Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH


(BODY IMAGE)
Pembimbing:

Disusun Oleh:
Dwi Putra Perwiradani (20203042)

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Citra Tubuh (Body Image) Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas
Keperawatan Gerontik Program Studi Profesi Ners Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto oleh :

Nama : Dwi Putra Perwiradani

Nim : 20203042

Prodi : Profesi Ners

Telah disetujui dan disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mojokerto, Februari 2021

Mahasiswa,

(Dizka Fara Listanti)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinis

(Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah, S. Kep. Ns, M. Kes) ( )


1.1 KONSEP TEORI KONSEP DIRI (GANGGUAN CITRA TUBUH /
BODY IMAGE)

1.1.1 Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri belum
muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu
mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai
pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari
melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain,
dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Memahami konsep diri penting
bagi perawat karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan
hanya penyakit tetapi menghadapi individu yang mempunyai pandangan,
nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya (Ah. Yusuf, 2015).
Definisi lain Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui. oleh individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan
Sundeen, 1991;372). Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat
dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-
nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan dan
keinginannya. Adapula definisi Menurut Beck, William dan Rawlin yang
dikutip oleh Kelliat, 1992;2 bahwa konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh; fisikal, emosi, intelektual,social dan
spiritual.
Definisi Gambaran diri (Citra diri) adalah sikap seorang terhadap
tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh
saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1995). Sejak lahir
individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang
lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan (Keliat,1994).
Gambaran diri menurut Stuart and Sundeen, 1995 adalah sikap
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu
(Stuart and Sundeen, 1995).
Body image menurut Hoyt (Naimah, 2008) diartikan sebagai sikap
seseorang terhadap tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika
berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman efektif terhadap atribut
fisiknya.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh
yang diakibatkan oleh. perubahan ukuran, bentuk, struktur, keterbatasan,
makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pandangan yang
realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan
harga diri (Keliat,1994). Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam
penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya
secara fisik. Persepsi tubuh secara fisik berkaitan dengan bagaimana kita
memersepsikan diri kita secara fisik. Klien dengan gangguan citra tubuh
memersepsikan saat ini dia mengalami sesuatu kekurangan dalam menjaga
integritas tubuhnya dimana dia merasa ada yang kurang dalam hal
integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan denganlingkungan sosial
merasa ada yang kurang dalam struktur tubuhnya. Persepsi yang negatif
akan struktur tubuhnya ini menjadikan dia malu berhubungan dengan
orang lain. Klien tidak menerima gambaran diri yang sebenarnya terutama
terjadi saat ini (muhith, 2015).

1.1.2 Rentang Respon Konsep Diri


Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku
individu. Individu dengan konsep diri positif dapat berfungsi lebih efektif
yang terlihat dari kemampuan interpersonal, intelektual dan penguasaan
lingkungan. Konsep diri yang negative dapat dilihat dari hubungan
individu dan social maladaptive. Konsep diri terdiri atas komponen: citra
diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas personal. Respon
individu terhadap kondisinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep yaitu
dari adaptif sampai inadaptif. Rentang respon konsep diri sebagai berikut
(Stuart & Sundeen, 1991; 374) :

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kekacauan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas

Keterangan:
1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien
menghadapi suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara
lain:
a. Aktualisasi diri, kesadaran akan diri berdasarkan konservasi
mandiri termasuk persepsi masalalu akan diri dan perannya.
b. Konsep diri positif, menunjukkan individu akan sukses dalam
menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi
masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah. Respon
maladaptif gangguan konsep diri adalah:
a. Harga diri rendah, transisi antara respon konsep diri positif dan
maladaptif
b. Kekacauan identitas, identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) (Azizah, Zainuri, & Akbar,
2016)
3. Respon Adaptif dan Maladaptif Klien Gangguan Citra Tubuh adalah :
 Respon Klien Adaptif
1. Syok psikologis : Merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan Syok
psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi
yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien
menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak, dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri
2. Menarik diri : Klien menjadi sadar akan kenyataan. Ingin lari dari
kenyataan, tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau
menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung.
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam
perawatannya.
3. Penerimaan/pengakuan secara terhadap : Setelah klien sadar akan
kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka muncul Setelah
fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri
yang baru.
 Respon Klien Maladaptif :
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi penarikan diri
4. Preokupasi dengan bagian tubuh atau bagian yang berubah struktur
dan fungsi tubuh yang hilang
5. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak
(Muhith, 2015)
1.1.3 Etiologi
Adapun etiologi Konsep diri (Citra diri) : Gangguan citra tubuh, yaitu :
1. Perubahan struktur atau bentuk tubuh (misalnya amputasi, trauma, luka
bakar, obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (misalnya proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan atau pengobatan (misalnya pembedahan, kemoterapi,
terapi radiasi)
(SDKI, 2016)

