Anda di halaman 1dari 49

NEONATUS RISIKO

TINGGI
Ernawati, S.Si.T., M.Kes
Pokok Bahasan

1. Neonatus dengan Kejang


2. Hypoglikemia
3. Hypotermia
1. Kejang Pada Bayi
BATASAN
 Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi
neurologi, baik motorik maupun autonomik,
karena kelebihan pancaran listrik pada otak
PRINSIP DASAR
 Kejang yang berkepanjangan mengakibat-kan hipoksia otak yang cukup
berbahaya bagi ke langsungan hidup bayi atau mengakibatkan gejala
sisa di kemudian hari.
 Dapat diakibatkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau
merupakan tanda meningitis atau masalah susunan saraf.
 Kejang adalah salah satu Tanda Bahaya atau “Danger sign“ pada
neonatus
 Dapat diantisipasi dengan melakukan tindakan promotif atau preventif
 Secara klinik kejang pada bayi diklasifikasikan tonik, klonik, dan
mioklonik
LANGKAH PROMOTIF / PREVENTIF
 Mencegah persalinan prematur
 Melakukan pertolongan persalinan yang bersih
dan aman
 Mencegah asfiksia neonatorum
 Melakukan resusitasi dengan benar
 Melakukan tindakan Pencegahan Infeksi
 Mengendalikan kadar glukosa darah ibu
 Antisipasi setiap faktor kondisi (faktor
predisposisi) dan masalah dalam proses persalinan.
8
LANGKAH PROMOTIF / PREVENTIF
 Berikan pengobatan rasional dan efektif
 Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah
atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun
persalinan
 Jangan pulangkan bila masa kritis belum terlampaui
 Beri instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah
 Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi
baru lahir dari ibu yang infeksi saat persalinan
 Berikan hidrasi oral / IV secukupnya
DIAGNOSIS
Anamnesis :
 Riwayat persalinan: bayi lahir prematur, lahir dengan
tindakan, penolong persalinan, asfiksia neonatorum.
 Riwayat imunisasi tetanus.
 Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional.
 Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan
abnormal pada mata, mulut, lidah dan ekstrimitas .
 Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot
mulut dan perut.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
 Kejang dipicu kebisingan / prosedur / tindakan
pengobatan.
 Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal.
 Adanya faktor risiko infeksi.
 Riwayat ibu mendapat obat
mis. heroin, metadon, propoxypen, sekobarbital, alkohol.
 Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
 Saat timbul dan lamanya terjadi kejang.
DIAGNOSIS
Kejang:
 Gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, lidah
dan ekstrimitas
 Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan
seperti mengayuh sepeda, mata berkedip, berputar,
juling.
 Tangisan melingking dengan nada tinggi, sukar
berhenti.
 Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-
ubun besar memnonjol, suhu tubuh tidak normal.
DIAGNOSIS
Spasme:
 Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
 Trismus, kekakuan otot mulut, rahang kaku,
mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu.
 Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut,
kontraksi otot tidak terkendali. Dipicu oleh
kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostik.
 Infeksi tali pusat.
Pemeriksaan / Kemungkinan
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis lain diagnosis
 Timbul saat lahir  Kejang, tremor, letargi Kadar glukose
sampai dengan hari atau tidak sadar darah kurang
ke 3  Bayi kecil (< 2,500 g dari 45 mg/dL
 Riwayat ibu atau umur kehamilan < (2.6 mmol/L) Hipoglikemia
Diabetes 37 mg)
 Bayi sangat besar
(berat lahir > 4,000 g)
 Ibu tidak imunisasi  Spasme Infeksi tali pusat
tetanus toksoid
 Malas minum
sebelumnya
normal
 Timbul hari ke 3-14 Tetanus
 Lahir di rumah neonatorum
dengan lingkungan
kurang higienis
 Olesan bahan tidak
steril pada tali
pusat
Pemeriksaan / Kemungkinan
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis lain diagnosis
 Timbul pada hari  Kejang atau tidak sadar Sepsis Curiga
ke 2 atau lebih  Ubun-ubun besar meningitis
membonjol (tangani
 Letargi meningitis dan
obati kejang)
 Riwayat resusitasi  Kejang atau tidak sadar
pada saat lahir  Layuh atau letargi
atau bayi tidak  Gangguan napas
 Asfiksia
bernapas minimal Suhu tidak normal
 neonatorum
satu menit Mengantuk atau
dan/atau
sesudah lahir aktivitas menurun
 Timbul pada hari  Iritabel atau rewel Trauma
(obati kejang,
ke 1 sampai ke 4
 Persalinan dengan dan tangani
asfiksia
penyulit (misal
neonatorum)
partus lama atau
gawat janin)
Pemeriksaan / Kemungkinan
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis lain diagnosis
 Timbul pada hari  Kejang atau tidak
ke 1 sampai 7 sadar Perdarahan
 Kondisi bayi  Bayi kecil (berat lahir < intraventrikular
mendadak 2500 g atau umur (Nilai dan tangani
memburuk kehamilan < 37 perdarahan dan
 Mendadak pucat minggu) juga asfiksia
 Gangguan napas berat neonatorum)

