Anda di halaman 1dari 171

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Antenatal Care (Kehamilan)

2.1.1.1 Definisi

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Sulistyawati kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau

penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam

12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-42) (Sulistyawati, 2014).

2.1.1.2 Tanda-Tanda Kehamilan

1. Tanda Tidak Pasti Hamil

Merupakan perubahan yang terjadi ketika hamil yang disarankan wanita itu

sendiri, tanda tidak pasti hamil dapat muncul akibat kondisi selain gestasi, oleh

karena itu tanda-tanda ini saja tidak cukup valid untuk menegakkan diagnosa.

Tanda tidak pasti hamil meliputi :

(1) Amenorhea

(2) Nausea dan Muntah (morning sickness)

(3) Ngidam

(4) Payudara tegang

(5) Sering berkemih

1
2

(6) Kelelahan

(7) Syncope (pingsan)

(8) Konstipasi atau obstipasi

(9) Pigmentasi kulit

(10) Epulis

(11) Varises (Hani,dkk, 2014)

2. Tanda Kemungkinan Hamil

Merupakan tanda yang didapat dari observasi pemeriksa. Bila di gabung

dengan tanda dan gejala presumtif (tanda tidak pasti hamil). Maka tanda

kemungkinan memberi kemungkinan dugaan kuat adanya kehamilan. Tanda –

tanda kemungkinan kehamilan meliputi :

1) Pembesaran rahim / tanda piskacek : pembesaran uterus

ke salah satu arah sehingga menonjol jelas ke curah pembesaran tersebut

2) Tanda Hegar : isthmus uterus menjadi lunak

3) Tanda Chadwick : warna kebiruan pada servik, vagina,

dan vulva

4) Braxton Hicks : Bila uterus dirangsang akan mudah

berkontraksi

5) Tanda Goodle : Serviks melunak karena disebabkan oleh

vaskularisasi

6) Tanda piscaseck : pembesaran uterus yang tidak simetris

7) Ballotement positif : jika dilakukan palpasi dengan cara

menggoyangkan salah satu sisi, maka akan terasa pantulan di sisi lain

8) Tes HCG positif


3

(Dewi & Sunarsih, 2014)

3. Tanda Pasti Hamil

Merupakan tanda yang didapat dari hasil pemeriksaan lewat alat maupun

bukti yang kuat adanya kehidupan di dalam rahim ibu (gerak janin). Maka tanda

pasti kehamilan meliputi :

1) Terdengar detak jantung janin ( DJJ )

2) Terasa gerak janin, biasanya pada umur kehamilan 18 – 20 minggu minimal

10x sehari / 24 jam

3) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada embrio

4) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya kerangka janin (10 minggu)

(Hani,dkk, 2014)

2.1.1.3 Masa Kehamilan Pada Trimester I, II, dan III

1. Trimester I

1) Pengertian

Kehamilan trimester I adalah periode pertama diukur mulai dari konsepsi

sampai minggu ke-12 kehamilan. Trimester pertama disebut sebagai pembentukan

karena pada akhir periode ini semua sistem organ janin sudah terbentuk dan

berfungsi. (Hani,dkk, 2014)

2) Perubahan Fisiologis Trimester I

(1) Sistem Reproduksi

a. Uterus
4

Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi konsepsi

intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, hormon

progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus. Taksiran kasar

pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:

a) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)

b) Kehamilan 8 minggu : telur bebek

c) Kehamilan 12 minggu : telur angsa

d) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat

e) Kehamilan 20 minggu : sepertiga pinggir bawah pusat

f) Kehamilan 24 minggu : setinggi pusat

g) Kehamilan 28 minggu : sepertiga atas pusat

h) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid

i) Kehamilan 36 minggu : setinggi prosesus xyphoid

f) Kehamilan 40 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan pada

kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu

menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada kehamilan akhir, di atas 32 minggu

menjadi segmen bawah uterus. Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat

stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron (tanda Goodell). Sekresi

lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan. Ismus

uteri mengalami hipertropi kemudian memanjang dan melunak yang disebut tanda

Hegar. Berat uterus perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai hamil

maka uterus mengalami peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40 minggu)

mencapai 1000 gram (1 kg). (Kemenkes RI, 2016)


5

b. Vagina / vulva.

Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan warna merah

ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil berubah menjadi

lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga menyebabkan

wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur.

Hypervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga

dapat meningkatkan libido atau keinginan atau bangkitan seksual terutama pada

kehamilan trimester dua. (Kemenkes RI, 2016)

c. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi

Produksi progesterone dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/

beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi

ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi (Kemenkes RI, 2016).

(2) Sistem Pernafasan

Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada umur

kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh karena uterus yang semakin

membesar sehingga menekan usus dan mendorong keatas menyebabkan tinggi

diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen

wanita hamil meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan

oksigen wanita hamil bernapas dalam. Peningkatan hormon estrogen pada

kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan vaskularisasi pada saluran

pernapasan atas. Kapiler yang membesar dapat mengakibatkan odema dan

hiperemia pada hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus. Hal ini dapat

menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epstaksis) dan
6

perubahan suara pada ibu hamil. Peningkatan vaskularisasi dapat juga

mengakibatkan membran timpani dan tuba eustaki bengkak sehingga

menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada telinga.

(Kemenkes RI, 2016)

(3) Sistem Urinaria

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar,

tonus otot- otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria), laju

filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran kemih dapat tertekan

oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan

hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. kadar kreatinin, urea dan asam

urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal. Wanita hamil

trimester I dan III sering mengalami sering kencing (BAK/buang air kecil)

sehingga sangat dianjurkan untuk sering mengganti celana dalam agar tetap

kering. (Kemenkes RI, 2016)

(4) Sistem Payudara

Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu perkembangan duktus

(saluran) air susu pada payudara. sedangkan hormon progesterone menambah sel-

sel asinus pada payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya

somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus

payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,

laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara membesar dan

tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery,

terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor, puting susu

membesar dan menonjol. Hypertropi kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola
7

mamae disebut tuberkel Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu.

Kelenjar sebasea ini berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan puting

susu terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting

susu akan mengeluarkan colostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang

berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga. (Kemenkes RI, 2016)

(5) Sistem Pencernaan

Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-

muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut Morning Sickness.

Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan gejala sering kembung, dan

konstipasi. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak

sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum). Aliran darah ke

panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan hemoroid pada

akhir kehamilan. Hormon estrogen juga dapat mengakibatkan gusi hiperemia dan

cenderung mudah berdarah. Tidak ada peningkatan sekresi saliva, meskipun

banyak ibu hamil mengeluh merasa kelebihan saliva (ptialisme), perasaan ini

kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan tidak sadar jarang menelan

saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva menjadi banyak. Ibu hamil

trimester pertama sering mengalami nafsu makan menurun, hal ini dapat

disebabkan perasaan mual dan muntah yang sering terjadi pada kehamilan muda.

Pada trimester kedua mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan

semakin meningkat. (Kemenkes RI, 2016)

(6) Sistem Endokrin

1. Progesteron
8

Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh corpus luteum

dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta. Kadar hormon ini

meningkat selama hamil dan menjelang persalinan mengalami penurunan.

Produksi maksimum diperkirakan 250 mg/hari.

Aktivitas progesterone diperkirakan :

a. Menurunkan tonus otot polos:

a) Motilitas lambung terhambat sehingga terjadi mual

b) Aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan berjalan lambat,

menyebabkan reabsorbsi air meningkat, akibatnya ibu hamil mengalami

konstipasi.

c) Tonus otot menurun sehingga menyebabkan aktivitas menurun.

d) Tonus vesica urinaria dan ureter menurun menyebabkan terjadi statis urine.

b. Menurunkan tonus vaskuler: menyebabkan tekanan diastolic menurun

sehingga terjadi dilatasi vena.

c. Meningkatkan suhu tubuh

d. Meningkatkan cadangan lemak

e. Memicu over breathing : tekanan CO2 (Pa CO2) arterial dan alveolar menurun.

f. Memicu perkembangan payudara (Kemenkes RI, 2016)

2. Estrogen

Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah Ovarium. Selanjutnya

estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan kadarnya meningkat beratus

kali lipat, out put estrogen maksimum 30 – 40 mg/hari.Kadar terus meningkat

menjelang aterm. Aktivitas estrogen adalah :

a. Memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus


9

b. Bersama dengan progesterone memicu pertumbuhan payudara

c. Merubah konsitusi kimiawi jaringan ikat sehingga lebih lentur dan

menyebabkan servik elastic, kapsul persendian melunak, mobilitas persendian

meningkat.

d. Retensi air

e. Menurunkan sekresi natrium. (Kemenkes RI, 2016)

3. Kortisol

Pada awal kehamilan sumber utama adalah adreanal maternal dan pada

kehamilan lanjut sumber utamanya adalah plasenta. Produksi harian 25mg/hari.

Sebagian besar diantaranya berikatan dengan protein sehingga tidak bersifat

aktif.Kortisol secara simultan merangsang peningkatanproduksi insulin dan

meningkatkan resistensi perifer ibu pada insulin, misalnya jaringan tidak bisa

menggunakan insulin, hal ini mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih

banyak insulin. Sel- sel beta normalpulau Langerhans pada pankreas dapat

memenuhi kebutuhan insulin pada ibu hamil yang secara terus menerus tetap

meningkat sampai aterm. Ada sebagian ibu hamil mengalami peningkatan gula

darah hal ini dapat disebabkan karena resistensi perifer ibu hamil pada insulin.

(Kemenkes RI, 2016)

4. Human Chorionic gonadotropin (HCG)

Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil

yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan

jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi choriales ini

berdampak pada meningkatnya produksi progesteron oleh indung telur sehingga

menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi HCG akan meningkat


10

hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Hormon

kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh

diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan. Hormon ini

merupakan indikator yang dideteksi oleh alat test kehamilan yang melalui air seni.

Jika, alat test kehamilan mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG

dalam urine, maka alat test kehamilan akan mengindikasikan sebagai terjadinya

kehamilan atau tes positif. (Prawirohardjo, 2014)

5. Human Placental Lactogen

Adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, merupakan hormon protein

yang merangsang pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme

karbohidrat dan lemak. Hormon kehamilan ini  berperan penting dalam produksi

ASI. Kadar HPL yang rendah mengindikasikan plasenta yang tidak berfungsi

dengan baik. .

(Prawirohardjo, 2014)

6. Relaxin

Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta.

Melembutkan leher rahim dan merelaksasikan sendi panggul.

(Prawirohardjo, 2014)

7. Hormon Hipofisis

Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama kehamilan, namun

kadar prolaktin meningkat yang berfungsi untuk menghasilkan kholostrum. Pada

saat persalinan setelah plasenta lahir maka kadar prolaktin menurun, penurunan

ini berlangsung terus sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat ibu menyusui

prolaktin dapat dihasilkan dengan rangsangan pada puting pada saat bayi
11

mengisap puting susu ibu untuk memproduksi ASI.


(Kemenkes RI, 2016)

1) Perubahan Psikologis Trimester I

(1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya

(2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan

kadang Ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

(3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini

dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.

(4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian

dengan seksama.

(5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang Ibu

yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin

dirahasiakannya.

(6) Hasrat untuk melakukan hubungan seksual berbeda-beda pada tiap wanita,

tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.

(Dewi & Sunarsih 2014)

2) Ketidaknyamanan Ibu Hamil Pada Trimester I

(1) Sering buang air kecil

Penyebab ibu hamil dengan sering buang air kecil adalah ginjal bekerja

lebih berat. Pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim

yang membesar dan menekan kandung kemih. Cara mengatasinya adalah :

a. Penjelasan mengenai sebab terjadinya.


12

b. Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing

c. Perbanyak minum pada siang hari

d. Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia, kecuali jika nokturia saat

mengganggu tidur dimalam hari

e. Batasi minum kopi, teh dan soda

f. Jelaskan tentang tanda bahaya infeksi saluran kemih dan menjaga posisi tidur,

yaitu dengan berbaring miring kekiri dan kaki ditinggikan untuk mencegah

diuresis

(2) Kelelahan

Penyebab ibu hamil dengan kelelahan yaitu terjadi peningkatan hormone

khususnya progesterone dan esterogen. Cara mengatasi kelelahan adalah :

a. Yakinkan bahwa ini normal pada awal kehamilan

b. Dorong ibu untuk sering istirahat

c. Hindari istirahat yang berlebihan.

(3) Keputihan

Penyebab ibu hamil dengan keputihan disebabkan aliran darah akan

meningkat ke daerah kewanitaan mempengaruhi cairan vagina menjadi lebih

meningkat. Cara mengatasinya adalah :

a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari

b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap

c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur

(4) Keringat bertambah


13

Penyebab ibu hamil dengan keringat bertambah disebabkan karena

peningkatan hormon progesteron yang bersifat thermogenik membuat rasa panas

karena darah pada kulit terbuka lebar. Cara mengatasi keringat bertambah adalah :

a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar

b. Tingkatkan asupan cairan

c. Mandi secara teratur

(5) Ngidam

Penyebab ibu hamil dengan mengidam disebabkan karena reaksi alami

tubuh yang meminta zat-zat tertentu akibat perubahan hormonal pada saat hamil.

Cara mengatasi mengidam adalah :

a. Tidak perlu dikhawatirkan selama diet memenuhi kebutuhannya

b. Jelaskan tanda bahaya makanan yang tidak bisa diterima, mencakup gizi yang

diperlukan serta memuaskan rasa mengidam atau kesukaan menurut kultur.

(6) Mual dan muntah

Penyebab ibu hamil dengan mual dan muntah adalah perubahan

hormone yang meningkat pada ibu hamil. Cara mengatasi ibu hamil dengan mual

dan muntah adalah:

a. Hindari bau atau faktor penyebabnya

b. Makan biscuit kering atau roti bakar sesaat sebelum bangun dan tempat tidur

dipagi hari

c. Makan sedikit tetapi sering

d. Duduk tegak setiap kali selesai makan

e. Hindari makan yang berminyak dan berbumbu

f. Makan-makanan kering diantara waktu makan


14

g. Minum-minuman berkarbonat

h. Bangun dari tidur secara perlahan

i. Hindari menggosok gigi setelah makan

j. Minum teh herbal

k. Istirahat sesuai kebutuhan

(Hani,dkk, 2014)

3) Kebutuhan Pada Ibu Hamil Trimester I

(1) Diet untuk mengurangi emesis

Ibu dianjurkan makan makanan yang bergizi untuk menghindari adanya

rasa mual dan muntah begitu pula nafsu makan yang menurun. Ibu hamil juga

harus cukup minum 6-8 gelas sehari.

Tabel 2.1 Kebutuhan makanan sehari-hari pada ibu hamil

Kalori dan zat makanan Ibu hamil

Kalori 2300 Kkal


Protein 65 g
Kalsium ( Ca ) 1g
Zat besi (Fe 17 g
Vitamin A 6000 IU
Vitamin D 600 IU
Tiamin 1 mg
Riboflavin 13 mg
Niasin 15 mg
Vitamin C 90 mg
(Sumber Mochtar, 2012)

Kebutuhan tersebut setara dengan nasi 200 gram, daging 50 gram, telur 25

gram, sayuran 50 gram, gula 10 gram dan 1 gelas susu.

(2) Pakaian dalam dan alas kaki

Menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang nyaman digunakan

dan yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat.


15

Menganjurkan Ibu untuk tidak menggunakan sandal atau sepatu yang berhak

tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada pinggang.

(3) Pergerakan dan gerakan badan

Ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan tetapi jangan

terlalu lelah sehingga harus diselingi dengan istirahat. Istirahat yang

dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

(4) Personal hygiene dalam kehamilan

Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan untuk mengurangi

kemungkinan infeksi, begitu juga gigi harus dijaga kebersihannya untuk

menjamin pencernaan yang sempurna.

(5) Coitus

Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika

dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, sebaiknya dihentikan

karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan. Pada ibu yang

mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk koitusnya ditunda sampai

dengan 6 minggu karena pada waktu itu plasenta telah terbentuk.

(6) Ibu diberi imumsasi TTI dan TT2 (Romauli, 2011).

(7) Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi :

1) Perdarahan pervaginam/ perdarahan dari jalan lahir

2) Mual muntah yang berlebihan (hiperemesis)

3) Sklera kuning

4) Penglihatan kabur

5) Demam tinggi

6) Nyeri perut hebat


16

7) Kekurangan darah (anemia).

(Hani,dkk, 2014)

8. Trimester II

1) Pengertian

Kehamilan trimester II adalah dimulai dari usia kehamilan 13-27 minggu

(Hani,dkk, 2014)
17

2) Perubahan Fisiologis Trimester II

(1) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan

maternal, meliputi :

a. Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung

b. Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative, hemoglobin turun

sampai 10 %.

c. Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun

d. Tekanan darah sistolik maupun diastolik pada ibu hamil trimester I turun 5

sampai 10 mm Hg, hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadinya

vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal pada kehamilan.Tekanan darah

akan kembali normal pada trimester III kehamilan.

e. Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai

akhir kehamilan

f. Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%

g. Trimester kedua denyut jantung meningkat 10-15 kali permenit, dapat juga

timbul palpitasi.

h. Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian

bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan. (Kemenkes RI, 2016)

(2) Sistem Integumen

Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi

hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini disebabkan karena

adanya peningkatan Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Hiperpigmentsi dapat


18

terjadi pada muka , leher, payudara, perut, lipat paha dan aksila. Hiperpigmentasi

pada muka disebut kloasma gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan

dahi. Hiperpigmentasi pada perut terjadi pada garis tengah berwarna hitam

kebiruan dari pusat kebawah sampai sympisis yang disebut linea nigra.

Perubahan keseimbangan hormon pada ibu hamil dapat juga menimbulkan

perubahan berupa penebalan kulit, pertumbuhan rambut maupun kuku. Perubahan

juga terjadi pada aktifitas kelenjar meningkat sehingga wanita hamil cenderung

lebih banyak mengeluarkan keringat maka ibu hamil sering mengeluh kepanasan.

Peregangan kulit pada ibu hamil menyebabkan elastis kulit mudah pecah sehingga

timbul striae gravidarum yaitu garis–garis yang timbul pada perut ibu hamil.

Garis–garis pada perut ibu berwarna kebiruan disebut striae livide. Setelah partus

striae livide akan berubah menjadi striae albikans. Pada ibu hamil multigravida

biasanya terdapat striae livide dan striae albikans.

(Kemenkes RI, 2016)

(2) Sistem Metabolisme

Basal Metabolic Rate (BMR) meningkatsampai 15% sampai 20 % pada akhir

kehamilan,terjadi juga hiper trofitiroid sehingga kelenjar tyroid terlihat jelas pada

ibu hamil. BMR akan kembali seperti sebelum hamil pada hari ke 5 atau ke 6

setelah persalinan. Peningkatan BMR menunjukkan adanya peningkatan

kebutuhan oksigen. Vasodilatasi perifer dan percepatan aktivitas kelenjar keringat

membantu melepaskan panas akibat peningkatan metabolisme selama hamil.

Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800

kal/hari (menyusui), apabila karbohidrat kurang maka mengambil cadangan lemak

ibu untuk memenuhi kebutuhan. Seorang ibu hamil sering merasa haus terus,
19

nafsu makan bertambah dan kecil (BAK) dan kadang–kadang mengalami

glukosuria (ada glukosa pada urine) sehingga menyerupai diabetes militus (DM).

Hasil pemeriksaan glukosa tolerence test pada kehamilan sebaiknya dilakukan

dengan teliti agar jelas diketahui ibu hamil tersebut mengalami DM atau hanya

karena perubahan hormon dalam kehamilannya.

Pembatasan karbohidrat pada ibu hamil tidak dibenarkan karena dikawatirkan

akan mengakibatkan gangguan pada kehamilan,baik kesehatan ibu hamil maupun

perkembangan janin. Ibu hamil muslim yang menginginkan puasa pada bulan

Romadhon supaya konsultasi dengan tenaga kesehatan. Ibu hamil trimester III

sebaiknya tidak berpuasa karena dapat mengakibatkan dehidrasi atau malnutrisi

pada janin.Ibu hamil puasa selama 12 jam dapat mengakibatkan hipoglikemia dan

produksi keton dalam tubuh dengan gejala lemah, mual dan dehidrasi sampai

dapat mengakibatkan gagal ginjal. Kebutuhan protein 1 gram/kg BB/hari untuk

menunjang pertumbuhan janin, diperlukan juga untuk pertumbuhan

badan,kandungan dan payudara. Protein juga diperlukan untuk disimpan dan

dikeluarkan pada saat laktasi. Hormon somatomammotropin mempunyai peranan

untuk pembentukan lemak dan payudara. Lemak disimpan juga pada paha, badan

dan lengan ibu hamil. Kadar kolesterol plasma meningkatsampai 300 g/100ml.

(Kemenkes RI, 2016)

(3) Sistem Muskuloskletal

Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap menyesuaikan penambahan

berat ibu hamil dan semakin besarnya janin, menyebabkan postur dan cara

berjalan ibu hamil berubah.