1.1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang terjadi pada klien dengan gangguan citra
tubuh, yaitu:
- Tanda dan Gejala Mayor
 Data Subjektif :
1. Mengungkapkan kecacatan/ kehilangan bagian tubuh
 Data Objektif :
1. Kehilangan bagian tubuh
2. Fungsi/ struktur tubuh berubah/hilang
- Tanda dan gejala Minor
 Data Subjektif :
1. Tidak mau mengucapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
2. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
3. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan interaksi orang lain
4. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
 Data Objektif :
1. Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
2. Menghindari melihat dan atau menyentuh bagian tubuh
3. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4. Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
5. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial berubah
(SDKI, 2016).
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:
1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh
4) Persepsi negative pada tubuh
5) Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6) Mengungkapkan keputusasaan
7) Mengungkapkan ketakutan
(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016)

1.1.5 Mekanisme Koping


Koping jangka pendek
1) Aktifitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis
Misalnya pemakaian obat, ikut music rock, balap motor/mobil,
olahraga berat, obsesi nonton TV.
2) Aktifitas yang memberi kesempatan mengganti identitas
Misalnya ikut kelompok tertentu, pengikut kelompok tertentu.
3) Aktiftas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri/identitas kabur.
Misalnya aktivitas kompetensi seperti olahraga, prestasi akademik,
kontes dan lain-lain..
4) Aktivitas yang memberi arti kehidupan
Mekanisme koping yang sering digunakan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi dan menghindar.
1.1.6 Pathway

Perubahan struktur atau bentuk tubuh (misalnya amputasi, trauma, luka


bakar, obesitas, jerawat), Perubahan fungsi tubuh (misalnya proses
penyakit, kehamilan, kelumpuhan), Perubahan fungsi kognitif,
Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai, Transisi
perkembangan, Gangguan psikososial, Efek tindakan atau pengobatan
(misalnya pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)

Perubahan Gambaran Diri

Gangguan Citra Tubuh

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Tidak dapat menerima


perubahan struktur dan
fungsi tubuh

Harga diri rendah


2.2 KONSEP TEORI OBESITAS
2.2.1 Pengertian
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan
akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20% dari berat rata-rata untuk usia,
jenis kelamin dan tinggi badan. Prognosis umum untuk peningkatan dan
mempertahankan penurunan berat badan buruk. Namun keinginan
untuk pola hidup lebih sehat dan penurunan faktor resiko sehubungan
dengan ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang
mengikuti diet dan program penurunan berat badan.
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penimbunan
lemak berlebihan yang diperlukan untuk fungsi tubuh manusia.
Obesitas ini merupakan faktor resiko untuk terjadinya berbagai
penyakit degenerative misalnya DM, hipertensi, penyakit jantung
coroner dan berbagai jenis penyakit kanker.
2.2.2 Etiologi
1) Faktor biologis, kecepatan mtabolisme dan jumlah minuman energy
yang dibutuhkan seseorang berperan penting dalam mengatur berat
badan. Secara alami beberapa orang menggunakan lebih banyak
kalori untuk melakukan fungsi-fungsi utama dalam tubuh.
2) Faktor genetic, anak-anak yang mengalami obesitas biasanya orang
tuanya juga mengalami hal yang sama. Sampai saat ini belum
diketahui secara pasti gen apa yang menyebabkan obesitas tersebut.
3) Gaya hidup, dengan meningkatnya konsumsi kalori dan
berkurangnya aktivitas fisik, berperan penting dalam menyebabkan
obesitas.
4) Kurangnya aktivitas
2.2.3 Manifestasi Klinis
1) Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relative
kecil denganjari-jari yang berbentuk runcing.
2) Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relative tampak kecil
dengan dagu yang berbentuk ganda.
3) Dada dan payudara membesar.
4) Abdomen, membuncit dan menggantung seperti bentuk bandul
lonceng kadang-kadang terdapat stric putih atau ungu.
5) Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan
biasanya pada bisep dan trisepnya.
6) Emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari
obesitas.
7) Nyeri punggung bawah (terutama daerah pinggul, lutut dan
pergelangan kaki).
2.2.4 Patofisiologi
Obesitas

Peningkatan asam lemak Stres

Resistensi Insulin Dislipidemia Nafas Pendek Sleep apnea Osteoarthritis Low back pain

