.
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada kasus tidak menyebutkan penyakit sekarang yang diderita.
b. Riwayat Penyakit terdahulu
Pada kasus tidak menyebutkan riwayat penyakit terdahulu.

22
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada kasus tidak menyebutkan keluarga ada penyakit yang dialami
klien.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Test tajam penglihatan
Hasil :
1) Lensa sedang dalam proses pembentukan katarak.
2) Adanya sembab lensa.
3) Perubahan protein.
4) Nekrosis.
5) Terganggunya kesinambungan normal serabut-serabut lensa.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi, lup, atau lampu
Hasil :
1) Kepadatan dan kekeruhan lensa (kekeruhan ditemukan pada
berbagai lokasi dilensa (korteks dan nukleus).
2) Sulit memantau fundus okuli.
3) Reflex fundus negative.
4) Pupil tampak putih.
B. Diagnosa Keperawatan (sesuai kasus)
1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori dari organ penerima.
2. Kurang Pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai penyakit.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori dari organ penerima.
Intervensi :
a. Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan.
b. Ajak pasien ntuk menentukan tujuan dan belajar melihat dengan cara
yang lain.
c. Deskripsikan lingkungan disekitar pasien.

23
d. Jangan memindahkan sesuatu di ruangan pasien tanpa memberi
informasi pada pasien.
e. Bacakan surat atau koran atau info lainnya.
f. Sediakan huruf braile.
g. Informasikan letak benda-benda yang sering diperlukan pasien.
h. Manajemen Lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
2. Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan pasien.
3. Pasang side rail.
4. Sediakan tempat tidur yang rendah.
5. Tempatkan benda-benda pada tempat yang dapat dijangkau
pasien.
2. Kurang Pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai penyakit.
Intervensi :
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat.
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat.
f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
tepat.
g. Hindari harapan yang kosong.
h. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat.
i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

24
k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan.
l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang
tepat.
m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat.
n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

25
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan (Klinik
Mata Nusantara, 2008).
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak primer, katarak
komplikata, katarak kongenital. Penyebab dari katarak adalah usia lanjut tapi
dapat secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin,
genetik, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolik,
seperti Diabetes Melitus, Galaktosemi, atau distrofi mekanik, Traumatik.
Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas, seperti
terdapat kabut menghalangi objek, lensa mata berubah menjadi buram seperti
kaca susu. Tindakan yang dapat dilakukan pada katarak seperti bedah katarak
dan pengobatan katarak.

A. Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan katarak
sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada klien. Disamping itu,
pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat juga diperlukan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan klien secara
utuh, terencana dan sistematis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Tamher, S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Maryam RS, Ekasari MF, dkk . 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan
Perawatannya. Jakarta : Salemba.
Maryam RS, Ekasari, MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut Dan
Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Stanley M, Patricia GB. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai