Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2023

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PRESENTASI BOKONG

DISUSUN OLEH:
Muhammad Rias Sukiman
111 2021 2155

PEMBIMBING:
dr. Hj. Nuraini Abidin, Sp.OG(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Muhammad Rias Sukiman

NIM : 111 2021 2155

Judul Refarat : Presentasi Bokong

Telah menyelesaikan tugas Refarat yang berjudul “Presentasi Bokong”


dan telah disetujui serta dibacakan dihadapan Dokter Pendidik Klinik
dalam rangka Kepaniteraan klinik pada Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, November 2023

Mengetahui,

dr. Hj. Nuraini Abidin, Sp.OG(K) Muhammad Rias


Sukiman
11120212155
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
referat yang berjudul “Presentasi Bokong”. Penulisan referat ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Program Studi Profesi
Dokter di bagian Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini terdapat


banyak kekurangan, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dan
berbagai pihak dan dokter, akhirnya penyusunan referat ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dr. Hj. Nuraini Abidin, Sp.OG(K) selaku
pembimbing dalam penyusunan referat ini dalam memberikan motivasi,
arahan, serta saran-saran yang berharga kepada penulis selama proses
penyusunan.

Makassar, November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
Letak sungsang merupakan letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Letak sungsang
terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang
berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi
pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke-32 dan
terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Sebagai
contoh, 3,5% dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai
1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang. (1–3)
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni: Presentasi bokong
(frank breech) (50-70%), presentasi bokong kaki sempurna (complete
breech) (5-10%). Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping
bokong dapat diraba kaki. Sedangkan, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling) (10-30%).
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak
janin memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki
merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari
seluruh kehamilan. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan
kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri
pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar
8,63%. Kematian perinatal letak sungsang 13 kali lenih tinggi dari pada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Sebab utama kematian
perinatal pada presentasi bokong adalah hipoksia, trauma persalinan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definsi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3 -
4 % dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (>
37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling
sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi
bokong berkisar antara 25 – 30%, dan sebagian besar akan berubah
menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. (3)
2.2 Klasifikasi
Terdapat tiga macam presentase bokong yaitu :
a. Letak bokong murni (frank breech), yaitu apabila bagian bawah
janin adalah bokong saja tanpa disertai lutut atau kaki. Terjadi
Ketika kedua paha janin fleksi dan ekstremitas bawah ekstensi. (3)
b. Letak bokong kaki (complete breech), yaitu apabila bagian bawah
janin adalah bokong lengkap disertai kedua paha yang tertekuk
atau kedua lutut tertekuk (duduk dalam posisi jongkok) .(3)
c. Letak kaki (footling breech/incomplete breech), yaitu apabila bagian
bawah janin adalah kaki atau paha. Bisa satu kaki atau kedua kaki,
bisa kaki dan paha atau kedua lutut. (3)
Pada saat aterm 65% adalah frank breech, 25% complete breech
dan 10% footing. (3)
2.3 Epidemiologi
Presentasi bokong terjadi pada 3% sampai 4% dari
semuakehamilan tunggal pada kehamilan cukup bulan (>37
minggu). Sebelum umur kehamilan 28 minggu.
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian
persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland
Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun
1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. Sedangkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-
2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.
Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Wahidin
Sudirohusodo pada periode 2012 ditemukan dari 863 orang
bersalin tersebut ditemukan 16 orang ibu hamil yang melahirkan
dengan janin letak sungsang sebesar 1,85%. (4)
Secara khusus, setelah satu persalinan sungsang, tingkat
kekambuhan untuk kehamilan kedua hampir 10%, dan untuk