Hipertensi
Disabilitas

Diabetes Mellitus Penyakit Kardio


2.2.5 Komplikasi
1) Hipertensi
2) Diabetes Mellitus
3) Dislipidemia
4) Penyakit Jantung Koroner dan Stroke
5) Osteoarthritis
6) Apnea tidur
7) Asma
8) Kanker
9) Penyakit perlemakan hati
10) Panyakit kandung empedu
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan metabolic atau endorin
Dapat menyatakan ketidaknormalan misalnya hipertiroidisme,
peningkatan kadar gula dalam darah, hiperglikemi. Dapat juga
menyebabkan gangguan neuroendokrin dalam hipotalamus yang
menyebabkan berbagai gangguan kimia.
2) Pemeriksaan antropometri
Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot.
Perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh):
BB (Kg) : (TB (m))2
Kategori:

KATEGORI IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0


Kurus Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
rendah
Normal 18,5 – 25,0

Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0


Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

2.2.7 Penatalaksanaan
1) Gaya hidup
Perubahan perilaku dan pengaturan makan. Prinsipnya
mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keaktifan fisik,
dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Pertama usahakan
mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat. Konsumsi
kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan
berat badan. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor
antara lain usia, keaktifan fisik. Makan jumlah sedang makanan
kaya nutrient, lemak rendah dan kalori rendah. Pilih jenis makanan
dengan kepadatan energy rendah seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan, jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi,
hindari manis-manisan, kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan
hitung kalori misalnya makanan yang diproses mengandung lebih
banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga
teratur.
2) Bedah bariatric
Dianjurkan bagi mereka dengan IMT 35,0 – 39,9 kg/m2 disertai
penyakit kardiopulmonar, DM tipe 2 atau gangguan gaya hidup dan
telah gagal mencapai penurunan berat badan yang cukup dengan
cara non-bedah. Dapat diharapkan penurunan berat badan
maksimal 21% – 38%.
3) Obat-obatan anti obesitas
Ada obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan
satiation, menurunkan selera makan atau satiety, meningkatkan
rasa kenyang atau keduanya) contohnya Phentermin, obat ini hanya
digunakan untuk jangka pendek. Orlistat menghambat enzim lipase
usus sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan
meningkatkan ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori
yang diserap. Sibutramine meningkatkan statiation dengan cara
menghambat monoamine neurotransmitters (serotonin,
noradrenalin dan sedikit dopamine), menyebabkan peningkatan
senyawa-senyawa tersebut di hipotalamus. Rimonabant termasuk
kelompok antagonius CB1 yang menghambat ikatan cannabinoid
endogen dengan reseptor CB1 neuronal sehingga menurunkan
selera makan dan menurunkan berat badan. Orlistat, Sibutramin
dan Rimonabant dapt dipergunakan untuk jangka lama dengan
memperhatikan efek sampingnnya.
4) Balon intragastrik
Balon intragastrik adalah kantung poliuretan yang dipasang ke
dalam lambung untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk
makanan.
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian klien dengan gangguan citra tubuh dapat dilakukan melalui
observasi dan wawancara oleh perawat. Hasil observasi pada klien sering
ditemukan adanya perubahan terhadap anggota tubuh baik bentuk maupun
fungsi, hilangnya bagian tubuh, menolak melihat bagian tubuh atau
aktivitas sosial yang menurun. Hasil wawancara oleh perawat ditemukan
adanya penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini seperti tidak
puas dengan kondisi kesehatannya, mengatakan hal negatif tentang
anggota tubuhnya yang tidak berfungsi, mengungkapkan perasaan tidak
berdaya, tidak berharga dan keputusasaan, menolak untuk berinteraksi
dengan orang lain, mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap
bagian tubuh yang terganggu, sering mengulang-ulang mengatakan
kehilangan yang terjadi, Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
(Carson, 2000). Tanggapan individu terhadap gangguan citra tubuh dapat
dipengaruhi oleh banyak variabel. Perubahan penampilan fisik, fungsi dan
integritas tubuh, pengalaman tentang penyakit dan perawatan medis
masing - masing memiliki kapasitas untuk mengubah penampilan dan
integritas tubuh. Perubahan tersebut juga mempengaruhi bagaimana orang
lain memperlakukan klien.
Pada data objektif saat pengkajian dengan klien gangguan citra tubuh,
yang dapat ditemukan pada klien dengan gangguan citra tubuh adalah
Hilangnya bagian tubuh, perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun
fungsi, menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu,
menolak melihat bagian tubuh, menolak menyentuh bagian tubuh,
aktivitas sosial menurun.
Sedangkan data subjektif dapat ditemukan pada klien gangguan citra
tubuh adalah menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak
puas dengan hasil operasi, mengatakan hal negatif tentang anggota
tubuhnya yang tidak berfungsi, menolak berinteraksi dengan orang lain,
mengungkapkan keinginan yang terkalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu, sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi,
merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang (zaini, 2019).

