Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“GANGGUAN KENYAMANAN PADA IBU NIFAS”

Dosen Pembimbing :

dr. Rino Andriya. Sp.OG

Disusun Oleh :

1. Dewi Siska Apriliya (17705)


2. Magdalena Gole (17711)
3. Tamara Agustin (17716)

AKADEMI KEBIDANAN MANDIRI GRESIK


DIII KEBIDANAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Obstetri dengan judul “Gangguan
Kenyamanan Pada Ibu Nifas”

Tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Rino Andriya. Sp.OG selaku dosen
pembimbing mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi serta sarannya
untuk kesempurnaan makalah ini. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan
masukan untuk makalah ini dan seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan banyaknya kekurangan, sehingga
penulis sangat menerima saran dan kritik untuk kemajuan serta kesempurnaan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Gresik, 17 Desember 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah msalah besar di Negara
berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada
puncak produktivitasnya (Sarwono Prawirohardjo, 2000). Angka kematian ibu maternal
berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi kesehatan
ibu dan anak, kondisi kesehatan lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan lingkungan.
Tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, inu waktu melahirkan dan masa nifas.
Dalam hal ini bidan merupakan ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan khususnya
kepada masyarakat senantiasa berupaya meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar
professional. Untuk dapat memberikan asuhan kebidanan yang baik dituntut adanya tenaga
bidan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan, ketramppilan, pelayanan
serta professional sehingga didapatkan pelayanan kebidanan yang bermutu, ilmiah dan
bertanggung jawab.
Keluhan nyeri merupakan keluhan yang paling umum kita temukan atau dapatkan ketika
kita sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di tataran
pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Kadang kala kita sering menganggap hal itu sebagai
hal yang biasa sehingga perhatian yang kita berikan tidak cukup memberikan hasil yang
memuaskan di mata pasien. Nyeri sesunggguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu
sensasi, tetapi berkaitan juga dengan respon fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan
perilaku, sehingga dalam penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari semua
unsur yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan, untuk itu pemahaman tentang nyeri dan
penanganannya sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga kesehatan, terutama perawat yang
dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi dengan pasien.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana cara mengatasi gangguan kenyamanan pada Ibu nifas?
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk memahami dan mengatasi gangguan kenyamanan pada Ibu nifas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Gangguan Kenyamanan (Rasa Nyeri)


Gangguan rasa nyeri dan ketidaknyamanan masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa
komplikasi saat melahirkan. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan terhadap gangguan
rasa nyeri dan ketidaknyamanan tersebut yang diuraikan sebagai berikut:
1. After Pain atau kram perut
Sejak dulu Afterpain dihubungkan multiparitas dan menyusui. Namun, ibu dapat
mengalami afterpain meskipun sebelumnya belum pernah hamil ataupun menyusui(Mender
1998, Merchant et al 1999). Deskripsi afterpain dalam buku pendidikan bagi orangtua
menunjukkan bahwa nyeri ini merupakan bentuk ketidaknyamanan ringan dan lebih
merupakan isu ketidaknyamanan. Meskipun demikian, ibu sendiri mendeskripsikan nyeri
tersebut setara dengan nyeri sedang pada persalinan(Merchant et al 1999). Penatalaksanaan
afterpain adalah dengan pemberian analgesic yang tepat, jika mungkin, diberikan sebelum
menyusui karena produksi oksitosin akibat respons pengeluaran ASI mengaktivasi kontraksi
uterus dan menyebabkan nyeri. Penjelasan mengenai afterpain akan bermanfaat bagi ibu.
Perlu juga dijelaskan bahwa ibu mungkin akan mengalami perdarahan hebat, bahkan dapat
berupa bekuan darah. Nyeri pada uterus yang bersifat terus menerus atau terasa pada saat
palpasi abdomen tampaknya tidak berkaitan dengan afterpain dan perlu penyelidikan
mengenai hal ini. Para ibu mungkin merasa bingung antara afterpain dengan nyeri akibat
flatus, khususnya setelah persalinan operatif atau saat mereka mengalami konstipasi.
Peredaan penyebab cenderung meredakan gejala.
Hal ini disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus menerus
pada uterus. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang
banyak(multipara) dan wanita menyusui.
Cara yang efektif untuk mengurangi after pain adalah dengan mengosongkan kandung
kemih yang penuh dan menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal. Ketika kandung kemih
kosong, ibu dapat telungkup dengan bantal.
Hal ini akan menjaga kontraksi dan menghilangkan nyeri. Beri tahu ibu bahwa ketika ia
telungkup pertama kali, ia akan merasakan kram yang hebat selama 5 menit sebelum nyeri
hilang. Pada keadaan ini dapat juga diberi analgesic(parasetamol, asam mefenamat. Codein,
atau asetaminofen).

