Bayi lahir sehat (well-baby) adl bayi ckp bulan (≥37 mgg), mmlki tonus otot baik, dn
tdk sulit bernapas.
Mmprsiapkan tim dan alat resusitasi, mngtahui kasus dn faktor risiko, edukasi
lembar persetujuan ortu
Melakukan resusitasi dgn benar
Menilai kemampuan adaptasi bayi
Gunakan skor APGAR pd menit ke-1, 5, dn 10. Total skor normal 7-10.
Parameter klinis 0 1 2
Denyut jantung Tdk ada <100 x/menit >100 x/menit
Pernapasan Tdk ada Pelan. Tdk teratur Menangis kuat
Reflex pd pembersihan Tdk ada Menyeringai Batuk/bersin
Jln napas
Tonus otot Lunglai Fleksi eksremitas Fleksi kuat dn
(lemas) grkn aktif
Wrn kulit Biru/pucat Tubuh merah, Seluruh tubuh
eksremitas lemas merah
Jaga bayi agar tetap hangat, suhu aksila dalam batas 36,5-37,5 oc. bayi dpt
dimandikan setelah klinis stabil dlm 24 jam
Inisiasi menyusui dini (IMD)
Pemberian profilkasis:
Skrinning neonatus
Edukasi
dari seluruh bayi baru lahi, hanya 10% diantara nya yg membuthkan bantuan napas.
Jumlah bayi g membutuhkan resusitasi ekstensif lebih sedikit lagi, yaitu sekitar 1%.
Faktor risiko
Bayi dpt dikatakan berpeluang tinggi memerlukan resusitasi apabila memiliki risiko:
Kondisi ibu: usia terlalu muda/tua, anemia, riwayat DM, Ht dan preeklampsia,
penyalahgunaan zat adptif, perdarahan, riwayat lahir mati, ketuban pecah >24
jam, dan aborsi
Kondisi janin: kurang/lebih bulan, anomaly kongenital, PJT, kehamilan
multiple
Komplikasi antepartum: kelainan plasenta, adanya oligi/polihidramnion, gawat
janin. Dan infeksi intrauterine
Kompliasi saat partus: malpresentasi, karioamnionitis, penggunaan alat bantu
(forsep dan vakum) dan partus tdk maju.
Langkah awal
Jaga suhu aksila bayi agar tetap hangat, cegah bayi terekspos aliran udara
dingin
Bayi diposisikan telentang dgn sedikit ekstensi utk membuka jln napas,
bersihkan jln napas hidung dan mulut
Keringkan bayi dan berikan stimulasi taktil. Bayi dgn berat lahir sangat rendah
(<1500 g) atau <32 minggu, resusitasi dilakukan setelah memasukkan bayi ke
dalam plastic polietilen bersih
Posisikan kembali
Airway:
Breathing:
Circulation:
Kriteria rujukan
Semua bayi sakit harus segera dirujuk kef askes yg lebih lengkap dan tempat telah
tersedia. Bayi yg akan dirujuk harus memenuhi kritria STABLE.
Komponen Ket.
Sugar & safe care GD dijaga dlm rentang 70-110 mg/dL
Temperature Suhu aksila 36,5-37,5oc
Airway Jln napas dipertahankan tetap terbuka. Tdk ada distress
napas dan sianosis, terapi o2 tetap diberikan dan aman
selama perjalanan
Blood pressure Tdk ada tanda syok (nadi lemah, tdk kuat, dan
ireguler,capillary refill time <3’’, sianosis, kulit dingin dan
mottled)
Lab work Lab penunjang, mis: darah tep dgn hitung jenis, gol.
Darah, AGD, dan kultur darah telah dilakukan sebelum
dikirim
Emotional support Memberi edukasi dan dukungan emosional pada
keluarga
Prognosis
BBLR
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah kondisi bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram atau 2,5 kg, tanpa melihat usia kehamilan. BBLR merupakan bayi resiko
tinggi karena mempunyai kesakitan dan kematian lebih besar yang dikaitkan dengan
kelahiran dan penyesuaian setelah lahir.
Klasifikasi
Berdasarkan BB
Berdasarkan Maturitas
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Riw. ANC
Pemeriksaan Fisik
Antropometri
Apgar Score:
Ballad Score
Pemeriksaan Penunjang
Terapi suportif:
Nutrisi enteral 15-30 mL/kg/hari, dengan target 110-135 kcal/kg/hari dan 3.5-
4.5 g protein/kg/hari.
