Seorang bidan di Batu, Jawa Timur diduga melakukan malpraktik saat menangani proses
persalinan. Pada tanggal 8 Agustus 2006, hari Selasa sore, seorang perempuan berusia 39
tahun, mengalami kontraksi dan dibawa suaminya ke BPM terdekat dari rumahnya. Menurut
suaminya, saat dibawa ke bidan, kondisi istri dan kandungannya baik-baik saja.Bidan juga
menyanggupi dan mampu menangani dengna baik proses persalinan istrinya. Suami
perempuan diminta bidan untuk menunggu di luar ruang bersalin. Namun, setelah berjam-jam
tidak lahir, tiba-tiba bidan meminta tolong suami untuk mendampingi istrinya bersalin. Suami
perempuan tersebut sangat terkejut dan syok melihat kondisi bayi tanpa kepala dengan
ceceran darah di leher. Istrinya ternyata melahirkan anak ketiganya dengan hasil mengerikan.
Bayi sungsang yang dikandungnya lahir dengan kepala terputus. Badan bayi keluar terlebih
dahulu, sedangkan kepalanya tertinggal di dalam rahim. Perempuan tersebut lalu dirujuk ke
RS untuk dikeluarkan kepala bayi yang masih tertinggal. Suami perempuan merasa antara
percaya dan tidak melihat kondisi itu. Namun, masih merasa sedikit lega dapat melihat
anaknya ketika badan dan kepalanya disatukan. Meski kejadian ini dirasakan sangat berat,
suami perempuan akhirnya bisa menerima dan menganggap ini takdir Tuhan. Tetapi unutk
kasus hukumnya, tetap diserahkan kepada pihak yang berwenang. Dia berharap kasus ini bisa
ditindak lanjuti dengan seadil-adilnya.
Kata sulit:
BAB II
KAJIAN TEORI
1
2.1. STANDAR PROFESI
Standar dalam profesi kebidanan meliputi; standar pelayanan kebidanan, standar praktik
kebidanan, standar pendidikan kebidanan dan stamdar pendidikan berkelanjutan
kebidanan.
2
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi,filosofi,dan tujuan pelayanan serta
organisasi pelayanan sebgai dasar untuk melaksanankan tugas pelayanan yang efektif dan
efisien.
Definisi operasional
Definisi operasional
3
g. Terdapat bukti administrasi yang meliputi buku registrasi.
Definisi operasional
Definisi operasional
a. Tersedia peralaat yang sesuai dengan standar dan terdapat mekanisme keterlibatan
bidang dalam perencanaan dan pengembanagn sarana dan prasarana
b. Terdapat buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas
barang.
c. Terdapat pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu.
d. Terdapat prosedur permintaan dan penghapusan alat.
4
Pengelola pelayanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan
pembinaan personel menuju pelayanan berkualitas.
Definisi operasional
a. Terdapat kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang
disahkan oleh pimpinan
b. Terdapat prosedur personalia ; penerimaan pegawai kontrak kerja, hak dan kewajiban
personalia
c. Terdapat prosedur pengajuan cuti personel, istirahat, sakit, dll.
d. Terdapat prosedur pembinaan personel.
Definisi operasional
Definisi opersional
5
g. Terdapat evaluaisi dalam memberi asuhan kebidanan.
h. Terdapat dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.
Definisi operasional
Client Safety atau keselamatan klien adalah suatu system yang membuat asuhan klien di
rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
6
b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Client Safety
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
1. Pemenkes No 5380/IX/1963
Wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri,
didampingi tugas lain.
2. Permenkes No. 63 tahun 1989
Wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan
bila bidan elaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Pelaksanaan
dari permenkes ini, bidan melaksanakan praktik perorangan dibawah pengawasan
dokter.
3. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007
Tentang standar profesi bidan
a. Kompetensi ke 1, Pengetahuan dan keterampilan dasar.
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang
bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan
keluarganya.
b. Kompetensi yang ke 2, pra konsepsi, KB dan ginekologi
7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka
untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orangtua.
c. Kompetensi ke 3, asuhan dan konseling kehamilan
Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan
dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi ke 4, asuhan selama persalinan dan kelahiran bidan memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, tanggapan terhadap kebudayaan setempat selama
persalianan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani
situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan
bayi yang baru lahir.
e. Kompentensi ke 5, Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan
tanggap terhadap budaya setempat.
f. Kompetensi ke 6, Asuhan pada bayi baru
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
barulahir sehat sampai dengan 1 bulan.
g. Kompetesi ke 7, Asuhan pada bayi dan balita
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan
balita sehat (1bulan-5tahun).
h. Kompetensi ke 8, Kebidanan komunitas
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
i. Kompetensi ke 9, Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu/wanita dengan gangguan sistem
reproduksi.
4. Permenkes no. HK 02/Menkes/149/2010
Tentang layanan izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Menurut revisi dari kepmenkes 900. Terdiri dari VII Bab, 24 Pasal yaitu :
Bab I ketentuan (pasal 1)
Bab II perizinan (pasal 2-7?
Bab III Penyelenggaraa Praktik (pasal 8-19)
8
Bab IV pembinaan dan pengawasan (pasal 20-21)
Bab V Ketentuan Peralihan (pasal 22)
Bab VI Ketentuan penutup (pasal 23-24)
Permenkes 149 lebih singkat dari pada Kepmenkes 900. Isinya terdapat banyak
pengurangan dan beberapa penambahan aturan tentang pelaksanaan praktik bidan.
1. Alur untuk registrasi dan pelaporan bidan dibuat lebih sederhana (BAB II, III, IV
Kemenkes 900).
2. Kewewennangan praktik bidan dalam pelayanan reproduksi wanita ditiadakan
dan diganti dengan pelayanan keluarga berencana. (permenkes 149: BAB III
pasal 8: kepmenkes 900: BAB IV Pasal 14)
3. Pelayanan kebidanan yang diberikan bukan pelayanan kebidanan ibu dan anak,
tetapi cuku ibu dan bayi baru lahir usia 28 hari. Pelayanan kebidanan pada ibu
yang dimakasud hanyalah kehamilan, persalianan, nifas, dan masa menyusui
normal. Bidan tidak berwewenang untuk melakukan intervensi apapun terhadap
penyulit kehamilan, persalinan dan nifas (suntikan penyulit kehamilan, persalian,
nifas, plasenta, manual,amniotomi, infus, penyuntikkan antibiotik dan sadativa,
versi ekstraksi ditiadakan. Pengobatan yang diperbolehkan bukan obat terbebas
tetapi obat terbebas). Pelayan masa pra pernikanan,prhamil dan masa interval
dilakukan pengurang. (pemenkes 149: Bab III : Kepebkes 900: bab v)
4. Bidan sudahlagi berwewenang dalam memberikan pelayan KB suntikan,
kontrasepsi bawah kulit dan bawah rahim secara praktik mandiri, melainkan
harus dengan supervisi dokter dirumah sakit dalam rangka menjalankan tugas
pemerintah. Bidan hanya berwewenang mandiri terhadap kontrasepsi pil, kondom
dan konseling KB. (kepmenkes 900: Pasal 19; Permenkes 149: pasal 12).
Pasal 8
a. Pelayanan kebidanan
b. Pelayanan reproduksi perempuan dan
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pasal 9
9
1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a ditujukan
kepada ibu dan bayi.
2. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
pada masa kehamilan, masa persalianan, masa nifas dan masa menyusui.
3. Pelayanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada bayi
baru lahir normal sampai usia 28 hari
Pasal 10
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dala pasal9 ayat (2)
meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemerikasaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan persalinan normal
e. Pelayan ibu nifas normal
2. Pelayan kebidanan kepada bayi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat(30)
meliputi:
a. Pemeriksaan bayi barulahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
f. Pemberian penyuluhan
5. Pemenkes No 1464/Menkes/per/X/2010
1. Pasal 9
Bidan dalam menyelenggarakan praktik berwewenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dalam keluarga berencana
2. Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa prahamil , kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui, dan masa antara kehamilan.
10
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) meliputi:
1. Pelayanan konseling pada masa prahamil
2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3. Pelayanan persalinan normal
4. Pelayanan ibu nifas normal
5. Pelayanan ibu menyusui
6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
c. Bidanan dalam memberikan pelayanan sebgaimana dimaksudkan pada ayat (2)
berwewenang untuk:
1. Episiotomi
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2
3. Penanganan kegawatdaruratan, dilajutkan dengan perujukan
4. Pemberian tablet FE
5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6. Fasilitas/bimbingan insiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif
7. Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala III dan post partum
8. Penyuluhan dan konseling
9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10. Pemberian surat keterangan kematian
11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
3. Pasal 11
a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada pasal 9 huruf b
diberikan kepada BBL, bayi, anak balita, dan anak prasekolah
b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 berwewenang untuk:
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termaksuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, insiasi menyusu dini, ijeksi vitamin K1, perawatan
bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
2. Penangan hipotermi pada bayi barulahir dan segera merujuk
3. Penangan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan.
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah.
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran.
11
8. Pemberian surat kematian
4. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c berwenang
untuk :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
KB.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi
petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya
dan larangannya, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat (Mustika, 2001)
12
Pada dasarnya, kode etik suatu profesi diciptakan dan dirumuskan demi kepentingan
anggota dan organisasi. Secara umum, tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai
berikut:
13
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis,
sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut Departemen Kesehatan (2002), informed
consent dibagi menjadi dua bentuk:
1. Implied consent, yaitu persetujuan yang dinyatakan secara tidak langsung. Contoh,
saat bidan akan mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu sambil
membawa spigmomanometer tanpa mengatakan apapun dan si ibu langsung
menggulung lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan apapun, sikap ibu
menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan
bidan).
2. Express consent, yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau
secara verbal. Sekali pun bentuk persetujuan secara tersirat dapat dibenarkan,
namun sangat bijaksana bila persetujuan klien dinyatakan dalam bentuk tertulis
karena hal ini dapat menjadi bukti lebih kuat di masa mendatang. Contoh,
persetujuan untuk melaksanakan sesar.
Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehtan dan klien harus mencakup:
14
Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent secara tidak
langsung terjadi kerja sama antara bidan dan klien sehingga memperlancar
tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu
dalam upaya tindakan kedaruratan.
Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan bidan
yang tepat dan segera, akan menurunkan risiko terjadinya efek samping dan
komplikasi.
Mempercepat proses pemuliahan dan penyembuhan penyakit, kaerena si ibu
memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang
lancar, efek samping dan komplikasi yang minim, dan proses pemulihan yang
cepat.
Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis
menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan klien.
Dalam proses informed consent terdapat dua dimensi yang tercakup didalamnya, yaitu:
15
Menurut John M. Echols dalam Kamus Inggris-Indonesia, Informed berarti
telah diberitahukan, telah disampaikan, telah diinformasikan.Choice berartipilihan.
Jadi, secara umum Informed Choice dapat diartikan memberitahukan atau
menjelaskan pilihan-pilhan yang ada kepada klien kemudian membuat pilihan setelah
mendapatkan penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan
(choice) sangat penting dari sudut pandang wanita (sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan) yang memberikan gambaran pemahaman mengenai masalah yang
sesungguhnya.
Hak dan keinginan wanita harus dihormati, beserta pilihannya. Ini bertujuan
untuk mendorong wanita memlihi asuhan kebidanannya. Peran bidan tidak hanya
membuat keputusan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin hak
wanita dalam memilih asuhan kebidanan dan keinginannya terpenuhi. Tentu saja
tenaga kesehatan wajib memberikan informasi yang jelas mengenai alternatif pilihan
yang ada beserta risiko yang menyertainya. Klien akan mendapatkan informasi
mengenai pilihan-pilihan tersebut dari berbagai sumber, baik dari dirinya sendiri atau
orang lain.
Di berbagai negara ada hambatan mengenai informed choice, misalnya sangat
kurangnya informasi yang diperoleh. Wanita yang berpendidikan tinggi dapat
membuat pilihan karena banyak membaca dan mempunyai bekal untuk membuat
keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit dengan berbagai macam alasan,
misalnya alasan sosial ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman tentang
kesehatan, dll. Maka dari itu keberadaan tenaga kesehatan sangat penting untuk terus
mendampingi klien memilih dan memilah informasi yang tepat untuk mendukung
proses pengambilan keputusan yang baik dan tidak merugikan pihak manapun.
Ada beberapa jenis pilihan yang dapat dipilih oleh klien, antara lain:
16
7. Percepatan persalinan atau augmentasi.
8. Diet selama proses persalinan.
9. Mobilisasi selama proses persalinan.
10. Pemakaian obat penghilang sakit.
11. Pemecahan ketuban secara rutin.
12. Posisi ketika melahirkan.
13. Episiotomi.
14. Penolong persalinan.
15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran, misalnya pemotongan tali pusat.
16. Cara memberikan minuman bayi.
17. Metode pengontrolan kesuburan.
Semua ini ditentukan oleh bidan demi kepentingan klien. Dan setelah menjelaskan secara jelas
tentang asuhan kebidanan, klien berhak menentukan asuhan mana yang akan dipilihnya. Yang
tentunya tidak merugikan pihak manapun.
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan
jas,tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan atau hak
untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseoarang
termasuk bidan ,antara lain:
17
kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan dan
pelatihan. Tujuan dari adanya sistem penghargaan antara lain:
a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu, maupun dalam kelompok
setinggi-tingginya. Peningkatan prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan
mendorong kinerja staf.
b. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja
melalui prestasi pribadi.
c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang
pekerjaan sehingga terbuka jalur komunitas 2 arah antara pimpinan dan staf.
Penghargaan yang diberikan kepada bidan diharapkan dapat memotivasi bidan untuk
meningkatkan kinerja mereka. Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan
masalah etik yang berhubungan dengan hukum. Masalah dapat diselesaikan dengan hukum,
tetapi belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip dan nilai etik.
2. Punishment/sanksi
Sanksi merupakan imbalan negatif yang berupa pembebanan atau penderitaan
yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.sanksi berlaku bagi bidan yang
melanggar kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi anggota IBI
dalam menjalankan praktik profesinya yang telah disepakati dalam kongres
nasional IBI.
Bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan permenkes yang berlaku
maka akan diberikan sanksi sesuai dengan prmenkes RI No.
1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Dalam organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis Pertimbangan Etika
Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) yang memiliki tugas:
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat
b. Melaporkan hasil kegiatan bidang tugasnya secara berkala.
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
pengurus pusat
d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan taggungjawabnya
ditentukan pengurus.
18
MPEB dan MPA bertugas mengkaji,menangani dan mendampingi anggota yang mengalami
permasalahan dan praktik kebidanan serta masalah hukum,kepengurusan MPEB dan MPA
terdiri dari ketua,sekertaris,bendahara,dan anggota.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Dadi Anwar. dkk. 2005.Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
19