2. Pembengkakan Payudara
Diperkirakan bahwa pembengkakan pembesaran payudara disebabkan kombinasi
akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini
mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis stasis lebih lanjut karena stasis limfatik dan
vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga pascapartum
baik pada ibu menyusui, dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.
Pebengkakan payu dara terjadi juga karena adanya gangguan antara akumulasi air susu
dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan penyumbatan pada
saluran limfa dan vena, terjadi pada hari ke 3 post partum baik pada ibu menyusui maupun
tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-48 jam.
Saat suplai air susu masuk kedalam payudara, pembesaran payudara dimulai dengan
perasaan berat saat payudara mulai terisi. Payudara mulai distensi, tegang, dan nyeri tekan
saat disentuh. Kulit terasa hangat saat disentuh, dengan vena dapat terlihat, dan tegang
dikedua sisi payudara. Putting payudara lebih keras dan menjadi sulit bagi bayi untuk
mengisapnya. Pada beberapa wanita, nyeri tekan payudara menjadi nyeri hebat, terutama jika
bayi mengalami kesulitan dalam menyusu, atau jika ia tidak menggunakan penyangga
payudara yang baik. Meskipun pembesaran bukanlah proses inflamasi, peningkatan
metabolism akibat produksi air susu dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh ringan.
Demam lebih tinggi dari 38C menunjukkan adanya mastitis atau infeksi lain.
Tindakan untuk menurunkan rasa nyeri bergantung pada apakah wanita menyusui. Untuk
wanita yang tidak menyusui, tindakan ditujukan terhadap pemulihan ketidaknyamanan dan
penghentian laktasi. Meskipun dahulu berbagai medikasi digunakan untuk membantu
menekan produksi air susu pada wanita yang memberikan susu formula, tidak ditemukan
medikasi tanpa resiko bagi wanita, ataupun obat yang beber-bener efektif. Sejak food and
drug bromokriptin(parlodel) pada tahun 1989, tidak ada medikasi yang disetujui untuk
penggunaan di Amerika serikat.
Wanita yang memilih memberikan susu formula perlu memahami bahwa
mereka membentuk suplai air susu, yang menyebabkan pembesaran. Mereka perlu diajarkan
untuk menggunakan BH atau bebat payudara untuk menyangga payudara dengan kuat,
mengangkatnya, bukan menekan kea rah dinding dada. Wanita dengan payudara
menggantung perlu menambahkan gulungan dibawah payudara dengan menggunakn linen
atau handuk tipis, disematkan sedemikian rupa pada tempatnya sehingga memberikan
sanggaan yang baik pada payudara.
Waktu dua jam setelah melahirkan merupakan waktu yang baik sekali untuk mendorong
ibu agar menyusui jika ia menginginkannya. Bayi sedang berada pada keadaan siaga dan siap
untuk disusui. Pemberian ASI pada saat ini akan membantu kontraksi uterus dan menolong
mencegah perdarahan.
Penindihan masa menyusui(usaha untuk mencegah atau menghentikan perkembangan
ASI)dilakukan jika wanita memutuskan untuk tidak menyusui atau pada kasus kematian
sebelum melahirkan.
Tanda dan gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak dan mengalami
distensi, kulit payudara menjadi mengilat dan merah, payudara hangat jika disentuh, vena
pada payudara terlihat,, payu dara nyeri, terasa keras, dan penuh.
Cara mengurangi pembengkakan antara lain:
1) Untuk ibu menyusui
1. Menyusui sesering mungkin
2. Menyusui setiap 2-3 jam sekali secara teratur tanpa makanan tambahan
3. Gunakan kedua payudara saat menyusui
4. Gunakan air hangat pada payudara, dengan menempelkan kain atau handuk yang
hangat pada payudara
5. Jika ada pembengkakan atau jika payudara masih terasa penuh setelah menyusui,
lakukan pengeluaran ASI secara manual
6. Gunakan bra yang kuat untuk menyangga payudara, pastikan bahwa bra tidak
menekan payudara karena dapat menyebabkan penekanan lebih lanjut
7. Letakan kantong es pada payudara diantara waktu menyusui untuk mengurangi
nyeri
8. Minum parasetamol atau asetaminofen untuk mengurangi rasa nyeri
2) Bagi ibu yang tidak menyusui
1. Gunakan bra yang kuat menyangga payudara dan tepat ukurannya
2. Letakkan kantong es pada payudara untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghalangi aliran ASI
3. Yakinlah diri bahwa itu hanya terjadi selama 24-48 jam
4. Hindari masase payudara dan memberi sesuatu yang hangat pada payudara
karena dapat meningkatkan produksi ASI
5. Minum parasetamol atau asetaminofen untuk menghilangkan nyeri