Ikterus
Suatu kondisi terjadinya penumpukan bilirubin dibawah kulit, mukosa, dan
konjungtiva pada bayi baru lahir. Ikterus mulai tampak jika kadar bilirubin total ± 5-7
mg/dL
Diagnosis
Anamnesis:
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Follow up
Fototerapi bila kadar total serum bilirubin (TSB) melibihi batas; namun, tdj
dpt dilakukan pada kasus hyperbilirubinemia direk
Transfuse tukar segera dilakukan utk bayi yg menunjukkan tanda
ensefalopati bilirubin akut.
Komplikasi
Asfiksia
Gastroentrologi
Diare
merupakan perubahan pada defekasi yang frekuensi >3x dalam 24 jam, berat 200
gam/2 jam atau >10 gram/kg/BB bayi, konsistensi cair, tanpa disertai lendir dan
darah
Klasifikasi:
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Berikan oralit 20
Apakah anak dapat
ml/kg/jam selama Rujuk ke RS
minum?
6 jam
Muntah
Pneumonia
TB pada anak
Adl penyakit akibat infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis (Mtb) yg bersifat
sistemik sgg dpt mengenai semua organ tubuh, dgn lokasi terbanyak di paru yg
biasanya merupakan lokasi infeksi primer
Faktor risiko
Usia bay yg terinfeksi TB 43% akan menjadi sakit TB, pd anak usia 1-5 th
24%, remaja 15%, dewasa 5-10%
Infeksi baru ditandai dgn konversi uji tuberculin dari – menjadi + setahun
terakhir
Malnutrisi
Kondisi imunosupresi
Klasifikasi
Terdapat perbedaan antara kontak TB, infeksi ts, dan sakit TB:
Pasien dpt mmliki riwayat kontak dgn org dewasa dgn TB yg terinfeksius, ttpi
tdk terbukti bhw pasien terinfeksi; pasien tdk mmiliki gejala apapun; diberikan
profilaksis 1
Infeksi trjdi ketika pasien menghinlasi percikan renik/liur yg mgdg Mtb, dg
hasil tuberculin dan IGRA +.pdtahap ini pasien tdk bergejala, pf normal, dan
foto toraks dpt normal atau hny menujukkan adanya granuloma atau
kalsifikasi pd perenkim paru; diberikan profilaksis II
Sakit TB muncul ketika Mtb sdh menimbulkan tanda dan gejala, atau
gambaran radiologis abnormal; diberikan OAT
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Konfirmasi bakteriologis TB
Gejala klinis yg khas TB
Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberculin atau kontak erat dgn TB)
Gambaran foto toraks sugestif TB
Diagnosis Banding
OAT diberikan dlm bentuk kombinasi minimal 3 mcm obat utk mencegah
terjadinya resistensi dn utk membunuh kuman intraseluluer dan ekstraseluler
Waktu pengobatan 6-12 bulan
Dibagi menjadi 2 tahap:
o Tahap awal, selama 2 bulan pertama. Tahap intensif diberikan 3
mcm obat tergantung pem bkteriologis dan berat ringannya penyakit
o Tahap lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya
Panduan OAT anak yg digunakan dlm Program Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adl: kategori anak dgn 3 macam obat yakni 2HRZ/4HR
tersedia dalam kombinasi dosis tetap (KDT).
Pemantaun pengobatan
pada tahap awal pemantauna dilakukan tiap minggu, pd tahap lanjutan tiap
bulan
setelah diberi OAT 2 bulan, evaluasi respon pengobatan jika respon baik,
lanjuat OAT; jika tdk baik rujuk kef askes yg lebih lengkap
respon baik bila klinis membaik, nafsu makan membaik, nafsu makan
meningkat
pasien TB anak dn BTA + (konfirmasi bakteriologs) perlu dipantau BTA akhir
bulan ke-2, ke-5, dan ke-6
setelah diberi OAT 6 bulan, dilakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan
penunjang. Jika telah membaik hentikan OAT
bila tdk minum obat <2 mgg di fase intensif atau <2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukkan gejala TB, lanjutkan sisa pengobatan
bila tdk minum obat >2 mgg di fase intensif atau >2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukkan gejala TB, ulangi pengobatan dari awal.
Memberikan kortikosteroid
Indikasinya adl meningitis TB, sumbatan jalan napas, pericarditis TB, TB milier dgn
gangguan napas berat, efusi pleura TB, dan TB abdomen dhn asites. Dosis
prednisone 2-4 mg/kgBB/hari, max 60 mg/hari, selama 4 mgg. Cara pemberian
tappering-off bertahap setalah 2 mgg atau 4 mgg pd meningitis TB
Pncegahan dgn vaksin BCG sesuai jadwal bila tdk ada kontraindikasi. Kontak
pasien yg menderita TB aktif juga harus diobati
Profilaksis dilakukan dengan memberikan INH (isoniazid) dgn dosis 10
mg/kgBB (7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
Efusi pleura