Anda di halaman 1dari 20

Manajemen Bayi Lahir sehat

Bayi lahir sehat (well-baby) adl bayi ckp bulan (≥37 mgg), mmlki tonus otot baik, dn
tdk sulit bernapas.

Parameter klinis penting pada bayi baru lahir:

Parameter klinis Nilai normal Ket.


Temperature 36,5-37,5 oc Suhu diukur di aksila
Fre. Napas 40-60xi/menit Dihitung slm 1 menit dn
Fre. nadi 120-160 x/menit bayi tenang
Wkt pengisian kapiler <3 detik
Wrn kulit Kemerahan Pstikan tdk ada sianosis
(sentral dan perifer)
Tonus otot Kuat, posisi fleksi Pstikan tdk ada hipotoni

Perawatan saat kelahiran

 Mmprsiapkan tim dan alat resusitasi, mngtahui kasus dn faktor risiko, edukasi
lembar persetujuan ortu
 Melakukan resusitasi dgn benar
 Menilai kemampuan adaptasi bayi
 Gunakan skor APGAR pd menit ke-1, 5, dn 10. Total skor normal 7-10.

Parameter klinis 0 1 2
Denyut jantung Tdk ada <100 x/menit >100 x/menit
Pernapasan Tdk ada Pelan. Tdk teratur Menangis kuat
Reflex pd pembersihan Tdk ada Menyeringai Batuk/bersin
Jln napas
Tonus otot Lunglai Fleksi eksremitas Fleksi kuat dn
(lemas) grkn aktif
Wrn kulit Biru/pucat Tubuh merah, Seluruh tubuh
eksremitas lemas merah
 Jaga bayi agar tetap hangat, suhu aksila dalam batas 36,5-37,5 oc. bayi dpt
dimandikan setelah klinis stabil dlm 24 jam
 Inisiasi menyusui dini (IMD)

Pem. Lgkp neonatus dan pemantauan tanda bahaya:

 Pengukuran antropometri (BB, PB, Ling. Kepala)


 Pf lengkap utk memantau tanda bahaya (ex; sianosis dan distress napas) dan
kelainan kongenital mayor (spina bifida, labiopalatoskisis, defek dinding perut,
atresia ani)

Pemberian profilkasis:

 Pencegahan oftalmia neonatorum  salep mata Tetracyline 1% pd kedua


mata
 Pencegahan defisiensi kompleks prothrombin didapat (DKDP)  injeksi vit. K1
1 mg (0,2 mL. ampul 2 mg/mL) im di paha kiri anterolateral.
 Vaksin hepatitis B 0,5 mL satu jam setelah injeksi vit. K 1 di paha kanan
anterolateral.
 Perawatan tali pusat

Skrinning neonatus

Tawarkan ortu utk melakukan pemeriksaan deteksi dinipenyakit, seperti hipotiroid


kongenital,gangguan pendengaran, dan PJB kritis.

Edukasi

 Pemberian SI per 3-4 jam atau Iad-libitium (semau bayi)


 Tanda bahaya (letargi, kejang, sianosis, sesak napas, kuning, BAB cair,
dempul, hipo/hioertermia
 Risiko jatuh
 Cara perawatan tali pusat dan anogenital
 Cara mandikan bayi
 Bayi harus BAB pertama dlm 24 jam dan BAK dlm 24-48 jam.

Syarat bayi diperbolehkan utk rawat jalan:

 Pf dan TV dlm batas normal


 Bayi dpt berkoordinasi mengisap, menelan, dan bernapas (toleransi minum
baik)
 Ibu kompeten dan percaya diri dalam minum pada bayi (dgn posisi dan
perlekatan yg benar) dan mengurus bayi
 Ibu dan bayi memiliki dukungan dari keluarga dan lingkungan.

Manajemen Bayi Lahir Sakit

dari seluruh bayi baru lahi, hanya 10% diantara nya yg membuthkan bantuan napas.
Jumlah bayi g membutuhkan resusitasi ekstensif lebih sedikit lagi, yaitu sekitar 1%.

Faktor risiko

Bayi dpt dikatakan berpeluang tinggi memerlukan resusitasi apabila memiliki risiko:

 Kondisi ibu: usia terlalu muda/tua, anemia, riwayat DM, Ht dan preeklampsia,
penyalahgunaan zat adptif, perdarahan, riwayat lahir mati, ketuban pecah >24
jam, dan aborsi
 Kondisi janin: kurang/lebih bulan, anomaly kongenital, PJT, kehamilan
multiple
 Komplikasi antepartum: kelainan plasenta, adanya oligi/polihidramnion, gawat
janin. Dan infeksi intrauterine
 Kompliasi saat partus: malpresentasi, karioamnionitis, penggunaan alat bantu
(forsep dan vakum) dan partus tdk maju.

Tanda bahaya pada bayi baru lahir dan tatalaksananya:

Tanda bahaya Tatalaksana


Kejang  Phenobarbital 20 mmg/kgBB IV dlm 5-10 menit, dpt
diulang mx 40 mg/kgBB, dosis rumatan 4-5 mg/kg.
 Jika kejang tdk berhenti, tambahkan phenytoin 20
mg/kg IVdiberikan dgn kecepatan 1 mg/kg/menit
Mengantuk, tdk dpt  Periksa KGD. Jikas GDS <47 mg/dL berikan
menyusu, tdk sadar D10%sebanyak 2 mL/kg selama 5 menit, dan ulangi
sesuai kebutuhan
 Infus dekstrosa rumatan diberikan dgn target gula
darah 70-100 mg/dL (glucose infusion rate 4-6
mg/kgBB/menit)
Distres napas dan  Terapi oksigen dgn non-invasif (kanula nasal,
sianosis sentral continuous positive airway preassure/CPAP, high flow
nasal)
 Invasive (ventilasi mekanik) sesuai kondisi
Apnea Resusitasi neonates
Infeksi bakteri berat Kombinasi antibiotic penisilin dan gentamicin

Tatalaksana bayi lahir sakit:


Setiap resusitasi didahului dgn konseling kasus bayi yg akan dilahirkan dan edukasi
keluarga.

Langkah awal

 Jaga suhu aksila bayi agar tetap hangat, cegah bayi terekspos aliran udara
dingin
 Bayi diposisikan telentang dgn sedikit ekstensi utk membuka jln napas,
bersihkan jln napas hidung dan mulut
 Keringkan bayi dan berikan stimulasi taktil. Bayi dgn berat lahir sangat rendah
(<1500 g) atau <32 minggu, resusitasi dilakukan setelah memasukkan bayi ke
dalam plastic polietilen bersih
 Posisikan kembali

Airway:

 Posisikan leher bayi pada posisi netral atau sedikit ekstensi


 Isap mulut dan hidung pada bayi dgn obstruksi yg jelas akibat secret. Jgn
section terlalu dalam krn dpt menyebabkan apnea dan brakardia (reflex vagal)
 Pd kasus simdrom aspirasi meconium, intubasi dan pengisapan jalan napas
dilakukan sesuai keadaan bayi saat lahir.

Breathing:

Circulation:

Kriteria rujukan
Semua bayi sakit harus segera dirujuk kef askes yg lebih lengkap dan tempat telah
tersedia. Bayi yg akan dirujuk harus memenuhi kritria STABLE.

Komponen Ket.
Sugar & safe care GD dijaga dlm rentang 70-110 mg/dL
Temperature Suhu aksila 36,5-37,5oc
Airway Jln napas dipertahankan tetap terbuka. Tdk ada distress
napas dan sianosis, terapi o2 tetap diberikan dan aman
selama perjalanan
Blood pressure Tdk ada tanda syok (nadi lemah, tdk kuat, dan
ireguler,capillary refill time <3’’, sianosis, kulit dingin dan
mottled)
Lab work Lab penunjang, mis: darah tep dgn hitung jenis, gol.
Darah, AGD, dan kultur darah telah dilakukan sebelum
dikirim
Emotional support Memberi edukasi dan dukungan emosional pada
keluarga

Prognosis

 Bayi yg mengalami resusitasi dgn durasi panjang berisiko mengalami


gangguan neurologis dan perkembangan.
 Resusitasi dpt dihentikan apabila bayi tdk menunjukkan tanda kehidupan (tdk
ada denyut nadi) setelah 10 menit resusitasi
 Prognosis buruk dpt ditentukan oleh dokter yg berkompetensi dgn
persetujuan keluarga.

Pemeriksaan TTV pada anak

Tekanan darah 10-15 th 115 60

Usia Sistolik Diastolic


Pernapasan
(mmHg (mmHg)
)
Neonatus 80 45
6-12 bln 90 60
1-5 th 95 65
5-10 th 100 60
Usia Frekuensi
(x/menit)
<2 bln <60
2-12 bln <50
1-5 th <40
6-8 th <30
Nadi
Usia Frekuensi
(x/menit)
2-12 bln < 160
1-2 th <120
3-8 th <110

BBLR
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah kondisi bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram atau 2,5 kg, tanpa melihat usia kehamilan. BBLR merupakan bayi resiko
tinggi karena mempunyai kesakitan dan kematian lebih besar yang dikaitkan dengan
kelahiran dan penyesuaian setelah lahir.

Klasifikasi

Berdasarkan BB

 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)  1500 gram - 2500 gram


 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)  1000 gram – 1500 gram
 Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER)  <1000 gram

Berdasarkan Maturitas

 Prematur  Masa Gestasi < 37 minggu  BB sesuai dengan masa gestasi

 Dismaturitas  Masa gestasi > 37 - 42 minggu  < BB normal  mengalami


retardasi pertumbuhan intrauterin

Penegakkan Diagnosis

Anamnesis

 Identitas Ibu: usia ?

 HPHT  menentukan usia kehamilan

 Riw. Persalinan: paritas ? Jarak kehamilan sebelumnya ? BB selama


hamil ? Penyakit yg diderita selama hamil ? Riw. Pengobatan ?
 Riw. Penyakit: anemia, hipertensi

 Riw. Pendidikan: tingkat pendidikan ?

 Riw. Sosioekonomi: pekerjaan ? Lingkungan ?

 Riw. Kebiasaan: merokok dan alkohol

 Riw. ANC

Pemeriksaan Fisik

Antropometri

 BB, PB, LK, LD, lingkar abdomen

Apgar Score:

Ballad Score

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah rutin


 Kadar elektrolit dan analisis gas darah
 Baby gram  melihat perkembangan organ
Tatalaksana

Terapi suportif:

Menjaga suhu bayi tetap normal (36,5 oC – 37.0 oC)

Kelembaban ruangan 40-60%

 Pemberian ASI melalui inisiasi menyusui

 Nutrisi enteral 15-30 mL/kg/hari, dengan target 110-135 kcal/kg/hari dan 3.5-
4.5 g protein/kg/hari.

Ikterus
Suatu kondisi terjadinya penumpukan bilirubin dibawah kulit, mukosa, dan
konjungtiva pada bayi baru lahir. Ikterus mulai tampak jika kadar bilirubin total ± 5-7
mg/dL

Etiologi dan Patofisiologi

 Penyebab ikterus neonatal tersering adl penumpukan bilirubin indirek (tak


terkonjugasi)
 Penumpukan bilirubin direk (terkonjugasi) disebut dengan kolestasis
 Prinsip utama dlm icterus neonatal adl memdedakan kondisi fisiologis dan
patologis. Ikterus dikatakan patologis jika:
a. Muncul dlm 24 jam
b. Bilirubin meningkat >5 mg/dL/hari
c. Pada bayi cukup bulan durasi lebih dari 8 hari sdgkn pada premature lebih
dari 14 hari; atau
d. Disertai keadaan klinis yg tdk baik: muntah, kejang, letargi, intoleransi
minum, instabilitas suhu, apnea, takikardi, BB turun.
 Icterus fisiologi:
a. ↑ bilirubin inderek pada cukup bulan dgn puncak 6-8 mg pada usia 3 hari,
setelah itu berangsur turun
b. Pada bayi premature akan meningkat menjadi 10-12 mg/dL pada usia 5
hari.
Faktor risiko  BBLR, premature, dan riwayat icterus pada kehamilan sebelumnya.

Diagnosis

Anamnesis:

Produksi bilirubin berlebihan:


o Riwayat keluarga icterus, anemia, splenoktomi, sferositosis, defisiensi
G6PD, penyakit hati, galaktosemia, dll
o Riwayat saudara dgn icterus atau anemia  kemungkinan adanya
inkompabilitas gol. Darah ABO
o Riwayat trauma persalinan  berpotensi menyababkan perdarahan
atau hemolisis
o Polisitemia  ibu riwayat DM, salah satu efek dari delayed clamping
(>1 menit)
Gangguan konjugasi bilirubin  breastmilk jaundice, Gilbert syndrome,
cringler Najjar syndrome
Terkait ASI:
o breastmilk jaundice  akibat kekurangan asupan ASI sgg terjadi
peningkatan sirkulasi enterohepatic (pada 7 hari pertama kehidupan)
o breastfeeding jaundice  akibat kadar progesterone ibu di ASI yg
tinggi, sgg menghambat bilirubin oleh hati
Eksresi bilirubin terganggu  masalah anatomis
Kombinasi  Riwayat infeksi meternal, gangguan genetik
Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil, ex; sulfanamid yg dapat
menyebabkan pengesaran ikatan bilirubin dan albumin.

Pemeriksaan fisik

Umum  KU (gangguan nafas, apnea, instabilitas suhu, dll)


Khusus:
 Dgn cara menekan kulit ringan dn memekai pencahayaan yg memadai
 Berdasarkan indeks Kramer utk transcutaneous bilirubin (TcB)

Pemeriksaan penunjang

Bilirubin total, inderek, direk, faal hati, albumin


Gol. Darah (rhesus ABO ibu dan aanak)
Darah rutin
Hapusan darah  utk mengetahui morfologi erisrosit d nada tdknya hemolisis
Retikulosit
Coomb test, goldar, rhesus, utk mencari, penyakit hemoliyik utk ibu yg rhesus
negative
Kadarr enzim G6PD (pada riwayat keluarga dgn defisiensi G6PD)
USG abdomen (pd icterus berkepanjangan)

Terapi dan Pencegahan

Follow up
Fototerapi  bila kadar total serum bilirubin (TSB) melibihi batas; namun, tdj
dpt dilakukan pada kasus hyperbilirubinemia direk
Transfuse tukar  segera dilakukan utk bayi yg menunjukkan tanda
ensefalopati bilirubin akut.

Komplikasi

Icterus neonatal patologis yg dibiarkan dpt menyebabkan ensefalopati akut dn


kronis (kern icterus), yakni kerusakan neuron SSP akibat toksisitas bilirubin
Manifestasi enselopati bilirubin akut adl hipotonus, letargi kejang, apneu,
serta iritabilitas
Manifestasi kern icterus menyebabkan palsi serebral, gangguan
pendengaran, gangguan pertumbuhan gigi, retardasi mental.

Asfiksia
Gastroentrologi

Diare
merupakan perubahan pada defekasi yang frekuensi >3x dalam 24 jam, berat 200
gam/2 jam atau >10 gram/kg/BB bayi, konsistensi cair, tanpa disertai lendir dan
darah

 Akut : <7 hari


 Persisten : 7-14 hari
 Kronis : ≥ 14 hari

Klasifikasi:

 Lama diare : akut, persisten, kronis


 Etiologic: infeksi dan non infeksi
 Patofisiologi: osmotic dan sekretorik
 Organik dan fungsional
 Derajat dehidrasi

Bentuk klinis diare

Diare cair akut  Diare >3x sehari berlangsung <14


hari
 Tdk mgdg darah
Kolera  Diare berupa air cucian beras dan
cepat menimbulkan dehidrasi
berat, atau
 Diare dengan hasil culture tinja +
V. cholerae
disentri Diare berdarah
Diare persisten Diare terjadi ± 14 hari
Invaginasi Dominan darah dan lendir dalam
tinja, massa intra abdominal.
Tangisan bayi keras dan pucat
Tabel penilaian derajat dehidrasi pada diare akut:

Klasifikasi Tanda & gejala Pengobatan


Dehidrasi berat Terdapat ≥ 2 tanda Beri cairan untuk diare
dibawah: dengan dehidrasi berat
 Letargi (rencana terapi C)
 Mata cekung
 Tdk bisa minum/
malas minum
 Cubitan perut
kembali sangat
lambat (≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan/sedang Terdapat ≥ 2 tanda Beri anak cairan dan
dibawah: makanan untuk dihidrasi
 Rewel, gelisah ringan (rencana terapi B)
 Mata cekung
 Minum dgn lahap,
haus
 Cubitan kulit
kembali lambat
Tanpa dehidrasi - Beri anak cairan dan
makanan utk menangani
diare di rumah (rencana
terapi A)

Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)

1. Berikan oralit (rehidrasi)


2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan ASI-makan (nutrisi)
4. Berikan antibiotic secara selektif
5. Berikan nasihat pada ibu/kel.

Rencana Terapi A  diare tanpa dehidrasi

1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya


 Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
 Anak yg mndptkn ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
 Anak yg tdk mndptkn ASI ekslusif, beri susu yg biasa diminum dan
oralit atau cairan rumah tangga yg bisa dikonsumsi
 Beri oralit, jika muntah tunggu 10 menit lalu beri sedikit-sedikit
Umur <1 tahun diberi 50-100 ml tiap kali BAB
Umur >1 tahun diberi 100-200 ml tiapa kali BAB
2. Beri zinc  diberikan selama 10 hari berturut-turut meskipun diare telah
sembuh
 Umur <6 bulan diberi 10 mg (1/2 tab)/hari
 Umur >6 bulan diberi 20 mg (1 tab)/hari
3. Beri anak makanan utk mencegah kurang gizi
 Bayi: lanjutkan ASI (< 2 th dn mengkonsumsi susu formula, dihentikan
dulu dan digantikan dgn ASI)
 Anak: makanan sehat diberikan sedikit naming sering (setiap 2-3 jam),
rendah serat, tinngi kalori, tinggi nurisi, dan mudah dicerna.
4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi
5. Nasihati ibu/pengasuh  sgr kmbli kef askes jika muncuk gejala red flags:
 Tdk mmbaik dlm 3 hari
 Tdk bisa minum ASI, oralit, dll
 Demam
 Berak darah
 Muntah berulang
 BAB semakin sering

Rencana terapi B

 Dilakukan di fasilitas kesehatan


 Prinsip pemberian cairan  oralit = 75 ml x BB diberikan 3 jam pertama
 Jika bb tdk diketahui, pemberian cairan brdsrkan usia anak:

Usia 4 bln 4-12 bln 12-24 bln 2-5 th


BB (kg) <6 6-10 10-12 12-19
Jml cairan 200-400 400-700 700-900 900-1.400
(ml)

 Ibu ttp mmberikan ASI


 Setelah 3-4 jam, re-evaluasi derajat dehidrasi anak.

Rencana terapi C

 Dilakukan di fasiltas kesehatan


 Prinsip pemberian cairan: IV RL atau NaCL 0,9%
 Re-evaluasi derajat dehidrasi pd anak tiap 15-30 menit
 Jika faskes tdk memiliki akses IV:

Tidak memiliki IV Hitam = YA Merah = tdk

Rujuk Apakah ada faskes Pasang NGT (oralit


Apakah faskes
mmlk iv dlm jarak 20 ml/kg/jam
anda mmlk NGT?
30 mnt? selama 6 jm)

Berikan oralit 20
Apakah anak dapat
ml/kg/jam selama Rujuk ke RS
minum?
6 jam

Muntah

Nyeri perut akut


Respirasi

Pneumonia

TB pada anak
Adl penyakit akibat infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis (Mtb) yg bersifat
sistemik sgg dpt mengenai semua organ tubuh, dgn lokasi terbanyak di paru yg
biasanya merupakan lokasi infeksi primer

Faktor risiko

Faktor risiko infeksi TB

Anak yg terpajan pasien TB dewasa


Faktoe sosia demografi: daerah yg endemis, kemiskinan higenitas dan
sanitasi lingkungan yg tdk baik

Faktor risiko sakit TB

Usia  bay yg terinfeksi TB 43% akan menjadi sakit TB, pd anak usia 1-5 th
24%, remaja 15%, dewasa 5-10%
Infeksi baru ditandai dgn konversi uji tuberculin dari – menjadi + setahun
terakhir
Malnutrisi
Kondisi imunosupresi

Klasifikasi

Terdapat perbedaan antara kontak TB, infeksi ts, dan sakit TB:

Pasien dpt mmliki riwayat kontak dgn org dewasa dgn TB yg terinfeksius, ttpi
tdk terbukti bhw pasien terinfeksi; pasien tdk mmiliki gejala apapun; diberikan
profilaksis 1
Infeksi trjdi ketika pasien menghinlasi percikan renik/liur yg mgdg Mtb, dg
hasil tuberculin dan IGRA +.pdtahap ini pasien tdk bergejala, pf normal, dan
foto toraks dpt normal atau hny menujukkan adanya granuloma atau
kalsifikasi pd perenkim paru; diberikan profilaksis II
Sakit TB muncul ketika Mtb sdh menimbulkan tanda dan gejala, atau
gambaran radiologis abnormal; diberikan OAT

Diagnosis

Anamnesis

BB turun tanpa sebab yg jelas; anoreksi


Demam lama (>2 mgg), bukan krn disebabkan oleh penyakit lain (demam
tifoid, malaria, isk, dll)
Keringat malam, namun bukan mrpkn gejala spesifik TB pada anak apabila
tdk disertai dgn gejala-gejala sistemik
Batuk lama ≥ 3 mgg, batuk bersifat non-remitting
Lesu atau malaise

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang

Pem. Bakteriologis  anak diatas 5 th sdh dpt mengeluarkan sputum; jika


tdk bisa, dilakukan induksi sputum atau bilas lambung mggkn NGT, specimen
minimal dikumpulkan 2 hari berturut-turut di pagi hari.
o BTA sputum hny mghsilkan 15% hasil + pd anak dgn TB
o BTA bilas lambung hny mghsilkan 10% hasil + pd anak dgn TB
o Tes cepat molekular (TCM) dpt mendeteksi Mtb, menentukan ada
tdknya resistensi rifampicin. Mggnkn spisemen sputum sensivitasnya
59% dan sensifitasnya 99%, satu kali pem. Mggnkn Xpert MBT/RIF
o Pem. Biakan merupakan baku emas dx TB. Waktu yg dibutuhkan utk
biakan 4-8 mgg (media padat) atau 1-2 mgg (media cair, relative lebih
mahal)
Uji tuberculin utk mmbntu menegakkan dx TB pd anak, khususnya jika
riwayat kontak dgn pasien TB tdk jelas. Uji tdk dpt membekan antara infeksi
dan sakit.
IGRA utk mengetahui adanya infeksi TB namun, tdk dpt memdedakan infeksi
TB laten dan TB aktif,
Foto toraks berbagai gambaran radiologis yg menunjang TB adal
pembesaran KGB hilus atau paratrakeal, konsolidasi segmental/lobar, efusi
pleura, milier, atelaktasis, kavitas, kalsifikasi dgn infiltrate, dan tuberkuloma

Penegakkan dx secara umum pada anak didasarkan kepada 4 hal, yaitu:

Konfirmasi bakteriologis TB
Gejala klinis yg khas TB
Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberculin atau kontak erat dgn TB)
Gambaran foto toraks sugestif TB

Diutamakan menegakkan dx berdasarkan konfirmasi bakteriologis, jika tdk mampu


mendapatkan sampel sputum atau hasil pem. – dpt digunakan sistem skoringTB
anak (baca buku KS hal. 429-31)

Diagnosis Banding

Pneumonia bacterial  gejala akut, demam tinggi, batuk, sputum purulent. Pd


foto toraks ditemukan konsolidasi, pada pem lab didptkan eukositosis
Limfoma/leukimia  mnybbkan pembesaran KGB seperti TB, tetapi KBG
teraba keras, rubbery, progresif, tdk ada nyeri, sering ditemukan di
supraklavikula dan posterior leher

Terapi dan Pencegahan

Prinsip pengobatan TB pd anak:

OAT diberikan dlm bentuk kombinasi minimal 3 mcm obat utk mencegah
terjadinya resistensi dn utk membunuh kuman intraseluluer dan ekstraseluler
Waktu pengobatan 6-12 bulan
Dibagi menjadi 2 tahap:
o Tahap awal, selama 2 bulan pertama. Tahap intensif diberikan 3
mcm obat tergantung pem bkteriologis dan berat ringannya penyakit
o Tahap lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya
Panduan OAT anak yg digunakan dlm Program Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adl: kategori anak dgn 3 macam obat yakni 2HRZ/4HR 
tersedia dalam kombinasi dosis tetap (KDT).

OAT anak yg biasa dipakai dan dosisnya

Nama obat Dosis harian Dosis Efek samping


(mg/kgBB/hari) maksimal
(mg/hari)
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis, neurtis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin 15 (10-20) 600 GI, rx kulit, hepatitis,
(R) trombositopenia, peningkatan
enzim hati, cairan tubuh
berwarna orange kemerahan
Pirazinamid 35 (30-40) - Toksisitas hepar, arthralgia,
(Z) GI
Etambutol 20 (15-25) - Neuritis optic, ketajaman
(E) mata berkurang, buta warna
merah hijau, hipersensitivitas,
GI
Streptomisin 15-40 1000 Ototoksik, nefrotoksik
(S)

Dosis OAT KDT TB anak

BB (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150) 4 bulan RH (75/50)


5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet

Pemantaun pengobatan

pada tahap awal pemantauna dilakukan tiap minggu, pd tahap lanjutan tiap
bulan
setelah diberi OAT 2 bulan, evaluasi respon pengobatan  jika respon baik,
lanjuat OAT; jika tdk baik rujuk kef askes yg lebih lengkap
respon baik bila klinis membaik, nafsu makan membaik, nafsu makan
meningkat
pasien TB anak dn BTA + (konfirmasi bakteriologs) perlu dipantau BTA akhir
bulan ke-2, ke-5, dan ke-6
setelah diberi OAT 6 bulan, dilakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan
penunjang. Jika telah membaik hentikan OAT

Manajemen pengobatan tidak teratur

bila tdk minum obat <2 mgg di fase intensif atau <2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukkan gejala TB, lanjutkan sisa pengobatan
bila tdk minum obat >2 mgg di fase intensif atau >2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukkan gejala TB, ulangi pengobatan dari awal.

Memberikan kortikosteroid

Indikasinya adl meningitis TB, sumbatan jalan napas, pericarditis TB, TB milier dgn
gangguan napas berat, efusi pleura TB, dan TB abdomen dhn asites. Dosis
prednisone 2-4 mg/kgBB/hari, max 60 mg/hari, selama 4 mgg. Cara pemberian
tappering-off bertahap setalah 2 mgg atau 4 mgg pd meningitis TB

Pencegahan dan profilaksis

Pncegahan dgn vaksin BCG sesuai jadwal bila tdk ada kontraindikasi. Kontak
pasien yg menderita TB aktif juga harus diobati
Profilaksis dilakukan dengan memberikan INH (isoniazid) dgn dosis 10
mg/kgBB (7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.

Efusi pleura

Anda mungkin juga menyukai