kehamilan ketiga berikutnya, itu adalah 27%. (2)
2.4 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presentasi bokong
adalah:
1. Polihidramion
Polihidramnion adalah akumulasi cairan ketuban yang
berlebihan (AFI >25 cm). gejala polihidramion ringan
umumnya tidak menyebabkan apapun, namun pada kondisi
berat akan menyebabkan gejala yaitu salah satunya
malposisi janin (sungsang).
2. Multiparitas
Paritas juga merupakan faktor risiko terjadinya persalinan
sungsang semakin tinggi paritasnya yang pernah dialami ibu
hamil semakin tinggi pula risiko terjadinya persalinan
sungsang. Hal ini berhubungan dengan teregangnya dinding
abdomen secara berlebihan karena Riwayat multiparitas
pada ibu bersalin. Namun, berdasarkan penelitian Firdaus
dkk, tidak ada hubungan antara usia dan paritas terhadap
kejadian sungsang di RSUD Uli Banjarmasin pada 2013.
3. Oligohidramnion
Berdasarkan penelitian hikmaratmika tahun 2010, terdapat
hubungan oligohidramnion dengan persalinan letak
sungsang. Hal ini dikarenakan, pada kehamilan trimester
tiga janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar dibandingkan kepala, maka bokong
dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih besar di
fundus uteri, sedangkan kepala berada di segmen bawah
uterus. Namun, karena etiologi sekunder misalanya
oligohidramnion sehingga janin posis letak sungsang.
4. Anomali uterus, tumor pelvis
Anomali uterus dan tumor pelvis akan menyebabkan
penyempitan dibagian uterus sehingga posisi janin bisa
malposisi. Anomali uterus seperti uterus arcutus, bicornus,
didelphys, septus dapat menyebabkan posisi sungsang.
5. Plasenta previa
Plasenta previa merupakan kondisi dimana plasenta
menutupi jalan lahir, sehingga uterus semakin sempit dan
janin akan mencari posisi yang lebih luas. Hamper 12,5%
plasenta previa menyebabkan kelahiran sungsang.
2.5 DIAGNOSIS
2.5.1 Pemeriksaan luar
Manuver Leopold untuk memastikan presentasi janin.
Dengan Leopold pertama, kepala janin yang keras dan bulat
menempati fundus. Leopold kedua mengidentifikasi punggung
berada di satu sisi perut dan bagian kecil di sisi lain. Dengan
Leopold ketiga, bokong yang lebih lunak dapat digerakkan di atas
pintu atas panggul. Leopold keempat menunjukkan bokong berada
di bawah simfisis. (2)
2.5.2 Pemeriksaan dalam
 Setelah ketuban pecah, dapat diraba adanya bokong yang
ditandai adanya sakrum, kedua tubercle iliac dan anus.
 Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidk sejajar dengan jari-jari
lain dan Panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan.
 Untuk membedakan bokong dan muka, jari yang
dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang
 Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat
diraba di samping bokong, sedangkan pada presentase
bokong kaki tidak sempurna hanya teraba satu kaki
disamping bokong.(3)
2.5.2 Pemeriksaan Penunjang
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan
penilaian risiko pada presentasi bokong. Tafsiran berat janin,
penilaian volume air ketuban, komfirmasi letak plasenta jenis
presentasi bokong, keadaan hiperektensi kepala, kelainan
kongenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan
utrasonografi. Berat janin dapat perkirakan secara ultrasonografi
berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkaran kepala,lingkaran
perut dan panjang tulang femur. Gambaran ultrasonografi tentang
ekstremitas bahwa dapat memberikan informasi tentang jenis
presentasi bokong. Kesejahteraan janin dinilai berdasarkan skor
profil biofisik janin. (3)
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Presentasi bokong pada masa kehamilan (3)
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah
malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara
yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala yaitu versi luar.
Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian
besar akan terjadi pada umur kehamilan 34 minggu, sehingga
penemuan adanya presentasi bokong mulai umur kehamilan 34
minggu akan bermanfaat untuk pertimbangan melakukan Tindakan
versi luar.
Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan
menggunakan tekanan dan menuver tertentu pada perut ibu untuk
mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala. Keadaan
yang harus diketahui sebelum menawarkan versi luar adalah
perkiraan berat janin, volume air ketuban, letak plasenta dan
morfologi janin normal.
2.6.2 Dalam Persalinan
2.6.2.1 Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zachtuchni
dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai
apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan
persalinan perabdominan, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali
secara cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam, dan jika nilai lebih dari 5 dilahirkan
pervaginam.

ALARM (Advanced in Labour and Risk Management)


International memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam
yaitu jenis letak sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala
fetus tidak hiperekstensi dan taksiran berat janin 2500-3600 gram
serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan diperbolehkan
pada janin letak sungsang. (5)
2.6.2.2 Prinsip Dasar Persalinan Sungsang
1. Persalinan Pervaginam (6)
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.

b) Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan


sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.

c) Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan


seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria).
2.6.2.3 Prosedur Pertolongan Persalinan Sungsang
A. Tahapan Persalinan Spontan
1. Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai
pusat (skapula depan ).disebut fase lambat karena fase ini hanya
untuk melahirkan bokong, yaitu bagian yang tidak begitu
berbahaya.

2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat
terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat
bernafas lewat mulut.

3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai


seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan
keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar
yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan
secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan
intra kranial (adanya ruptur tentorium serebelli).

Teknik
1. Sebelum melakukan persalinan, penolong harus memperhatikan
sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada
persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan


vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul
kedua pangkal paha.

3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera


setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan
jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir
dan tampak sangat tegang,tali pusat dikendorkan lebih dahulu.
5. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini
tanpa melakukan tarikan sehingga gerakan tersebut hanya
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
dimulainya gerakan hiperlordosis sesuai dengan sumbu panggul.
Maksud ekspresi Kristeller ini adalah:
a) Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat
segera diselesaikan.
b) Menjaga agar posisi kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c) Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus
dengan kepala janin sehingga tidak terjadi lengan menjungkit,

Gambar 2.1 gerakan hiperlordosis


6. Dengan melakukan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir tali
pusat, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh
kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten
segera menghisap lendir dan bersamaan dengan itu penolong
memotong tali pusat.

Gambar 2.2 Gerakan hiperlordosis sampai kepala lahir


8. Keuntungan
a) Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga
mengurangi bahaya infeksi.

b) Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan


fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

9. Kerugian

a) 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan,


sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin dengan cara Bracht.

b) Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama


dalam keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
misalnya pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau
menunjuk.

b. Prosedur Manual aid


Indikasi
1. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya bila
terjadi kemacetan baik pada waktu melahirkan bahu atau kepala.

2. Dari semula memang hendak melakukan pertolongan secara


manual aid. Negara Amerika sebagian besar ahli kebidanan
cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual aid,
karena mereka menganggap bahwa sejak pusar lahir adalah fase
yang sangat berbahaya bagi janin, karena pada saat itulah kepala
masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan besar tali
pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul.
Tahapan
1. Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan
dengan tenaga ibu sendiri.

2. Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga


penolong. Cara atau teknik untuk melahirkan bahu dan lengan
adalah secara:

a) Klasik ( Deventer )
b) Mueller

c) Louvset

3. Tahap ketiga, lahirnya kepala. Kepala dapat dilahirkan dengan cara:

d) Mauriceau

e) Najouks

f) Wigan Martin-Winckel

g) Prague terbalik

h) Cunam Piper

Teknik
Tahap pertama : dilakukan persalinan secara bracht sampai pusat
lahir.
Tahap kedua : melahirkan bahu dan lengan oleh penolong.
a. Cara Klasik
1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan
lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di
ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan
yang berada di bawah simpisis.
2. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin
sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti
dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Bila lengan depan sukar dilahirkam, maka harus diputar menjadi
lengan belakang. Lengan yang sudah lahir dicengkam dengan
kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari
tangan penolong terleak dipunggung dan sejajar dengan sumbu
badan janin sedangkan jari-jari lain mencekam dada. Putaran
diarahkan ke ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan
terletak dibelakang. kemudian lengan belakang ini dilahirkan
dengan teknik tersebut.
7. Deventer melakukan cara klasik ini dengan tidak mngubah lengan
depan menjadi lengan belakang. cara ini lazim disebut cara
deventer. Kemudian Keuntungan cara klasik adalah pada
umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang
tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul
sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat manimbulkan infeksi.