20

Postur ibu hamil hiperlordosis sehingga menyebabkan rasa cepat lelah dan

sakit pada punggung. Postur tubuh hiperlordosis dapat terjadi karena ibu hamil

memakai alas kaki terlalu tinggi sehingga memaksa tubuh untuk menyesuaikan

maka sebaiknya ibu hamil supaya memakai alas kaki yang tipis dan tidak licin,

selain untuk kenyamanan juga mencegah terjadi kecelakaan atau jatuh terpeleset.

Peningkatan hormon seks steroid yang bersirkulasi mengakibatkan terjadinya

jaringan ikat dan jaringan kolagen mengalami perlunakan dan elastisitas

berlebihan sehingga mobiditas sendi panggul mengalami peningkatan dan

relaksasi. Derajat relaksasi bervariasi, simfisis pubis merenggang 4 mm, tulang

pubik melunak seperti tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur

membuat tulang coccigis bergeser kebelakang untuk persiapan persalinan. Otot

dinding perut meregang menyebabkan tonus otot berkurang. Pada kehamilan

trimester III otot rektus abdominus memisah mengakibatkan isi perut menonjol di

garis tengah tubuh,umbilikalis menjadi lebih datar atau menonjol. Setelah

melahirkan tonus otot secara bertahap kembali tetapi pemisahan otot rekti

abdominalis tetap.

(4) Perubahan Darah dan Pembekuan Darah

Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml terdiri dari 1000 ml

plasma dan sekitar 450 ml Sel Darah Merah (SDM). Peningkatan volume terjadi

sekitar minggu ke 10 sampai ke 12. Peningkatan volume darah ini sangat penting

bagi pertahanan tubuh untuk : hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran

uterus, hidrasi jaringan pada janin dan ibu saat ibu hamil berdiri atau terlentang

dan cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang pada saat persalinan dan

masa nifas.
21

Vasodilatasi perifer terjadi pada ibu hamil berguna untuk mempertahankan

tekanan darah supaya tetap normal meskipun volume darah pada ibu hamil

meningkat. Produksi SDM meningkat selama hamil, peningkatan SDM tergantung

pada jumlah zat besi yang tersedia. Meskipun produksi SDM meningkat tetapi

haemoglobin dan haematokritmenurun, hal ini disebut anemia fisiologis.Ibu hamil

trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan haematokrit yang cepat

karena pada saat ini terjadi ekspansi volume darah yang cepat. Penurunan Hb

paling rendah pada kehamilan 20 minggu kemudian meningkat sedikit sampai

hamil cukup bulan. Ibu hamil dikatakan anemi apabila Hb < 11 gram % pada

trimester I dan III, Hb < 10,5 gram % pada trimeter II.

Kecenderungan koagulasi lebih besar selama hamil, hal ini disebabkan oleh

meningkatnya faktor – faktor pembekuan darah diantaranya faktor VII, VIII, IX ,

X dan fibrinogen sehingga menyebabkan ibu hamil dan ibu nifas lebih rentan

terhadap trombosis. (Kemenkes RI, 2016)

(5) Perubahan Berat Badan (BB) dan IMT

Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah, namun demikian seringkali pada

trimester I berat badan (BB) ibu hamil tetap dan bahkan justru turun disebabkan

rasa mual , muntah dan nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi kurang

mencukupi kebutuhan. Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa

lebih nyaman biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan

mulai bertambah maka pada trimester II ini BB ibu hamil sudah mulai bertambah

sampai akhir kehamilan. Peningkatan BB selama hamil mempunyai kontribusi


22

penting dalam suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil periksa harus

ditimbang BB. Sebagian penambahan BB ibu hamil disimpan dalam bentuk lemak

untuk cadangan makanan janin pada trimester terakhir dan sebagai sumber energi

pada awal masa menyusui.Ibu hamil perlu disarankan untuk tidak makan

berlebihan karena penambahan BB berlebihan pada saat hamil kemungkinan akan

tetap gemuk setelah melahirkan maka konsultasi gizi sangat diperlukan pada ibu

hamil.Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan petunjuk penting

tentang perkembangan janin. Peningkatan BB pada ibu hamil yang mempunyai

BMI normal (19,8 -26) yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada

trimester pertama dan 0,5 kg per minggu. Keperluan penambahan BB semua ibu

hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum hamil.

Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan BB

dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Cara menghitung IMT adalah BB sebelum

hamil (dalam kg) dibagi TB (dalam meter) pangkat 2, misalnya seorang ibu hamil

BB sebelum hamil 50 kg dan TB 150 cm maka IMT adalah

50
=2 2,22 termasuk normal.
(1 .5)2

Tabel 2.2 Rekomendasi rentang peningkatan berat badan (BB) total ibu hamil.

No Kategori berat terhadap Peningkatan total yang direkomendasikan.


. tinggi sebelum hamil Pon Kilogram
1. Ringan BMI < 19,8 28 sampai 40 12,5 sampai 18
2. Normal BMI 19,8 -26 25 sampai 35 11,5 sampai 16
3. Tinggi BMI > 26 sampai 15 sampai 25 7 sampai 11,5
29
4. Gemuk BMI > 29 ≥ 15 ≥7
(6) Perubahan Sistem Pernafasan

Perubahan pernafasan pada ibu hamil belum banyak diketahui. Gejala

neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil adalah :


23

a. Terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh kompresi saraf

panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran uterus.

b. Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus, terjadi tarikan

saraf atau kompresi akar saraf dapat menyebabkan perasaan nyeri.

c. Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan saraf median di

bawah karpalis pergelangan tangan, sehingga menimbulkan rasa terbakar atau

rasa gatal dan nyeri pada tangan menjalar kesiku, paling sering terasa pada

tangan yang dominan.

d. Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya tarikan pada

segmen pleksus brakhialis sehingga timbul akroestesia (rasa baal atau gatal di

tangan).

e. Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini dapat disebabkan oleh

suatu keadaan hipokalsemia.

f. Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan oleh vasomotor yang tidak

stabil, hipotensi postural atau hipoglikemia. (Kemenkes RI, 2016)

3) Perubahan Psikologis Trimester II

(1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi

(2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

(3) Merasakan gerakan anak

(4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

(5) Libido meningkat

(6) Menuntut perhatian dan cinta

(7) Merasa bahwa bayi sebagal individu yang merupakan bagian dari dirinya.
24

(8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain

yang baru menjadi ibu.

(9) Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan

persiapan untuk peran baru. (Sunarsih & Dewi, 2014)

4) Ketidaknyamanan Pada Trimester Il

(1) Hemoroid

Penyebab ibu hamil dengan hemoroid disebabkan karena pembesaran rahim

meningkatkan tekanan didalam abdomen dan peningkatan hormon esterogen serta

progesteron selama kahmilan. Cara mengatasinya adalah :

a. Makan makanan yang berserat dan banyak minum

b. Gunakan kompres es atau air hangat

Dengan perlahan masukkan kembali anus setiap selesai BAB.

(Sunarsih & Dewi, 2014)

(2) Keputihan

Penyebab ibu hamil dengan keputihan disebabkan aliran darah akan

meningkat kedaerah kewanitaan mempengaruhi cairan vagina menjadi lebih

meningkat. Cara mengatasinya adalah :

a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari

b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap

c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur.(Hani,dkk, 2014)

(3) Keringat bertambah

Penyebab ibu hamil dengan keringat bertambah disebabkan karena

peningkatan hormon progesteron yang bersifat thermogenik membuat rasa

panas karena pembuluh darah pada kulit terbuka lebar. Cara mengatasi
25

keringat bertambah adalah :

a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar

b. Tingkatkan asupan cairan

c. Mandi secara teratur (Hani,dkk, 2014)

(4) Sembelit

Penyebab ibu hamil dengan sembelit disebabkan karena rahim yang

membesar menekan rectum dan anus bagian bawah. Cara mengatasinya adalah :

a. Tingkatkan diet asupan cairan

b. Buah prem atau jus prem

c. Minum cairan dingin atau hangat, terutama saat perut kosong

d. Istirahat cukup

e. Senam hamil

f. Membiasakan buang air besar secara teratur

g. Buang air besar segera setelah ada dorongan (Hani,dkk, 2014)

(5) Napas sesak

Penyebab ibu hamil dengan napas sesak disebabkan karena memerlukan

banyak oksigen untuk janin dan dirinya. Cara mengatasinya adalah :

a. Jelaskan penyebab fisiologisnya

b. Dorong agar secara sengaja mengatur laju dalamnya pernapasan pada

kecepatan normal yang terjadi

c. Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik napas panjang

d. Mendorong postur tubuh yang baik, melakukan pernapasan interkostal

(6) Nyeri ligamentum rotundum


26

Penyebab ibu hamil dengan nyeri ligamentum rotundum disebabkan karena

peregangan dan tekanan yang besar pada ligamentum pembesaran uterus.

Cara mengatasinya adalah :

a. Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri

b. Tekuk lutut ke arah abdomen

c. Mandi air hangat

d. Gunakan bantalan pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika tidak

terdapat kontra indikasi

e. Gunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnva letakkan di

area lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring. (Hani,dkk, 2014)

(7) Berdebar debar

Penyebab dan Ibu hamil dengan berdebar-debar disebabkan karena stress

mental akibat kondisi hormonal serta jantung harus memompa darah 50% lebih

besar dari brasanya. Cara mengatasinya adalah :Jelaskan bahwa hal ini normal

pada kehamilan. (Dewi&Sunarsih, 2014)

(8) Panas perut

Panas perut (heartburn). Mulai bertambah sejak Trimester II dan bertambah

semakin lamanya kehamilan Hilang pada waktu persalinan. Penyebabnya adalah

makanan lebih lama berada didalam Iambung. Cara mengatasinya adalah :

a. Makan sedikit tapi sering

b. Hindari makan berlemak dan berbumbu tajam

c. Hindari rokok, asap rokok, alkohol dan cokelat

d. Hindari berbaring setelah makan

e. Hindari minum air putih saat makan


27

f. Kunyah permen karet

Tidur dengan kaki ditinggikan (Hani,dkk, 2014)

(9) Perut kembung

Penyebab ibu hamil dengan perut kembung disebabkan karena darah

menuju ke rahim akan semakin deras akibat dari penebalan endometrium yang

mempengaruhi penekanan bawah perut. Bisa juga dikarenakan sembelit.

Cara mengatasinya adalah :

a. Hindari makan yang mengandung gas

b. Mengunyah makanan secara sempurna

c. Lakukan senam secara teratur

Pertahankan saat buang air besar yang teratur (Hani,dkk, 2014)

(10) Pusing

Penyebab ibu hamil disebabkan karena perubahan kardiovaskuler,

kekurangan pasokan darah ke otak. Cara mengatasinya adalah:

a. Bangun secara perlahan dari posisi istirahat

b. Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat dan sesak

c. Hindari berbaring dalam posisi terlentang

(11) Sakit punggung atas dan bawah

Penyebab ibu hamil dengan sakit punggung disebabkan karena lekukan

lumbal lebih dari normal dan sikap tubuh yang lordosis. Cara mengatasinya

adalah :

a. Gunakan posisi tubuh yang baik

b. Gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang tepat

c. Gunakan kasur yang keras


28

Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung.

(Hani,dkk, 2014)

(12) Varises pada kaki

Penyebab pada ibu hamil dengan farises pada kaki disebabkan karena

peningkatan progesteron menyebabkan dinding pembuluh darah kendur dan

peningkatan jumlah darah akan semakin membebani pembuluh darah yang

kemudian membuatnya terlihat menonjol.

Cara mengatasinya adalah :

a. Tinggikan kaki sewaktu berbaring

b. Jaga agar kaki tidak bersilangan

c. Hindan berdiri atau duduk terlalu lama

d. Senam untuk melancarkan peredaran darah

e. Hindan pakaian atau korset yang ketat

(13) Kram pada kaki

Penyebab kram pada kaki setelah usia kehamilan 24 minggu pada ibu hamil

disebabkan karena pembuluh darah balik yang berada dipangkal panggul merasa

tertekan sehingga menyumbat peredaran darah ke kaki. Cara mengatasinya

adalah:

a. Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi)

b. Latihan dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot yang terkena

c. Gunakan penghangat untuk otot


(Hani,dkk, 2014)

5) Kebutuhan Ibu Hamil Trimester II

(1) Pakaian dalam kehamilan


29

Menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang nyaman digunakan dan

yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat. Menganjurkan

ibu untuk tidak menggunakan sandal atau sepatu yang berhak tinggi karena dapat

menyebabkan nyeri pada pinggang.

(2) Nafsu makan

Meningkat dan pertumbuhan yang pesat, maka ibu dianjurkan untuk

mengkonsumsi protein, vitamin, dan zat besi.

(3) Ibu diberi imunisasi TT3.

(Hani, dkk, 2014)

6) Tanda bahaya kehamilan TM II meliputi

a. Bengkak pada wajah, kaki, dan tangan

b. Keluar air ketuban sebelum waktunya

c. Perdarahan hebat

d. Pusing hebat

e. Gerakan bayi berkurang

(Hani,dkk, 2014)

9. Trimester III

1) Pengertian

Kehamilan trimester III adalah dimulai dari usia kehamilan 28-42 minggu

(Hani,dkk, 2014).

2) Perubahan Fisiologis Trimester III

(1) Sistem Reproduksi

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan

untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatanya


30

ketebalan mukosa, mengendurnya jaringan ikat, dan hipertropi sel otot polos.

Perubahan ini mengakibatkan betambah panjangnya dinding vagina. Servik uteri

pada saat kehamilan mendekati aterm terjadi penurunan lebih lanjut dari

konsentrasi kologen. Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga

siklus yang berikutnya akan berulang. Di dalam ovarium pada trimester III korpus

luteum sudah tidak berfungsi lagi karena telah digantikan oleh plasenta yang telah

terbentuk. Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas

pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan 32

minggu, fundus uteri terletak antara 1/2 jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada

kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prossesus

xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal, maka tinggi fundus uteri pada

kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36

minggu adalah 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan

terletak kira-kira 3 jari dibawah prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh

kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul.

(2) Sistem Kardiovaskuler

Terjadi hemodilusi yang terlihat pada kadar hematokrit rendah yang dikenal

dengan anemia fisiologis. Penurunan volume darah hingga menjelang minggu ke-

32. Setelah itu volume darah menjadi relatif stabil meski massa eritrosit tetap

meningkat

(3) Sistem Urinaria

Terjadi peningkatan kembali frekuensi berkemih dikarenakan turunnya

bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul pada usia kehamilan cukup

bulan.
31

(4) Sistem Payudara

Pada trimester III perubahan kelenjar mammae membuat ukuran payudara

semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih seperti

air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan

yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak,

cairan ini disebut kolostrum.

(Dewi & Sunarsih 2014)

3) Perubahan Psikologis Trimester III

(1) Rasa tidak nyaman timbul, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik

(2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

(3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatannya

(4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang

mencerminkan perhatian dan kehawatirannya

(5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

(6) Merasa kehilangan perhatian

(7) Perasaan mudah terluka (sensitif)

(8) Libido menurun

(Dewi & Sunarsih, 2014)

4) Ketidaknyamanan Pada Trimester III

(1) Sering buang air kencing

Penyebab ibu hamil TM III sering buang air kecil adalah karena adanya

penurunan kepala sehingga menekan kandung kemih. Cara mengatasinya adalah :

a. Penjelasan mengenai sebab terjadinya


32

b. Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing

c. Perbanyak minum pada siang hari

d. Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia, kecuali jika nokturia saat

mengganggu tidur dimalam hari

e. Batasi minum kopi, teh dan soda

f. Jelaskan tentang tanda bahaya infeksi saluran kemih dan menjaga posisi tidur,

yaitu dengan berbaring miring kekiri dan kaki ditinggikan untuk mencegah

diuresis (Sulistiyawati, 2011)

(2) Hemoroid

Penyebab ibu hamil dengan hemoroid disebabkan karena pembesaran rahim

meningkatkan tekanan didalam abdomen dan peningkatan hormon esterogen serta

progesteron selama kahmilan. Cara mengatasinya adalah :

a. Makan makanan yang berserat dan banyak minum

b. Guakan kompres es atau air hangat

c. Dengan perlahan masukkan kembali anus setiap selesai BAB

(3) Keputihan

Penyebab ibu hamil dengan keputihan disebabkan aliran darah akan

meningkat kedaerah kewanitaan mempengaruhi cairan vagina menjadi lebih

meningkat.

Cara mengatasinya adalah :

a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari

b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap

c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur

(4) Sembelit
33

Penyebab ibu hamil dengan sembelit disebabkan karena rahim yang

membesar menekan rectum dan anus bagian bawah. Cara mengatasinya adalah :

a. Tingkatkan diet asupan cairan

b. Buah prem atau jus prem

c. Minum cairan dingin atau hangat, terutama saat perut kosong

d. Istirahat cukup

e. Senam hamil

f. Membiasakan buang air besar secara teratur

g. Buang air besar segera setelah ada dorongan (Dewi&Sunarsih, 2014)

(5) Napas sesak

Penyebab ibu hamil dengan napas sesak disebabkan karena memerlukan

banyak oksigen untuk janin dan dirinya. Cara mengatasinya adalah :

a. Jelaskan penyebab fisiologisnya

b. Dorong agar secara sengaja mengatur laju dalamnya pernapasan pada

kecepatan normal yang terjadi

c. Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik napas panjang

d. Mendorong postur tubuh yang baik, melakukan pernapasan interkostal

(6) Nyeri ligamentum rotundum

Penyebab ibu dengan nyeri ligamentum rotundum disebabkan karena

peregangan dan tekanan yang besar pada ligamentum akibat pembesaran uterus.

Cara mengatasinya adalah

a. Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri

b. Tekuk lutut ke arah abdomen

c. Mandi air hangat


34

d. Gunakan bantalan pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika tidak

terdapat kontraindikasi

e. Gunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan

diarea lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring.

(7) Perut kembung

Penyebab ibu hamil dengan perut kembung disebabkan karena darah

menuju kerahim akan semakin deras akibat penebalan endometrium

mempengaruhi penekanan bawah perut. Bisa juga dikarenakan sembelit.

Cara mengatasinya adalah :

a. Hindari makan yang mengandung gas

b. Mengunyah makanan secara sempurna

c. Lakukan senam secara teratur

d. Pertahankan saat buang air besar yang teratur. ( Dewi&Sunarsih, 2014)

(8) Pusing

penyebab pusing pada ibu hamil TM III disebabkan karena adanya perubahan

kardiovaskuler, kekurangan pasokan darah ke otak. Cara mengatasinya adalah :

a. Bangun secara perlahan dari posisi istirahat

b. Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat dan sesak

c. Hindari berbaring dalam posisi terlentang

(9) Sakit punggung atas dan bawah

Penyebab ibu hamil dengan sakit punggung disebabkan lekukan lumbal

lebih dan normal dan sikap tubuh yang lordosis. Cara mengatasinya adalah:

a. Gunakan posisi tubuh yang baik

b. Gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang tepat


35

c. Gunakan kasur yang keras

d. Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung

(10) Varises pada kaki

Penyebab pada ibu hamil dengan farises pada kaki disebabkan karena

peningkatan progesteron menyebabkan dinding pembuluh darah kendur dan

peningkatan jumlah darah akan semakin membebani pembuluh darah yang

kemudian membuatnya terlihat menonjol. Cara mengatasinya adalah :

a. Tinggikan kaki sewaktu berbaring

b. Jaga agar kaki tidak bersilangan

c. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama

d. Senam untuk melancarkan peredaran darah

e. Hindari pakaian atau korset yang ketat (Hani,dkk, 2014)

(11) Insomnia (Sulit Tidur)

Insomnia dapat terjadi pada wanita hamil maupun wanita yang tidak hamil.

Insomnia pada ibu hamil ini biasanya dapat terjadi mulai pada pertengahan masa

kehamilan sampai akhir kehamilan. Semakin bertambahnya umur kehamilan

maka insomnia semakin meningkat karena kecuali faktor fisik, faktor psikologis

juga ikut menjadi penyebab insomnia pada ibu hamil.

Insomnia dapat disebabkan oleh perubahan fisik yaitu pembesaran uterus. Di

samping itu insomnia dapat juga disebabkan perubahan psikologis misalnya

perasaan takut, gelisah atau khawatir karena menghadapi kelahiran. Sering BAK

dimalam hari/nochturia, dapat juga menjadi penyebab terjadinya insomnia pada

ibu hamil. Cara meringankan atau mencegah :

1. Mandi air hangat sebelum tidur


36

2. Minum minuman hangat (susu hangat, teh hangat) sebelum tidur.

3. Sebelum tidur jangan melakukan aktifitas yang dapat membuat susah tidur.

4. Jangan makan porsi besar 2 – 3 jam sebelum tidur.

5. Jangan kawatir tentang tidak bisa tidur.

6. Kalau perlu baca sebentar untuk penghantar tidur.

7. Kurangi kebisingan dan cahaya.

8. Tidur dengan posisi relaks, lakukan relaksasi.

(Kemenkes RI, 2016)

5) Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

Menurut Romauli 2011, Semakin tuanya usia kehamilan, kebutuhan fisik

maupun psikologis ibu juga mulai beragam dan harus terpenuhi. Kebutuhan fisik

maupun psikologis ibu hamil dijabarkan sebagai berikut:

(1) Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu hamil.

Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil hingga akan mengganggu

pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang

dikandung. Konsul dokter bila ada kelainan atau gangguan pernapasan seperti

asma dan lain-lain.

a. Nutrisi

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil

seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan

minum cukup cairan (menu seimbang).

a) Kalori
37

Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak. Bahan makanan yang

banyak banyak mengandung hidrat arang adalah golongan padi-padian

(misalnya beras dan jagung), golongan umbi- umbian (misalnya ubi dan

singkong), dan sagu.

b) Protein

Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian tubuh.

Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil mengakibatkan bayi akan

lahir lebih kecil dari normal. Sumber zat protein yang berkualitas tinggi

adalah susu. Sumber lain meliputi sumber protein hewani (misalnya daging,

ikan, unggas, telur dan kacang) dan sumber protein nabati (misalnya kacang-

kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang tolo, dan tahu tempe).

c) Mineral

Semua mineral dapat terpenuhi dengan makan-makanan sehari-hari yaitu

buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Hanya zat besi yang tidak bisa

terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini

dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, forofumarat atau

feroglukonat perhari dan pada kehamilan kembar atau pada wanita yang

sedikit anemia dibutuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium umumnya

terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu sapi mengandung kira-kira 0,9

gram kalsium.

d) Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur dan buah-

buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat

terbukti mencegah kecacatan pada bayi.


38

b. Kebutuhan Personal Higiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua

kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat,

menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah

genetalia). Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat perhatian karena seringkali

mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu kekurangan kalsium.

c. Kebutuhan Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah

konstipasi dan sering buang air kecil. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan

adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih,

terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat

ketika dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu

sudah mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak

terjadi konstipasi. Sering buang air kecil merupakan keluhan utama yang

dirasakan oleh ibu hamil, terutama trimester I dan III, hal tersebut adalah kondisi

yang fisiologis.

d. Kebutuhan Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir

kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan

seks selama 14 hri menjelang kelahiran. Koitus tidak diperkenankan bila terdapat

perdararahan pervaginan,riwayat abortus berulang, abortus/ partus prematurus

imminens, ketuban pecah sebelumnya waktunya.


39

f. Kebutuhan Mobilisasi

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas fisik biasa selama tidak

terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan untuk melakukan pekerjaan rumah

dengan dan secara berirama dengan menghindari gerakan menyentak, sehinggga

mengurangi ketegangan padatubuh dan menghindari kelelahan.

g. Istirahat

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur karena

dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan

perkembanagan dan pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selma kurang

lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam.

h. Persiapan persalinan

a) Membuat rencana persalinan

b) Membuat rencana pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan

pada saat pengambilan keputusan utama tidak ada

c) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan

d) Membuat rencana atau pola menabung

e) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan

(Romauli, 2011)

i. Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat

Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan

rencana kelahiran (mengidentifikasi penolong, tempat persalinan, dan

perencanaan tabungan), dan jika terjadi komplikasi, termasuk:


40

a) Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk mencapai

tempat tersebut.

b) Mempersiapkan donor darah.

c) Mengadakan persiapan financial.

d) Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan tidak

ada di tempat.

k. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada servik.

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d) Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah terjadi


l. Memantau kesejahteraan janin

Pemantauan gerakan janin minimal dilakukan selama 12 jam, dan pergerakan

janin selama 12 jam adalah minimal 10 kali gerakan janin yang dirasakan oleh ibu

hamil. (Mochtar, 2010)

(2) Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

a. Support Keluarga

Tugas keluarga yang saling melengkapi dan dapat menghindari konflik adalah

dengan cara pasangan merencanakan untuk kedatangan anaknya, mencari

informasi bagaimana menjadi ibu dan ayah, suami mempersiapkan peran sebagai

kepala rumah tangga. Disini motivasi suami dan keluarga untuk membantu

meringankan ketidaknyamanan dan terhindar dari stress psikologi.

b. Support dari Tenaga Kesehatan


41

Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikolgis adalah dengan memberi

support atau dukungan moral bagi klien, meyakinkan klien dapat menghadapi

kehamilannua dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal

c. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Kebutuhan pertama ialah ia merasa dicintai dan dihargai, kebutuhan kedua

ialah ia merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak

d. Persiapan menjadi orang tua

Salah satu persiapan orang tua dapat dilaksanakan dengan kelas pendidikan

kelahiran/ kelas antenatal.

e. Sibling

Dilakukan kepada ibu yang sudah memiliki anak untuk menghindari penolakan

dari anak sebelumnya. Biasanya terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Pencegah

terjadinya sibling ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, di antaranya

sebagai berikut:

a) Jelaskan pada anak tentang posisinya (meskipun ada adiknya, ia tetap

disayangi oleh ayah ibu)

b) Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya

c) Ajak anak untuk berkomunikasi denagn bayi sejak masih dalam

kandungannya

d) Ajak anak melihat benda-benda yang berhubungan dengan kelahiran bayi

6) Tanda Bahaya ibu hamil meliputi :

(1) Penglihatan kabur atau berbayang

(2) Gerakan janin berkurang

(3) Kejang
42

(4) Demam tinggi

(5) Nyeri perut

(Hani, dkk,

2014)

2.1.1.4 Kunjungan ANC

Dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan

(1) Satu kali pada trimester 1 ( usia kehamilan 0 – 12 minggu ).

(2) Satu kali pada trimester 2 ( usia kehamilan 13 – 27 minggu ).

(3) Dua kali pada trimester 3 ( usia kehamilan 28 – 42 minggu ).

(Manuaba,

2010)

2.1.1.5 Pemeriksaan Fisik Kehamilan Sesuai Standart Minimal 10T

1. Pengukuran tinggi badan cukup satu kali,

Bila tinggi badan < 145cm, maka factor resiko panggul sempit,

kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Penimbangan berat

badan setiap kali periksa, Sejak bulan ke-4 pertambahan BB paling

sedikit 1 kg/bulan.

2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah normal 120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90mmHg, ada faktor resiko hipertensi (tekanan

darah tinggi) dalam kehamilan.

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)


43

Bila < 23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita kurang energy kronis

(ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah

(BBLR)

4. Ukuran Tinggi Fundus Uteri

Kenaikan fundus uteri yang normal perminggu kurang lebih 2 cm.

Tinggi fundus uteri di ukur dengan memakai aturan leopold atau

dengan memakai pita ukur. (Prawirohardjo, 2014)

Tabel 2.3 TFU menurut penambahan pertiga jari

Usia kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)


12 3 jari diatas symphisis
16 Pertengahan pusat- symphisis
20 3 jari bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-px
36 3 jari dibawah px
40 Pertengahan pusat – px

(Prawirohardjo, 2014)

Tabel 2.4 TFU menurut Mc Donald :

Usia kehamilan (bulan) Tinggi Fundus Uteri


5 20 cm
6 23 cm
7 26 cm
8 30 cm
9 33 cm
(Hani, 2014)
44

Pemeriksaan Kehamilan Berdasarkan Palpasi Abdominal menggunakan cara

leopold dengan langkah sebagai berikut :

1. Leopold I

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus uteri.

Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1) Pemeriksa menghadap pasien

2) Kedua tangan meraba fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri

3) Meraba bagian apa yang berada di fundus, jika teraba bulat, melenting,

mudahdigerakkan maka itu adalah kepala. Namun jika itu teraba bulat,

besar, lunak,tidak melenting dan susah digerakkan maka itu adalah bokong

janin.

2. Leopold II

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri

ibu. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut ibu.

2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut

sebelah kiri ke arah kanan.

3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan rasakan bagian

apa yang ada disebelah kanan (jika teraba benda yang rata, tidak teraba

bagian kecil, terasa ada tahanan, maka ini adalah bagian punggung bayi,

namun jika teraba bagian-bagian kecil dan menonjol maka itu adalah

bagian kecil janin).

b. Leopold III
45

Bertujuan untuk mengetahui bagia janin yang ada di bagian bawah

uterus.Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1) Tangan kiri menahan fundus uteri

2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba

bagian yang bulat, melenting, keras, dan dapat digoyangkan maka itu

adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit

digerakkan maka ini adalah bokong. Jika di bagian bawah tidak ditemukan

kedua bagian seperti diatas maka pertimbangan janin dalam letak

melintang.

3) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kanan

menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballotement

(pantulan dari kepala janin terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-

7 bulan).

4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala goyangkan, jika

masih mudah digoyangkan berarti kepala belum masuk panggul, namun

jika kepala tidak bisa digoyangkan berarti sudah masuk panggul). Lalu

lanjutkan pada pemeriksaan leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh

bagian terendah janin masuk panggul (PAP).

c. Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan untuk

mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum.Cara

pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1) Pemeriksaan menghadap kaki pasien

2) Kedua tangan meraba janin yang ada di bawah


46

3) Jika teraba kepala, tepatkan kedua tangan di dua belah pihak yang

berlawanan di bagian bawah

4) Jika kedua tangan convergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum

masuk panggul

5) Jika kedua tangan divergen (tidak dapat saling bertemu) berarti kepala

sudah masuk panggul

5. Pemberian Imunisasi TT Lengkap

Imunisai TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 ml di

injeksikan intramuskuler/subcutan (Depkes RI, 2009). Pada kunjungan

pertama ANC, dilakukan skrining status imunisasi TT ibu hamil, apabila

diperlukan, diberikan imunisasi pada saat pelayanan antenatal. Tujuan:

1) Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir

2) Melengkapi status imunisasi TT

Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya

terdapat interval minimal. Interval minimal pemberian imunisasi TT dan

lama perlindungannya dapat dilihat pada tabel :

Tabel 2.5 Skrining Imunisasi TT

Riwayat
Imunisasi yang
Imunisasi Ibu Status Imunisasi
Didapat
Hamil
Imunisasi dasar DPT – Hb1 T1 dan T2
lengkap
Anak sekolah DT T3
kelas 1 SD
Anak sekolah Td T4
kelas 2 SD
Anak sekolah Td T5
kelas 3 SD
Calon TT Jika ada status T tidak
pengantin, masa terpenuhi lanjutkan
47

hamil urutan T yang belum


terpenuhi, perhatikan
interval pemberian
(Kemenkes RI, 2014)

Tabel 2.6 Interval dan masa perlindungan TT

Lama %
Interval
Perlindungan Perlindungan
TT Pada kunjungan ANC
- -
1 pertama
TT 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80%
2
TT 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95%
3
TT 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
4
TT 1 tahun setelah TT 4 25 tahun / 99%
5 seumur hidup
(Kemenkes RI, 2014)

6. Pemberian Tablet Besi (Fe)

Pemberian tablet Fe pada trimester I dapat diberikan jika tidak terjadi

emesis, bila ibu mengalami emesis bisa dilakukan pada trimester II. Seliap

tablet mengandung Fe SO4 34 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg

masing-masing minimal 90 tablet atau lebih dapat diberikan

(Kemenkes,2016).

7. Tes Laboratorium

1) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama

dan minggu ke 28. bila kadar HB < 1l gr% Bumil dinyatakan Anemia,
48

maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb

menjadi 11 gr% atau lebih.

1) Pemeriksaan Protein urine

Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein

atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.

2) Pemeriksaan Urine Reduksi

Untuk Bumil dengan riwayat DM bila hasil positif maka perlu

diikutipemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG

(Diabetes Mellitus Gestasional).

8. Penentuan Letak Janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut janjung

janin,

Apabila trimester 3 bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum

masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain.

Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160

kali/menit menunjukkan ada tanda gawat janin segera rujuk.

9. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

1) Pemberian Obat Malaria

Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada

bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan

hasil apusan darah yang positif.

2) Pemberian Kapsul Minyak Yodium

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di daerah

endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.

10. Temu Wicara


49

Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan.

Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa

meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat

kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien.

Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan.

(Kemenkes RI, 2016)

2.1.1.6 Menghitung Usia Kehamilan Dan Tafsiran Persalinan

Menentukan usia kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai cara,

diantaranya adalah :

1. Rumus neagle

Rumus neagle terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir, rumusnya :

Hari pertama haid terakhir (HPHT) ditambah 7, bulan dikurangi 3, tahun

ditambah 1

2. Berdasarkan TFU

1) 12 minggu : 3 jari diatas simfisis

2) 16 minggu : pertengahan simfisis pusat

3) 20 minggu : 3 jari dibawah pusat

4) 24 minggu : setinggi pusat

5) 28 minggu : 3 jari diatas pusat

6) 32 minggu :pertengahan pusat dan prosesus

7) 36 minggu :3 jari dibawah prosesus

8) 40 minggu :pertengahan pusat dan prosesus

3. Berdasarkan palpasi abdominal

1) Rumus Mc. Donald


50

Fundus diukur dengan pita ukur. Tinggi fundus dikalikan 2 dan dibagi 7

memberikan umur kehamilan dalam bulan. Bila dikalikan 8 dan dibagi 7

memberikan umur kehamilan dalam minggu.

Contoh rumus perhitungan Tinggi Fundus Uterus atau TFU menurut MC

Donald, dapat dikalkulasikan sbagai berikut :

TF U x 8
Dalam minggu
7

TF U x 2
Dalam Bulan
7

2) Rumus menghitung TBJ :

(TFU(cm)-n)x155 = berat (gram)

n = 12 : bila kepala diatas atau pada spina ischiadica

n = 11 : bila kepala dibawah spina ischiadica

(Kuswanti, 2014)

2.1.1.7 Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)

1. Pengertian

Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang

memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan

terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan.

Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau ringannya risiko / bahaya.

Pemilihan angka penunjuk yang sederhana ini disesuaikan dengan pemakaiannya

yaitu ibu hamil, kader, dan petugas non kesehatan ditingkat pelayanan kesehatan

dasar. Digunakan angka bulat dibawah 10, sebagai angka dasar 2, 4, dan 8 pada

tiap factor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, dan risiko

tinggi.
51

Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu

hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi 3 kelompok:

1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan tanpa masalah/factor resiko, fisiologis dan kemungkinan besar

diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.

2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6 -10

Kehamilan dengan 1 atau lebih faktor resiko, baik dari pihak ibu maupun

janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun

janinnya, memiliki factor kegawatan tetapi tidak darurat.

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

Kehamilan dengan factor resiko :

(1) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa

ibu dan atau bayinya, membutuhkan dirujuk tepat waktu dan tindakan segera

untuk penanganan adekuat dalam upaya penyelamatan nyawa ibu dan bayinya.

(2) Ibu dengan factor resiko 2 atau lebih, tingkat resiko kegawatannya meningkat,

yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter

spesialis.

2. Kelompok Faktor Resiko

Kelompok faktor resiko dibagi menjadi 3, yaitu Kelompok I ada potensi

gawat obstetrik (APGO) dan memiliki 10 faktor resiko : 7 terlalu, 3 pernah,

Kelompok II ada gawat obstetrik (AGO) dan memiliki 8 faktor resiko, Kelompok

III ada gawat darurat obstetrik (AGDO) dan memiliki 2 faktor resiko.
52

1) Ada Potensi Gawat Obtetrik (APGO), ada masalah yang perlu diwaspadai

(1) 10 faktor resiko (7 Terlalu, 3 Pernah)

1. Kehamilan yang mempunyai masalah yang perlu diwaspadai. Selamanya

kehamilan ibu hamil sehat tanpa ada keluhan yang membahayakan.

2. Tetapi harus waspada karena ada kemungkinan dapat terjadi penyulit /

komplikasi dalam persalinan.

Tabel 2.7 Faktor resiko yang terdapat dalam kelompok ini adalah :

No. Faktor Resiko (FR I) Batasan-Kondisi Ibu


1. Primi Muda Terlalu muda, hamil pertama umur ≤ 16 tahun
2. Primi Tua 1. Terlalu tua, hamil pertama umur ≥ 35 tahun
2. Terlalu lambat hamil, setelah kawin ≥ 4
tahun
3. Primi Tua Sekunder Terlalu lama punya anak lagi, terkecil ≥ 10
tahun
4. Anak Terkecil <2 Tahun Terlalu cepat punya anak lagi, terkecil < 2
tahun
5. Grande Multi Terlalu banyak punya anak, 4 atau lebih
6. Umur ≥ 35 Tahun Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih
7. Tinggi Badan ≤ 145 Cm Terlalu pendek hamil dengan:
1. Hamil pertama
2. Hamil kedua atau lebih, tetapi belum pernah
melahirkan normal/spontan dengan bayi
cukup bulan, dan hidup
8. Pernah Gagal Hamil Pernah gagal hamil pada kehamilan yang lalu:
1. Hamil kedua yang pertama gagal
2. Hamil ketiga/lebih mengalami gagal
(abortus, lahir mati) 2 kali
3. Hamil terakhir nbayilahir mati
9. Pernah Melahirkan dengan : 1. Pernah melahirkan dengan tarikan
tang/vacuum
2. Pernah uri dikeluarkan oleh penolong dari
dalam rahim
3. Pernah di infus/transfuse pada perdarahan
pasca persalinan
10. Pernah Operasi Sesar Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar
sebelum kehamilan ini
2) Ada Gawat Obtetrik (AGO), ada tanda bahaya awal

(1) 8 faktor resiko

(2) Tanda bahaya pada saat kehamilan, ada keluhan tetapi tidak darurat
53

Tabel 2.8 Faktor resiko yang terdapat dalam kelompok ini adalah :

No. Faktor Resiko (FR II) Kondisi Ibu


1. Penyakit ibu hamil: a.Pucat, lemas badan, lekas lelah, lesu, mata
a. Anemia berkunang-kunang
b. Malaria b.Panas tinggi, menggigil, keluar keringat,
c. Tuberculusa paru sakit kepala
d. Payah jantung c.Batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk
e. Kencing manis darah, badan lemah, lesu, dan kurus
f. PMS, dll d.Sesak napas, jantung berdebar, kaki
bengkak
e.Diketahui dari diagnose dokter dengan
pemeriksaan lab
f.Diketahui dari diagnose dokterdengan
pemeriksaan lab
2. Pre Eklampsia Ringan Bengkak tungkai dan tekanan darah tinggi
3. Hamil kembar/gemeli Perut ibu sangat besar, gerak anak terasa
dibanyak tempat
4. Hamil kembar air / hydramnion Perut ibu sangat membesar, gerak anak
kurang terasa karena air ketuban terlalu
banyak, biasanya anak kecil
5. Hamil lebih bulan / hamil Ibu hamil 9 bulan dan lebih 2 minggu belum
serotinus melahirkan
6. Janin mati di dalam rahim ibu Ibu hamil tidak merasa gerak anak lagi, perut
mengecil
Kelainan letak: Rasa berat (nggandol) menunjukkan letak dari
kepala janin:
7. 1. Letak sungsang 1. Diatas perut: kepala bayi ada diatas dalam
rahim
8. 2. Letak lintang 2. Disamping perut: kepala bayi didalam
rahim terletak di sebelah kanan atau kiri
2) Ada Gawat Darurat Obtetrik (AGDO), yang mengancam nyawa ibu dan bayi

(1) 2 faktor risiko

(2) Ada ancaman nyawa ibu dan bayi

Tabel 2.9 Faktor resiko yang terdapat dalam kelompok ini adalah :

No. Faktor Resiko (FR III) Kondisi Ibu


1. Perdarahan sebelum bayi lahir Mengeluarkan darah pada waktu hamil,
sebelum kelahiran bayi
2. a. Pre Eklampsia Berat / a. Pada hamil 6 bulan lebih:
sakit kepala/pusing, bengkak
tungkai/wajah, tekanan darah tinggi,
b. Eklampsia pemeriksaan urin ada albumin
b. Ditambah dengan terjadi kejang-
54

kejang
Ibu dengan faktor risiko kelompok III sangat membutuhkan pengenalan dini,

dirujuk dengan segera tepat waktu, penanganan adekuat di pusat rujukan dalam

upaya penyelamatan nyawa ibu dan bayinya.

3. Cara Pemberian Skor

Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor resiko di beri nilai 2,4

atau 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal.

Tiap faktor risiko skornya 4, kecuali bekas operasi sesar, letak sungsang, letak

lintang, perdarahan antepartum dan pre eklampsia berat/eklampsia diberi skor 8.

Tiap faktor resiko dapat dilihat pada gambar yang ada dalam kartu skor “Poedji

Rochjati” (KSPR) yang telah disusun dengan format sederhana agar mudah

dicatat dan diisi.

1) Skor awal X, yaitu skor dari umur dan paritas yang merupakan karakteristik

pada setiap ibu hamil

2) Skor awal X+Y, nilai Y adalah skor dari faktor resiko yang mungkin sudah

ditemukan pada kontak pertama

3) Jumlah skor dapat tetap atau bertambah, disesuaikan dengan faktor resiko yang

kemudian hari timbul

4) Jumlah skor tidak akan berkurang walaupun gejalanya tidak ada lagi, misalnya:

edema tungkai pada pre eklampsia ringan karena resikonya tetap ada dan gejala

dari faktor resiko tersebut sewaktu-waktu dapat timbul kembali.

