Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita.
Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai
dengan terjadinya pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil.
Proses menstruasi umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia
50 tahun-an. Setiap wanita memiliki rentang waktu yang berbeda-beda. Siklus
mentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali.
Namun ada juga wanita yang mengalami siklus yang belum teratur atau di
luar jangka waktu di atas. Menstruasi terjadi selama 3 sampai dengan 7 hari. Jika
anda mengalami proses menstruasi di luar ketentuan umum, konsultasikanlah
dengan dokter kandungan untuk mengetahui penyebabnya dan pastikan bahwa
tidak terdapat kelainan atau penyakit yang berkaitan.
Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah yang di
keluarkan 25 sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses menstruasi, secara
umum wanita sering mengalami pening-pening, kram perut, lemas dan pegal
pada area paha dan pinggang.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit dari Oligomenorea?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawaatan pada pasien Oligomenorea?

B. Tujuan
Tujuan Umum : Untuk memenuhi tugas dari sistem reproduksi II yang telah
diberikan
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakir oligomenorea
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan bagi pasien
oligomenorea

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang
lebih jarang daripada biasanya (Djuanda, Adhi.dkk, 2008).
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi
memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih jarang terjadi.
Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan karena
kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari & indung telur.
Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang mengatur kelenjar pituari.
Kemudian kelenjar pituari akan merangsang produksi hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan & reproduksi. Pada awal & akhir masa
reproduksi wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang
tersinkronisasi, sehingga akan menyebabkan terjadinya haid yang tidak
teratur (Kusmiran, 2012).

2. Etiologi
Oligomenore biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-
hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat
badan berlebih. Oligomenore dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom
ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih
tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenore dapat juga terjadi pada
stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan
estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan
ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas
(Tortora,&Derrickson, 2009).
Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium
folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium
tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh

2
pengaruh psikis atau pengaruh penyakit. Disamping itu, oligomenorea dapat
juga terjadi pada :
a. Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)Ø
 Stress dan depresi
b. Sakit kronik
c. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
d. Penurunan berat badan berlebihan
e. Olahraga berlebihan, misal atlit
f. Adanya tumor yang melepaskan estrogen
g. Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat
pengeluaran darah menstruasi
h. Penggunaan obat-obatan tertentu, dsb.

3. Manifestasi Klinis
Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Haid yang tidak teratur dengan
jumlah  yang  tidak tentu. Pada beberapa wanita yang mengalami
oligomenore terkadang juga mengalami kesulitan untuk hamil. Bila kadar
estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami
osteoporosis dan  penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki
resiko besar untuk mengalami kanker uterus (Simanjuntak,2010)

4. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan
dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone
yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan)
gangguan pada klien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak
langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti
serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan
ovarium dapat menyebabkan oligomenorea. Oligomenorea mengalami
kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium
premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian
folikel, dapat  juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang  berlebih dapat menimbulkan Oligomenorea
dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh
habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual (estrogen dan
progesteron) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan

3
estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah
defisiensi estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya Oligomenorea.
Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan
derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen
dan  progesterone menurun. Pada keadaan stress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang
dapat menekan pembentukan GnRH (Marheni, 2011).

5. Penanganan
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab, berikut uraiannya :
a. Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita
yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.
b. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat
memperbaiki keadaan oligomenore.
c. Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki
ketidakseimbangan hormonal. Terapi ini disesuaikan dengan hormon
apa yang lebih dibutuhkan. Contoh : Pada oligomenore yang
disebabkan estrogen yang terlalu rendah maka terapi yang dapat
diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti :
Lynoral, Premarin, Progynova, dll.
d. Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu rendah
maka terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang
mengandung estrogen, seperti : postinor. Pada oligomenore yang
disebabkan keduanya memiliki ketidakseimbangan hormonal yang
sama untuk jumlah estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat
dilakukakn terapi dengan pil kombinasi yang mengandung estrogen
dan progesteron dengan jumlah seimbang seperti : Mycrogynon 50,
Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon, Microgynon 30, Mikrodiol,
Nordette, dll (Saryono, 2009)

6. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya
kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenore mengarah
pada infertilitas atau tanda dari keganasan.

4
7. Pencegahan
Berikut adalah langkah-langkah pencegahannya :
a. Hindari stres : Sebisa mungkin hidup dengan tenang dan bahagia.
Tidak usah terlalu banyak pikiran, terutama pikiran negatif yang
menimbulkan kecemasan-kecemasan.
b. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai,
memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna. Apabila tidak tahu berapa
kadar dan porsi gizi yang diperlukan setiap hari agar sesuai dengan
keperluan, datanglah kedokter atau ke ahli gizi. Sayur dan buah-
buahan mutlak diperlukan untuk hidup sehat.
c. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan
tidak menguras energi secara berlebihan.
d. Tidur yang cukup, sesuai standar keerluan masing-masing 6-8 jam
sehari sesuai dengan kebiasaan.
e. Rajin minum susu dan kalsium yang tinggi. Jika tidak gemar minum
susu, bisa diganti dengan makanan atau suplemen tinggi kalsium
f. Lakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari.
Olahraga yang dipilih tidak harus olahraga berat. Anda dapat sekedar
berjalan-jalan santai selama 30 menit, jogging ringan, senam ringan,
maupun bersepeda. Pilihlah yang paling sesuai dengan kondisi
masing-masing. Olahraga secara teratur dapat memperlancar aliran
darah pada otot disekitar rahim.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. B-USG: deteksi kondisi rahim, ovarium, dan panggul.
b. Sitologi: untuk pemeriksaan fungsi ovarium serta menghilangkan lesi
ganas.
c. Biopsy: untuk menentukan jenis penyakit, lebih sering digunakan
untuk mendiagnosis tumor.
d. Penentuan endokrin: dapat digunakan untuk mengukur
gonadotropin hipofisis, prolaktin, ovarium, tiroid, dan hormon
adrenal. Secara klinis untuk memahami fungsi ovarium dapat
menggunakan cara pap smear vagina, mucus serviks, suhu tubuh
basal, dan biopsi endometrium.
e. X-Ray: pemeriksaan uterin lipiodol dapat digunakan untuk
memahami kondisi rongga rahim, apakah terdapat fibroid mukosa
atau polip. Juga untuk memahami apakah terdapat tumor hipofisis.

5
f. Laparoskopi dan histeroskopi: untuk mendeteksi lesi uterine serta
panggul.
g. Pemeriksaan fungsi hati, ginjal, serta aliran darah. Lakukan
pemeriksaan kromosom bila diperlukan

9. Oligomenorea pada masa remaja


Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan karena
kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari dan indung telur.
Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur suhu tubuh,
metabolisme sel dan fungsi dasar seperti makan, tidur dan reproduksi.
Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang mengatur kelenjar pituari.
Kemudian kelenjar pituari akan merangsang produksi hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi. Pada awal dan akhir masa
reproduksi wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang
tersinkronisasi, sehingga akan menyebabkan terjadinya haid yang tidak
teratur (Waryana, 2010).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata klien
Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi
Pendidikan : pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat
pengetahuan pasien mengenai menstruasi
Pekerjaan : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga
mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi
b. Alasan MRS
Keluhan utama : siklus dan lama menstruasinya mulai tidak teratur, ibu
tidak pasti mengalami menstruasi tiap bulannya
c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang.
e. Riwayat kesehatan keluarga

6
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien
alami.
Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus ini akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau
kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya klien dengan oligomenorea tidak terjadi perubahan
pola nutrisi.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus ini tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi
urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada
kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Kaji pola tidur dan istirahatnya. Apakah terganggu atau tidak.
e. Pola Aktivitas
Kaji mobilisasi klien
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien tidak harus menjalani rawat inap.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada kasus ini akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau
kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai oligomenorea.
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien oligomenorea, daya rabanya tidak terjadi gangguan,
sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Namun timbul rasa
nyeri pada perut bagian bagian bawah.
i. Pola Reproduksi Seksual
Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya
gangguan menstruasi.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien oligomenorea timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,
yaitu mengenai adanya kelainan pada sistem reproduksinya.

7
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien oligomenorea dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi.
l. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane
mukosa bibir
2) Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
4) Abdomen
5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
6) Integumen : kaji turgor kulit

2. Diagnosa
a. Ansietas b/d ancaman status kesehatan
b. Defisien pengetahuan b/d kurang informasi

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang
lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang
mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada
biasanya. Namun, jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama
lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Oligomenorea dapat juga terjadi pada :
 Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)
 Stress dan depresi
 Sakit kronik
 Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
 Penurunan berat badan berlebihan
 Olahraga berlebihan, misal atlit
 Adanya tumor yang melepaskan estrogen
 Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat
pengeluaran darah menstruasi
 Penggunaan obat-obatan tertentu

B. Saran
Petugas kesehatan harusnya lebih rajin untuk memberikan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi dan masalah masalah reproduksi pada remaja agar ketika
wanita memasuki masa Menarche mereka tidak bingung atau khawatir terhadap
kondisi mereka.

9
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002 Buku Ajar Medikal Bedah ed. 8, vol 2, Jakarta : EGC

Marheni, Herni. 2011. Konsep dasar oligomenorea. Jakarta : EGC


.
Prince & Wilson. 2010, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6,

Jakarta : EGC

Simanjuntak. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pusat Sinar

Harapan

Djuanda. 2008. Oligomenorea. Jakarta : Rineka Cipta

Saryono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Tortora & Derrickson. 2009. Keperawatan Maternitas Kesehatan. Jakarta : EGC

Kusmiran. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba


Medika

Wahyana. 2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

10

Anda mungkin juga menyukai