Spasme dan
kejang berulang Dapat
mempengaruhi Sianosis menyebabkan
sistem saraf kematian
simpatis
Pemeriksaan Fisik
• Bayi sadar, terjadi spasme otot berulang
• Trismus
• Risus sardonicus
• Perut teraba keras (perut papan)
• Opistotonus
• Tali pusat biasanya kotor dan berbau
• Anggota gerak spastik (boxing position)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan dengan spatula lidah
positif ketika spatula
disentuhkan ke orofaring lalu
terjadi spasme otot maseter
Pungsi lumbal
Darah rutin
Kultur
Komplikasi
1. Laringospasme menyebabkan gangguan ventilasi
2. Fraktur dari tulang punggung atau tulang panjang akibat kontraksi
otot berlebihan dan terus menerus
3. Hiperadregenik hiperaktivitas saraf otonom takikardi dan
hipertensi cardiac arrest
4. Sepsis akibat infeksi nosokomial (bronkopneumonia)
5. Pneumonia aspirasi
Komplikasi Jangka Panjang :
• Pada sebuah penelitian, ditemukan defisit neurologis pada sebagian
penderita tetanus neonatorum yang selamat. Gejala yang muncul
dapat berupa cerebral palsy, gangguan perkembangan intelektual
maupun gangguan perilaku.
• Gejala tersebut didapatkan pada anak-anak berusia 7-12 tahun. Hal
ini diperkirakan terjadi akibat anoksia yang terjadi semasa kejang.
Namun demikian presentasi terjadinya sequalae pada penyakit ini
belum dapat dipastikan.
Tatalaksana
Medikamentosa
• Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan.
• Berikan diazepam 10 mg/kg/hari secara IV dalam 24 jam atau bolus IV setiap 3-6 jam (dosis 0,1-0,2 mg/kg
per kali pemberian), maksimum 40 mg/kg/hari.
• Bila jalur IV tidak terpasang, pasang pipa lambung dan berikan diazepam melalui pipa atau melalui
rektum.
• Bila perlu, beri tambahan dosis 10 mg/kg tiap 6 jam.
• Bila frekuensi napas kurang dari 30 kali/menit dan tidak tersedia fasilitas tunjangan napas dengan
ventilator, obat dihentikan meskipun bayi masih mengalami spasme.
• Bila bayi mengalami henti napas selama spasme atau sianosis sentral setelah spasme, berikan oksigen
dengan kecepatan aliran sedang, bila belum bernapas lakukan resusitasi, bila tidak berhasil dirujuk ke
rumah sakit yang mempunyai fasilitas NICU.
• Setelah 5-7 hari, dosis diazepam dapat dikurangi secara bertahap 5-10 mg/hari dan diberikan melalui
rute orogastrik.
• Pada kondisi tertentu, mungkin diperlukan vencuronium dengan ventilasi mekanik untuk mengontrol
spasme
• Berikan bayi:
• Human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau antitoksin tetanus (equine serum)
5000 U IM. Pada pemberian antitoksin tetanus, sebelumnya dilakukan tes kulit
Tetanus toksoid 0,5 mL IM pada tempat yang berbeda dengan pemberian antitoksin.
(Di literatur, imunisasi aktif dengan tetanus toksoid mungkin perlu ditunda hingga 4-6
minggu setelah pemberian tetanus imunoglobulin)
• Lini 1:Metronidazol 30 mg/kg /hari dengan interval setiap 6jam (oral/parenteral)
selama 7-10 hari atau lini 2: Penisilin procain 100.000 U/kg IV dosis tunggal selama 7-
10 hari. Jika hipersensitif terhadap penisilin, berikan tetrasiklin 50 mg/kg/hr (utk
anak> 8 th). Jika terdapat sepsis/ bronkopneuminia, berikan antibiotik yang sesuai.
• Bila terjadi kemerahan dan/atau pembengkakan pada kulit sekitar pangkal tali pusat,
atau keluar nanah dari permukaan tali pusat, atau bau busuk dari area tali pusat,
berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat.
• Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0,5 mL (untuk melindungi
ibu dan bayi yang dikandung berikutnya) dan minta datang kembali
satu bulan kemudian untuk pemberian dosis kedua.
Suportif
• Bila terjadi kekakuan atau spastisitas yang menetap, terapi suportif
berupa fisioterapi.