5) Dengan pengertian bahaya dari pre eklampsia dan eklampsia tetap masih ada

sampai persalinan dan nifas selesai, yaitu sampai 42 hari pasca persalinan.

Contoh : pada ibu dengan perdarahan sebelum persalinan, setelah ibu mendapat

perawatan dan pengeluaran darah terhenti, dalam hal ini jumlah skor tetap, tidak
55

berkurang karena perdarahan dapat setiap saat timbul lagi, jadi bahaya perdarahan

masih tetap ada.

Pada tiap kontak jumlah skor dihitung. Jumlah skor 2, 6-10, dan 12 atau lebih.

Berdasarkan jumlah skor, ibu hamil dapat ditentukan termasuk dalam 3 kelompok

resiko (KRR, KRT dan KRST), dengan kode warna (hijau, kuning dan merah) :

1) Jumlah skor 2 termasuk Kehamilan Resiko Rendah (KRR) diberi kode warna

hijau. Tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun Polindes tetapi

penolong persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan nifas bagi ibu

dan bayinya.

2) Jumlah 6-10 termasuk Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) diberi kode warna

kuning. Pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes

atau puskesmas. Atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada letak

lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.

3) Jumlah ≥ 12 termasuk Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) di beri kode

warna merah. Diberi penyuluhan dirujuk untuk melahirkan di Rumah Sakit

dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis.

Jumlah skor pada tiap kontak, menentukan kelompok resiko yang menjadi

petunjuk pemberian KIE, penanganan ibu hamil seterusnya, yaitu rujukan

kehamilan dan perencanaan persalinan, baik tempat dan penolong persalinan,

bila perlu rujukan sudah dapat direncanakan sebagai rujukan terencana.

4. Penyuluhan Komunikasi, Informasi, Edukasi/KIE untuk Kehamilan dan

Persalinan Aman

Setelah melakukan skrining antenatal, menemukan faktor risiko, memberi

skor, menghitung jumlah skor dan menentukan kelompok risiko, maka petugas
56

kesehatan melakukan KIE untuk mendorong dan menggerakkan semua ibu hamil

untuk melakukan perawatan kehamilan (antenatal care).

Rujukan kehamilan dilakukan apabila membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut

dan pengobatan pada dokter puskesmas atau dokter spesialis di rumah sakit,

misalnya ada penyakit ibu, ibu dengan riwayat obstetrik jelek, pemeriksaan USG

dengan hasil terdapat penyulit. Pada ibu resiko tinggi dengan faktor risiko ganda

(2 atau lebih), maka penjumlahan skor akan dapat memberikan pengertian lebih

jelas kepada ibu hamil, suami dan keluarga mengenai :

1) Peningkatan kebutuhan pertolongan persalinan aman, misalnya persalinan

harus ditolong di rumah sakit

2) Kesiapan mental, biaya dan transportasi

Dengan ada faktor risiko ganda dua atau lebih, berarti risiko terjadinya komplikasi

persalinan meningkat, juga risiko kematian ibu/bayi meningkat, juga risiko

kematian ibu/bayi meningkat pula. Ada sinergi dan kumulasi terjadinya risiko

komplikasi persalinan serta kemungkinan kematian.

Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk persalinan, pada umur

kehamilan diatas 38 minggu harus ditingkatkan dengan lebih jelas dan tegas

sesuai dengan faktor risiko dan jumlah skor pada kontak terakhir, karena sudah

menghadapi persalinan, kepada :

1) Ibu Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di

rumah maupun polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun

membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.

2) Ibu Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), penolong persalinan oleh bidan atau

dokter puskesmas, di polindes atau puskesmas (PKM). Atau langsung dirujuk


57

ke rumah sakit, misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama (primi)

dengan tinggi badan rendah.

3) Ibu Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk

untuk melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap dan dibawah

pengawasan dokter Spesialis (Prawirohardjo, 2010).

KIE yang diberikan oleh petugas kesehatan sangat penting untuk

menimbulkan rasa sadar, peduli, waspada dan sepakat dalam pengambilan

keputusan untuk memilih tempat dan penolong persalinan yang sesuai.

Penyuluhan lebih ditekankan pada perilaku ibu hamil, suami dan keluarga

untuk perencanaan persalinan aman. Kepada mereka diingatkan bahwa setiap

persalinan mempunyai kemungkinan mengalami komplikasi persalinan dengan

risiko terjadinya 5 K yaitu : Kematian, Kesakitan, Kecacatan, Ketidak-puasan, dan

Ketidak-nyamanan. (Rochjati,

2010)

2.1.2 Intranatal Care (Persalinan)

2.1.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di

dorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2014).

Persalinan adalah proses imana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit

(JNPK-KR 2014).

2.1.2.2 Faktor-Faktor Penting Dalam Persalinan


58

1. Power (kekuatan)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Kekuatan Primer (Kontraksi Involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke

uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah ini digunakan untuk

menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi dan

intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis

(effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.

2) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan

mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra

abdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan

dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi

serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam

usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.

2. Passenger

Penumpang dalam persalianan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu

diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,

dan posisi janin. Sedangkan yang perlu di perhatikan pada plasenta adalah letak,

besar, dan luasnya.

3. Passage

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang

panggul, sedangkan yang perlu di perhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen
59

bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan

introitus vagina.

4. Psikologi

Respon prikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :

1) Dukungan ayah bayi /pasangan selama proses persalinan

2) Dukungan kakek nenek (saudara dekat) selama persalinan

3) Saudara kandung bayi selama persalinan.

5. Posisi ibu

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Perubahan posisi yang di berikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa

letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh :

posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok) memberi sejumlah keuntungan, salah

satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain

itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.

(Sondakh, 2013)

2.1.2.3 Tahapan kala dalam persalinan

2.1.2.3.1 Kala I

1. Pengertian

Kala I adalah tahapan pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 cm

sampai pembukaan lengkap (pembukaan 10). Lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman

diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan pembukaan multigravida 2

cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu persalinan untuk pembukaan

lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 2010)


60

1) Fase-Fase Pada Kala I

Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif

(1) Fase laten pada kala I persalinan

a. Pengertian fase laten

a) Pembukaan serviks berlangsung lambat

b) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm

c) Berlangsung dalam 7-8 jam untuk primigravida

d) Berlangsung dalam 3 jam untuk multipara

b. Observasi kala I fase laten

Hasil observasi dapat dicatat baik pada catatan kemajuan persalinan, pada

buku KIA, atau KMS ibu hamil, antara lain :

a) DJJ setiap 1 jam

b) Frekwensi dan lamanya kontraksi setiap 1 jam

c) Nadi setiap 1 jam

d) Pembukaan serviks setiap 4 jam

e) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam

f) Tekanan darah dan temperatur suhu setiap 4 jam

g) Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 jam sampai 4 jam

h) Kandung kemih penuh atau tidak (Indriyani, 2013)

(2) Fase aktif pada kala I persalinan

a. Pengertian fase aktif

a) Berlangsung ketika serviks membuka dari 4 cm


61

b) Pada umumnya fase aktif berlangsung hingga 6 jam untuk primigravida

dan berlangsung 3 jam untuk multipara

b. Observasi kala I fase aktif

a) DJJ setiap 30 menit

b) Frekwensi dan lamanya kontraksi setiap 30 menit

c) Nadi setiap 30 menit

d) Pembukaan serviks setiap 4 jam

e) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam

f) Tekanan darah setiap 4 jam

g) Temperatur suhu setiap 2 jam

h) Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 jam sampai 4 jam


(Indriyani, 2013)
62

2. Perubahan fisiologis kala I

1) Uterus

Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium berkontraksi dan berelaksasi

seperti otot pada umumnya. pada saat otot rertraksi, ia tidak akan kembali ke

ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek secara progresif.

Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi dan

retraksi, maka kavum uterus lama kelamaan menjadi semakin mengecil. Proses ini

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke pelviks.

2) Serviks

Sebelum otot persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah

menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka

(1) Penipisan serviks

Berhubungan dengan kemajuan pendekatan dan penipisan serviks. Seiring dengan

bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi

lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan

sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis.

(2) Dilatasi

Proses ini kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam kondisi menipis

penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka disebabkan

daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi.

Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravaginal.

Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu:
63

1. Fase laten

Berlangsung selama kurang lebih 6-8 jam untuk primigravida dan berlangsung

kurang lebih 3-4 jam untuk multipara . Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai diameter 3 cm

2. Fase aktif

Dibagi dalam 3 fase yaitu:

1) Fase akselerasi, dari pembukaan 3 cm menjadi 4 cm yang berlangsung dalam

waktu 2 jam.

2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase deselerasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam pembukaan 9 cm

menjadi lengkap (10 cm). pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam

keadaan tak teraba dan diameter lubang serviks adalah 10 cm.

Fase diatas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida tahapannya

sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I selesai apabila

pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira 13

jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan

multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih

dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium eksternum

membuka. Namun pada multigravida, ostium uteri internum serta penipisan dan

pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.


64

3) Lendir Darah

Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan membrane dari daerah internal

os dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau

operculum. Terbatasnya lendir dari sumbatan ini menyebabkan terbentuknya

tonjolan selaput ketuban yang teraba saat dilakukan pemeriksaan intravaginal.

Pengeluaran lendir dan darah ini disebut “show” atau “bloody show”yang

mengindikasikan telah dimulainya proses persalinan

4) Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hamper atau sudah

lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap

5) Tekanan darah

(1) Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, normalnya 110/70-130/80

mmHg.

(2) Pada waktu-waktu tertentu diantara kontraksi, takanan darah kembali ke

tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang

sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek tekanan darah selama interval

kontraksi.

(3) Mengubah posisi pasien dari terlentang ke posisi miring kiri, perubahan

tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.

(4) Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan

darah.

(5) Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan bahwa
65

rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-

eklampsi). Cek parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan pre-

eklampsi. Berikan perawatan dan obat-obatan penunjang yang dapat

merelaksasi pasien sebelum menegakkan diagnosis akhir, jika pre-eklampsi

tidak terbukti.

6) Metabolisme

(1) Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob

meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh

kecemasan dan aktivitas otot rangka.

(2) Peningkatan aktivitas metabolic terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut

nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

7) Suhu Tubuh

(1) Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah

melahirkan.

(2) Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1 ⁰C dianggap normal, nilai

tersebut mencerminkan peningkatan metabolism selama persalinan.

(3) Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun bila

persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat

mengindikasikan dehidrasi, sehingga parameter lain harus dicek. Begitu pula

pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan

infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini.

8) Nadi

(1) Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase

peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih


66

rendah dari pada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase

penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.

(2) Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika

wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang.

(3) Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi disbanding

selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan

metabolisme yang terjadi selama persalinan.

(4) Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, akan diperlukan

pengecekkan parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses

infeksi.

9) Pernafasan

(1) Sedikit peningkatan frekuansi pernafasan dianggap normal selama persalinan,

hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk

memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi pernafasan, karena

sangat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan teknik

pernafasan.

(2) Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat

menyebabkan alkalosis. Amati pernafasan pasien dan bantu ia

mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang

ditandai oleh rasa kesemutan dan ekstremitas dan perasaan pusing.

3. Perubahan Psikologis Kala I

Psikologis ibu dapat berpengaruh pada fisiologis ibu, untuk itu seorang ibu harus

memahami tentang perubahan psikologis pada ibu selama persalinan.perubahan

psikologis pada ibu selama kala I adalah:


67

1) Fase laten

Pada fase ini umumnya ibu masih kooperatif dan bahagia karena masa

kehamilannya akan segera berakhir atau persalinan akan segera dimulai.

Namunketika adanya kontraksi ibu merasa gelisah, gugup, cemas, tidak nyaman,

dan khawatir. Biasanya ibu memerlukan teman bicara, ingin ditemani atau

didampingi, ingin jalan-jalan dan menciptakan kontak mata

2) Fase aktif

Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan maksimal rasa khawatir

wanita meningkat. Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya menjadi

semakin sering sehingga wanita tidak dapat mengontrol sikapnya. Wanita tersebut

menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak

mampu beradaptasi dengan kontraksinya

4. Kebutuhan Kala I

Adapun kebutuhan fisik dan psikologis ibu bersalin pada kala I yaitu :

1) Pemenuhan kebutuhan fisik

1) Memberikan rasa nyaman dan kebersihan pada ibu

2) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin (miring kiri)

3) Memberikan kontak fisik pada ibu.

2) kebutuhan fisikologis

1) Persiapan untuk persalinan

2) Memberikan informasi

3) Mengurangi kecemasan
68

4) Keikutsertaan dalam perencanaan persalinan

5) Berkenalan dengan para staf (Jannah, 2014)

2.1.2.3.2 Kala II

1. Pengertian

Pengertian kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran

bayi (JNPK-KR, 2014).

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam

pada multi (Kemenkes RI, 2016).

Tanda dan gejala kala II persalinan adalah:

1) Ibu meras ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya

3) Perineum menonjol

4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka

5) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah

pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui

introitus vagina. (JNPK-KR, 2014)

2. Perubahan fisiologis kala II

Pada kala II, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan cepat yaitu setiap 2 menit

sekali dengan durasi >40 detik, dan intensitas semakin lama semakin kuat. Karena

biasanya pada tahap ini kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka

pada his dirasakan adanya tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflex
69

menimbulkan rasa inigin meneran. Pasien merasakan adanya tekanan pada rectum

dan merasa seperti ingin BAB.

1) Uterus

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya berkontraksi.

Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi

yang didominasi oleh otot fundus yang menarik otot bawah Rahim ke atas

sehingga akan menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan janin kebawah

secara alami

2) Serviks

Pada Kala II, serviks sudah menipis dan dilatasi maksimal. Saat dilakukan

pemeriksaan dalam, porsio sudah tidak teraba dengan pembukaan 10 cm

3) Pergeseran organ dasar panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan pasien

ingin meneran, serta diikuti dengan perineum yang menonjol dan menjadi lebar

dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tak lama kemudian kepala

janin tampak pada vulva saat ada his

4) Ekspulasi janin

Bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin sudah tidak masuk lagi di luar

his. Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan dengan

suboksiput dibawah simfisis, kemudian dahi, muka, dan dagu melewati perineum.

Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota

tubuh bayi. Pada primigravida. Kala II berlangsung kira-kira 1 ½ jam, sedangkan

pada multigravida ½ jam

5) Tekanan darah
70

Tekanan darah dapat meningkat lagi 15-25 mmHg selama kala II persalinan.

Upaya meneran juga akan mempengaruhi tekanan darah, dapat meningkat dan

kemudian menurun kemunian akhirnya kembali lagi sedikit diatas normal. Rata-

rata normal peningkatan tekanan darah selama kala II adalah 10 mmHg.

6) Metabolisme

Meningkatnya metabolism terus berlanjut hingga kala II persalinan. Upaya

meneran pasien menambah aktivitas otot-otot rangka sehingga meningkatkan

metabolisme

7) Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien menera. Secara keseluruhan

frekuensi nadi meningkat selama kala II diserai takikardi yang nyata ketika

mencapai puncak menjelang kelahiran bayi.

8) Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan segera

setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-1oC

9) Pernafasan

Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal selama persalinan, hal

tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme (Kemenkes RI, 2016)

3. Perubahan Psikologis Kala II

1) Perasaan ingin meneran dan ingin BAB

2) Panik/terkejut dengan apa yang dirasakan pada daerah jalan lahirnya

3) Bingung dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap

4) Membutuhkan pertolongan, frustasi, marah. Dalam hal ini di dukung dari

keluarga atau suami saat proses mengejan sangat diperlukan


71

5) Kepanasan, sehingga sering tidak disadari membuka sendiri kain yang

dikenakan

6) Tidak peduli apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin

7) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah

8) Focus pada dirinya dari pada bayinya

9) Lega dan puas karena diberi kesempatan untuk meneran.

(Sulistyawati, 2014)

4. Kebutuhan kala II

Kebutuhan kala II meliputi:

1) Kehadiran pendamping secara terus menerus

2) Posisi ibu senyaman mungkin

3) Mengurangi rasa sakit.

(Sulistyawati, 2014)

2.1.2.3.3 Kala III

1. Pengertian

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30 menit,

disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta (Kemenkes RI, 2016).

Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala III selesai secepat mungkin

dengan melakukan langkah – langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan

lahir lebih cepat. Tujuan dari manajemen aktif kala III yaitu mengurangi kejadian

perdarahan pasca melahirkan, mengurangi lamanya kala III, mengurangi

penggunaan transfusi darah, dan mengurangi penggunaan terapi oksitosin.

(Sulistyawati, 2014).
72

2. Perubahan Fisiologis Kala III

Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus,

kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.

Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam

ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta

tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut

dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh

darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan

berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir,

dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah

ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.

Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360

cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya

berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran

yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus

merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten

(Kemenkes RI, 2016) .

3. Perubahan Psikologis Kala III

1) Bahagia

Karena saat-saat yang telah lama di tunggu akhirnya dating juga yaitu kelahiran

bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang

sempurna (bias melahirkan, memberikan anak untuk suami dan memberikan

anggota keluarga baru), bahagia karena bias melihat anaknya.


73

2) Cemas dan Takut

Cemas dan takut kalua terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena

persalinan dianggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati.

3) Cemas dan takut karena pengalaman masa lalu

4) Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya

4. Kebutuhan kala III

1) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping

2) Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui

3) Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa

yang akan dilakukan

4) Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu

mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa

yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta

5) Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air

ketuban.

6) Hidrasi

(Sulistyawati, 2014)

2.1.2.3.4 Kala IV

1. Pengertian

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu

(Kemenkes RI, 2016).

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum

paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan adalah:
74

1) Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk

melahirkan bayi telah selesai.

2) Pemeriksaan yang dilakukan; tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu;

kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari placenta

rest, luka episiotomy, perlunakan pada serviks, kandung kemih dikosongkan,

karena dapat menggangu kontraksi Rahim.

3) Bayi yang telah dibersihkan diletakkan diatas perut ibu untuk melakukan MD.

4) Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemeriksaan setiap 2 jam.

5) Bila keadaan baik, pasien dipindahkan ke ruangan inap bersama-sama dengan

bayinya (Manuaba, 2010).

2. Perubahan fisiologis kala IV

1) Perubahan tanda vital

Dalam 2 jam pertama setelah melahirkan, tekanan darah, nadi, dan pernafasan

akan berangsur kembali normal, suhu biasanya akan mengalami peningkatan

namun masih dibawah 38oC hal ini disebabkan karena kurangnya cairan dan

kelelahan.

2) Sistem Gastro Intestinal

Selama 2 jam pasca persalinan. Kadang dijumpai pasien merasa mual sampai

muntah. Atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan terjadinya aspirasi

corpus aleanum ke saluran pernafasan dengan setengah duduk.

3) Sistem Renal

Selama 2-4 jam persalinan kandung kemih masih dalam keadaan hipotonik akibat

adanya alostatiksehingga sering di jumpai kandung kemih dalam keadaan penuh

dan mengalami pembesaran


75

4) Sistem Kardiovaskuler

Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat

sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini

terjadi 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Pada persalinan pervagiam

kehilangan darah 200-500 ml. sedangkan pada persalinan sesar pengeluaran dua

kali lipat. (Kemenkes RI, 2016)

3. Perubahan Psikologis kala IV

1) Fase honeymoon (konyak yang lama antara ibu-ayah-anak)

Ikatan kasih (bonding dan attachment) (Sulistyawati, 2014)

4. Kebutuhan kala IV

1) Hidrasi dan nutrisi

2) Hygiene dan kenyamanan pasien

3) Bimbingan dan dukungan untuk BAK

4) Informasi dan bimbingan sejelas – jelasnya mengenai apa yang terjadi dengan

tubuhnya dan apa yang harus ia lakukan berkaitan dengan kondisinya.

5) Kehadiran bidan sebagai pendamping selama dua jam pasca persalinan serta

keluarga atau orang – orang terdekatnya.

6) Dukungan untuk menjalin hubungan awal dengan bayinya, terutama saat

pemberian ASI awal.

7) Posisi tubuh dan lingkungan yang nyaman setelah saat – saat berat menjalani

persalinan.

8) Pemberian analgesik (jika diperlukan)

9) Tempat dan alas tidur yang bersih agar tidak terjadi infeksi

(Sulistyawati, 2014)
76

2.1.2.4 Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan

kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan

bayi :

1. Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang

efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

2. Penguncian (Engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui

lubang masuk panggul pasien.

3. Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin kedalam panggul, fleksi menjadi hal yang

sangat penting karena dengan fleksi diamete kepala janin terkecil dapat

bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala

bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan meningkatkan fleksi menjadi

tambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala

janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

4. Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior dari

kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien.

Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring ke arah diameter PAP

dari panggul tetapi bahu tetap miring ke kiri, dengan demikian hubungan

normal antara as panjang kepala janin dengan as panjang dari bahu akan
77

berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Pada umumnya rotasi penuh dari

kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di dasar panggul.

5. Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini

terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut

membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju

lorong vulva. Bagian leher belakang dibawah oksiput akan bergeser ke bawah

simfisis pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang

berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang

menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka

lebar.

6. Restitusi

Restitusi ialah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau ke kiri,

bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput

anterior.

7. Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada

saat kepala janin mencapai dasar panggul,bahu akan mengalami perputaran

dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang

besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva-

vaginal, dimana ia akan bergeser dibawah simfisis pubis.

8. Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi


78

Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan

dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya

akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.

(Sulistyawati, 2014)

2.1.2.5 Pemeriksaan VT

Pengertian VT (vaginal toucher) adalah pemeriksaan yang dilakukan

dengan memasukkan jari ke dalam liang sanggama untuk mengetahui pasien yang

baru datang sudah inpartu/belum, untuk menetapkan titik awal suatu persalinan

dan bagian dari janin yang sudah turun seperti apa.

Langkah –langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam yaitu :

1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.

2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan

(mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu

sama lain).

3. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan

4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau

larutan antiseptik. Basuh bila secara hati-hati, seka dari bagian depan ke

belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses (tinja)

5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan)

termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di

perineum.

6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per

vaginam atau mekonium:

1) Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.


79

2) Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban, jika terlihat

pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ

(1) Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan

seksama menurut petunjuk pada partograf, jika ada tanda-tanda akan

terjadi gawat janin lakukan rujukan segera.

(2) Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera

(3) Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi

7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari

(gunakan sarung tanagn periksa). Masukkan (hati-hati)jari telunjuk yang

diikuti oleh jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai

pemeriksaan selesai dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan

melakukan tindakan amniotomi (merobeknya). Alasannya: amniotomi

sebelum waktunya dapat meningkatkan risiko infeksi terhadap ibu dan bayi

serta gawat janin.

8. Nilai vagina. Luka perut di vagina mengindisikasikan adnya riwayat robekan

perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi

penting untuk menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.

9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.

10. Pastikan tali pusat atau bagian kecil-kecil (tangan atau kaki) tidak teraba pada

saat melakukan periksa dalam.jika teraba maka ikuti langkah-langkah

kegawatdarurat dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.

11. Nilai penerunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut

telah masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala


80

dari hasil periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen

(perlimaan) untuk menentukan kemajuan persalinan.

12. Jika bagian terendah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil,

ubun-ubun besar atau fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk

menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah

ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir.

13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan (hati-hati),

celupkan sarung tangan kedalam larutan dekontaminasi, lepaskan kedua

sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan

selama 10 menit.

14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan

kering.

15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.

16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.

(JNPK-KR, 2017)

2.1.2.6 Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah

Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 60 langkah

asuhan persalinan normal sebagai berikut:

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA

1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan.

 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.

 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.

 Perineum tampak menonjol.

 Vulva dan sfingter ani membuka.


81

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi

baru lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :

 Tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat

 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)

 Alat penghisap lendir

 Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Untuk ibu :

 Menggelar kain diperut bawah ibu

 Menyiapkan oksitosin 10 unit

 Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set

3. Pakai celmek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci kedua tangan

dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan

tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa

dalam.

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai

sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik)
82

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

disinfeksi tingkat tinggi (DTT).

 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.

 Buang kapas atau kasa pembersih yang terkontaminasi dalam wadah yang

tersedia.

 Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung

tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% → langkah #9. Pakai sarung

tangan DTT/steril untuk melaksanakan langkah lanjutan.

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap.

 Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan (dengan cara mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskannya dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit). Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu

tutup kembali partus set.

10.Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)

untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal ( 120 – 160x/menit ).

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.


83

 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, semua

temuan pemeriksaan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.

IV.MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES

PIMPINAN MENERAN

11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

cukup baik, kemudian bantu ibu untuk menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya.

 Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti

pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.

 Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk

mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara

benar.

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin

meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah

duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat Ibu merasa ingin meneran atau

timbul kontraksi yang kuat :

• Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

• Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran

apabila caranya tidak sesuai

• Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali

posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)


84

• Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

• Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

• Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)

• Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

• Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) pada

primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60

menit

V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT / steril pada kedua tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI

Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan

posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara

efektif atau bernapas cepat dan dangkal


85

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi

Perhatikan!

 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian

atas kepala bayi

 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan

potong tali pusat diantara dua klem tersebut

21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara

spontan

Lahirnya Bahu

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala

ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang

Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang,

tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi serta majaga bayi

terpegang baik

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah

bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan

ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

25. Melakukan penilaian selintas :


86

 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

 Apakah bayi bergerak aktif?

 Warna kulit kemerahan/tidak?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah

dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi

baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali

tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

 Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut

bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

 Ikat tali pusat dengan benang DTT

 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan

32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu dan bayi

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)

33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
87

34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu untuk mendeteksi

kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat

35. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal.

Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat

dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

Mengeluarkan plasenta

36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal

ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan

dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan

37. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua

tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta

dan mencegah robeknya selaput ketuban.

Rangsangan Taktil (Masase) uterus

38. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba

keras)

IX. MENILAI PERDARAHAN

39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau derajat 2 dan atau

menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan

aktif segera lakukan penjahitan


88

40. Periksa kedua sisi plasenta pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap.

Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus

X. ASUHAN PASCA PERSALINAN

41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan katerisasi

Evaluasi

43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas diair DTT tanpa

melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan tissue atau handuk

pribadi yang bersih dan kering

44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus

45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 - 60x/

menit)

 Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera

merujuk kerumah sakit

 Jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk kerumah

sakit rujukan

 Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali

kontak kulit ibu dan bayi, dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut

Kebersihan dan Keamanan


89

48. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan

kering.

49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga

untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya

50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).

54. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan vitamin K1 (1 mg)

intamuskuler di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis infeksi

dalam 1 jam pertama kelahiran bayi

56. Setelah 1 jam kelahiran bayi lakukan pemeriksaan fisik lanjutan. Pastikan

kondisi bayi tetap baik. (pernafasan 40-60x/ menit dan suhu tubuh 36,5°C –

37,5°C) setiap 15 menit

57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B

di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar

sewaktu-waktu dapat disusukan

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit


90

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

dengan handuk yang bersih dan kering

Dokumentasi

60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

(JNPK-KR 2017)
91

2.1.2.7 Penapisan Ibu Bersalin

Daftar 26 penapisan ibu bersalin deteksi kemungkinan komplikasi gawat darurat,

diantaranya yaitu:

1. Riwayat bedah sesar

2. Perdarahan pervaginam

3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental

5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari

37 minggu)

7. Ikterus

8. Anemia berat (Hb ≤ 8 gram/dl)

9. Preeklampsia berat/Eklampsia

10. Tinggi fundus  uteri > 40 cm dan < 25 cm

11. Demam > 38⁰C

12. Gawat janin (DJJ < 120x/menit atau > 160x/menit)

13. Presentasi bukan belakang kepala

14. Tali pusat manumbung

15. Gemeli

16. Presentasi majemuk

17. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5

18. Syok

19. Hipertensi
92

20. Kehamilan dengan penyulit sistemik (Asma, DM, Jantung, Kelainan Darah)

21. Tinggi badan < 140 cm

22. Kehamilan diluar kandungan

23. Posterm pregnancy (Kehamilan lewat waktu > 42 minggu)

24. Partus tak maju ( Kala I lama, Kala II lama, Kala III tak maju )

25. Kehamilan dengan mioma uteri

26. Kehamilan dengan riwayat penyakit tertentu (Hepatitis, HIV)

(Tiara, 2018)

2.1.2.8 Partograf

Partograf adalah Alat bantu untuk membantu mengobservasi kemajuan

kala I persalinan dan memberikan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Tujuan utama penggunaan partograf adalah :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks dengan pemeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga

dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

3. Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik

kemajuan proses persalinan.

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong

persalinan untuk :

1. Mencatat kemajuan persalinan

2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran


93

4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan

5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang

sesuai dan tepat waktu.

Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai

pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-

hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu:

1. Informasi tentang ibu

Meliputi nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan medis/nomor

puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat.

2. waktu pecahnya selaput ketuban.

3. Kondisi janin

DJJ, warna dan adanya air ketuban, penyusupan kepala janin

4. Kemajuan persalinan

Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, garis

waspada, dan garis bertindak.

5. Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif, waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

6. Kontraksi uterus

Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi dalam detik

7. Obat dan cairan yang diberikan

Oksitosin, obat, cairan IV yang diberikan

8. Kondisi ibu
94

Nadi, tekanan darah, temparatur tubuh, dan urine (volume, aseton, protein).

Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom

tesedia yang berada di dalam sisi partograf atau di catatan kemajuan

persalinan). (Prawirohardjo, 2014)

Cara Pengisian Halaman Depan Partograf

1) Informasi Tentang Ibu

Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat memulai asuhan

persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada partograf) dan

perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu

terjadinya pecah ketuban.

2) Kesehatan dan Kenyamanan Janin

Kolom, lajur, dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut

jantung janin (DJJ), air ketuban, dan penyusupan tulang kepala janin.

a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit, setiap kotak pada bagian ini,

menunjukkan waktu 30 menit. Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis

yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kisaran normal DJJ

terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Akan tetapi,

penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.

b. Warna dan Adanya Air Ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai

warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam

kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambing-lambang berikut:

U : ketuban utuh (belum pecah)


95

J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)

c. Molase (Penyusupan Tulang Kepala Janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala

bayi dapat menyesuaikan dengan diri dengan bagian keas panggul ibu.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat

temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambing-

lambang berikut:

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang

terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Itulah sebabnya bagian ini

disebut catatan persalinan. (Prawirohardjo, 2014)

Cara Pencatatan Lembar Belakang Partograf

1). KALA I

Kala I meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis

waspada. Pertanyaan kala I adalah sebagai berikut: Partograf melewati garis

waspada: Y/T, masalah lain, penatalaksanaan masalah, hasinya.

2). KALA II
96

Kala II terdiri atas : episiotomi persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah

penyerta, penatalaksaan dan hasilnya.

3). KALA III

Kala III terdiri atas lama kala III : pemberian oksitosin, penegangan tali pusat

terkendali, masase uterus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30

menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,

penatalaksaan dan hasilnya.

4). KALA IV

Pemantauan kala IV itu sangat penting, pemantauan kala IV dilakukan setiap

15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada satu

jam kedua. Observasi pada Kala IV meliputi : DJJ, Tekanan darah, nadi, suhu,

tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan

(Prawirohardjo, 2014).

2.1.3 Postnatal Care (Nifas)

2.1.3.1 Definisi

Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai 2

jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (Vivian, 2014).

Masa nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai

setelah melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir hingga 6

minggu setelah melahirkan (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia, 2018).

2.1.3.2 Periode Masa Nifas

Tahapan pada masa nifas terbagi atas 3 tahap berikut :


97

1. Tahap immediate postpartum yaitu tahapan yang terjadi dalam waktu 24 jam

pertama setelah persalinan.

2. Tahap early postpartum yaitu tahapan yang terjadi setelah 24 jam setelah

persalinan sampai akhir minggu pertama post partum.

3. Tahap late postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu kedua sampai

minggu keenam setelah persalinan.

Pada tahap immediate postpartum dan early postpartum perlu dilakukan

pengawasan yang ketat karena berpotensi sering terjadi bahaya komplikasi

postpartum antara lain resiko terjadinya perdarahan dan syok hipovolemia. Pada

tahap late postpartum terjadi perubahan secara bertahap pada sistem reproduksi.

(Bidan dan dosen kebidanan Indonesia, 2018)

2.1.3.3 Pengeluaran Lochea pada Masa Nifas

1. Lochea Rubra

Warna merah kehitaman, keluar pada hari ke-2 sampai dengan 3 post partum.

Terdiri dari sel desidua, vernic kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan darah.

2. Lochea Sanguinolenta

Warna putih bercampur merah, keluar pada hari ke-3 sampai post partum.

Berisi sisa darah dan jaringan desidua.

3. Lochea Serosa

Warna kekuningan keluar pada hari ke-7 sampai 14 post partum. Berisi

jaringan desidua. Cairan serosa, leukosit, dan eritrosit.

4. Lochea Alba

Warna putih, keluar setelah hari ke-14 dan berisi jaringan leukosit dan

jaringan desidua. (Prawirohardjo, 2014).


98

2.1.3.4 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

1. Sistem kardiovaskuler

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan

beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan hemokonsentrasi sampai

volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula

2. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Proses involusio uterus (tnggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa

involusi)

Tabel 2.10 Involusi Uterus

Involusio TFU
2 jam PP dan hari 1 setinggi pusat
hari ke-2 PP 2 jari bawah pusat
hari ke-3 PP 2 jari bawah pusat
hari ke-4 PP 2 jari bawah pusat
hari ke-5 PP pertengahan pusat-seimfisis
hari ke -6 PP 4 jari di atas simfisis
hari ke-7 PP 3 jari di atas simfisis
hari ke-8 PP 2 jari di atas simfisis
hari ke-9 PP 1 jari di atas simfisis
hari ke-10 PP tidak teraba
(Elisabeth, 2014)

2) Servik
Servik menjadi tebal dan lebih keras pada akhir pertama post partum

servik maSih akan berdilatasi 1 cm. involusi servik yang lengkap bisa

berlangsung 3 sampai 4 bulan. Involusi servik bersamaan dengan uterus


99

setelah persalinan OUI dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan setelah 6

minggu servik menutup

3) Vulva, vagina dan perineum

Vulva, vagina dan perineum mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut ketiga organ ini dalam keadaan kendor. Setelah 3

minggu vulva,vagina kembali ke keadaan tidak hamil dan rugae vagina

berangsur-agsur akan muncul kembali sementara labia lebih menonjol,

4) Ligament-ligamen

Ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, segera setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali, sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi

retrofleksi karena ligaentum rotundum menjadi kendor (Elisabeth, 2014)

5) Abdomen

Apabila wanita berdiri pada hari pertama setelah melahirkan, abdomennya

akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil,

dalam 2 minggu setelah melahirkan, abdomen dinding wanita itu kan rileks.

Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen ke keadaan sebelum

hamil

6) Payudara

(1) Terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone yang cepat dengan

peningkatan prolaktin

(2) Colustrum sudah ada pada waktu persalinan


100

(3) Payudara lebih besar dan lebi keras terjadi karena laktasi

(4) Di dalam payudara prolaktin menstimulasi sel-sel alveolus untuk

menghasilkan susu

3. Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan yang meliputi :

1) Diuresis pasca partum

Dalam 12 jam post partum, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang

teretensi selama masa hamil telah diaphoresis luas, terutama pada malam hari,

selama 1-2 hari post partum. Dieresis post partum disebabkan oleh :

(1) Penurunan kadar estrogen

(2) Hilangnya peningkatan tekanan vena pada

tungkai bawah

(3) Hilangnya peningkatan tekanan darah akibat

kehamilan

(Prawirohardjo, 2014)

4. Sistem Gastrointestinal

Pada masa nifas ibu akan mengalami kesulitan BAB karena sfingter ani

tertekan oleh jalan lahir. Ibu juga biasanya mengalami kesulitan untuk BAB

karena merasa takut terutama jika ada perlukaan jalan lahir

5. Sistem Endokrin

Yang meliputi hormone plasenta dan hormone hipofose dan hormone ovarium

1) Hormone plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-

hormon yang diproduksi oleh organ tersebut penurunan hormone-hormon


101

plasenta, laktogen (HPL) estrogen dan kortisol. Serta plasenta enzim insulinasi

membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula menurun secara

bermakna pada masa puerpuerium

2) Hormone hipofase dan hormone ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita yang menyusui dan

tidak menyusi berbeda kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita

menyusui tampaknya nerperan dalam menekan ovulasi karena kadar folikel

stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusi, disimpukan

bahwa ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin

meningkat.

6. Sistem Muskuluskeletal

Adaptasi system muskuluskeletal ibu yang terjadi selama hamil berlangsung

secara terbalik pada masa pasca partum. Adaptasi menyangkut hal-hal yang

membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pust berat ibu akan

pembesaran rahim stabilitas sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan

7. Sistem Integumen

1) Penurunan melanin umunya setelah persalinan

menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi

kulit

2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada

kulit karena kehamilan dan akan menghilang

pada saat estrogen menurun


102

(Prawirohardjo, 2014).

2.1.3.5 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

1) Fase taking In

Fase taking in adalah periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama

sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada

dirinya sendiri. ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang

dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.

ketidaknyaman fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti mules, nyeri pada

jahitan, kurag tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Hal tersebut membuat ibu perlu cukup asupan nutrisi, istirahat yang cukup untuk

mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti menangis dan

mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap

lingkungannya. Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :

(1) Kekecewaan karna tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya

misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lainnya

(2) Ketidaknyaman sebagai aibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa

mules karena rahim berkontraksi untuk kembali kepada ke keadaan semula,

payudara bengkak, nyeri luka jahitan

(3) Rasa bersalah karena belum menyusui bayinya

(4) Suami atau keluarga yang mengritik ibu tentang cara merawat bayi dan

cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasakan tidak nyaman

karena sebenarnya hal itu bukan tanggung jawab ibu semata

2) Fase Taking Hold


103

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat

sensitive, sehingga mudah tersinggung dan marah. Dukungan moril sangat

diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

Bagi petugas kesehtan pada fase ni merupakan kesempatan yang baik untuk

memberikn berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehtan yang diperlukan ibu

nifas. Tugas petugas kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara

menyusui bayi yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan

pendidikan kesehtan yang diperlukan ibu seperti gizi istirahat dan kebersihan diri

3) Fase letting go

Fase letting go adalah menerima taggugjawab akan peran barunya. Fase ini

berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi peningkatan akan perawatan diri

dan bayinya. Ibu suah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat

pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalaniperan barunya.

Pendidikan kesehtan yang diberikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna

bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya

Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu. Suami dan keluarga

dapat merawat bayinya mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak

terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga kondisi fisik

yang bagus untuk dapat merawat bayinya. (Elisabeth, 2014)

1.1.3.7 Kebutuhan Dasar Masa Nifas


104

1. Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan

meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis

melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.

Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa

Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.

Kalori bgus untuk proses metabolism tubuh, kerja organ tubuh, proses

pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2000 kkal. Ibu menyusui

memerlukan kalori yang sama dengan wanita + 700 kalori pada 6 bulan pertama

kemudian +500 kalori bulan selanjutnya.

1) Sumber tenaga/energy

Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, pengehematan protein

(jika sumber tenaga kurang protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk

memenuhi kebutuhan energy). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari

beras, sagu, jagung, tepung terigu, dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh

dari hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur,

minyak kelapa dan margarine)

2) Sumber pembangun (protein)

Diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak/mati.

Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang,

kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein nabati (kacang

tanah, kacang merh, kacang hijau, kedeli, tahu dan tempe)

3) Sumber pengatur dan pelindung


105

Digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur

kelancaran metabolisme dalam tubuh. Anjurkan ibu untuk minum setiap habis

menyusui sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis

sayuran dan buah-buahan segar.

Makanan yang dikonsumsi dinjurkan mengandung 50-60% karohidrat.

Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada dalam jumlaah

lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap

kalsium dan mudah di metabolism menjadi gula sederhana (galaktosa dan

glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama

masa bayi.

Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira setengah

kalori yang diproduksi oleh ASI. Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh

ibu pada masa nifas adalah sekitar 10-15%. Protein utama dalam air susu adalah

whey. Whey adalah menjadi kepala susu yang lembut yang memudahkan

penyerapan nutrient kedalam aliran darah bayi.

4) Tabel perbandingan angka kecukupan energy dan zat gizi wanita dewasa dan

tambahnnya untuk ibu hamil dan menyusui.

Tabel 2.11 Kebutuhan nutrisi

zat gizi wanita ibu ibu menyusui


dewasa hamil 0-6 bln 7-12 bln
energy (kkal) 2200 285 700 500
protein (g) 48 12 16 12
vitamin A (RE) 500 200 350 300
vitamin D (mg) 5 5 5 5
vitamin E (mg) 8 2 4 2
vitamin K (mg) 6,5 6,5 6,5 6,5
tiamin (mg) 1,0 0,2 0,3 0,3
riboflavin (mg) 1,2 0,2 0,4 0,3
niasin (mg) 9 0,1 3 3
106

vitamin B12 1,0 0,3 0,3 0,3


(mg)
asam folat (mg) 50 150 50 40
piidosin (mg) 1,6 0,6 0,5 0,5
vitamin C (mg) 60 10 25 10
kalsum (mg) 500 400 400 400
fosfor (mg) 450 200 300 200
besi (mg) 26 20 2 2
seng (mg) 15 5 10 10
yodium (mg) 150 25 50 50
selenium (mg) 55 15 25 20
(Elisabeth, 2014)

2. Kebutuhan Cairan

Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolism tubuh.

Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet

tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari post partum.