3. Nyeri perineum
Tanpa menghiraukan persalinan mengakibatkan trauma perineum, ibu cenderung
merasakan memar disekitar vagina dan jaringan perineum selama beberapa hari pertama
setelah persalinan. Para ibu yang mengalami cedera perineum hingga penyembuhan terjadi
(McCandlish et al 1998, Sleep 1995, Wylie 2002). Dikatakan bahwa dampak trauma perineum
secara signifikan memperburuk pengalaman pertama menjadi ibu bagi kebanyakan wanita
karena derajad nyeri yang dialami dan dampaknya terhadap aktivitas hidup sehari-hari
(McCandlish et al 1998, Sleep 1995). Trauma fisiologis dan psikologis jangka panjang juga
terjadi.
Nyeri perineum dapat disebabkan oleh episiotomy, laserasi atau jahitan. Sebelum
memberikan asuhan, sebaiknya bidan mengkaji apakah nyeri yang dialami ibu normal atau
ada komplikasi, seperti hematoma atau infeksi.
Asuhan yang dapat diberikan untuk nyeri perineum, yaitu :
1. Letakkan kantong es di daerah genital untuk mengurangi rasa nyeri, selama ±20
menit, 2 atau 3 kali sehari
2. Lakukan rendam duduk dalam air hangat atau dingin sedalam 10-15 cm selama 30
menit, 2 atau 3 kali sehari. Perhatikan kebersihan bak mandi agar tidak terjadi
infeksi (tidak dilakukan pada ibu dengan jahitan di perineum)
3. Lakukan latihan kegel untuk meningkatkan sirkulasi di daerah tersebut dan
membantu memulihkan tonus otot. Untuk melakukan hal ini, bayangkan otot
perineum sebagai elevator. Ketika rileks, elevator tersebut berada di lantai satu.
Secara perlahan kontraksikan otot anda mencapai lantai empat, tahan selama
beberapa detik, kemudian secara perlahan rileks kembali. Gerakan ini dapat
dilakukan kapanpun.
4. Minum parasetamol/ asetaminofen untuk mengurangi nyeri
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Pada pemberian asuhan kebidanan ibu nifas meliputi diagnosa, perencanaan,
tindakan dan evaluasi. Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus, hal ini
dilakukan untuk mengetahui kesehatan ibu dan mendeteksi adanya komplikasi dalam
kehamilan. Bidan memberikan asuhan untuk mengatasi gangguan rasa nyeri ibu nifas, serta
mengatasi infeksi dan rasa cemas guna memberikan kenyamanan pada ibu dalam masa
nifas. Penjelasan tentang gizi, KB, tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, asuhan
bayi sehari-hari penting untuk diberikan pada ibu nifas.
Ibu dalam masa nifas sangat membutuhkan kenyamanan, maka bidan harus mampu
memberikan kenyamanan yang di butuhkan ibu. Memfasilitasi sebagai orangtua diberikan
pada ibu guna membantu ibu dalam mempersiapkan diri sebagai orangtua. Pada sebagian
ibu dalam menyusui masih harus diberikan bantuan

3.2. Saran
Diharapkan sebagai seorang bidan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan manajemen
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:EGC.

Duncan, Margareth.2000.Perawatan Maternitas. Bandung: Yayasan ikatan Alumni Pendidikan


Keperawatan Pajajaran.

Fraser, Diane.2009.Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta:EGC

Varney, Helen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai