Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Oktober 2022


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

EPISKLERITIS

OLEH :
Jihan Camelia Faried, S.Ked
105501101621
PEMBIMBING:
dr. Yusuf Bachmid, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Nama : Jihan Camelia Faried, S.Ked
NIM : 105501101621
Judul Referat : Episkleritis

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, Oktober 2022


Pembimbing

dr. Yusuf Bachmid, Sp.M

1
KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SubhanahuWaTa’ala


karena atas rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan
judul “Episkleritis” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah
kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, sang pembelajar sejati yang
memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih dan


penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr.Yusuf Bachmid,
Sp.M yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat berharga
dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan


kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.

Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.

WassalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Makassar, Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................1

KATA PENGANTAR........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................5

A. Anatomi Bola Mata.................................................................................5


B. Definisi....................................................................................................9
C. Epidemiologi ..........................................................................................10
D. Etiologi ...................................................................................................10
E. Patofisiologi ...........................................................................................10
F. Klasifikasi ..............................................................................................11
G. Kriteria Diagnosis...................................................................................13
H. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................15
I. Diagnosis banding...................................................................................15
J. Tatalaksana .............................................................................................15
K. Komplikasi..............................................................................................15
L. Prognosis.................................................................................................16
M. Kesimpulan ............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan


pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berhubungan erat dengan kornea
dalam bentuk lingkaran yang disebut limbus. Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis
jaringan ikat vascular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga
mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun sklera kaku dan tipisnya
1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul.1

Sklera berfungsi untuk menyediakan perlindungan terhadap komponen


intraokular. Pembungkus okular yang bersifat viskoelastis ini memungkinkan
pergerakan bola mata tanpa menimbulkan deformitas otot-otot penggeraknya.
Pendukung dasar dari sklera adalah adanya aktifitas sklera yang rendah dan
vaskularisasi yang baik pada sklera dan koroid. Hidrasi yang terlalu tinggi pada
sklera menyebabkan kekeruhan pada jaringan sklera. Jaringan kolagen sklera dan
jaringan pendukungnya berperan seperti cairan sinovial yang memungkinkan
perbandingan yang normal sehingga terjadi hubungan antara bola mata dan
socket. Perbandingan ini sering terganggu sehingga menyebabkan beberapa
penyakit yang mengenai struktur artikular sampai pembungkus sklera dan
episklera.1

Episklera merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak


antara konjungtiva dan permukaan sklera.1 Kelainan ini bersifat unilateral pada
dua-pertiga kasus. Episklera dapat tumbuh di tempat yang sama atau di
dekatnya di jaringan palpebra. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai
penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi unilateral atau bilateral dengan onset
perlahan atau mendadak dan dapat berlangsung sekali atau kambuh-kambuhan.
Peningkatan insiden skleritis tidak bergantung pada geografi maupun ras.
Wanita lebih banyak terkena daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. 1

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Bola Mata


Dinding bola mata tersusun atas 3 lapisan yaitu tunika fibrosa (lapis
sklera - kornea) yang merupakan lapisan luar bola mata terdiri atas sklera dan
kornea. Tunika vaskularis (lapis uvea) yang merupakan lapisan tengah bola mata
terdiri atas khoroid, badan siliaris dan iris serta tunika neuralis (lapis retina) yang
merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina.1

Gambar 1. Anatomi Mata4

1. Palpebra (Kelopak Mata)


Palpebra merupakan alat penutup mata yang mempunyai fungsi sebagai
pelindung bola mata dari trauma dan mensekresi kelenjar yang berbentuk film air
mata yang terletak di depan kornea. Pada palpebra juga terdapat bagian – bagian
seperti kelenjar yaitu kelenjar sebasea, kelenjar moll atau keringat, kelenjar zeis

5
pada pangkal rambut dan kelenjar meibom pada tarsus. Terdapat juga M.
orbikularis okuli yang berfungsi untuk menutup bola mata, dipersarafi oleh N.
fasial dan M. levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata yang dipersarafi oleh N.III.1
2. Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris atau tarsal),
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi) dan konjungtiva fornises atau
forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh
sel Goblet. Perdarahan konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis.1
3. Sklera
Bagian terluar yang melindungi bola mata. Merupakan jaringan ikat bersifat
kenyal, memberikan bentuk pada bola mata dan berwarna putih, serta
menyambung dengan kornea di sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di
posterior. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari
jaringan elastik halus yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk
sklera, yang disebut sebagai episklera.1,5
4. Episklera

5. Episklera mengandung banyak pembuluh darah yang darah yang darah yang
darah yang menyediakan nutrisi ediakan nutrisi untuk sklera dan permeabel
terhadap air glukosa dan protein. Episklera juga berfungsi  berfungsi sebagai
lapisan pelicin bagi jaringan kolagen dan elastis dari sklera dan akan bereaksi
hebat jika terjadi inflamasi pada sklera. Jaringan fibroelastis dari episklera
mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang lebih dekat ke sklera dan
lapisan parietal yang bergabung dengan fasia dari otot dan konjungtiva dekat
2
limbus. Pleksus episklera posterior berasal dari siliari posterior sementara itu di

6
episklera anterior berhubungan dengan pleksus konjungtiva pleksus episklera
2
superfisial dan pleksus episkera profunda.
6. Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan
0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis
penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana
sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea cembung dengan
sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau 40
dioptri. Kornea memiliki 5 lapisan yaitu epitel, membran bowman, stroma,
membran descement dan endotel. Epitel merupakan lanjutan dari konjungtiva
disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan
lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan dunia luar. Membran
bowman merupakan lapisan fibrosa yang tersusun dari serat kolagen, lapisan ini
tidak mempunyai daya regenerasi. Stroma merupakan lapisan kornea yang paling
tebal tersusun dari serat - serat kolagen. Membran descement bersifat sangat
elastic dan berkembang terus menerus seumur hidup. Lalu, endotel merupakan
lapisan kornea yang paling dalam, tersusun dari epitel selapis gepeng. Sel – sel
ini mensintesis protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara membran
descement. Dinding sel nya memiliki pompa natrium yang berfungsi untuk
mengeluarkan ion ion natrium yang berlebihan menuju kamera okuli anterior.1,5
7. Uvea
Uvea terdiri atas iris, badan siliaris (korpus siliaris) dan koroid. Bagian ini
adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.1
8. Iris
Merupakan bagian paling depan dari lapisan uvea, merupakan bagian yang
memberikan warna pada mata karena terdapat sel – sel melanosit. Iris

7
memisahkan bilik mata bagian depan dan bagian belakang. Iris disusun oleh
jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan pembuluh darah.1
9. Badan Siliaris
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem
ekskresi di belakang limbus, menghasilkan humor aquaeus. Korpus siliaris
disusun oleh jaringan penyambung yang mengandung serat – serat elastin,
pembuluh darah dan melanosit.1
10. Koroid
Koroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel
– sel pigmen sehingga tampak berwarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat- serat kolagen dan elastin, sel – sel
fibroblast, pembuluh darah dan melanosit.1
11. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata. Pupil berada di celah antara iris kanan dan kiri. Terdapat dua jenis otot
polos pada iris, yaitu otot dilatator pupil dipersarafi simpatis yang mengakibatkan
pupil melebar dan otot sfingter atau konstriktor pupil dipersarafi parasimpatis
(N.III), yang merubah diameter pupil.1
12. Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan yang
terletak di belakang iris. Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel
subkapsul pada bagian ini terdapat serat-serat lensa yang diisi dengan protein
lensa kristalin (crystallins) dan nukleus. Pada axis penglihatan, lensa berperan
untuk berakomodasi dan memfokuskan cahaya ke retina.1
13. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel
fotoreseptor yaitu sel-sel batang dan kerucut. Dalam aksis penglihatan, retina
berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya dan akan diteruskan

8
berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak untuk membentuk
gambaran yang dilihat.1
14. Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya.1
15. Vaskularisasi Bola Mata
Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri ophtalmica,
yaitu cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini
berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis 8 optikus
menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralis retina, yang
memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabang-
cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi
glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke
berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan brevis, arteri palpebra
medialis ke kedua kelopak mata, dan arteri supra orbitalis serta supra troklearis.5
Vaskularisasi pada Bola Mata Arteri siliaris posterior brevis
memvaskularisasi koroid dan bagian nervus optikus. Kedua arteri siliaris longus
memvaskularisasi badan siliar, beranastomosis satu dengan yang lain, dan
bersama arteri siliaris anterior membentuk sirkulus arteriosus major iris. Arteri
siliaris anterior berasal dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke muskuli
rekti. Arteri ini memvaskularisasi sklera, episklera, limbus, konjungtiva, serta
ikut membentuk sirkulus arteriosus major iris.2,3 Drainase vena-vena di orbita
terutama melalui vena oftalmika superior dan inferior, yang juga menampung
darah dari vena verticoasae, vena siliaris anterior, dan vena sentralis retina. Vena
oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fisura orbitalis superior
dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fisura orbitalis inferior.1
B. Definisi Episkleritis

Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang

9
terletak di antara konjungtiva dan sklera yang bersifat ringan dapat sembuh
sendiri dan bersifat rekurensi. Episkleritis adalah penyakit pada episklera
biasanya mengenai orang dewasa dan berhubungan dengan penyakit sistemik
sebagai penyertanya tetapi tidak dapat berkembang menjadi skleritis.
Manifestasinya dapat berupa akut, subakut maupun kronik dan dapat
4
menyerang secara unilateral maupun bilateral.
C. Epidemiologi

Angka kejadian pasti tidak diketahui karena banyaknya pasien yang tidak
berobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 74% kasus
terjadi pada perempuan dan sering terjadi pada usia dekade 4-5. Pada anak-anak
episkleritis biasanya menghilang dalam 7-10 hari dan jarang rekuren. Pada
dewasa, 30% kasus berhubungan dengan penyakit jaringan ikat penyertanya,
penyakit inflamasi saluran cerna, infeksi herpes, gout, dan vaskulitis. Penyakit
sistemik biasanya jarang pada anak-anak.11

D. Etiologi
Hingga sekarang belum diketahui penyebab pasti dari episkleritis.
Namun, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu berhubungan
dengan terjadinya episkleritis. Kondisi-kondisi tersebut adalah penyakit yang
mempengaruhi tulang, tulang rawan, tendon, atau jaringan ikat lain dari tubuh,
seperti :
1. Rheumatoid arthritis
2. Ankylosing spondylitis
3. Lupus (systemic lupus erythematosus)
4. Gout

E. Patofisiologi2,10

10
Patofisiologi belum diketahui secara pasti namun ditemukan respon inflamasi
yang terlokalisir pada superficial episcleral vascular network, patologinya
menunjukkan inflamasi nongranulomatous dengan dilatasi vascular dan infiltrasi
perivascular. Penyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik namun
sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi
hipersensitivitas mungkin berperan. Penyakit-penyakit sistemik tertentu
misalnya:

a. Collagen vascular disease;


Polyarteritis nodosa, seronegative spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis,
inflamatory bowel disease, Reiter syndrome, psoriatic arthritis, artritis rematoid
b. Infectious disease;
Bacteria including tuberculosis, Lyme disease dan syphilis, viruses termasuk
herpes, fungi, parasites.
c. Miscellaneous ;
Gout, Atopy, Foreign bodies, Chemicals
d. Penyebab lain/yang berhubungan (jarang);
T-cell leukemia, Paraproteinemia, Paraneoplastic syndromes-Sweet syndrome,
dermatomyositis, Wiskott-Aldrich syndrome, Adrenal cortical insufficiency,
Necrobiotic xanthogranuloma, Progressive hemifacial atrophy, Insect bite
granuloma, Malpositioned Jones tube, following transscleral fixation of posterior
chamber intraocular lens.9
Hubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout.9

F. Klasifikasi6
Terdapat dua tipe klinik dari episkleritis yaitu episkleritis sederhana dan
episkleritis noduler.

1. Episkleritis sederhana (Simple episcleritis)

11
Tipe yang paling sering dijumpai adalah episkleritis sederhana (80%),
merupakan penyakit inflamasi moderate hingga severe yang sering berulang
dengan interval 1-3 bulan, terdapat kemerahan yang bersifat sektoral atau dapat
bersifat diffuse (jarang), dan edema episklera. Tiap serangan berlangsung 7-10
hari dan paling banyak sembuh spontan dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat lebih
lama terjadi pada pasien dengan penyakit sistemik. Pada anak kecil jarang
kambuh dan jarang berhubungan dengan penyakit sistemik. Beberapa pasien
melaporkan serangan lebih sering terjadi saat musim hujan atau semi. Faktor
presipitasi jarang ditemukan namun serangan dapat dihubungkan dengan stress
dan perubahan hormonal.10,11

Gambar 5. Episkleritis Sederhana

2. Episkleritis noduler (Nodular episcleritis)


Pasien dengan episkleritis noduler mengalami serangan yang lebih lama,
berhubungan dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5% berhubungan dengan
artritis rematoid, 7% berhubungan dengan herpes zoster ophthalmicus atau
herpes simplex dan 3% dengan gout atau atopy) dan lebih nyeri dibandingkan

12
tipe sederhana. Episkleritis noduler (20%) terlokalisasi pada satu area,
membentuk nodul dengan injeksi sekelilingnya.10,11

Gambar 6. Episkleritis Noduler

G. Kriteria diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hasil
Anamnesis( Subjective)
1. Mata merah merupakan gejala utama atau satu-satunya
2. Tidak ada gangguan dalam ketajaman penglihatan
3. Keluhan penyerta lain, misalnya: rasa kering, nyeri, mengganjal, atau berair.
Keluhan- keluhan tersebut bersifat ringan dan tidak mengganggu aktifitas sehari-
hari. Bila keluhan dirasakan amat parah, maka perlu dipikirkan diagnosis lain
4. Keluhan biasanya mengenai satu mata dan dapat berulang pada mata yang sama
atau bergantian
5. Keluhan biasanya bersifat akut, namun dapat pula berlangsung beberapa minggu
hingga beberapa bulan

13
6. Dapat ditemukan gejala-gejala terkait penyakit dasar di antaranya: tuberculosis,
rheumatoid arthritis, SLE, alergi (missal: eritema nodosum) atau dermatitis
kontak.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana ( Objective).
Episkleritis terbagi menjadi dua tipe, yaitu nodular dan simple. Secara umum,
tanda dari episkleritis adalah:

1. Kemerahan hanya melibatkan satu bagian dari area episklera. Pada penyinaran
dengan senter, tampak warna pink sedangkan pada skleritis warnanya lebih gelap
dan keunguan
2. Kemerahanpada episkleritis disebabkan oleh kongesti pleksus episklera
superficial dan konjungtival, yang letaknya di atas dan terpisah dari lapisan
sclera dan pleksus episklera profunda di dalamnya. Dengan demikian, pada
episkleritis, penetesan Fenil Efedrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan
mengurangi kemerahan; sesuatu yang tidak terjadi pada skleritis
3. Pada episkleritis nodular, ditemukan nodul kemerahan berbatas tegas di bawah
konjungtiva. Nodul dapat digerakkan. Bila nodul ditekan dengan kapas atau
melalui kelopak mata yang dipejamkan di atasnya, akan timbul rasa sakit yang
menjalar ke sekitar mata
4. Hasil pemeriksaan visus dalam batas normal
5. Dapat ditemukan mata yang berair, dengan secret yang jernih dan encer. Bila
secret tebal, kental dan berair, perlu dipikirkan diagnosis lain
6. Pemeriksaan status generalis harus dilakukan untuk memastikan tanda-tanda
penyakit sistemik yang mungkin mendasari timbulnya episkleritis seperti
tuberculosis, rheumatoid arthritis, SLE, eritema nodosum, dermatitis kontak.
Keluhan sistemik umumnya lebih sering menimbulan episkleritis nodular
daripada simple.
7. Cara membedakan episkleritis dengan skleritis adalah dengan melakukan tes
Fenil Efrin 2,5% (tetes mata), yang merupakan vasokonstriktor. Pada episkleritis,

14
penetesan Fenil Efrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan mengurangi
kemerahan (blanching/ memucat); sedangkan pada skleritis kemerahan menetap.

H. Pemeriksaan Penunjang12
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan histopatologi

I. Diagnosis banding
1. Konjungtivitis :karena letaknya superficial dari episklera, maka penetasan
vasokonstriktor (fenilefrin 2.5%) maka injeksio konjungtivanya akan
berkurang. Namun pada episkleritis setelah penetesan vasokonstriktor,
injeksio episkleranya tidak berkurang.
2. Skleritis : pada saat pemeriksaan jika skleritis dilakukan penyinaran dengan
senter didapatkan warna yang lebih gelap dan keunguan sedangkan pada
episkleritis didapatkan warna pink.