3. Kebutuhan Ambulasi

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan

usai. Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh. Terutama fungsi

usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu

mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari

ketergantungan peran sakit menjadi sehat

Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memeberikan jarak aktivitas dan

istirahat. Dalam 2 jam setelah persalinan ibu harus bisa melakukan mobilisasi.

Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Dapat dilakukan dengan miring

kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk

berdiri dan berjalan

Mobilisasi dini (early mobilitation) bermanfaat untuk :


107

1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerpuerium

2) Ibu merasa lebih sehat dan kuat

3) Mempercepat involusi alat kandungan

4) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik

5) Meningkatkan kelancaran perdaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI

dan pengeluaran sisa metabolism

6) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu

7) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai

4. Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB

1) Miksi

(1) Pada persalinan normal masalah berkemih tidak mengalami hambatan

apapun. Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan

dalam 8 jam setelah melahirkan

(2) Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita

mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter selama persalinan, juga

karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan

(3) Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan

rangsangan untuk berkemih dengan mengkompres vesika urinaria

dengan air hangat. Jika ibu belum bisa melakukan maka ajarkan ibu

untuk berkemih sambil membuka kran air, jika tetap belum bisa

melakukan juga maka dapat dilakukan kateterisasi

2) Defekasi
108

(1) Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut dengan

luka episiotomy

(2) Bila sampai 3-4 hari belum BAB, sebaiknya dilakukan diberikan obat

rectal, jika masih belum bisa dilakukan klisma untuk merangsang

BAB sehingga tidak mengalami sembelit dan menyebabkan jahitan

terbuka

5. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan

perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan

cara mandi yang teratur minimal 2 kali/hari, mengganti pakaian dan atas tempat

tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.

Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptic dan selalu ingat

bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri

secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun

kulit.

1) Kebersihan pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena

produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk

menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di

daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan

pakaian dalam, agar tidak terjadi iritai (lecet) pada aerah sekitarnya akibat lochea.

2) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan

dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan


109

pembengkakan pada wajah, kaki dan betis serta tangan ibu. Oleh karena itu dalam

minggu-minggu pertama stelah melahirkan. Ibu akan merasakan jumlah keringat

yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit

tetap kering

3) Kebersihan vulva dan sekitarnya

(1) Mengajarkan ibu mebersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan

daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian

membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air

kecil/besar

(2) Sarankan ibu untuk menggangti pembalut atu kain pembalut setidaknya 2

kali/hari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan

dikeringkan dibawah matahari

(3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya

(4) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menyentuh luka. Cebok dengan air biasa atau cuci dengan sabun.

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi meningkatkan

rasa nyaman dan memeprcepat penyembuhan. Perawatan luka perineum

dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genitalia dengan air san

sabun setiap kali habis BAK/BAB. Yang dimulai dengan mencuci bagian

depan, baru kemudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu

dianjurkan untuk mencuci tanga. Pembalut hendaknya diganti minimal 2

kali/hari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai,
110

pembalut dapat diicuci kemudian dijemur dibawah sinar matahari,

disetrika dan dapat dipakai kembali.

6. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu nifas

sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Anjurkan ibu untuk

istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk

kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan. Kurang istirahat akan

mempengaruhi ibu dalam berbagai hal, diantaraanya mengurangi jumlah ASI yang

diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,

serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat nayi dan dirinya.

Dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering

perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup.

7. Kebutuhan Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina anpa rasa

nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk

memulai meakukan hubungan suami isri kapan saja ibu siap

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah

6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan pada pemikiran pada

masa itu semua luka akibat pesalinan, termasuk luka episiotomy dan luka bekas

SC biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada

luka robekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4 minggu

setelah proses melahirkan itu. Meskipun hubungan seksual telah dilakukan


111

pada/setelah minggu ke 6 adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan masih

terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan

8. Kebutuhan Perawatan Payudara

1) Sebaiknya perawatan mamae telah dimulai sejak

wania hamil supaya putting lemas, tidak keras

dan kering sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya

2) Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan

dengan cara pembalutan mamae sampai

tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi

LH seperti lynoral dan pardolel

3) Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk

tetap bersih dan kkering

4) Menggunakan bra yang menyokong payudara

5) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum

atau ASI yang keluar pada puting susu setiap

kali menyusui, kemudian apabila lecetnya

sangat berat dapat diistirahatkan dalam waktu 24

jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan

menggunakan sendok. Selain itu, untuk

menghilangkan rasa nyeri minum paracetamol 1

tablet setiap 4-6 jam.

9. Latihan Senam Nifas

1) Pengertian
112

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan

setiap hari sampai hari yang kesepuluh. Terdiri dari sederetan gerakan tubuh

yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah:

(1) Diskusikan pentingnya pengembalian

otot perut dan panggul karena dapat

mengurangi rasa sakit

(2) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi

sedini mungkin secara bertahap, misal

latihan duduk, jika tidak pusing baru

boleh berjalan

(3) Melakukan latihan beberapa menit

sangat membantu

2) Tujuan

(1) Membantu mempercepat pemulihan keadaa ibu

(2) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi lat kandungan

(3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,

perut dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan

dan persalinan

(4) Memperlancar pengeluaran lochea

(5) Membantu mengurangi rasa sakit pada oto-otot setelah melahirkan

(6) Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan

persalinan
113

(7) Miminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifa misalnya

emboli, trombosia dan lain-lain

3) Manfaat

Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap

tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki tonus otot, pelvis dan

peregangan otot abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan

membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan

(Elisabeth,2014)

4) Latihan senam nifas

(1) Hari pertama

Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut

diawali dengan mengambil nafas melalui hiing. Kembungkan perut dan

tahan hingga hitungan ke 5 kemudian keluarkan nafas pelan-pelan melalui

mulut sambil mengkontraksikan otot prut ulangi sebanyak 8 kali

(2) Hari kedua

Sikap tubuh terlentang kedua kaki lurus ke depan. Angkat kedua

tangan lurus ke atas sampai kedua telapak tangan bertemu kemudian

turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar

dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar

tangan dan bahu terasa kenceng-kenceng ulangi sebanyak 8 kali.

(3) Hari ketiga


114

Berbaring rileks dengan posisi tangan disamping badan dan lutut

ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali. Ingat jangan

menghentak ketika menurunkan pantat. Gerakan dilakukan 8 kali

(4) Hari keempat

Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan,

tangan kanan diatas perut dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai dagu

menyentuh dada sambil mengerut otot sekitar anus dan mengontrasikan

otot perut. Kepala turun pelan-pelan ke posisi semula sambil

mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan

lupa untuk mengatur pernafasan ulangi gerakan sebanyak 8 kali

(5) Hari kelima

Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama mengangkat kepala sampai

dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk,

diulang sebaliknya, kerutkan otot sekitar anus dan kontrasikan perut ketika

mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur pernafasan saat melakukan

gerakan. Lakukan gerakan sebanyak 8 kali

(6) Hari keenam

Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan,

kemudian lutut ditekuk kearah 90° secara bergantian antara kaki kiri dan

kaki kanan. Jangan menghentakan ketika menurunkan kaki. Lakukan

perlahan tapi bertenaga. Lakukan gerakan sebanyak 8 kali

(7) Hari ketujuh


115

Tidur terlentang kaki lurus kedua tangan di samping badan. Angkat

kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil

mengkontraksikan perut kemudian turunkan perlahan atur pernafasan ,

lakukan sesuai kemampuan, tidak usah memaksakan sendiri. gerakan

dapat diulang 8 kali

(8) Hari kedelapan

Posisi nungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan

tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan ambil nafas kemudian keluarkan

nafas pelan-pelan sambil mengendurkan anus. Lakukan sebanyak 8 kali

(9) Hari kesembilan

Posisi berbaring kaki lurus kedua tangan di samping badan, angkat

kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90° kemudian turunkan kembali

pelan-pelan jangan menghentak ketika menurunkan kaki. Atur nafas saat

mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan sapat diulang sebanyak 8 kali.

(10) Hari kesepuluh

Tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakan di

belakang kepala kemudian bangun sampai posisi duduk kemudian

perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit up). Lakukan gerakan sebanyak 8

kali. Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua

tangan yang ditekuk dibelakang kepala untuk mendorong tubuh untuk

duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan

perlahan, tidak menghentak dan memaksakan

10. Rencana KB
116

Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah penting, dikarenakan secara

tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat merawat anaknya dengan

baik serta mengistirahatkan alat kandungannya (pemulihan alat kandungan). Ibu

dan suami sudah dapat memilih alat konrasepsi KB apa saja yang ingin

digunakan. Tujuan dari perencanaan KB itu sendiri adalah agar ibu tidak cepat

hamil lagi (minimal 2 tahun) dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri

sendiri, anak dan keluarga (Elisabeth, 2014)

1.1.3.9 Peran Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan

postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

1) Memberi dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai

kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa

nifas

2) Sebagai promoter hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman

4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan

anak mampu melakukan kegiatan administrasi

5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktekan kebersihan yang aman

7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan

diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat


117

proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi selama periode nifas.

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4x kunjungan dengan tujuan

untuk :

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehtan ibu nifas dan bayi

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa

nifas

4) Menangani komplikasi/masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan

ibu nifas maupun bayinya

Tabel 2.12 Kunjungan Masa Nifas

Kunjunga Waktu Tujuan


n
I 6-8 jam a. Mencegah terjadinya perdarahan masa
setelah nifas
persalinan b. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan dan memberi rujukan
bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga mengenai
bagimana mencegah perdarahan
karena atonia
d. Pemberian ASI pada masa awal
menjadi ibu
e. Mengajarkan ibu untuk mempererat
hubungan ibu dan BBL
f. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara
mencegah hipotermi
2 6 hari a. memastikan involusi uteri berjalan
setelah normal, uterus berkontraks, fundus di
persalinan bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau
118

b. menilai adanya tanda-tanda demam,


infeksi, atau kelainan pasca melahirkan
c. memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat
d. memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit
e. memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bayi
tetap hangat
3 2 minggu a. memastikan involusi uterus berjalan
setelah normal, uterus berkontraksi fundus di
persalinan bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau
b. menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau kelainan pasca melahirkan
c. memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
d. memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit
e. memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat dan menjaga bayi
agat tetap hangat
4 6 minggu a. menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang dialami atau bayinya
persalian b. memberikan konseling untuk KB
secara dini
(Elisabeth, 2014)

2.1.4 Bayi Baru Lahir

2.1.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 gram (Vivian,

2014).

Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut :

1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.


119

2. Panjang badan bayi 48-50 cm.

3. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai

140-120 kali/menit pada saat baayi berumur 30 menit.

6. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai

pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan

hanya berlangsung 10-15 menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk

dan dilapisi verniks kaseosa.

8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

9. Kuku telah agak panjang dan lemas

10. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah

menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

11. Refleks hisap, menelan, dan moro telah terbentuk.

12. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.

Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Bayi normal (sehat) memerlukan perawatan biasa

2. Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulangan khusus, misalnya

bayi yang mengalami asfiksia dan perdarahan. (Vivian, 2014).

2.1.4.2 Perubahan Fisiologis BBL

1. Perubahan Pernapasan
120

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan

alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan

pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara

neonatus bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan abdominal, sedangkan

untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi

atelektasis. Dalan kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih mempertahankan

hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism anaerobik.

1) Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dengan:

(1) Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang

bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur

percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8

tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,

walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester

II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan

hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-

paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

(2) Awal timbulnya pernapasan

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :

1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.


121

2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru -

paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam

paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan,

kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang

teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk

kehidupan.

3. Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2

meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.

Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi

sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat

gerakan pernapasan janin.

4. Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf

pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta

denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem harus

berfungsi secara normal. (Vivian, 2014).

Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:

1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup

dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu

kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang

sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan


122

permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus

sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap

pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan

energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.

Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak

oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada

bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

Surfaktan dan Efek Respirasi

Upaya nafas pertama bayi berfungsi untuk:

1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2. Mengembangkan cairan alveoli paru-paru untuk pertama kali

Untuk mendapatkan fungsi alveoli, harus terdapat surfaktan yang

cukup dan aliran darah melalui paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada

20 minggu kehamilan dan meningkat hingga paru-paru matang yaitu usia

30-34 minggu.

(Vivian, 2014).

Fungsi Surfaktan:

Mengurangi tekanan permukaan dan membantu menstabilkan dinding

alveol sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

2) Perubahan Sistem Pernafasan Yang Terjadi Saat Bayi Lahir

(1) Saat cukup bulan, terdapat cairan dalam paru-paru bayi. Pada

persalinan, bayi melaui jalan lahir yang menyebabkan 1/3 cairan

terperas keluar dari paru-paru.


123

(2) Pada beberapa kali tarikan napas pertama setelah lahir, udara ruangan

memenuhi trakea dan bronkus bayi baru lahir. Sisa cairan di dalam

paru-paru dikeluarkan dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

Semua alveol akan berkembang terisi udara dan pernapasan bayi

tergantung sepenuhnya pada paru-parunya sendiri

Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat

bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini

diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio

sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat

menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan

beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan

bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru

dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua

alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan

waktu.

3) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Denyut jantung janin (DJJ) diatur oleh pengaruh divisi simpatis dan

parasimpatis sistem saraf otonom dan kemoreseptor serta baroresptor.

Rentang normal DJJ adalah 120 -160 kali permenit. Irama DJJ cukup

stabil dan fluktuasi beragam antara 5 sampai 10 menit per menit.

Perubahan antar denyut (keragaman jangka pendek) diperantai oleh refleks

vagal (sistem saraf parasimpatis). Apabila refleks vagal distimulasi, DJJ


124

menurun. Apabila sistem saraf simpatis distimulusasi, DJJ meningkat.

Sistem saraf otonom menerima informasi mengenai status oksigen dari

kemoreseptor (sel saraf sensori dalam lengkung aorta, badan carotid dan

otak yang dapat memicu sistem saraf simpatis untuk meningktkan DJJ

guna meningkatkan perfusi pada area yang terkait. Baroreseptor (ujung

saraf yang sensitif) terhadap tekanan dalam dinding arteri carotid internal

dan eksternal) memberikan input mengenai tekanan darah. Peningkatan

tekanan darah baroreseptor memberi tanda kepada sistem saraf

parasimpatis untuk menurunkan curah jantung dan tekanan darah secara

cepat, sehingga memperlambat DJJ.

Selama kontraksi uterus, DJJ biasanya tidak berubah secara

bermakna jika fungsi placenta adekuat. Aliran darah ke ruang intervilli

berhenti ketika ketegangan uterus mencapai 50 mm Hg. Janin yang sehat

mampu bergantung pada cadangan oksigen di dalam ruang intervilli dalam

kondisi normal. DJJ dapat turun selama kontraksi jika terdapat kompresi

tali pusat, peregangan atau tekanan pada kepala janin (menyebabkan

stimulasi saraf vagus dan menurunkan aliran darah). Jika fungsi

uteroplasenta tidak adekuat, DJJ dapat turun sesudah awal kontraksi dan

tidak kembali ke garis dasar sampai setelah kontraksi selesai (deselerasi

lambat). Hipoksia ringan menyebabkan peningkatan DJJ, namun hipoksia

yang parah menyebabkan penurunan DJJ.

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting

dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat

hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi.


125

Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka

guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan

penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran

gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan

aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi

limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang

perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Kemenkes, 2016).

2. Perubahan Metabolisme Karbohidrat/Glukosa

1) Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Saat bayi

lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar glukosanya

sendiri.

2) Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang

sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.

3) Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan

tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus

mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru

lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).

4) Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak mendapat

asupan dari luar, beresiko terjadinya hipoglisemia dengan gejala kejang,

sianosis, apnoe, tangis lemah, letargi dan menolak makan. Akibat jangka

panjang dapat merusak sel-sel otak

5) Pencegahan Penurunan Kadar Glukosa Darah:

(1) Melalui penggunaan ASI


126

(2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)

(3)Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak

(glikoneogenesis)

a. BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup,

akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).

b. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang

cukup.

c. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen

terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.

d. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan

hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama

kelahiran.

e. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama

kelahiran pada bayi cukup bulan.

f. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak

dalam keadaan berisiko.

g. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi

yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin

merupakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan

sebelum lahir)

h. Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-

kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak

makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat


127

jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di

sel-sel otak. (Kemenkes RI, 2016)

3. Perubahan Suhu

Suhu tubuh bayi baru lahir harus dipertahankan antara 36,5 ⁰C dan 37 ⁰C.

Hipotermia pada bayi baru lahir didefinisikan sebagai suhu kurang dari 35 ⁰C.

1) Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, suhu dikendalikan dari

pusat penurun panas dan pusat peningkatan panas di hipotalamus, area otak di

dekat kelenjar hipofisis, sehingga bayi akan mengalami stress dengan adanya

perubahan perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan

dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu

dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan

yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha

utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

2) Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil adalah

merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.

3) Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan

panas tubuh sampai 100%.

4) Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna

mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.

5) Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang Bayi Baru Lahir.

(1) Lemak coklat ditemukan di sekitar leher dan antara skapula, melintasi garis

klavikula dan sternum.

(2) Lemak coklat juga mengelilingi pembuluh darah torax mayor dan bantalan

ginjal.
128

(3) Sel-sel mengandung nukleus, glikogen, mitokondria (yang melepas energi)

dan vakuola lemak multiple di dalam sitoplasma (suatu sumber energi)

(4) Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya

stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan

lemak coklat bayi.

6) Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,

hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas

merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan

kehilangan panas pada BBL

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas untuk berkeringat dan

menggigil. Termogenesis non menggigil (non shivering thermogenesis, NST)

digunakan oleh bayi baru lahir untuk tetap hangat, dan dimulai dengan:

1. Oksigenasi

2. Pelepasan dari plasenta , memotong tali pusat memaksimalkan NST

3. Pendinginan kutaneus: reseptor dingin di kuit menstimulasi pelepasan

noradrenalin dan tiroksin yang menstimulasi lemak coklat.

(Vivian, 2014).

a. Mekanisme Kehilangan Panas

Panas hilang selama kelahiran, resusitasi dan transportasi

a) Evaporasi

Kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan. Akibatnya cairan

ketuban pada permukaan tubuh menguap.

b) Konduksi

Kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
129

yang dingin.

c) Konveksi

Kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.

d) Radiasi

Kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang temperaturnya

lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.

b. Upaya Mencegah Kehilangan Panas:

a) Keringkan bayi secara seksama

b) Lakukan IMD

c) Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat

d) Tutupi kepala bayi

e) Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI

f) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi

g) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat (Vivian, 2014).

c. Efek Hipotermia

a) Peningkatan resistensi/tahanan vaskuler pulmonal, mengurangi oksigenase.

b) Penurunan produksi surfaktan dan efisiensi surfaktant, meningkatkan

atelektasis yang memperburuk asidosis.

c) Asidosis meningkatkan tekanan arteri pulmonal, mengurangi jumlah aliran

darah melalui paru, menyebabkan hipoksia.

d) Peningkatan asidosis juga menyebabkan pergeseran bilirubin tak terkonjugasi

dari tempat pengikatannya, menimbulkan resiko hiperbilirubinemi.


130

e) Peningkatan penggunaan glukosa, karena peningkatan metabolisme memicu

hipoglikemia dan mengurangi energi yang tersedia untuk pertumbuhan.

f) Curah jantung yang buruk dan penurunan aliran darah ke saluran

gastrointestinal menyebabkan iskemia yang dapat menyebabkan enterokolitis

nekrotik (necrotizing enterocolitis, NEC).

g) Hemoragi pulmonal dapat juga terjadi akibat kegagalan ventrikel kiri dan

kerusakan pada kapiler pulmonal, menyebabkan kebocoran cairan dan sel dari

alveoli. (Vivian, 2014).

d. Perawatan bayi saat lahir

a) Suhu minimal janin satu derajad lebih tinggi dibandingkan suhu ibu karena

pertukaran panas melalui plasenta

b) Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi terlahir dengan kondisi basah

dilahirkan ke lingkungan yang dingin

c) Bayi cukup bulan yang sehat akan berespon dengan meningkatkan produksi

panas.

d) Mengeringkan dan membedong bayi dengan handuk hangat akan

mempertahankan suhu tubuh bayi.

e) Perawatan Kanguru membantu mempertahankan bayi tetap hangat.

Menempatkan bayi kontak langsung ke dada ibu menstimuasi ibu untuk

mengubah suhu tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan bayi.

4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler/Sirkulasi

Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi tertutup,

bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat di

klem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik (systemic vascular


131

resistence, SVR). Hal yang paling penting adalah peningkatan SVR ini terjadi

pada waktu yang bersamaan dengan tarikan nafas pertama bayi baru lahir.

Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah paru

relaksasi dan terbuka. Paru sekarang menjadi sistem bertekanan darah. Kombinasi

tekanan darah yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, tetap menurun dalam

jantung. (Vivian, 2014)

5. Perubahan Sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan. Sebelum lahir, jain

cukup bulan mempraktikkan prilaku menghisap dan menelan. Reflek muntah dan

batuk yang matur telah lengkap oada saat lahir. Mekonium, walaupun steril,

mengandung depris dari cairsan amnion, yang menguatkan bahwa janin meminum

cairan amnion dan bahwa cairan tersebut melalui saluran cerna. Bagaimanapun

juga kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna

sumber makanan dari luar terbatas. Sebagaian besar keterbatasan tersebut

membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan yang terdapat disemua

bagian saluran cerna, dari mulut sampai ke usus. Bayi baru lahir kurang mampu

mencerna protein dan lemak dibandingksn orang dewasa. Abosorpsi karbohidrat

relatif efisien, tetapi tetap kurang efisien dibandingkan kemampuan orang dewasa.

Kemampuan absorpsi bayi baru lahir (BBL), terutama efisien dengan

mengabsorpsi monosakarida, seperti glukosa, asalkan jumlah glukosa tidak terlalu

banyak. (Vivian, 2014)

6. Perubahan Berat Badan dan Panjang badan

Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran

(meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya


132

berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4

sampai hari ke 10. Pada usia 0-4 bulan, berat badan bayi biasanya akan naik

sebanyak 0,5 kg - 1 kg dalam 1 bulan, dan tumbuh 3 sampai 5 cm setiap bulannya.

(Kemenkes RI, 2016)

7. Perubahan Sistem Ginjal

Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan

kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah menyebabkan retensi cairan dan

intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilang

natrium dalam jumlah besar dan ketidak seimbangan elektrolit lain,. Bayi baru

lahir tidak mampu mengkonsentrasikan urin dengan baik, yang tercemin dalam

berat jenis urin yaitu 1,004 daqn osmulalitas urin yang rendah. Semua

keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.

Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urin pada 48 jam pertama kehidupan, sering

kali hanya 30 hingga 60 ml. Seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam

urin bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengindikasikan adanya cidera

atau iritasi didalam sistem ginjal. Bidan harus ingat bahwa massa abdomen yang

ditemukian pada pemeriksaan fisik sering kali adalah ginjal dan dapat

mencerminkan adanya tumor, pembesaran, atau penyimpangan di dalam ginjal.

8. Perubahan Sistem Imun

Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan

maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel-

sel limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan

gabungan immunoglobulin gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling

banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu
133

melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan

plasmasitosis, penambahan penambahan folikel limfoid dan sintesis gamma M

immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan

2 bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus

digestifus, respiratorus, kelenjar ludah, pancreas dan traktus urogenital.

Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan

setara dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi

hanya dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya

juga kurangnya Gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus

berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis.

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem

imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.

Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau

meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa

2. Fungsi saringan saluran napas

3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang

membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah

ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan

memerangi infeksi secara efisien.


134

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif

mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan

terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak.

Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem

kekebalan tubuh.

Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim

terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan terhadap antigen

tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi (huruf menunjukan

masing-masing golongan ),yaitu IgG, igA, dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil

melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan antibodi yang sangat

penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan

terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama

dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan

kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan.

IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin.

Tingkat IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan

diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat

IgM yang relatif rendah membuat bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting

sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer

adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang

lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun

waktu 2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan, saluran usus

lambung, dan mata. Sedangkan imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE,

tidak begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus (Kemenkes RI, 2016).
135

2.1.4.3 Masa Transisi BBL

Menurun muslihatin (2010) masa transisi di bagi menjadi 3 periode yaitu periode

pertama reaktivitas, fase tidur, dan reaktivitas kedua.

1. Periode pertama reaktivitas

Periode pertama reaktivitas dimulai dari bayi lahir sampai sekitar 30 menit.

Periode ini memiliki karakteristik antara lain denyut nadi akan berlangsung cepat

dan irama tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 x/menit. Pada bayi baru

lahir terdapat pernafasan cuping hidung, ada retraksi dinding dada. Terjadi

fluktuasi warna dari merah jambu menjadi akrosianosis atau sianosis sementara

tidak ada bising usus, tidak berkemi, bayi menmiliki sejumlah mukus, menangis

kuat, reflek menghisap kuat. Pada periode ini mata bayi terbuka lebih lama dari

hari-hari sesudahnya, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk memulai

proses perlihatan.

Pada periode ini bayi membutuhkan perawatan khusus yaitu mengkaji dan

memantau frekuensi jantung dari pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam setelah

kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,5-37,5°C), lakukan

bounding attechement, menundah pemberian tetes mata pada 1 jam pertama.

2. Fase tidur

Fase ini merupakan interval responsif relatif atau fase tidur yang dimulai dari 30

menit setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jam. Karakteristik

dari fase tidur ini adalah pernafasan dan denyut jantung menurun warna kulit

cenderung setabil terdapat akrosianosis dan bisa terdengar bisisng usus. Meskipun

demikian orang tuanya tetap dapat menikmati fase ini dengan memeluk atau

mengendong bayi.
136

3. Periode masa reaktivitas

Periode masa reaktivitas ini berakhir sekitar 4-6 jam setelah kelahiran.

Karakteristik pada periode ini yaitu bayi memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi

terhadap setimulus internal dan lingkungan, frekuensi nadi apikal berkisar 120-

160 x/menit, frekuensi pernafasan 30-60 x/menit kemudian frekuensi warna kulit

dari warna merah jambu dan kebiruan kesianosis ringan disertai bercak-bercak,

frekuensi bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium. Pada periode ini

terjadi peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi, reflek

menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif.

(Vivian, 2014)

2.1.4.4 Kebutuhan Bayi Baru Lahir

1. Suhu badan dan lingkungan

2. Tanda-tanda vital

3. Berat badan

4. Mandi dan perawatan kulit

5. Pakaian

6. Perawatan tali pusat

tali pusat harus dibersihkan tiap hari serta menjaganya agar tetap bersih dan

kering supaya tidak terinfeksi. Lama lepas tali pusat dikatakan cepat jika

kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika

lebih dari 7 hari. Lepasnya tali pusat juga dipengaruhi oleh kepatuhan ibu

dalam perawatan tali pusat setiap hari. Kebersihan saat merawat tali pusat dan

frekuensi mengganti popok setiap kali popok kotor dan basah. Hal yang paling

terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah memastikan tali pusat dan
137

area di sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu mencuci tangan dengan

menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.

(Vivian, 2014).

2.1.4.5 Pemberian Nutrisi Pada BBL

1. Kebutuhan Energi (kalori)

1) 110-120 kkal/kg BB selama beberapa bulan pertama kehidupan

2) 100 kkal/ kg BB pada waktu bayi mencapai usia 1 tahun

2. Kebutuhan Cairan

1) Hari I : 60 cc / kg BB / hari

2) Hari II : 90 cc / kg BB / hari

3) Hari III : 120 cc / kg BB / hari

4) Hari IV : 150 cc/ kg BB / hari

3. Frekuensi pemberian cairan tergantung pada berat badan bayi

1) BB < 1.250 gr : 24 x / hari → tiap jam

2) BB 1.250 gr – 2000 gr : 12x / hari → tiap 2 jam

3) BB > 2000 gr : 8 x/ hari → tiap 3 jam (Vivian, 2014).

2.1.4.6 Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama

jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan

menunjukan usaha pernafasan sepontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.

Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi yang baru lahir :

1. Klem dan potong tali pusat

2. Jagalah bayi agar tetap hangat

3. Kontak dini dengan ibu


138

4. Observasi pernafasan, nadi, suhu bayi

5. Perawatan mata dengan meneteskan obat mata eritromisin 0,5% atau

tetrasiklin 1%

6. Pemeriksaan fisik bayi

7. Berikan vitamin K

8. Perawatan tali pusat (Vivian, 2014)

2.1.4.7 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir sebagi berikut :

1. Pernapasan : sulit atau lebih dari 60 kali per menit

2. Kehangatan : terlalu panas (>38 ⁰C atau terlalu dingin<36 ⁰C)

3. Warna : kuning (terutama pada 24jam pertama), biru atau pucat, memar

4. Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah

5. Talipusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah

6. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,

pernapasan sulit

7. Tinja/kemih : tidak berkemih dalam 24jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada

lendir atau darah pada tinja

8. Aktivitas : menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung,

lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang,

menangis terus menerus. (Vivian, 2014).

2.1.4.8 Reflek Bayi Baru Lahir

Menurut Irene M (2011), reflek pada bayi baru lahir meliputi:

1. Reflek Mengisap (Sucking)


139

Penghisapan secara kuat jari tangan atau putting susu ketika dimasukan kedalam

mulut. Reflek ini akan hilang setelah 3-4 bulan, tetapidapat menetap sampai usia 1

tahun.

2. Reflek Menelan (Swallowing)

Reflek menelan secara tepat cairan yang dimasukanke dalam mulut. Reflek ini

dapat diobservasi dengan mudah selama makan.

3. Reflek Menggenggam (Graps)

Ketika sebuah benda diletakan pada telapak tangan bayi, makabayi akan

mengenggamnya. Respon ini menghilang pada usia 3– 4 bulan.

4. Refleks Babynski

Dengan cara mengeser bagian lateral dan bagian tumit kearah ibu jari kaki, maka

seketika 4 jari akan mengadakan fleksi, sedangkan ibu jari dalam keadaan

dorsofleksi. Reflek ini menghilang pada usia 8 bulan.

5. ReflekTonick Neck

Ketika bayi diletakan pada posisi tengkurap, bayi akan menggerakkan kepala

kekanan atau kiri, sedangkan lengan dan tungkai akan berada dalam posisi fleksi

(putar kepala kearah ekstremitas dan akan mengambil postur yang berlawanan).

Menghilang pada usia 3–4 bulan.

6. Reflek Morro

Tempatkan bayi dalam posisi terlentang pada permukaan datar, lalu menggentak

permukan untuk mengejutkan bayi. Bayi akan merespon dengan melakukan

abduksi dan ekstensi simetris lengan, jari–jari mengembang seperti kapas, ibu jari
140

dan jari telunjuk membentuk huruf seperti kipas, ibu jari dan jari telunjuk

membentuk huruf C. Reflek ini menghilang pada usia 6 bulan.

7. Reflek Mencari (Rooting)

Sentuh bibir bayi/ujung mulut bayi dengan putting, bayi akan menoleh kearah

stimulus. Reflek ini akan menghilang pada usia 3– 4 bulan. ( Vivian, 2014).

2.1.4.9 Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.13 Sasaran Imunisasi Pada Bayi

Jenis Usia Jumlah Interval Cara


Dosis
Imunisasi Pemberian Pemberian Minimal Pemberian
Hepatitis B 0-7 Hari 1 - 0,5 ml IM pada paha
anterolateral
BCG 1 Bulan 1 - 0.05 ml IC di daerah
lengan atas
Polio/IPV 1, 2, 3, 4 Bulan 4 4 Minggu 2 tetes / OPV : Mulut
0,5 ml IPV : IM/SC
pada lengan
atas.
DPT-HB-Hib 2, 3, 4 Bulan 3 4 Minggu 0,5 ml IM pada
anterolateral
paha atas
Campak 9 Bulan 1 - 0,5 ml SC pada
lengan kiri
atas

DPT-HB-Hib 18 Bulan 1 0,5 ml IM pada


anterolateral
paha atas
24 Bulan 1 0,5 ml SC pada
lengan kiri
atas
(Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013)

2.1.4.10 Jadwal Kunjungan Neonatus

1. Kunjungan neonatus 1 (KN 1) di lakukan kurun waktu 6-48 jam (1-2 hari)

setelah bayi lahir, di lakukan pemeriksan pernafasan, warna kulit, dan gerakan

aktif atau tidak, di timbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada,

pemberian salep mata, vitamin K dan hepatitis B.


141

2. Kunjungan neonatus 2 (KN 2) di lakukan kurun waktu hari ke 3 sampai ke 7

setelah bayi lahir, di lakukan pemeriksaan fisik, penempilan dan perilaku bayi,

nutrisi, eliminasi, personal hygiene, pola istirahat, keamanan, tanda-tanda

bahaya yang terjadi.

3. Kunjungan neonatus 3 (KN 3) di lakukan kurun waktu hari ke 8 sampai ke 28

hari setelah bayi lahir, di lakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat

badan, tinggi badan, dan nutrisi (Vivian, 2014)

2.1.5 Pelayanan KB

2.1.5.1 Definisi

Pelayanan KB adalah bagian dari implementasi pendekatan siklus hidup dan

prinsip continuum of care dalam upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA). Peningkatan akses dan kualitas Pelayanan KIA dimulai sejak remaja,

wanita usia subur hingga masa pra-hamil, kehamilan, persalinan dan nifas, bayi,

dan Balita. (Kemenkes RI, 2013)

2.1.5.2 Tujuan Pelayanan KB

Tujuan pelayanan KB adalah :

1. Meningkatkan jumlah peserta KB atas kesadaran dan tanggung jawab

2. Membina peserta KB aktif dalam rangka kelembagaan dan pembudayaan

NKKBS mencapai sasaran penurunan tingkat kelahiran

3. Meningkatkan dan menciptakan keluarga kecil sejahtera melalui mengendalian

pertumbuhan penduduk.

2.1.5.3 Strategi Dalam Pelayanan KB

Strategi dalam pelayanan KB sebagai berikut :


142

Strategi 1: Penguatan komitmen para pemangku kepentingan, baik pemerintah

maupun non pemerintah,dalam penyelenggaraan Pelayanan KB.

Strategi 2: Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas Pelayanan KB,

termasuk pelayanan KIE dan Konseling.

Strategi 3: Peningkatan permintaan Pelayanan KB melalui perubahan nilai tentang

jumlah anak ideal dalam keluarga.

Strategi 4: Penurunan unmet need melalui peningkatan akses, konseling, dan

penguatan KB pasca persalinan serta penurunan ketidak berlangsungan

penggunaan kontrasepsi melalui peningkatan penggunaan MKJP dan pembinaan

KB.

Strategi 5: Penurunan kejadian kehamilan pada remaja usia 15- 19 tahun melalui

pendewasaan usia nikahdan peningkatanpengetahuan tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja.

(Kemenkes RI, 2013)

2.1.5.4 Perencanaan Keluarga Dan Penapisan Klien

1. Perencanaan Keluarga

1) Seorang perempuan telah dapat melahirkan ,segera setelah ia mendapat

haid yang pertama (menarche).

2) Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai haidnya

mati (menopause)

3) Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko paling rendah untuk ibu

dan anak, adalah antara 20-35 tahun

4) Persalinan pertama dan ke dua paling rendah resikonya

5) Jarak antara 2 kelahiran sebaiknya 2-4 tahun


143

Untuk mencapai layanan tersebut dikenal dengan 3(tiga) fase yaitu sebagai

berikut:

(1) Fase menunda mencegah kehamilan bagi Pasangan Usia Subur (PUS) dengan

usia istri dibawah 20 tahun. Pada usia ini sebaiknya tidak mempunyai anak

dulu karena alat reproduksi pada usia ini belum sempurna.

(2) Fase menjarangkan kehamilan bagi pasangan usia subur dengan usia istri 20

sampai 30 tahun. Pada usia ini merupakan periode usia yang paling baik

untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kehamilan

dan kelahiran adalah 2 - 4 tahun.

(3) Fase mengakhiri menghentikan kehamilan/kesuburan, dimana umur istri di

atas 30 tahun terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan

setelah mempunyai 2 orang anak. (Affandi, 2011)

Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan

pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda

(baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung memilih alat

kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai. Dari hal tersebut maka penggunaan

kontrasepsi disesuaikan dengan usia wanita. Pada pasangan suami istri yang baru

menikah dan ingin menunda kehamilan dianjurkan untuk menggunakan KB pil,

kontrasepsi sederhana. Pada usia 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan

kehamilan  dan cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah AKDR, kontrasepsi

suntik, mini pil, KB pil, implan, kontrasepsi sederhana. Sesudah usia 30 tahun
144

atau fase mengakhiri kesuburan dianjurkan menggunakan kontrasepsi mantap

seperti steril, AKDR, implan, kontrasepsi suntik, kontrasepsi sederhana, KB pil.

(Affandi, 2011)

Gambar 2.1 Urutan Pemilihan Kontrasepsi Yang Rasional

2. Penapisan Klien

Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi (pil

KB, suntikan, AKDR) adalah untuk menentukan apakah ada kehamilan, keadaan

yang membutuhkan perhatian khusus, seperti masalah (DM, hipertensi) yang

membutuhkan pengelolaan lebih lanjut.

Klien dikatakan tidak hamil apabila :

1) Tidak senggama sejak haid terakhir

2) Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar

3) Sekarang di dalam 7 hari pertama haid terakhir

4) Di dalam 4 minggu pasca persalinan

5) Dalam 7 hari pasca keguguran

6) Menyusui dan tidak haid


145

Tabel 2.14 Prosedur Penapisan Klien

Metode hormonal
KBA Metode Kontap
(pil kombinasi, pil
Prosedur atau Barier AKDR wanita/
progestin/suntikan/
MAL (kondom) pria
implan)
Penapisan Tidak Tidak Ya Ya Ya
reproduksi
Seleksi ISR/IMS Tidak Tidak Tidak Ya Ya
resiko tinggi
Pemeriksaan Tidak Tidak Tidak Ya -

Wanita umum - - Tidak - Ya


Abdomen - - Tidak Ya Ya
Pemeriksaan - Tidak Tidak Ya Ya
spekulum
Pemeriksaan - Ya Tidak Ya Ya
dalam
Pria (lipat paha, - Tidak - - Ya
penis, testis,
skrotum)
(Affandi, 2011)

2.1.5.5 Konseling KB

1. Definisi

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-

petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik

dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

2. Tujuan Konseling KB

Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal :

1) Menyampaikan informasidari pilihan pola reproduksi.

2) Memilih metode KB yang diyakini.

3) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.


146

4) Memulai dan melanjutkan KB.

5) Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang

tersedia.

3. Langkah-langkah Konseling KB (SATU TUJU)

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru,

hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci

SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara

berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.

Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu

dibandingkan dengan langkah yang lainya. Penjelasan kata kunci SATU TUJU

sebagai berikut :

SA :  SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan

perhatian sepenuhnya dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin

privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan pada

klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh.

T :  Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk

berbicara tentang pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,

tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.

Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien. Berikan perhatian atas apa yang

disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyaratdan caranya. Coba

tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perhatikan bahwa kita memahami. Dengan

memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat

mmembantunya.
147

U :  Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan

reproduksi yang paling mungkin termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.

Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling klien inginkan, serta jelaskan

jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Serta jelaskan alternatif kontrasepsi lain

yang mungkin diinginkan klien. Uraikan juga mengenai resiko penularan

HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.

TU :  banTUlah klien menentukan pilihannya.

Petugas membantu klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan

keadaan dan kebutuhannya, mendorong klien untuk menunjukkan keinginan dan

mengajukan pertanyaan kemudian tanggapi secara terbuka.selain itu petugas juga

membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap jenis

kontrasepsi.

Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan

tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut dengan

pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu

keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah

memutuskan pilihan jenis kontrasepsi ? atau Apa jenis kontrasepsi terpilih yang

akan digunakan.

J :  Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.

Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat / obat

kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan

bagaimana cara penggunaannya. Kemudian doronglah klien untuk bertanya lagi

dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang

manfaat ganda metode kontrasepsi misalnya kondom dapat mencegah infeksi


148

menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi

pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.

U :  perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian

kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan

kontrasepsi yang dibutuhkan. Serta ingatkan klien untuk kembali apabila terjadi

suatu masalah.

(Affandi, 2011)

2.1.5.6 Metode Kontrasepsi

Metode Kontrasepsi Menurut Affandi Tahun 2011 Dibagi Menjadi:

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Profil

(1) Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif artinya hanya diberikan ASI

tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainya.

(2) MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full

breast feeding) lebih efektif bila pemberian ≥ 8x sehari, belum haid, umur bayi

< 6 bulan.

(3) Efektif samoai 6 bulan

(4) Harus di lanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainya.

2) Cara kerja

Penundaan atau penekanan ovulasi

3) Keuntungan kontrasepsi

(1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan)

(2) Segera efektif


149

(3) Tidak mengganggu senggama

(4) Tidak ada efek samping secara sistemik

(5) Tidak perlu pengawasan medis

(6) Tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya

4) Keuntungan non kontrasepsi

(1) Untuk bayi: mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan

lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh

kembang bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi

dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.

(2) Untuk ibu: mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi resiko

anemia, meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

5) Keterbatasan

(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30

menit pascapersalinan

(2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

(3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan

(4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B / HBV dan

HIV/AIDS

2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

1) Metode lendir servik (MOB/Metode Ovulasi Billings)

2) Metode suhu basal

3) Tehnik pantang berkala/kalender

4) Metode simtomtermal

3. Senggama Terputus
150

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria

mengeluarkan alat kelaminya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

1) Cara kerja

Alat kelamin atau penis dikeluarkan sebelum ejakulasi yang mana sperma tidak

masuk kedalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum.

2) Manfaat

(1) Kontrasepsi : efektif bila dilaksanakan dengan benar, tidak mengganggu

produksi ASI, dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, tidak

ada efek samping, dapat digunakan setiap waktu, tidak membutuhkan biaya.

(2) Nonkontrasepsi : meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga

berencana, untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan

pengertian yang sangat dalam.

4. Metode Barier

1) Kondom adalah alat kontrasepsi yang efektif dan efisien untk mencegah

kehamilan yang tidak di inginkan.

(1) Cara Kerja

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara

mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga

sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan, mencegah

penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu

pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan

vinil)
151

(2) Efek Samping Dan Penangananya Kondom

Tabel 2.15 Efek Samping Dan Penangananya Kondom


Efek Samping Atau Masalah Penanganan
Kondom rusak atau di perkirakan bocorBuang dan pakai kondom baru/pakai
(sebelum berhubungan) spermisida digabung kondom
Kondom bocor atau dicurigai ada Jika dicurigai adanya kebocoran,
curahan divagina saat berhubungan pertimbangkan pemberian morning after
pill.
Dicurigai adanya reaksi alergi Reaksi alergi, meskipun jarang, dapat sangat
(spermisida) mengganggu dan bisa berbahaya.jika
keluhan menetap sesudah berhubungan dan
tidak ada gejala IMS, berikan kondom
alami/bantu klien memilih metode lain.
Mengurangi kenikmatan hubungan Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir
seksual biarpun dengan kondom yang lebih tipis,
anjurkan pemakaian metode lain
(Affandi, 2011)

(3) Cara Penggunaan Atau Instruksi Bagi Klien

1. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.

2. Agar efek kontrasepsinya lebih baik tambahkan spermisida kedalam kondom.

3. Jangan mrnggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda

tajam lainya pada saat membuka kemasan.

4. Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glands

penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra.lepaskan

gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal

penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.

5. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian

ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak

terjadi robekan pada saat ejakulasi.

6. Kondom dilepas sebelum penis melembek.


152

7. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom

tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina agar

tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.

8. Gunakan kondom hanya untuk 1x pakai

9. Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman

10. Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan di

tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak

atau robek saat di gunakan.

11. Jangan gunakan kondom apabila kemasanya robek atau kondom tampak

rapuh/kusut.

12. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan

petrolatum karena akan segera merusak kondom.

2) Diafragma

3) Spermisida

5. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen Dan Progresteron)

1) Jenis Kontrasepsi Kombinasi

(1) Pil kombinasi

(2) Suntikan kombinasi

2) Cara Kerja

(1) Menekan ovulasi

(2) Membuat lender serviks mengental sehingga penetrasi sperma terganggu

(3) Menghambat transportasi gamet atau sel telur oleh tuba

(4) Mencegah implantasi

3) Efek Samping
153

Tabel 2.16 Efek Samping Dan Penangananya Kontrasepsi Kombinasi

Efek samping Penaganan


Amenorea Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi
kehamilan, dan tidak perlu diberi
pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah
haid tidak berkumpul dalam rahim.
Anjurkan klien untuk kembali klinik bila
tidak datangnya haid masih menjadi
masalah. Bila klien hamil, rujuk
kilen.hentikan penyuntikan, dan jelaskan
bahwa hormone progestin dan estrogen
sedikit sekali pengaruhnya pada janin.
Mual/pusing/muntah Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil,
rujuk. Bila tidak hamil, informasikan
bahwa hari ini adalah hal biasa dan akan
hilang pada waktu dekat.
Perdarahan/perdarahan bercak(spotting) Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari
penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan
bahwa perdarahan yang terjadi hal biasa.
Bila perdarahan berlanjut dan
mengkhawatirkan klien, metode
kontrasepsi lain perlu dicari.
(Affandi, 2011)
4) Cara Penggunaan

(1) Pil Kombinasi

1. Sebaiknya pil diminum setiap hari, pada saat yang sama setiap hari

2. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid

3. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid

4. Pada saat paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil placebo sesuai dengan hari

yang ada pada paket

5. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis,

sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru

6. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambilah pil yang

lain
154

7. Bila terjadi muntah hebat /diare > 24 jam dan bila keadaan memungkinkan

dan tidak memperburuk keadaan, pil dapat diteruskan.

8. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan

pil mengikuti cara saat menggunakan pil lupa.

9. Bila lupa minum satu pil (hari 1-21), segera minum pil setelah ingat boleh

minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode

kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil / lebih (1-21), sebaiknya minum 2 pil

setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan

metode kontrasepsi yang lain/tidak melakukan hubungan seksual sampai telah

menghabiskan paket pil tersebut.

10. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.

(2) Suntikan Kombinasi

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler dalam.

Kilen di minta datang setiap 4 minggu suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih

awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan

setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan asal saja diyakini ibu tersebut

tidak hamil, tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual 7 hari/menggunakan

metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.

6. Kontrasepsi Progestin

1) Jenis Kontrasepsi Progestin

(1) Pil Progestin (Minipil)

(2) Suntikan Progestin

(3) Implant adalah alat kontrasepsi berbentuk tabung berisi hormon

progesterone terbuat dari plastic dimasukkan di bawah kulit lengan atas.


155

(4) IUD yang mengandung progesteron

2) Cara Kerja

(1) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma

(2) Menghambat tranportasi gamet/sel telur oleh tuba

3) Efek Samping

Tabel 2.17 Efek Samping Dan Penanganannya Kontrasepsi Progestin

Efek Samping Penanganaan


Amenorea 1) Bila tidak hamil pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan
bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati
untuk kembali ke klinik.
2) Bila terjadi kehamilan rujuk klien.
3) Hentikan penggunaan pil ataupun suntikan.
4) Bila terjadi kehamilan ektopik rujuk klien segera.
5) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
Perdarahan tidak 1) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi
teratur/spotting hal ini bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka
dapat disarankan 2 pilihan pengobatan : 1 siklus pil
kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol), ibuprofen
(sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain.
Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi
dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak
selama pemberian suntikan dengan pemberian 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari di lanjutkan
dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg
etinilestradiol / 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14
sampai 21 hari.
Meningkatnya / 1) Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan
menurunnya berat sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien
badan bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan
metode kontrasepsi lain.
(Affandi, 2011)
156

4) Cara Penggunaan

(1) Pil Progestin

1. Minum minipil setiap hari pada saat yang sama

2. Minumpil yang pertama pada hari pertama haid

3. Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil

yang lain/digunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat melakukan

hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.

4. Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut

begitu klien ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam.

5. Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera

klien ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.

6. Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir

habis

7. Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan satu siklus (tidak

haid), atau bila merasa hamil, temui petugas klinik klien untuk memeriksa uji

kehamilan.

(2) Suntikan Progestin

1. Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk

mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8

minggu untuk noristerat.

5) Kekurangan dan kelebihan suntikan progestin

Kekurangan kontrasepsi suntikan progestin menurur (Saefudin, 2010) adalah

sebagai berikut:
157

(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti :Siklus haid yang memendek atau

memanjang, Perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur

atau perdarahan bercak (spotting), Tidak haid sama sekali.

(2) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan (klien harus kembali

untuk mendapatkan suntikan ulang).

(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

(4) Penambahan berat badan

(5) Tidak melindungi diri dari PMS atau HIV/AIDS.

(6) Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

(7) Terlambatnya pemulihan kesuburan bukan karena kerusakan/kelainan pada

organ genetalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan.

(8) Terjadinya perubahan pada lipid serum dalam penggunaan jangka panjang.

(9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang

(densitas).

(10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat.

Kelebihan pada penggunaan kontrasepsi progestin menurut (Saefudin, 2010)

sebagai berikut :

(1) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(2) Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

(3) Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang.

(4) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

(5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.


158

(6) Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun sampai

perimenopause.

(7) Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

(8) Menurunkan kemungkinan penyakit jinak payudara.

(9) Mencegah penyebab penyakit radang panggul.

(10) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

(Afriani,

2017)

7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)

IUD adalah alat kontrasepsi yang berukuran kecil, berbentuk T, mengandung

tembaga yang dimasukkan kedalam rahim

1) Cara Kerja

(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.

(2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.

(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu dan

mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2) Efek Samping

Tabel 2.18 Efek Samping Dan Penanganannya AKDR

Efek Samping Penanganan


Kejang Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang
panggul dan penyebab lain dari kekejangan.
Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri
analgesic untuk sedikit meringankan. Apabila
159

klien mengalami kejang yang berat, lepaskan


AKDR dan bantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.
Perdarahan vagina yang hebat dan Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvic
tidak teratur dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada
kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan
serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan
pemantuan. Beri ibuprofen (800 mg, 3x sehari
selama 1 minggu) untuk mengurangi
perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet
setiap hari selama 1-3 bulan). AKDR
memungkinkan dilepas apabila klien
menghendaki. Apabila klien telah memakai
AKDR selama > 3 bulan dan diketahui
menderita anemia (Hb > 7 gr/%) anjurkan
untuk melepas AKDR dan bantulah memilih
metode lain yang sesuai.
Benang yang hilang Pastikan adanya kehamilan / tidak. Tanyakan
apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil
dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom.
Periksa talinya di dalam saluran endoserviks
dan cavum uteri (apabila memungkinkan
adanya peralatan dan tenaga terlatih) selama
masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan
rujuklah ke dokter, lakukan X-ray atau
pemerikasaan ultrasound. Apabila tidak hamil
dan AKDR yang hilang tidak ditemukan,
pasanglah AKDR baru atau bantulah klien
menentukan metode lain.
Adanya pengeluaran cairan dari Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan
vagina atau dicurigai adanya PRP AKDR apabila ditemukan menderita atau
sangat dicurigai menderita gonorhoe atau
infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang
memadai bila PRP, obati dan lepas AKDR
sesudah 48 jam apabila AKDR dikeluarkan,
beri metode lain sampai masalahnya teratasi.
(Affandi, 2011)

3) Cara penggunaan

(1) AKDR umumnya jenis Cu-T dimasukan kedalam fundus uteri oleh nakes.

(2) Klien dianjurkan kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan

AKDR
160

(3) Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR

secara rutin terutama setelah haid.

(4) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan

benang setelah haid apabila mengalami:

1. Kram/kejang diperut bagian bawah

2. Perdarahan spotting diantara haid atau setelah senggama

3. Nyeri setelah senggama

(5) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat

dilakukan lebih awal apabila diinginkan

(6) Kembali ke klinik apabila:

1. Tidak dapat meraba benang AKDR

2. Merasakan bagian yang keras dari AKDR

3. AKDR terlepas

4. Siklus terganggu/meleset

5. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang

6. mencurigakan

7. Adanya infeksi

8. Kontrasepsi Mantap

1) Jenis kontrasepsi mantap

(1) Tubektomi

(2) Vasektomi

(3) Rekanalisasi

2) Cara kerja

(1) Tubektomi dan vasektomi


161

1. Untuk tubektomi dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong

atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum

2. Untuk vasektomi metode ini membuat sperma (yang di salurkan melalui

vasdeferens) tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi

dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen. Untuk oklusi vasdeferens,

diperlukan tindakan insisi kecil (minor) pada daerah rafe skrotalis.

3) Rekanalisasi

Tehnik bedah mikro yang dapat menyambung kembali tuba valopii dengan baik

dan juga menjamin kembalinya fungsi tuba.

4) Efek samping

(1) Tubektomi

Walaupun jarang tetapi dapat terjadi komplikasi tindakan pembedahan dan

anastesi. Penggunaan anastesi local sangat mengurangi resiko yang terkait dengan

tindakan anastesi umum.

(2) Vasektomi

Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang. karena area

pembedahan termasuk superficial, jarang sekali menimbulkan resiko merugikan

pada klien. Walaupun jarang sekali, dapat terjadi nyeri scrotal dan testikular

berkepanjangan. Komplikasi segera dapat berupa hematoma intraskrotal dan

infeksi. Teknik vasektomi tanpa pisau (VTP) sangat mengurangi kejadian infeksi

paska bedah

5) Cara penggunaan

(1) Tubektomi
162

1. Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi

aktifitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali keaktifitas normal

didalam waktu 7 hari setelah pembedahan).

2. Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai kembali

melakukan melakukan hubungan intim, hentikanlah bila ada perasaan kurang

nyaman

3. Hindari nmengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1minggu.

4. Kalau sakit minumlah 1 atau 2 tablet analgesic (penghilang rasa sakit), setiap

4 hingga 6 jam.

5. Jadwalkanlah sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari

setelah pembedahan.

6. Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau

tanda-tanda yang tidak biasa

(2) Vasektomi

1. Pertahankan band aid selama 3 hari

2. Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan di tarik-tarik atau di garuk

3. Boleh mandi setelah mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah.

Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air

4. Pakailah penunjang scrotum, usahakan daerah operasi kering

5. Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol atau ibuprofen

setiap 4-5 jam

6. Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari

7. Boleh bersenggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan,


163

pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai

ejakulasi 15-20 kali.

8. Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi

(Affandi, 2011).

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan

2.2.1 Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang

dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Tujuan utama dari asuhan kebidanan adalah mengurangi morbiditas dan

mortalitas dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi yang berfokus kepada upaya

promotif dan preventif. Pemberian asuhan diberikan secara fleksibel, kreatif,

supportif, peduli, bimbingan dan monitoring secara berkesinambungan dengan

memperhatikan hak asasi manusia (Yulifah, 2013).

Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi data,

fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan. Dokumentasi kebidanan adalah

sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan

kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

2.2.2 Tujuan Pendokumentasian

Tujuan pendokumentasian asuhan kebidanan:

1. Menjamin terbitnya administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan

di instansi pelayanan

2. Sebagai bahan untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan

pada pasien/ klien


164

3. Bila terjadi gugatan hukum maka dokumentasi kebidanan dapat membantu

4. Manfaat dokumentasi ini dapat dirasakan oleh pasien, dokter, perawat, bidan

dan tenaga kesehatan lain (Estiwidani, 2008).

2.2.3 Macam-Macam Asuhan Kebidanan

2.2. 3.1 Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney

1. Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua

data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada

langkah pengkajian, bidan mengumpulkan informasi akurat dan lengkap dari

beberapa sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dengan cara wawancara

dengan klien, suami, keluarga, dan dari catatan/ dokumentasi pasien untuk

memperoleh data subyektif. Sementara itu, data obyektif dilakukan dengan

melakukan observasi dan pemeriksaan.

Pada langkah pertama ini dikumpulkan rumus informasi yang akurat dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data

dasar awal yang lengkap. Bila klien mempunyai komplikasi yang perlu

dikonsultasikan kepada dokter, dalam manajemen kolaborasi bidan akan

melakukan konsultasi. Kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4

untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

2. Langkah 2 : Identifikasi Diagnosis Dan Masalah

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan
165

diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan,

seperti diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan

dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.

3. Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis Dan Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis

potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambal

mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap siap bila diagnosis benar-benar

terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk mengantisipasi semua kemungkinan

yang dapat muncul. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi diagnosis dan

masalah potensial berdasarkan diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi

atau diagnosis dan masalah aktual.

Pada langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah

potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi

juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak

terjadi. Dengan demikian, langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat

antisipasi yang rasional. Kaji ulang diagnosis atau masalah potensial yang

diidentifikasi sudah tepat.

4. Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Segera

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi

dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data.

Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,


166

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat dapat terjadi pada

saat pengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, dan bayi baru lahir. Kondisi darurat

merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk menangani

diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi apabila tidak segera dilakukan

tindakan segera akan dapat menyebabkan kematian ibu maupun anak.

Pada penjelasan diatas menunjukkan bidan dalam melakukan tindakan harus

sesuai dengan prioritas masalah/ kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan

merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis pada

langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan darurat yang harus

dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Kaji ulang apakah tindakan

segera ini benar-benar dibutuhkan.

5. Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh

Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi

juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,

dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan social

ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap

wanita tersebut sudah mencakup semua hal yang berkaitan dengan semua aspek

asuhan kesehatan.
167

Semua keputusan yang dikembangkan dalam satu asuhan menyeluruh ini harus

rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang terbaru,

serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. Kaji ulang

apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap

wanita

6. Langkah 6 : Pelaksanaan Rencana Asuhan

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan

aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilakukan secara efisien dana man. Perencanaan

ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau

anggota tim lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengerahkan pelaksanaannya. Meskipun bidan

berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

bidan tetap bertanggungjawab dalam manajemen asuhan klien untuk terlaksana

rencana asuhan bersama. Manajemen yang efisien, menyingkat waktu dan biaya,

serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana

asuhan telah dilaksanakan.

7. Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ketujuh, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan

mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar-benar dalam pelaksanaannya. Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan sebagian lain

belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan
168

yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan

yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif, serta melakukan penyesuaian

pada rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umunya merupakan pengkajian yang

memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan, serta berorientasi

pada prose klinis. Oleh karena proses manajemen tersebut di dalam situasi klinis

dan dua langkah terakhir bergantung pada klien dan situasi klinis maka tidak

mungkin proses manajemen ini dievaluasi hanya dalam tulisan saja.

1.2.3.2 Model Dokumentasi 5 Langkah Asuhan Kebidanan Menurut Pooter

Perry

1. Pengkajian 

Langkah ini dimulai dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk

mengumpulkan data tentang klien. Pengkajian dan pendokumentasian yang

lengkap tentang kebutuhan pasien dapat meningkatkan efektivitas asuhan

kebidanan yang diberikan (Yulifah, 2013).

2. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan

Kebutuhan 

Diagnosa kebidanan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif

yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis

kebidanan. Diagnosis kebidanan melibatkan proses berpikir kompleks tentang

data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan

kesehatan yang lain (Yulifah, 2013).

3. Perencanaan 
169

Perencanaan atau intervensi merupakan kategori dari perilaku kebidanan

dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan

dan intervensi kebidanan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Rencana asuhan

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien

atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk

klien bila ada masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, kultural, atau

masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah

mencakup semua hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan.

(Yulifah, 2013).

4. Implementasi 

Implementasi yang merupakan komponen dari proses kebidanan adalah

kategori dari perilaku kebidanan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan kebidanan yang

dilakukan dan diselesaikan (Yulifah, 2013).

5. Evaluasi 

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Yulifah,

2013).

1.2.3.3 Model Dokumentasi SOAP

Model dokumentasi SOAP untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan oleh

seorang bidan telah melalui proses berpikir sistematis.


170

1. S (Subyektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa

2. O (Obyektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang merumuskan dalam suatu

fokus untuk mendukung asuhan

3. A (Assesment) : menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :

1) Diagnosa

2) Antisipasi diagnosis

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

4. P (Planning) : menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assessment


171

Anda mungkin juga menyukai

  • Ket Siap
    Ket Siap
    Dokumen19 halaman
    Ket Siap
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Neonatus KEJANG Hypotermia
    Neonatus KEJANG Hypotermia
    Dokumen49 halaman
    Neonatus KEJANG Hypotermia
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Uhap 3 Materi
    Uhap 3 Materi
    Dokumen27 halaman
    Uhap 3 Materi
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Daring Infeksi Masa Nifas
    Daring Infeksi Masa Nifas
    Dokumen38 halaman
    Daring Infeksi Masa Nifas
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen38 halaman
    Bab 5
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Undangan Lezat New
    Undangan Lezat New
    Dokumen1 halaman
    Undangan Lezat New
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Anc
    Bab 4 Anc
    Dokumen25 halaman
    Bab 4 Anc
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Mas Rembes
    Mas Rembes
    Dokumen1 halaman
    Mas Rembes
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Leaflet VH
    Leaflet VH
    Dokumen3 halaman
    Leaflet VH
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • LLLL
    LLLL
    Dokumen3 halaman
    LLLL
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen3 halaman
    Bab 3
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Format Askeb Akmg
    Format Askeb Akmg
    Dokumen25 halaman
    Format Askeb Akmg
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • LEAFLET VH Baru
    LEAFLET VH Baru
    Dokumen3 halaman
    LEAFLET VH Baru
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bu Yuyun
    Bu Yuyun
    Dokumen2 halaman
    Bu Yuyun
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Format Askeb Akmg
    Format Askeb Akmg
    Dokumen25 halaman
    Format Askeb Akmg
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen19 halaman
    Bab 3
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • LEAFLET VH Baru
    LEAFLET VH Baru
    Dokumen3 halaman
    LEAFLET VH Baru
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bu Rukana Eklampsi Dan Preeklampsi
    Makalah Bu Rukana Eklampsi Dan Preeklampsi
    Dokumen19 halaman
    Makalah Bu Rukana Eklampsi Dan Preeklampsi
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen67 halaman
    Bab Ii
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • 01 GDL Uswatuncha 783 1 Uswatun 7
    01 GDL Uswatuncha 783 1 Uswatun 7
    Dokumen83 halaman
    01 GDL Uswatuncha 783 1 Uswatun 7
    delima
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kenyamanan Pada Ibu Nifas
    Makalah Kenyamanan Pada Ibu Nifas
    Dokumen11 halaman
    Makalah Kenyamanan Pada Ibu Nifas
    Dewi Siska Apriliya
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Kongenital
    Kelainan Kongenital
    Dokumen35 halaman
    Kelainan Kongenital
    VeRaWaTy
    Belum ada peringkat