 Ikterus hebat  Kejang Hasil tes


timbul pada hari  Opistotonus Coombs positif
ke 2 Ensefalopati
 Ensefalopati bilirubin (Kern-
timbul pada hari ikterus) (obati
ke 3 - 7 kejang dan tangani
 Ikterus hebat yang Ensefalopati
tidak atau bilirubin)
terlambat diobati
MANAJEMEN UMUM
Medikamentosa
 Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu
5 menit, jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan
dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang
waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena dan atau
tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan
intramuskuler
 Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat
badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan
kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.
MANAJEMEN UMUM
 Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis tunggal atau
terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral. Sampai
bebas kejang 7 hari.
 Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per oral. dosis
terbagi dua atau tiga
Spasme/ tetanus
 Berikan Diazepam 10mg/kg BB/ hari dengan
drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam,
maksimum 40 mg/ kg/hari
 Bila frekuensi napas kurang 30 kali per menit,
hentikan pemberian obat meskipun bayi masih
mengalami spasme.
 Bila tali pusat merah dan membengkak,
mengeluarkan pus atau berbau busuk obati untuk
infeksi tali pusat.
Spasme/ tetanus
 Berikan pada bayi:
 Human Tetanus Immunoglobin 500 IU IM, bila
tersedia, atau beri sepadanannya, antitoksin
tetanus 5,000 IU IM
 Toksoid Tetanus IM pada tempat yg berbeda dg
tempat pemberian antitoksin
 Benzyl Penicillin G 100,000 IU/kg BB IV atau
IM dua kali sehari selama tujuh hari
Spasme/ tetanus
 Anjurkan ibunya untuk mendapat
Toksoid Tetanus 0.5 ml (untuk
melindunginya dan bayi yg dikandung
berikutnya) dan kembali bulan depan
untuk pemberian dosis ke dua.
 Pada kasus perdarah subdural, trauma SSP
dan hidrosefalus diperlukan tindakan
bedah, dapat dirujuk.
TERAPI SUPORTIF
 Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk
mencegah hipoksia otak yang berlanjut.
 Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta
tunjangan nutrisi adekuat
 Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif
untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus,
pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras diantara spasme.
Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan per hari dan pelan-
pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai
jumlah yang diperlukan
HIPOTERMIA
HIPOTERMIA
 Definisi : suhu ketiak < 36,5°C
 Bayi baru lahir
 Hipotermia sering terjadi
 Terpapar lingkungan dingin
 Merupakan tanda bahaya

Mekanisme
 Radiasi
 Konduksi
 Konveksi
 Evaporasi
Klasifikasi hipotermia
 Sedang (32ºC - 36,4°C)
Ggn nafas, HR < 100
Letargi, malas minum
 Berat < 32°C
Kulit keras
Nafas pelan & dalam
 Suhu tidak stabil (36ºC - 39°C)
Sepsis
Cara menghangatkan bayi

 Kontak kulit
 Kangaroo mother care
 Pemancar panas
 Lampu
 Inkubator
 Boks penghangat
 Ruangan hangat
Promotif / pencegahan
 Ruangan hangat, hindari benda dingin
 Transportasi dlm keadaan hangat
 Selalu diselimuti (resusitasi, IV line)
 Pemancar panas
 Ganti popok
 Jangan sentuh dg tangan dingin
 Monitor suhu (1-2 X/hr)
Tatalaksana

Hipotermia sedang

 Ganti pakaian dingin


 Skin contact / inkubator
 Sering susukan
 Amati penyulit
 Pertahankan kadar gula darah
 Pantau kenaikan 0,5°C
Hipotermia berat

 Inkubator / pemancar
 Ganti baju, selimut
 Hindari panas berlebihan
 GGN nafas :O2
 IV line
 Koreksi hipoglikemia
 Perhatikan penyulit
 Periksa suhu tiap jam
Perawatan dengan inkubator

35°C 34ºC 33ºC 32ºC

<1500 1 - 10 hr 11 hr – 3 mmg 3 – 5 mgg > 5mg

1500-2000 1 - 10 hr 11 hr – 4 > 4mg


mmg
2100-2500 1 -2 hr 3hr - 3mg > 3mg

> 2500 1-2 hr > 2hr


HIPOGLIKEMIA PADA
NEONATUS
 Glukosa : sumber utama energi bagi organ
 Neonatus : utk otak + 90 %
 Sangat rentan thd hipoglikemia
 BBL : Mempunyai cukup cadangan glukosa +24-
48 jam
Homeostglukosa : interaksi SSO -hormonal
 Homeostasis glukosa in utero: ratio
insulin:glukagon tinggi
 Homeostasis glukosa neonatus : sebaliknya
Insiden
 1-5 dari 1000 lahir hidup
 8% dari BBLB
 15 % dari BBLR
 large-for-gestational-age infants (primarily
 infants of diabetic mothers
 [IDMs]) and 15% of preterm infants
 IUGR : 30 %
Diagnosis
 Masih kontroversial.
 Hipotermia pada bayi cukup bulan : 35 -
40mg% pada 24-72 jam pertama
 < 20 mg% pada BBLR

Manifestasi klinis
 Asimptomatik
 Simptomatik
 Variasi klinis tergantung kadar glukosa dan
lamanya
 Gejala :manifestasi ggn SSP dan otonom:
jitterines, letargi, refleks isap lemah, hipotermia,
kejang, takikardi keringat dingin, dll
 GGn pernapasan, ggn sirkulasi
 Iritabel, letargi, stupor, koma
 Apnea, cyanotic spells
 Feeding problem, ssdh minum membaik
 Hypothermia
 Hypotonia, tremor, Seizures
 Konsekuensi hipoglikemia : brain injury
 Hipoglikemia berat : nekrosis pada bbrp bagian
otak : ensefalopati hipoglikemia
 superficial cortex, dentate gyrus,
 hippocampus, caudate-putamen.
A. Parasagittal spin-echo (550/11/2) image shows
abnormal hyperintensity (arrows) of the parietal
and occipital cerebral cortex.
B. Axial spin-echo (3000/120/1) image shows
abnormal hyperintensity (open arrows) in the globi
palladi and mixed hypointensity and hyperintensity
(solid arrows) in the occipital cortex and white
matter.
C. Coronal spin-echo (550/11/2) image shows
hyperintensity of the globi palladi (open arrows).
The cortex at the depths of the cortical sulci (solid
arrows) is hyperintense as well.
D. Parasagittal spin-echo (550/11/2) image at age 27
days shows marked tissue loss, most prominently in
the parietal and occipital lobes (arrows).
Penatalaksanaan
Tujuan : normoglikemia
Asimptomatik :
 Enteral feeding : dextrose 5 %, susu formula: GDR
naik 30 mg% dlm 1 jam ssdh minum 30-60 ml
 Simptomatik
 Bolus 200 mg/kg dextrose 10% dilanjutkan dg
dextrose 5-8 mg/kg/menit, dpt sampai 12-15
mg/kg/menit
 Periksa GDR 30 menit ssdh bolus
Bayi yang memerlukan monitoring
glukosa darah rutin
A. Berhubungan dengan perubah metabolisme ibu
 Mendapat glukosa intrapartum
 Obat: terbutalin, propanolol, obat hipoglikemik
oral
 Ibu diabetes
B. Berhubungan dengan masalah pada bayi
 Gagal beradaptasi
 Perinatal hipoksia iskemik
Bayi yang memerlukan monitoring
glukosa darah rutin..
 Infeksi
 Hipotermi
 Hiperviskositas
 Erytroblastosis fetalis
 Lain: iatrogenic, kelainan jantung bawaan
c. Pertumbuhan dalam rahim terhambat
D. Hiperinsulinemia
E. Kelainan endokrin
F. Inborn error of metabolism

Anda mungkin juga menyukai