Gambar 2.3 kedua kaki janin dibawah ke atas perut ibu, kemudian lengan
belakang dilahirkan

Gambar 2.4 Kaki didekatkan kearah punggung ibu, kemudian lengan


depan dilahirkan

b. Cara Mueller
1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi,
baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.

Gambar 2.5 melahirkan lengan depan secara mueller


2. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada Krista iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan lahir, maka badan janin ke atas
sampai bahu belakang lahir. Bila bahu belakang tidak lahir
sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait
lengan bawah dengan kedua jari penolong. Keuntungan dengan
Teknik mueller ini ialah Tangan penolong tidak masuk ke dalam
jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
Gambar 2.6 melahirkan lengan belakang secara mueller
c. Cara lovset
1. Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan
janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi
curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sampil dilakukan
traksi curam ke bawah badan janin diputar setelah lingkaran ,
sehingga baru belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil
dilakukan teraksi, badan dan janin diputar Kembali kearah yang
berlawanan setengah lingkaran, demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak dibawah simfisi dan lengan dapat
dilahirkan.
3. bila lengan janin tidak dapat dilahikan dengan sendirinya, maka
lengan janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah
dengan jari penolong.
4. Keuntungannya cara Lovset
a. Teknik yang sederhana dan jarang gagal,
b. dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang tanpa
memperhatikan posisi lengan.
c. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga
bahaya infeksi minimal
d. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan dalam memimpin letak
sungsang pada keadaan-keadaan di mana diharapkan akan
terjadi kesukaran, misalnya dengan primigravida, janin besar,
panggul sempit

Gambar 2.7 Melahirkan bahu dan lengan secara lovset


Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)
a. Cara Mauriceau
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari
lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk
dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari
punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan
terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin
dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis,
kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-
ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

Gambar 2.8 Cara melahirkan kepala secara Mauriceau


b. Cara Prague Terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di
belakang dekat sakrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan
penolong mencengkram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan
pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang
kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan
tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan
laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
Gambar 2.10 Melahirkan kepala secara prague terbalik
c. Cara Cunam Piper
1. Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan
kedua lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan
janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.
2. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan
pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari
arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah
oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan
dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

Gambar 2.11 Melahirkan kepala janin dengan ekstrasi cunam piper


B. Prosedur Ekstraksi Sungsang
1. Teknik ekstraksi kaki
a. Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-
bagian kecil janin dimasukkan secara obsetrik ke dalam jalan
lahir, sedangkan tangan yang lain membuka labia. Tangan
yang di dalam mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal pada sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan
fleksi pada janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi pada paha
janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang diluar
mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan
dituntun keluar dari vagina sampai lutut.
b. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu
jari diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang betis,
dan jari-jari lain di depan betis. Dengan pegangan ini, kaki janin
ditarik Curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.
c. Pegangan dipidahkan pada setinggi mungkin dengan kedua ibu
jari dibelakang paha, sejajar sumbuh panjang paha dan jari-jari
lain di depan paha.
d. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trochanter depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pengangan yang sama
dielevasi ke atas sehingga trochanter belakang lahir. Bila kedua
trochanter telah lahir berarti bokong lahir.
e. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka
yang akan lahir lebih dulu ialah trochanter belakang dan untuk
melahirkan trochanter depan maka pangkal paha ditarik terus
curam ke bawah.
f. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya
dipakai Teknik pegangan femuro pelviks. Dengan pegangan ini
badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusar lahir
g. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya
dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.

Gambar 2.12 Menurunkan kaki pada ekstraksi kaki


C. Teknik ekstraksi bokong
a. Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong
sudah berada di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki.
b. Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha
depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik
curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka
tangan penolong yang lain mencengkam pergelangan tangan tadi,
dan turut menarik curam ke bawah.
c. Bila dengan tarikan ini trochanter depan tampak dibawah simpisis,
maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan
paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.
d. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks
kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Gambar 2.13 Ekstraksi bokong
2.7 Persalinan Sungsang Perabdominam
1. Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea sudah tentu
merupakan yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan
bahwa persalinan letak sungsang pervaginam memberi trauma
yang sangat berarti bagi janin.
2. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus
dilahirkan perabdominam. Untuk melakukan penilaian apakah letak
sungsang dapat melahirkan pervaginam atau harus dilahirkan per
abdominan kadang-kadang sukar.
3. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak
sungsang harus dilahirkan perabdominam, misalnya :
a. Primigravida tua

b. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya


(disproporsi feto pelvic atau skor Zachtuchni Andros ≤ 3).

c. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.


d. Didapatkan distosia

e. Umur kehamilan:

1) Prematur (EFBW=2000 gram)

2) Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)

f. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan) Riwayat persalinan


yang lalu: riwayat persalinan buruk, milai sosial janin tinggi.

g. Komplikasi kehamilan dan persalinan:

1) Hipertensi dalam persalinan

2) Ketuban pecah dini


2.8 Penyulit persalinan pervaginam (6)
1. Sufokasi.
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah
pengecilan rahim, sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan
menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini merangsang janin untuk
bernapas. Akibatnya darah, mukus, cairan amnion dan mekonium
akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan janin
yang sebagian sudah berada diluar rahim, juga merupakan
rangsangan yang kuat untuk janin bernapas.
2. Asfiksia fetalis.
akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan
bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul
(fase cepat).
3. Kerusakan jaringan otak.
Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada
panggul sempit atau adanya diproporsi sefalo-pelvik, serviks yang
belum terbuka lengkap, atau kepala janin yang dilahirkan secara
mendadak, sehingga timbul dekompresi.
4. Fraktur pada tulang-tulang janin.
Kerusakkan pada tulang janin dapat berupa:
a) Fraktur tulang-tulang kepala.

b) Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang


menjungkit (extended).

c) Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar.

d) Paralisis brakialis

e) Fraktur femur.

f) Dislokasi bahu.

g) Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang


sangat ekstensi (fleksi maksimal).

h) Hematoma otot-otot.
Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup
berat, maka perlu dilakukan evaluasi obstetrik dengan teliti, sebelum
memutuskan untuk melahirkan janin secara pervaginam. Bila sudah
diputuskan melahirkan janin pervaginam, maka penolong dituntut untuk
menguasai teknik persalinannya secara terampil. Cara persalinan secara
ekstraksi total (total extraction) merupakan cara persalinan dengan
penyulit janin yang sangat buruk, yaitu kematian janin 3 kali lebih banyak
dibanding persalinan spontan. Oleh karena itu cara persalinan ini
sekarang sudah tidak dianjurkan lagi pada janin hidup. Kematian perinatal
pada letak sungsang dibanding dengan letak belakang kepala rata-rata 5
kali lebih banyak. (6)
2.9 Komplikasi persalinan pertolongan letak sungsang (7,8)
Pertolongan persalinan letak sungsang secara fisiologis dilakukan
menurut metode Brach. Kegagalan pertolongan secara Brach diikuti oleh
persalinan dengan ekstraksi bokong partial atau dengan ekstraksi bokong
total yang dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi persalinan letak
sungsang dapat dibagi sebagai berikut :
1. Komplikasi pada ibu
Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir ( pada vagina
atau serviks), infeksi ( endometritis )
2. Komplikasi pada bayi
Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi
 Asfiksia bayi
Dapat disebabkan oleh :
o Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban-lendir
o Perdarahan atau edema jaringan otak
o Kerusakan medula oblongata
o Kerusakan persendian tulang leher
o Kematian bayi karena asfiksia berat
 Trauma persalinan
o Dislokasi-fraktura persendian, tulang ekstrimitas
o Kerusakan alat vital : lien, hati, paru-paru, jantung
o Dislokasi fraktura persendian tulang leher.
 Infeksi dapat terjadi karena :
o Persalinan lama
o Ketuban pecah dini
o Manipulasi pada pemeriksaan dalam]
2.10 Golongan resiko tinggi kehamilan sungsang
Kehamilan letak sungsang yang tergolong beresiko tinggi adalah :
a. Kehamilan sungsang pada kasus infertilitas
b. Kehamilan sungsang dengan riwayat obstetri buruk : sering mengalami
abortus/ keguguran, persalinan prematur, IUFD.
c. Kehamilan sungsang dengan perdarahan
d. Kehamilan sungsang dengan hipertensi/ tekanan darah tinggi
e. Kehamilan sungsang dengan umur ibu kurang dari 20 tahun atau diatas
35 tahun
f. Kehamilan sungsang yang terjadi pada ibu primigravida
g. Kehamilan sungsang dengan penyakit sistemik ibu : penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakt paru-paru
h. Kehamilan sungsang inpartu dengan keadaan abnormal : bayi besar,
ketuban pecah dini/ ketuban pecah awal, terjadi prolapsus funikuli, bayi
prematur, infeksi pada ibu, terjadi distres janin.
BAB III

KESIMPULAN
Posisi janin sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses
persalinan, jika yang terjadi adalah presentasi bokong murni, maka
persalinan normal masih relatif mudah dilakukan. Namun, hanya berlaku
bagi ibu yang sudah pernah melahirkan bayi cukup bulan pervaginam.
Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi kaki, pada saat ketuban
pecah spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar (prolapsus tali pusat).
Jika tidak segera dilakukan persalinan, janin mungkin tidak terselamatkan.
Untuk mencegahnya, persalinan dapat dilakukan dengan cara sesar.
Meskipun seksio sesarea adalah pilihan terbaik untuk mengurangi
morbilitas dan mortilitas perinatal pada proses persalinan sungsang,
pertolongan persalinan pervaginam pada letak sungsang masih bisa
dilakukan denga naman dengan syarat harus memenuhi kriteria tertentu
untuk bisa dilakukan dan perencanaan pengelolaan yang baik dan akurat.
Diskusi, konseling dan inform concent terhadap pasien dan keluarga
penting dilaksanakan terkait tindakan yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Morris S, Geraghty S, Sundin D. Breech presentation management: A critical review of
leading clinical practice guidelines. Vol. 35, Women and Birth. 2022.

2. Cunningham FG. WILLIAM OBSTETRICS, 23rd Ed. In: 1. 2014.


3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat
Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. BINA PUSTAKA SARWONO
PRAWIROHARDJO. 2008.
4. Ilhamjaya AM, Tawali S. ANGKA KEJADIAN DAN FAKTOR – FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN JANIN LETAK SUNGSANG DARI IBU
HAMIL YANG MELAHIRKAN DI RSWS MAKASSAR. Medika Alkhairaat :
Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 2020;2(2).
5. Kotaska A, Menticoglou S. No. 384-Management of Breech Presentation
at Term. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. 2019;41(8).
6. Wiknjosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. Vol. 53, Journal of Chemical
Information and Modeling. 2007.
7. Mochtar , Rustam (2011), Sinopsis obstetri : obstetri fisiologi, obstetri
patologi, EGC, Jakarta.
8. Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan Penyakit dan Kandungan dan Kb
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC: 2016.
9. Sutrisminah E, 2006, Penatalaksanaan Letak Sungsang, Semarang,
Majalah Ilmiah Sultan Agung

Anda mungkin juga menyukai