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:


a. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan
catat usia klien dan No. RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang
didapat.
b. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang atau dirawat di
rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pengkajian klien
dengan gangguan citra tubuh dapat dilakukan melalui observasi dan
wawancara oleh perawat.
1. Hasil observasi pada klien gangguan citra diri sering ditemukan
adanya perubahan terhadap anggota tubuh baik bentuk maupun
fungsi, hilangnya bagian tubuh, menolak melihat bagan tubuh atau
aktivitas sosial yang menurun
2. Hasil wawancara oleh perawat ditemukan adanya penolakan
terhadap perubahan anggota tubuh saat ini seperti tidak puas dengan
kondisi kesehatannya, mengatakan hal negatif tentang anggota
tubuhnya yang tidak berfungsi, mengungkapkan perasaan tidak
berdaya, tidak berharga dan keputusasaan, menolak untuk
berinteraksi dengan orang lain, mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu, sering
mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi, Merasa
asing terhadap bagian tubuh yang hilang (Carson, 2000).
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga, terjadi trauma yang tiba-tiba harus dioperasi,
kecelakaan, penyakit yang diderita dan tindakan kriminal.
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh adalah:
 Predisposisi Biologis
Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik
(cacat tubuh) atau klien mengalami Perubahan ukuran, bentuk, dan
penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau penyakit).
 Predisposisi Psikologis
Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya, malu
untuk bersosialisasi maupun akibat proses pengobatan yang lama
 Predisposisi sosial budaya
Usia, pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya sehingga mudah mengalami
kecemasan. Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963)
mengemukakan jika tugas perkembangan sebelumnya tidak
terpenuhi dapat menjadi predisposisi terhadap gangguan ansietas.
Gender/jenis kelamin, pelaksanaan peran individu sesuai dengan
jenis kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya
kecemasan.
Peran social, kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain
Agama dan keyakinan, kurang menjalankan kegiatan keagamaan
sesuai dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan
norma yang mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial
dengan orang lain (misalnya laki-laki dengan perempuan) (zaini,
2019).
- Faktor precipitasi
Faktor precipitasi pada klien dengan gangguan citra tubuh (body
image) antara lain (zaini, 2019) :

 Stressor biologis
Adanya kehilangan bagian dan fungsi tubuh, adanya penyakit akut
yang mempengaruhi fungsi tubuh, adanya efek samping pengobatan
kemoterapi dan radiasi, Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus,
perubahan hormonal reproduksi (pubertas, dan menopause) (Kumar et al.,
2013).
 Stressor psikologis
Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya
pemasangan infus, NGT, Trakheostomi, infus, adanya gangguan konsep
diri karena menderita sakit, misalnya cedera, pembedahan, adanya persepsi
yang tidak realistis terhadap penampilan akibat psikosis, anoreksia nervosa
dan bulimia, adanya gambaran diri yang negatif akibat adanya perubahan
bentuk, struktur, fungsi dan penampilan tubuhnya.
Kepribadian : mudah cemas dan introvet atau menutup diri
Moral : tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang
rendah (self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiri)
 Stressor sosial budaya
Adanya krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya, pembatasan yang dilakukan oleh rumah
sakit akibat hospitalisasi, atau pembatasan diri sendiri
Status sosial : aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus), atau
aktif dalam lingkungan kerjanya
Pengalaman social : belum pernah mengalami kehilangan, penolakan
hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak ada
masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba sosial yang
penyakitnya/perubahan fisiknya,
Peran sosial : tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat
perubahan fisik yang sebelumnya dapat mengalami pengalaman kurang
baik akibat dilakukan.

Adapun stressor yang berhubungan dengan body image:


1) Hilangnya bagian tubuh
2) Tindakan operasi
3) Proses patologi penyakit
4) Perubahan struktur dan fungsi tubuh
5) Proses pertumbuhan dan perkembangan
6) Prosedur tindakan dan pengobatan

d. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
pada klien apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa
apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada klien dengan
gangguan citra tubuh terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi nadi atau yang berhubungan dengan penyakit.
e. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh. Penelusuran
genetik yang menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa merupakan
hal yang sulit dilakukan hingga saat ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai. Pada klien dengan gangguan citra
tubuh klien cenderung mengalami penolakan terhadap
perubahan pada tubuhnya, mengungkapkan perasaan negatif
tentang perubahan tubuh, menolak berinteraksi dengan orang
lain sehingga interaksi sosialnya pun berkurang.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki
atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya. Klien dengan gangguan citra tubuh
lebih banyak murung, kurang percaya diri, dan tidak dapat
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut. Pada klien
gangguan citra tubuh tidak mampu melakukan perannya secara
maksimal hal ini ditandai dengan adanya perubahan persepsi
tentang penampilan, struktur, dan fungsi tubuh secara fisik.
Serta tidak bias menjalankan peran seperti orang lain pada
umunya karena merasa kurang percaya diri dengan keadaannya.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien gangguan citra tubuh klien cenderung kurang percaya diri,
selalu merendahkan martabat, dan penolakan terhadap
kemampuan dirinya
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien akan
merasa malu terhadap dirinya, merendahkan martabat,
pandangan hidup pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri,
percaya diri kurang.
3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran
serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Pada klien dengan gangguan citra tubuh interaksi engan
orang lain berubah karena malu dengan keadaannya, klien
cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, klien
menghindari orang lain, hubungan sosial berubah.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien dengan
gangguan citra tubuh lebih banyak murung dan menyendiri
sehingga cenderung tidak melaksanakan fungsi spiritualnya.
(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).

f. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan
baik/berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Klien dengan gangguan citra tubuh bicaranya cenderung
murung, sering terhenti/blocking, lambat, menghindar, tidak
mampu memulai pembicaraan, dan tidak mau mendiskusikan
keterbatasan karena cacat/ perubahan pada tubuh.
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih sering merasa
malu, menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan, fokus
pada penampilan karena mengkhawatirkan pandangan tentang
orang lain akibat perubahan yang terjadi pada tubuhnya,
menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh,
hipomotorik, hipermotorik, TIK, agitasi, grimaseren, tremor
atau kompulsif.
4. Afek dan Emosi
Klien cenderung terlihat sedih dan terlihat murung, labil (emosi
yang cepat berubah-ubah, tanpa suatu pengendalian yang baik),
cemas, gelisah, malu, ketakutan, keputusasaan, khawatir.
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien kontak kurang
(hanya fokus pada pada perubahan tubuh atau penampilan),
mudah tersinggung, cenderung tidak berbicara/ menjawab
pertanyaan dengan kalimat yang banyak. (Azizah, Zainuri, &
Akbar, 2016).
6. Proses pikir
a. Arus pikir
Klien dengan gangguan citra tubuh cenderung blocking
(pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali).
b. Bentuk pikir
Ostistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan
untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapai.
c. Isi pikir
1. Preokupasi: isi pikiran yang terpaku pada sebuah ide
saja, biasanya berhubungan dengan atau bernada
emosional dan sangat kuat.
2. Alienasi/rasa terasing: pikiran/rasa dirinya sudah
menjadi lain, berbeda, asing dan aneh.
3. Pikiran rendah diri: mengungkapkan perasaan negatif
tentang perubahan tubuhnya, merasa bersalah dan
penolakan terhadap perubahan diri dan kemampuan
diri/reaksi orang lain.
4. Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya
yang suram tentang banyak hal di dalam
kehidupannya. (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
7. Tingkat kesadaran
Klien dengan gangguan citra tubuh tingkat kesadarannya
composmentis.
8. Memori
Klien dengan gangguan citra tubuh mampu mengingat memori
jangka panjang ataupun jangka pendek.
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien gangguan citra tubuh memiliki
penurunan tingkat konsentrasi karena selalu berpikir negatif
tentang dirinya
10. Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien dengan gannguan citra tubuh sulit menentukan tujuan dan
mengambil keputusan karena selalu terbayang tentang
ketidakmampuan untuk dirinya sendiri dan keterbatasan dirinya
dalam melakukan sesuatu.
11. Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan
orang lain, kejadian atau lingkungan yang menyebabkan
timbulnya penyakit, perubahan bcitra tubuh atau masalah
sekarang (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
.
d. Kebutuhan perencanaan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL). (Azizah, Zainuri, & Akbar,
2016).
e. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktifitas konstruktif, mengungkapkan perasaan positif tentang
dirinya, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti
menciderai diri, berdiam diri, menghindar, isolasi diri, atau yang
lainnya (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping,
meliputi : aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah, hobi dan
kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri,
pekerjaan atau posisi, hubungan interpersonal, dsb
Mekanisme koping gangguan citra tubuh :
1. Pertahanan koping dalam jangka pendek
2. Pertahanan koping dalam jangka panjang
3. Mekanisme pertahanan ego (muhith, 2015).
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah pada klien gangguan citra tubuh
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Effect)

Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh (core problem)

Penyakit fisik, pembedahan, efek pengobatan, proses tumbuh kembang,


perubahan hormonal, perubahan bentuk tubuh, dsb (etiologi)
(zaini, 2019)

b. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh

1.2.3 Perencanaan Keperawatan


Rencana tindakan keperawatan dirancang untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi pada klien. Secara umum indikator keberhasilan dari
rencana tindakan adalah berkurangnya tanda gejala serta meningkatnya
kemampuan klien dalam mengontrol dan mengatasi tanda gejala gangguan
citra tubuh (Zaini, 2019).
Tujuan umum dari tindakan keperawatan adalah memfasilitasi
aktualisasi diri klien dengan membantu tumbuh, berkembang, menyadari
kemampuan untuk mengkompensasi kekurangan.
Prinsip tindakan keperawatan pada perubahan konsep diri dibagi
menjadi 3 tingkat (Stuart & Sundeen, 1991 ; 396) :
1. Memperluas kesadaran diri (Expanded Self Awareness)
2. Menyelidiki/eksplorasi diri (Self Exploration)
3. Mengevaluasi diri (Self Evaluation)
4. Perencanaan realistis (Realitic Planning)
5. Tanggung jawab bertindak (Commitment to Action)
Tindakan keperawatan berdasarkan tingkatan adalah:
Tingkat 1 : Memperluas kesadaran diri
Prinsip Rasional Intervensi
1. Tingkatkan Menurunkan ancaman 1. Tindakan penerimaan
keterbukaan dan dari sikap perawat yang tidak kaku
hubungan saling terhadap klien dan 2. Dengarkan klien
percaya. membantu klien 3. Dorong
memperluas dan mendiskusikan
menerima semua aspek pikiran dan perasaan
diri. klien
4. Beri respon yang
tidak menghakimi
5. Tunjukkan klien
individu yang berhak
dan bertanggung
jawab terhadap diri
2. Bekerja dengan klien Tingkat kemampuan 1. Identifikasi
dengan tingkat klien seperti menilai kemampuan klien
kemampuan yang realita, control diri atau 2. Mulai dengan
dimiliki klien. integritas ego. penegasan identitas
3. Beri dukungan
4. Pendekatan yang
tidak menuntut
5. Cegah isolasi
6. Ciptakan kegiatan
rutin yang sederhana
7. Beri batasan perilaku
yang tidak sesuai
8. Orientasi kerealitas
9. Beri pujian dan
pengakuan untuk
perilaku yang tepat
3. Maksimalkan peran Kerjasama klien penting 1. Secara bertahap
serta klien dalam untuk menerima tingkatkan peran klien
hubungan terapeutik. tanggung jawab. dalam mengambil
keputusan
2. Tunjukkan bahwa
klien orang yang
bertanggung jawab
Tingkat 2 : Menyelidiki diri
Prinsip :
1. Membantu klien menerima perasaan klien
2. Menolong klien untuk menjelaskan konsep dirinya dan hubungan
dengan orang lan melalui keterbukaan
3. Sadari dan control perasaan perawat
4. Memberi respon empati dan tekankan bahwa kekuatan untuk berubah
ada pada klien

Tingkat 3 : Mengevaluasi diri


Prinsip :
1. Membantu klien untuk menetapkan masalahnya secara jelas
2. Teliti koping klien yang adaptif terhadap masalah yang dihadapi

Tingkat 4 : Perencanaan realistis


Prinsip :
1. Bantu klien mengidentifikasi alternative pemecahan masalah
2. Bantu klien mengkonseptualisasi tujuan yang realistis

Tingkat 5 : Tanggung jawab bertindak


Prinsip :
1. Bantu klien melakukan tindakan yang perlu untuk mengubah respon
maladaptive dan mempertahankan yang adaptif
Rencana Keperawatan (SDKI, 2016).

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA TINDAKAN


RASIONAL
KEPERAWATAN TUM TUK EVALUASI KEPERAWATAN

Gangguan citra Memfasilitasi TUK 1: 1) Klien 1) Bina hubungan saling Hubungan saling
tubuh aktualisasi diri Klien dapat mengungkapkan percaya percaya akan
klien dengan meningkatkan perasaannya - Salam terapeutik menimbulkan
membantu keterbukaan 2) Ekspresi wajah - Komunikasi kepercayaan klien
tumbuh, dan hubungan bersahabat terbuka, jujur dan pada perawat
berkembang, saling percaya 3) Ada kontak mata empati sehingga akan
menyadari 4) Menunjukkan - Sediakan waktu memudahkan dalam
kemampuan perasaan senang untuk pelaksanaan tindakan
untuk 5) Klien mau mendengarkan selanjutnya
mengkompensasi mengutarakan klien
kekurangan. masalah yang - Lakukan kontrak
dihadapi untuk program
asuhan
keperawatan
(pendidikan
kesehatan,
dukungan,
konseling dan
rujukan)
2) Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan
perasaan klien terkait
perubahan tubuh
3) Sediakan waktu
untuk mendengar
4) Katakana pada klien
bahwa ia adalah
seseorang yang
berharga dan
bertanggung jawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
TUK 2 : 1) Klien menerima 1) Diskusikan Dengan mengetahui
Klien dapat perubahan tubuh perubahan struktur, persepsi klien terkait
mengidentifika yang terjadi bentuk atau fungsi gambaran dirinya
si perubahan tubuh akan menentukan
citra tubuh. 2) Diskusikan langkah intervensi
perbedaan selanjutnya
penampilan fisik
terhadap harga diri
3) Diskusikan
perubahan akibat
pubertas, kehamilan
atau penuaan
4) Identifikasi harapan
citra tubuh
berdasarkan tahap
perkembangan
5) Identifikasi budaya,
agama, jenis kelamin
dan umur terkait citra
tubuh
TUK 3: 1) Klien mampu 1) Diskusikan Pujian akan
Klien dapat mempertahankan kemampuan dan menigkatkan harga
menilai aspek yang positif aspek positif yang diri klien
kemampuan dimiliki klien (tubuh,
dan aspek intelektual, keluarga
positif yang oleh klien di luar
dimiliki perubahan yang
terjadi)
2) Beri pujian atas
aspek positif dan
kemampuan yang
masih dimiliki klien
TUK 4: 1) Klien menerima 1) Disukusikan cara Agar klien dapat
Klien dapat perubahan tubuh mengembangkan menerima dan lebih
menerima yang terjadi harapan citra tubuh percaya diri
realita secara realistis
perubahan 2) Anjurkan
struktur, mengungkapkan
bentuk atau gambaran diri
fungsi tubuh terhadap citra tubuh
TUK 5: 1) Klien dapat 1) Diskusikan cara-cara Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat mengidentifikasi yang dapat dilakukan secara mandiri modal
menyusun tindakan yang untuk mengurangi awal untuk
rencana cara- dilakukan untuk dampak perubahan meningkatkan
cara menyelesaikan struktur, bentuk atau kepercayaan diri
menyelesaikan masalah yang fungsi tubuh
masalah yang dihadapi 2) Bantu klien
dihadapi mengurangi
perubahan citra tubuh
3) Dorong klien
memilih cara yang
sesuai
TUK 6: 1) Klien dapat memilih 1) Latih fungsi tubuh Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat cara menyelesaikan yang dimilliki secara mandiri modal
melakukan masalah yang 2) Latih pengungkapan awal untuk
tindakan dihadapi kemampuan diri meningkatkan
pengembalian 2) Klien melaksanakan kepada orang lain kepercayaan diri
integritas cara yang telah maupun kelompok
tubuh dipilih untuk 3) Latih klien untuk
mengatasi masalah merawat diri dan
yang dihadapi peran serta dalam
asuhan klien secara
bertahap
4) Libatkan klien dalam
kelompok klien
dengan masalah
gangguan citra tubuh

TUK 7: 1) Klien memperoleh 1) Diskusikan persepsi Perhatian keluarga


Klien dapat dukungan dari klien dan keluarga dan pengertian
memanfaatkan keluarga tentang perubahan keluarga dapat
system 2) Keluarga citra tubuh membantu mengatasi
pendukung berpartisipasi dalam 2) Jelaskan kepada masalah gangguan
yang ada mengatasi masalah keluarga tentang citra tubuh agar klien
gangguan citra tubuh perawatan perubahan lebih percaya diri
yang dialami klien citra tubuh
3) Tingkatkan
dukungan keluarga
pada klien
Strategi Pelaksanaan Berdasarkan Pertemuan
SP 1 Pasien
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontrak waktu, topic dan
tempat
b) Tanyakan pada klien tentang situasi penyebab timbulnya gangguan citra
tubuh
c) Tanyakan persepsi citra tubuh saat ini
d) Tanyakan tanda-tanda gangguan citra tubuh
e) Tanyakan apa yang biasa dilakukan untuk mengatasi gangguan citra tubuh
f) Diskusikan dengan klien tentang aspek positif dirinya
g) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

SP 2 Pasien
1. Evaluasi keberhasilan SP1
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan penuaan
4. Berikan pujian/reinformance positif atas kemampuan mengungkapkan
perasaan
5. Observasi ekspresi klien pada saat berbicara
6. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

SP3 Pasien
1. Evaluasi kemampuan pasien
2. Meningkatkan kegiatan klien sesuai toleransi kondisi klien
3. Memberi reinforcement positif
4. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariaanya

SP 4 Pasien
1. Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan untuk mengurangi rasa sedih dan gelisah yang
dihadapi klien
2. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah
dibuat
3. Beri motivasi klien untuk dapat berbaur dengan lingkungan social
4. Memberi reinforcement positif
5. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya

SP 5 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh,
intelektual, keluarga) oleh klien di luar perubahan yang terjadi
3. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
4. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
5. Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan
memeberi pujian yang realistis
6. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan hariannya

SP 6 Pasien
1. Evaluasi keberhasilan SP5
2. Diskusikan kemampuan klien yang masih bias digunakan selama sakit
3. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di RS
dan di rumah
4. Dorong klien untuk merawat dirinya danberperan serta dalam asuhan
keperawatan secara bertahap
5. Anjurkan menggunakan alat bantu (missal, pakaian, wig, kosmetik)
6. Latih klien fungsi tubuh yang dimiliki
7. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya

SP 7 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Anjurkan klien mengikuti kelompok pendukung (missal kelompok sebaya)
3. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
4. Monitor apakah klien bias mlihat bagian tubuh yang berubah
5. Manganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya.
SP 8 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Bantu klien melakukan cara yang dipilih
3. Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya protes untuk
bagian tubuh bertemu tongkat
4. Latih peningkatan penampilan diri (missal berdandan)
5. Beri pujian terhadap keberhasilan klien

SP 1 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontrak waktu, topic dan
tempat
2. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi gangguan citra tubuh
3. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
gangguan citra tubuh
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk merawat klien
dengan gangguan citra tubuh
- Pengertian gangguan citra tubuh
- Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
- Latih keluarga cara merawat klien dengan gangguan citra tubuh

SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Melatih keluarga merawat langsung klien
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal untuk merawat klien
1.2.4 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan
Hari / Tgl Dx Kep Tindakan Evaluasi Paraf dan
Jam
Keperawatan Keperawatan Nama
Tanggal dan Gangguan Berisi semua Diisi dengan Dituliskan
tindakan citra tubuh tindakan mengacu pada paraf/tand
melakukan (body keperawatan konsep SOAP a tangan
tindakan image) yang dilakukan maka: perawat
sesuai dengan  Semua respon yang
Dituliskan rencana/kondisi klien (Data membuat
rumusan saat itu baik Subjektif/DS, perencana
diagnose tindakan Data an
keperawata keperawatan Obyektif/DO) tersebut
n mandiri, bersama terhadap dan
klien/keluarga/kl tindakan yang cantumka
ien dan keluarga, dilakukan n nama
rujukan/konsulta  Analisa respon jelasnya
si atau dengan klien
tenaga kesehatan (Analisa/A)
lain (kerja sama). dengan
mengaitkan
pada diagnose,
data dan tujuan
jika ditemukan
masalah baru,
maka dituliskan
diagnose baru
tersebut
 Reancana
lanjutan
(Planing/P)
dapat dituliskan
dengan
mengacu:
Rencana
selesai/tidak
dilanjutkan,
jika tujuan
telah tercapai
secara
paripurna
Rencana
dilanjutkan,
jika hasil
evaluasi sesuai
dengan
beberapa
harapan/tujuan
yang telah
ditetapkan atau
pencapaian
tujuan tersebut
perlu
dimantapkan
kembali untuk
mempertahanka
n keadaan
sampai stabil
Modifikasi
tindakan, jika
semua rencana
telah
dilaksanakan
tetapi tujuan
belum tercapai
atau perlu
perbaikan yang
disesuaikan
dengan
keadaan/kemaj
uan klien
Dibatalkan,
jika hasil
evaluasi
bertentangan/k
ontraindikasi
dengan
diagnose
keperawatan
yang telah
ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, R. F. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta


Selatan: Salemba Medika.

Ifdil, A. U. (2015). Konsep Body Image Remaja Putri. Jurnal Konseling Dan
Pendidikan, Hlm. 55-61.

Lilik Ma'rifatul, Azizah. Imam, Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Cv Andi Offset.

SDKI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat.

Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawataan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan


Klinis Dan Komunikasi. Sleman, Yogyakarta: Cv Budi Utama.

Anda mungkin juga menyukai