J. Tatalaksana12
Episkleritis biasanya akan hilang sendiri dalam waktu sekitar 10 hari dan
biasanya tidak memerlukan pengobatan apapun. Air mata buatan dapat berguna
dalam menghilangkan gejala mata kering.
Jika gejala semakin parah atau bertahan lama, dokter mungkin akan meresepkan
beberapa obat berikut:
1. Non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID), seperti flurbiprofen untuk
membantu meredakan nyeri dan bengkak dan mengurangi peradangan.
2. Steroid eye drops, seperti dexamethasone untuk membantu mengurangi
peradangan dan mempercepat pemulihan.

K. Komplikasi12

15
Komplikasi episkleritis yang mungkin terjadi adalah iritis. Sekitar 1 dari 10
orang dengan episkleritis akan berkembang kea rah iritis ringan.5

L. Prognosis
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya
dalam 1-2 minggu dan tidak akan mempengaruhi visus.5

Ad vitam: Bonam

Ad functionam: Bonam

Ad sanationam: Dubia ad bonam

16
BAB III
KESIMPULAN
Episkleritis merupakan suatu reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak
diantara konjuntiva dan permukaan sclera yang relative sering terjadi. Kelainan ini
cendrung mengenai orang muda, khasnya pada dekade ketiga atau keempat
kehidupan, mengenai wanita tiga kali lebih sering dibanding pria, bersifat unilateral
pada dua-pertiga kasus. Penyebab pastinya tidak diketahui. Kelainan lokal atau
sistemik terkait, misalnya roscacea ocular, atopi, gout, infeksi, atau penyakit kolagen-
vaskular dijumpai pada sepertiga populasi pasien. Gejala-gejala episkleritis adalah
kemerahan dan iritasi ringan atau rasa tidak nyaman, mata terasa kering, dengan rasa
sakit yang ringan, mengganjal, berpasir, dan konjungtiva yang kemotik.
Episkleritis adalah peradangan pada episklera sedangkan skleritis adalah
peradangan pada sklera penyebab dari episkleritis dan skleritis belum diketahui, tetapi
dapat diakibatkan oleh penyakit sistemik, Gejala episkleritis yaitu sakit mata dengan
rasa nyeri atau sensasi terbakar, mata merah pada bagian putih mata, kepekaan
terhadap cahaya tetapi tidak mempengaruhi visus. Gejala dari skleritis adalah rasa
nyeri yang berat dan dapat menjalar ke alis, dahi, rahang dan sinus, mata berair,
fotofobia, dan penurunan tajam penglihatan. Terapi dari episkleritis dan skleritis
dapat berupa non-steroid dan steroid . Terapi dari episkleritis dan skleritis dapat
berupa non-steroid dan steroid. Episkleritis dapat menimbulkan komplikasi berupa
iritis sedangkan skleritis berupa keratitis, uveitis, glukoma, katarak,dll. Prognosis dari
episkleritis adalah baik, sedangkan pada skleritis dapat baik dan dapat buruk
tergantung penyebabnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology


5th Edition pp. 151-2. Great Britain. 2003. ButterworthHeinemann.
2. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170-
171. Jakarta. 2000. Widya Medika
3. Ilyas, Sidarta Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI Jakarta,
2005 : 147-58.
4. Galor,A & Jeng, B.H., 2008. Red Eye for the Internist: When to treat, when to
refer. Cleveland Clinic Journal ofMedicine, 75(2), pp.137-44. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18290357
5. Ilyas, S.,2005. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed, Jakarta: Balai penerbit FKUI
6. Sims, J., 2012. Scleritis: Presentations, Disease Associations and
Management. Postgraduate Medical Journal,88(10460, pp.713-8
7. Watson,P.,Hayreh, S& Awdry, ,1968. Episcleritis and Scleritis. British
Journal Ophthalmolgy, 52, pp.278-279
8. Foster CS, Maza MS. The Sclera. Springer-Verlag; 1994.96-102
9. Roy Hampton, Episcleritis in Http://www.emedicine.com/oph/topic641.htm
10. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology
5th Edition pp. 151-2. Great Britain. 2003. Butterworth-Heinemann.
11. Pavan-Langston, Cornea and External Disease in Manual of Ocular Diagnosis
and Therapy 5th Edition pp. 125-126. Philadelphia. 2002. Lippincott Williams
& Wilkins

18
12. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170-
171. Jakarta. 2000. Widya Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai