Anda di halaman 1dari 16

BIMBEL UKOM

KEPERAWATAN MATERNITAS
By: Mukhoirotin, S.Kep., Ns., M.Kep
Soal

Seorang perempuan, umur 20 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu, dirawat di ruang
bersalin dengan keluhan pusing dan pandangan mata kabur. Hasil pemeriksaan: TD 170/110
mmHg, frekuensi napas 24x/menit, frekuensi nadi 88x/menit, suhu 36oC, produksi urin 200 cc
dalam 3 jam, dan edema +3. Pasien direncanakan akan diberikan MgSO4.
 
Apakah pengkajian tambahan sebelum diberikan terapi pada kasus tersebut ?
 
A. DJJ
B. reflek patella
C. tingkat kesadaran
D. capilary refil time
E. kemajuan persalinan
Pembahasan

Jawaban: B
Pembasan
Salah satu tujuan perawatan pasien dengan PEB adalah mencegah atau mengontrol kejang, MgSO4 adalah
obat pilihan dalam mencegah dan mengobati kejang. MgSO4 mengganggu pelepasan asetil kolin di
sinaps, menurunkan irritabilitas neuromuskuler, menekan konduksi jantung, serta menurunkan irritabilitas
SSP. Perawat harus memantau tanda dan gejala keracunan MgSO4 (refleks tendon dalam berkurang atau
hilang, depresi pernafasan, oliguri, henti nafas dan henti jantung). TD, denyut nadi, dan status pernafasan
dipantau setiap 15 menit.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
• Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas 10 % (1 gr dalam 10 cc).
• Frekuensi pernafasan ≥ 16x/menit
• Produksi urine ≥ 30 cc/jam (≤ 0,5 cc/kg BB/jam)
• Reflek patella positif.

Referensi: Lowdermilk, Perry & Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. Elsevier. Singapore
Soal

Seorang perempuan, umur 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 36 minggu dirawat di RS dengan
keluhan pusing, pandangan mata kabur dan mual. Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi
bayinya. Hasil pemeriksaan: kaki edema, TD 180/110 mmHg, frekuensi nadi 96x/menit, frekuensi
napas 24x/menit, suhu 37oC, DJJ 130 x/menit, protein urin ++.

Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?


A. ansietas
B. hipervolemia
C. defisit nutrisi
D. risiko cedera pada ibu
E. penurunan curah jantung
Pembahasan

Jawaban: D
Pembasan
Perubahan patologi pada pre-eklampsia disebabkan oleh gangguan perfusi plasenta dan disfungsi sel
endotel. Pada kehamilan normal, arteri spriralis dalam rahim akan melebar dan pembuluh darah muskular
berdinding tebal, menjadi pembuluh darah yang tipis dengan diameter yang jauh lebih besar. Perubahan
ini meningkatkan kapasitas PD sehingga bisa menerima peningkatan volume darah pada kehamilan. Pada
pre-eklampsia perubahan PD ini tidak terjadi atau tidak sepenuhnya terjadi, menyebabkan penurunan
perfusi plasenta dan hipoksia. Iskemi plasenta menyebabkan disfungsi sel endotel. Kelainan ini
menyebabkan vasospasme general sehingga perfusi jaringan semua organ menurun, peningkatan resistensi
perifer dan TD, peningkatan permeabilitas sel endotel dan kebocoran kapiler.
Pembahasan

Pembasan
A. Ansietas, gejala mayor (khawatir dengan kondisi bayinya)
B. Hipervolemia, tanda mayor (edema)
C. Defisit nutrisi, tanda mayor (BB menurun 10% di bawah rentang normal)
D. Risiko cedera pada ibu, ibu berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik selama masa kehamilan
sampai dengan proses persalinan (masalah utama)
E. Penurunan curah jantung, gejala tanda belum mengarah atau mendukung

Referensi:
1. Lowdermilk, Perry & Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. Elsevier. Singapore
2. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Soal

Seorang perempuan, umur 22 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu, datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan mulas sejak 8 jam yang lalu. Hasil pengkajian: TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi
80x/menit, frekuensi napas 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 3/5, pembukaan serviks 4
cm, selaput ketuban masih utuh. Pasien memasuki inpantu kala I.
 
Apakah fase persalinan pada kasus tersebut?
A. laten
B. transisi
C. deselerasi
D. akselerasi
E. dilatasi maksimal
Pembahasan

Jawaban: D
Pembasan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase
yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten persalinan
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
 Pembukaan servix 0-3 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan
 Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi
 Akselerasi (3-4 cm, berlangsung 2 jam)
 Dilatasi maksimal ( 4-9 cm, berlangsung 2jam)
 Deselerasi (9-10 cm, berlangsung 2 jam)
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
 Servix membuka dari 3-10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10
c)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin

Referensi:
1. Lowdermilk, Perry & Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. Elsevier. Singapore
2. Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Soal

Seorang perempuan, umur 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu, dirawat di ruang bersalin
dengan keluhan mulas dan keluar lendir campur darah. Hasil pemeriksaan: TD 130/80 mmHg,
frekuensi nadi 96 x/menit, frekuensi napas 24x/menit, kontraksi 3x/10’/60”, TFU 33 cm, penurunan
kepala 2/5, DJJ 140x/menit teratur, selaput ketuban (-), dan pembukaan 8 cm.

Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?

A. ansietas
B. nyeri akut
C. risiko infeksi
D. nyeri melahirkan
E. risiko cedera pada ibu
Pembahasan

Jawaban: D
Pembasan
Pada kasus tersebut ibu memasuki persalinan kala satu fase aktif. Karakteristik kontraksi pada fase ini
adalah kontrkasi berlangsung seetiap 2-3 menit x 60 detik dari sedang ke kuat dan pembukaan serviks
lebih cepat. Rasa tidak nyaman atau nyeri selama persalinan disebabkan oleh kontraksi rahim yang
menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks, serta iskemi rahim.

Nyeri melahirkan merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang bervariasi dari menyenangkan
sampai tidak menyenangkan yang berhubungan dengan persalinan.
Referensi:
1. Lowdermilk, Perry & Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. Elsevier. Singapore
2. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Soal

Seorang perempuan, umur 22 tahun, P1A0, melahirkan spontan bayi perempuan di ruang bersalin.
Hasil pemeriksaan: seluruh tubuh bayi merah muda, denyut jantung > 100 x/menit, flexi ekstremitas,
batuk bersin dan menangis kuat, APGAR skor 9/10. Perawat melakukan pemotongan dan pengikatan
tali pusat.

Pertanyaan soal
Apakah tindakan keperawatan selanjutnya pada kasus tersebut?
A. menghisap lendir
B. memandikan bayi
C. melakukan inisiasi menyusu dini
D. memberikan rangsangan bernafas
E. memberikan suntikan vitamin K1 mg
Pembahasan

Jawaban: C
Pembasan
Pada asuhan persalinan normal setelah dilakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat, tindakan
selanjutnya adalah meakukan inisiasi menyusui dini. IMD dilakukan dengan meletakkan bayi tengkurap
di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada/perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau
areola mamae ibu.
Menghisap lendir tidak perlu dilakukan karena bayi lahir menangis kuat
Memandikan bayi dilakukan setelah suhu bayi stabil atau 6 jam setelah dilahirkan
Memberikan rangsangan bernafas tidak perlu karena bayi sudah meenangis kuat, AS 9/10.
Memberikan suntikan vitamin K1 mg dilakukan dalam satu jam pertama, bersama dengan pemberian
salep/tetes mata profilaksis infeksi, dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir

Referensi:
1. Pillitteri A. (2014), Maternal and Child Health Nursing, 7th Edition, Lippincott Williams & Wilkins
Soal

Seorang perempuan, umur 27 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 8 minggu datang ke RS dengan
keluhan mual dan muntah. Ibu mengatakan nafsu makan berkurang dan merasa lemah. Hasil
pemeriksaan: TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 3870C,
mata cekung, napas berbau aseton, turgor kulit menurun, aseton urin positif

Apakah masalah utama pada kasus tersebut?


A. intoleransi aktivitas
B. defisit nutrisi
C. hipovolemia
D. risiko syok
E. nausea
Pembahasan

Jawaban: C
Pembasan
Pada kasus tersebut ibu mengalami hiperemesis gravidarum. Terjadi akibat peningkatan hormon estrogen,
progesteron dan hCG. Faktor psikososial juga berperan pada beberapa ibu (ambivalensi terhadap
kehamilan dan peningkaytan stres).
Pada kasus tersebut didapatkan data keluhan mual dan muntah, merasa lemah, TD 100/70 mmHg,
frekuensi nadi 110x/menit, suhu 3870C, mata cekung, napas berbau aseton, turgor kulit meurun, aseton
urin positif. Data tersebut merupakan gejala tanda untuk menegakkan diagnosis hipovolemia.
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial dan/atau intraseluler.
Pembahasan

A. intoleransi aktivitas, ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Tanda minor,
merasa lemah)
B. defisit nutrisi, asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (Tanda minor,
nafsu makan menurun)
C. hipovolemia, (masalah utama)
D. risiko syok, berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa
E. nausea, (tanda mayor, mengeluh mual) bukan masalah utama

Referensi:
1. Lowdermilk, Perry & Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. Elsevier. Singapore
2. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Terima Kasih
Semoga Sukses dan Kompeten

Anda mungkin juga menyukai