Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN MENTRUASI ( OLIGOMENOREA )

Disusun oleh

DWI PUTRA PERWIRADANI ( 202003042 )

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO

PROGRAM STUDI NERS

2020
A. Definisi

Haid atau Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi diakibatkan
siklus bulanan alami pada tubuh wanita. Siklus ini merupakan proses organ reproduksi wanita
untuk bersiap jika terjadi kehamilan. Persiapan ini ditandai dengan penebalan dinding rahim
(endometrium) yang berisi pembuluh darah. Pada umumnya, siklus menstruasi normal rata-rata
terjadi setiap 28 hari. Ada pula yang memiliki siklus haid sekitar 25 sampai 35 hari.

Oligomenorea merupakan salah satu kelainan siklus menstruasi dimana siklus haid lebih
panjang, lebih dari 35 hari. olligomenorrhea atau oligomenore yaitu tidak mendapat haid padahal
sudah masuk ke periode biasanya. Pada saat itu dia sudah beberapa kali mengalami menstruasi, dan
tidak sedang mengalami hamil.

B. Penyebab

Berikut ini beberapa penyebab haid yang tidak teratur (Oligomenore) :


1. Adanya kista indung telur, fibfinoid atau masalah Rahim lainya

Wanita yang mengalami PCOS (polysyctic ovary syndrome), yaitu dimana indung
telur berisi kista, mengakibatkan haid yang tidak teratur berupa oligomenorea,
amenore atau bahkan haid yang sangat banyak. Kondisi ini berkaitan dengan kadar
hormon androgen yang berlebih didalam tubuh.
2. Penyakit hipotiroid/ hipertiroid
3. Penyakit Cushing
4. Stress
Wanita yang mengalami stres, biasanya juga akan mengalami gangguan hormonal.
Hipothalamus saat stres akan mensekresi CRF (corticotropin releasing factor) yang
memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH (adenocorticotrophic hormone).
Pelepasan ACTH menyebabkan kelenjar adrenal mensekresi hormon kortisol. Adanya
sekresi hormon kortisol menimbulkan respon kewaspadaan yang merupakan salah
satu respon tubuh terhadap stres. Akibatnya produksi seks hormon (estrogen dan
progesteron) ditekan sedemikian rupa sehingga tidak berkompetisi mendapatkan
energi. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi (oligomenore).
5. Disfungsi kelenjar pituitary
Kelenjar pituitary berfungsi merangsang produksi hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan reproduksi, sehingga bila kelenjar pituitary mengalami malfungsi
maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan hormon, terutama hormon yang

berperan dalam reproduksi, sehingga terjadilah oligomenore.


6. Stres emosional.
pada saat stres, hormone stres yaitu hormon kortisol sebagai produk dari
glukokortioid korteks adrenal yang disintesa pada zona fasikulata bisa mengganggu
siklus menstruasi karena mempengaruhi jumlah hormon progesterone dalam tubuh.
Jumlah hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat menyebabkan
perubahan siklus menstruasi.
7. Sakit kronis.

Akibat menderita penyakit kronis, tubuh mengalami kekurangan nutrisi. Akibatnya


kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan untuk berovulasi.
8. Adanya ketidakseimbangan hormon

Olligominore dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal


pubertas dan pada saat menjelang menopause.
Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun
beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada
masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya
koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi
pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan
keseimbaangan hormon dalam tubuh.
9. Nutrisi, adanya kelainan makan seperti pada penderita anorexia nervosa dan latihan
fisik berlebih (atlit)
Tubuh yang sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus haid, karena sistim
metabolisme di dalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Akibatnya kebutuhan sel-sel
tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan untuk berovulasi sehingga siklus haid pun
terganggu.
10. Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen.

11. Penggunaan terlarang obat anabolik steroid untuk mendongkrak kemampuan atletis
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada
aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan
lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih
jarang terjadi.

C. Tanda dan Gejala

1. Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya terdapat 4 – 9
periode dalam 1 tahun
2. Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu.

3. Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenorea terkadang juga


mengalami kesulitan untuk hamil.
D. Masalah Oligomenorea

1. Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)


2. Stress dan depresi.
3. Sakit kronik.
4. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
5. Penurunan berat badan berlebihan.
6. Olahraga berlebihan, misal atlit.
7. Adanya tumor yang melepaskan estrogen.

E. Penatalaksanaan

12. Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada pasien denga oligomenore tergantung pada penyebabnya, yaitu:
a. Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang

mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.


b. Pada oligomenore yang disebabkan oleh gangguan nutrisi maka perlu

memperbaiki status nutrisinya


c. Oligomenore yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon, maka
diperlukan hormon untuk menyeimbangkannya, untuk pemberian jenis terapi
tergantung dari jenis hormon yang dibutuhkan, misalnya :
1) Pada oligomenore yang disebabkan estrogen yang terlalu rendah maka terapi
yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen,
seperti Lynoral, Premarin, Progynova.
2) Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu rendah maka
terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen,
seperti : postinor
3) Pada oligomenore yang disebabkan ketidakseimbangan hormonal yang sama
untuk jumlah estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat dilakukakn
terapi dengan pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron
dengan jumlah seimbang seperti Mycrogynon 50, Ovral, Neogynon, Norgiol,
Eugynon, Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette.
d. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Adanya
tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen, maka tumor ini perlu di
tindaklanjuti seperti dengan operasi, kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai