Disusun Oleh :
Laporan ini disusun guna memenuhi target Blok 11 (Asuhan Kebidanan Holistik pada
Kegawatdaruratan Neonatal) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya
Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Ayu Agustina Sukamto, S.Kep.Ns Titi Maharani, M. Keb Queen Khoirun Nisa’ Mairo, M. Keb
NIP. 1706960 NIP. 19850320 200604 2 003 NIP. 19821213 200801 12 007
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul“Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada
Kegawatdaruratan Neonatal di Ruang Zam-Zam (NICU) Rumah Sakit Islam
Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 11 pada
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran
dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
2. Ibu Ayu Agustina S, S.Kep. Ns, selaku Kepala Ruang Zam-Zam (NICU) sekaligus
pembimbing lahan yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun
laporan ini.
3. Ibu Titi Maharani, M.Keb, selaku pembimbing pendidikan I yang telah memberi arahan,
masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
4. Ibu Queen Khoirun Nisa’ Mairo, M.Keb, selaku pembimbing pendidikan II yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal
baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi penulis pada khususnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman :
Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
BABIPENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik............................................................................................... 2
1.3 Lama Praktik................................................................................................. 2
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 22
BAB V PENUTUP............................................................................................. 25
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 25
5.2 Saran.............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan napas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penyebab mortalitas
dan morbiditas yang tinggi pada masa neonatus. Hal ini terutama disebabkan karena
kompleknya faktor penyebab. Neonatus dianggap menderita gangguan nafas apabila
ditemukan gejala dipsnea dan sianosis yang disertai dengan meningkatnya frekuansi nafas
(lebih dari 60 kali per menit) di sampingitu, neonatus juga memperlihatkan adanya retraksi
otot pernafasan (epigastrium,suprasternal, atau intercostal) dan pada ekspirasi neonatus
merintih karenaberusaha mengeluarkan udara pernapasan keadaan ini dikenal dengan
transient tachypnea of the newboarn. Kelompok gejala ini sulit dibedakan dengan penyakit
lain pada masa neonatus. Beberapa kelainan kardiovaskuler, kelainanbawaan, kelainan umum
lain di luar saluran nafas sering memperlihatkan gejalayang sama, maka sebelum penyebab
diketahui pasti, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengusahakan agar fungsi
pernafasan dapat berlangsungsecara optimal.
Transient tachypnea of the newborn (TTNB) merupakan kondisi yanng tidakjarang
ditemukan pada neonatus, baik yang lahir normal ataupun dengan sectio caesarea. Keadaan
ini sering disebut pula sebagai sindrom gangguan nafas tipe II;kelainan terjadi beberapa
waktu setelah lahir dan biasanya dapat sembuh dalamwaktu hari.
Gejala yang ditemukan pada dengan transient tachypnea of the newborn tidak terlalu
berat, tapi sering disertai dipsnea, takipnea dengan retraksi,dan rintihan saat ekspirasi.
Sianosis yang timbul biasanya dapat diatasi dengan pemberian oksigen yang minimal.
Penyebab kelainan ini belum jelas. Kemungkinan gangguan terjadi karena absorpsi cairan
paru yang berlangsung lambat saat lahir.Beberapa keadaan lain seperti aspirasi cairan amnion
atau aspirasi lendir juga diduga sebagai faktor penyebab gangguan ini.
Salah satu fator penyebab terjadnya TTNB yaitu karena Sindroma aspirasi mekonium
(SAM), yang merupakan sekumpulan gejala yangdiakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion
mekonial ke dalam saluran pernapasan bayi.Sindroma aspirasi mekonium adalah salah satu
penyebab yang paling sering terjadinya kegagalan pernapasan pada bayi baru lahiraterm
maupun post-term. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar,
dan pankreas janin,debris seluler, cairan amnion, serta lanugo.Cairan amnion mekonial
terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup bulan(aterm), tetapi SAM terjadi
1
2
pada 4-10% daribayi-bayi ini, dan sepertiga diantaranya membutuhkan bantuan ventilator.
Adanya mekonium pada cairan amnion jarang dijumpai pada kelahiran preterm. Resiko SAM
dan kegagalan pernapasan yang terkait meningkat ketika mekoniumnya kental dan apabila
diikutidengan asfiksia perinatal. Beberapa bayi yang dilahirkan dengan cairan amnion
mekonial memperlihatkan distres pernapasan walaupun tidak ada mekonium yang terlihat
dibawah korda vokalis setelah kelahiran. Padabeberapa bayi, aspirasi mungkin terjadi
intrauterin, sebelum dilahirkan.
Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan terjadinnya takipnea transien pada
neonatus antara lain terjadi pada bayi prematur, makrosomia, pada neonatus cukup bulan yang
lahir secara normal atau seksio sesarea, neonatus dari ibu diabetes danasma. Langkah yang
perlu dilakukan dalam perawatan neonatus dengan takipnea transien antara lain melakukan
pemantauan yang ketat terhadap suhu tubuh, nadi,frekuensi nafas dan keadaan umum bayi
(Kosim, 2008).
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi tidak
menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah
plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon
dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir
(tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya dan
paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa
kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah atau
sistem limfatik. Bayi dengan TTNB mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru
atau pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan
untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam
untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
2.1.3 Tanda dan Gejala
1 Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60x/menit
2 Napas cuping hidung (nasalflare)
3 Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal)
4 Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
5 Grunting atau merintih/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas.
Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTNB tampak seperti bayi lainnya.
3
4
2.1.4 Penatalaksanaan
Bayi dengan TTNB diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU
(perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar
oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar
oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan. Jika bayi tetap
berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive
airway pressure(CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-
paru.Dengan CPAP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara
berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru
tetap terbuka selama pernapasan.
Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang
terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga
bayi tidak dapat mengisap, menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka
infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula darah
bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTNB biasanya akan
membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTNB sudah tidak ada. Jika
keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya
yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTNB umumnya bayi akan pulih
sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi
kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan
pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini
muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.
2.1.5 Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti :
2.2.4 Penatalaksanaan
Proses pengelolaan hiperbilirubinemia saat ini adalah mengendalikan konsentrasi
bilirubin supaya tidak mencapai nilai tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya kern-
ikterus. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung dari keadaan
penderita dan penyebabnya. Selain itu penanganannya harus disesuaikan dengan kemajuan
ilmu dan penelitian di bidang kedokteran.
Cara pengendalian hiperbilirubinemia yang dapat dilakukan, adalah menstimulasi
konjugasi bilirubin, misalnya dengan glukose atau pemberian albumin; menambah zat-zat
yang kurang dalam transportasi dan metabolisme bilirubin, misalnya albumin dan glukose,
melakukan fotoisomerisasi dengan terapi sinar, membatasi siklus enterohepatik, misalnya
dengan memberikan minuman oral secara dini, pemberian kolesteramin (questran),
mengeluarkan bilirubin secara mekanis dengan transfusi tukar, serta mengatasi penyebab bila
mungkin.
2.2.5 Fototerapi
7
Fototerapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang
menggunakan lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk
menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
Cara melakukan fototerapi adalah sebagai berikut :
Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar
Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang memantulkan cahaya
Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm
Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali
Lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam
Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam
Lakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala terutama pada pasien yang mengalami
hemolisis
Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar
Berikan atau sediakan lampu masing-masing 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun
secara paralel
Berikan air susu ibu yang cukup. Pada saat memberikan ASI, bayi dikeluarkan dari
tempat terapi dan dipangku (posisi menyusui), penutup mata dibuka, serta diobservasi
ada tidaknya iritasi.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Pada Kasus TTNB (Transient Tachypnea of the Newborn)
2.3.1 Data Subjektif
8
a. Identitas Bayi
Nama bayi : untuk mengetahui nama bayi
Umur bayi : umut diperlukan untuk menginterpretasi apakah data
pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai dengan
umurnya.
Tanggal/jam lahir : untuk mengetahui umur bayi
Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan penilaian data
pemeriksaan klinis
b. Identitas Orangtua
Nama Ibu/Ayah : untuk mengetahui identitas orangtua bayi
Umur : untu mengetahui umur orangtua bayi
Agama : untuk memberikan bimbingan rohani kepada keluarga sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan dan pengetahuan orang
tua bayi, serta untuk menentukan penyampaian KIE dan
edukasi kesehatan.
Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga.
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien. Disamping itu setelah
pasien pulang mungkin diperlukan kunjungan rumah untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi serta
keadaan ibu
c. Keluhan utama : untuk mengetahui keluhan utama pasien yaitu keluhan atau
gejala yang menyebabkan pasien dibawa ke Ruang NICU. pada kasus TTNB bayi
terlihat bernafas sangat cepat (takipnea) lebih dari 60 x/ menit, terdapat retraksi
dinding dada. Pada kasus bayi dengan ikterus neonatorum, orang tua bayi
akanmengeluh kulit dan mata bayinya terlihat kuning, mungkinjuga akan disertai
dengan keluhan lainnya seperti perutmembuncit, kemampuan menghisap bayi lemah
dan tidakmau menyusui yang akan membuat produksi bilirubinmakin tinggi karena
kurangnya intake ASI yang dapatmempengaruhi usus untuk memproses
pembuanganbilirubin dari tubuh bayi.
2. Pengukuran tanda-tandavital
10
a) Nadi
Nadi normal adalah 110-120 menit.Bila nadi tidak normal mungkin ada kelainan
gangguan suhu tubuh atau gangguan pernapasan.
b) Pernapasan
Pernapasan normal adalah 24-28 kali/menit. Pada kasus TTNB mengalami takipnea,
pernafasan lebih dari 60 x/ menit
c) SuhuBadan
Suhu badan normal adalah 36,50C - 37,50C . Bila suhu lebih tinggi dari
37,50Ckemungkinan ada infeksi.
d) Panjang Badan
Panjang badan dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran < 45cm.
e) Berat Badan
Berat badan lahir jika kurang dari 2.5 kg atau lebih 4 kg termasukresiko.
3. Kepala danLeher
a) Apakah ada edema pada wajah, adakah tanda lahir, lingkar kepala dan tanda caput
atau cephalhaematom.
b) Pemeriksaan mata pada kasus bayi dengan ikterus biasanya ditemukan konjungtiva
tampak berwarna kuning.
c) Pada hidung adakah pengeluarancairan, apakah ada pernafasan cuping hidung (PCH).
Pada kasus TTNB biasanya terdapat pernafasan cuping hidung (nasal flare).
d) Pada mulut untuk mengetahui adakah sianosis atau tidak. Pada kasus TTNB biasanya
mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
e) Telinga adakah pengeluaran serumen , dan bentuk dauntelinga normal atau tidak
f) Leher pada kasus bayi dengan ikterus kremer 3, biasanya kulit tampak kuning pada
bagian kepala, leher, dada, abdomen sampai tungkai
4. Dada
Memeriksa bentuk, Puting , areola warnanya. dan lingkar dada. Memeriksa apakah ada
retraksi dinding dada atau tidak. Pada kasus TTNB sela iga cekung saat bernafas
( retraksi intercostal). Serta terdapat grunting / merintih saat bayi mengeluarkan nafas.
Pada kasus bayi dengan ikterus kremer 3 dapat ditemukan kulit berwarna kuning pada
bagian kepala, leher, dada, abdomen sampai tungkai.
5. Abdomen
11
Bentuk , kulit tipis , tidak kembung, tali pusat basah dan tidakberdarah. Pada kasus
bayi dengan ikterus kremer 3 dapat ditemukan kulit berwarna kuning pada bagian
kepala, leher, dada, abdomen sampai tungkai.
6. Genetalia
Labia mayora menutupi labia minor pada bayi perempuan, dan apakah testis sudah
turun pada bayi laki-laki.
7. Ekstremitas : Apakah lengkap, adakah kelainan atau tidak. Adakah sianosis, Refleks
Grap, sucking refleks , rooting refleks dan refleks morro
2.3.3 Analisa Data
Diagnosa :By. Ny. X…… usia…. Dengan TTNB (Transient Tachypnea of the Newborn) dan
Ikterus
2.3.4 Penatalaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi,
dan rujukan (Kemenkes, 2011)
Penatalaksanaan pada kasus TTNB adalah sebagai berikut :
1. Memberikan oksigen tambahan baik dari selang dibawah hidung atau kotak oksigen
(headbox).
2. Jika kondisi bayi masih belum membaik maka diberikan continuous positive airway
pressure (CPAP)
3. Jika kondisi masih tidak baik maka bisa dilakukan pemasangan ventilator
Penatalaksanaan pada kasus Ikterus dalah sebagai berikut :
Tujuan utama adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai
yang dapat menimbulkan kerusakan kern-ikterus/ensefalopati biliaris, serta mengobati
penyebab langsung ikterus. Konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung ini dapat
dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukuronil transferase dengan pemberian obat
seperti luminal atau agar. Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin
(plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi
sinar ata utransfusi hikan, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kadar bilirubin
(Corwin, 2009; h. 661).
a) Ikterus fisiologis
12
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus fisiologis adalah sebagai
berikut:
Lakukan perawatan bayi sehari-hari
Pemberian nutrisi secara adekuat, terutama ASI
Bagi sebagian besar bayi dengan kenaikan bilirubin ringan, fototerapi adalah
penatalaksanaannya
Ikterus akibat pemberian ASI, tidak perlu terapi
(Corwin, 2009; h. 661)
b) Ikterus patologis
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ikterus patologis :
Lakukan observasi dengan derajat ikterus, keadaan umum, dan TTV
Lakukan pencegahan hipotermi
Lakukan rujukan bila terjadi ikterus patologi
Pemberian nutrisi adekuat terutama ASI
(Saifuddin, 2007; h.383)
2.3.5 Implementasi
Diagnosa : By. Ny. X… usia … dengan TTNB (Transient Tachypnea of the Newborn)
dan Ikterus
Tujuan asuhan pada kasus bayi dengan TTNB : TTNB dapat teratasi dengan baik,
Kriteria :
TTV dalam batas normal
RR :< 60 x/ menit
Tidak ada retraksi intercostal
Intervensi :
1. Penanganan awal jika bayi mengalami pernafasan lebih dari 60 x/ menit maka langkah
awal diberikan oksigen
2. Jika kondisi tidak segera membaik maka bisa dilakukan pemasangan CPAP
3. Jika kondisi masih belum membaik maka dilakukan pemasangan ventilator
13
Tujuan pada bayi dengan kasus Ikterus: untuk mengendalikan agar kadar bilirubin
serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kerusakan kern-ikterus / ensefalopati
biliaris, serta mengobati penyebab langsung ikterus.
Kriteria Hasil :
1. Kadar bilirubin tidak menyimpang dari normal (<10 mg/dl)
2. Warna kulit normal (tidak ikterik)
3. Refleks menghisap baik
4. Mata bersih (tidak ikterik)
5. Berat badan tidak menyimpang dari rentang normal
6. Eliminasi usus dan urin baik (warna urin dan feses tidak pucat)
2.3.6 Evaluasi
Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien
dan/atau keluarga. Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu
sebagai berikut:
Evaluasi dari kasus TTNB ini adalah bayi bisa bernafas dengan normal, tidak
ada retraksi dinding dada.
Berdasarkan kriteria hasil dalam perencanaan diatas adalah sebagai berikut :
1. Kadar bilirubin tidak menyimpang dari normal (<10 mg/dl)
2. Warna kulit normal (tidak ikterik)
3. Refleks menghisap baik
4. Mata bersih (tidak ikterik)
5. Berat badan tidak menyimpang dari rentang normal
6. Eliminasi usus dan urin baik (warna urin dan feses tidak pucat)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 23 November 2020
Pukul : 12.00 WIB
Oleh : Windy Ayu Lestari
3.1. Data Subjektif
3.1.1. Biodata
Nama : By. Ny. S
Tanggal Lahir : 22-11-2020
Umur : 1 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
14
15
makanan bergizi seimbang). Kebiasaan ibu ketika hamil, sejak usia kehamilan 4 bulan,
gemar mengonsumsi jamu kunyit asam, buatan orangtuanya (ibunya berjualan jamu).
Intranatal :
Ibu melahirkan di VK RSI A. Yani, bayi lahir tanggal 22 November 2020, pukul
14.50 WIB, dengan usia kehamilan 37-38 minggu. Dengan cara persalinan Spt-B,
ditolong oleh Bidan. Berat Badan Lahir : 3522 gram, Panjang Badan : 50 cm, Lingkar
Kepala : 34 cm, Jenis Kelamin : Laki-laki, Apgar skor: 7-8, dengan ketuban
meconium berwarna hijau. IMD dilaksanakan.
Postnatal :
By Ny “S” ketika lahir mengalami sesak nafas, terdapat PCH (+), retraksi
interkosta, merintih serta terdapat sianosis.Bayi dipindah ke Ruang Zam-Zam (NICU)
RSI Surabaya A. Yani untuk dilakukan penanganan dan observasi lebih lanjut.
Injeksi Vitamin K : telah diberikan pada tanggal 22-11-2020 di R. Zam-Zam
Tetes Mata Sagestam : telah diberikan pada tanggal 22-11-2020 di R. Zam-Zam
Uniject Hb-0 : telah diberikan tgl 24-11-2020 di R. Zam-Zam
3.1.4. Riwayat Kesehatan Ibu : ibu mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat
penyakit menular (Hepatitis, HIV, TBC), maupun menurun (Diabetes, Hipertensi,
Jantung).
3.1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu :ibu mengatakan orangtuanya (ibu) menderita
penyakit diabetes.
3.1.6. Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi : berdasarkan advise dr.Sp A bayi coba diberi ASI 6x1 cc
Eliminasi : bayi sudah BAB (mekonium) dan BAK (berwarna kuning
jernih) ± 56 gram
Istirahat :bayi istirahat (tidur) dengan nyaman
Personal hygiene : popok bayi sudah diganti, bayi belum dimandikan
3.1.7. Keadaan Psikologi Sosial Budaya
Kelahiran By.Ny “S” merupakan kelahiran anak pertama yang sangat dinantikan
oleh orangtua dan keluarganya. Ketika ibu hamil terdapat kebiasaan minum jamu
kunyit asam, dikarenakan orangtuanya berjualan jamu.
3.3. Assasement
Neonatus Aterm usia 22 jam dengan TTNB (Transient Tachypnea of the Newborn)
3.4. Penatalaksanaan
Tanggal : 23 November 2020
JAM PENATALAKSANAAN PARAF
18
12.00 Melakukan observasi TTV
e/ S: 36,8 0C RR : 62 x/mnt HR : 132 x/mnt, Sp O2: 98 %
12. 10 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bayi
e/ ibu telah mengetahui kondisi bayinya
12.20 Memfasilitasi ibu untuk memerah ASI
e/ ASI telah keluar kanan (+), kiri (+)
12.30 Menjelaskan kepada ibu untuk rutin memompa ASI nya untuk
diberikan kepada bayinya
e/ ibu mengerti dan bersedia
12.45 Menjelaskan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
seimbang dan istirahat yang cukup agar melancarkan produksi
ASI
e/ ibu mengerti penjelasan yang telah diberikan dan bersedia
menerapkannya
13.00 Memberikan posisi yang nyaman bagi bayi
e/ bayi merasa nyaman dan tertidur pulas
13.30 Memantau kondisi bayi, dan memastikan bayi dalam keadaan
stabil
Catatan Perkembangan :
Tanggal : 24-11-2020
Data Rekam Medis:
Aff CPAP pukul 03.00 (a/i frekuensi pernafasan telah turun dan bayi sudah dapat bernafas
secara spontan, tanpa memerlukan alat bantu), dengan pendeskripsian sebagai berikut:
19
1. Pada hari pertama perawatan di NICU, tanggal 27-11-2020 pukul 16.00, bayi
mendapatkan CPAP dengan PEEP 7 , FiO230%, SPO2 : 88
2. Pada tanggal 27-11-2020, bayi mengalami perbaikan TTV, sehingga pada pukul 03.00
CPAP diturunkan menjadi PEEP 6, FiO2 25%, SPO2: 96, mulai pukul 08.00 diturunkan
menjadi PEEP 6, FiO2 21%, SPO2: 98
3. Pada tanggal 28-11-2020 pukul 02.00 CPAP diturunkan kembali menjadi PEEP 5, FiO2
21%, SP O2: 98, kemudian pada pukul 03.00 CPAP coba dilepas, dan setelah dilakukan
pemantauan keadaan bayi, tidak ditemukan gawat nafas dan bayi dapat beradaptasi
dengan baik, sehingga bayi sudah bisa bernafas secara spontan.
Advise dr. Risky Vitria P, Sp.A(K) :
- Cek bilirubin direk dan bilirubin total
- Infus D10% 1:5 (270 cc/24 jam)
- Minum ASI/PASI 8 x 10 cc / adlib
S :
O : Bayi tampak kuning (ikterik) pada bagian sklera, kepala sampai abdomen.
A : Neonatus Aterm usia 2 hari dengan TTNB + Ikterus Kremer 3
P :
09.00 1. Melakukan Observasi TTV dan Mengganti Popok
e/ S : 36,6 0C, HR: 120 x/mnt, RR : 40 x/mnt , BAK (+), BAB (+) ampas,
berwarna kuning
09.30 2. Membantu memfasilitasi pemenuhan nutrisi bayi ( PASI 60 cc)
e/ bayi menyusu dengan adekuat, tidak muntah dan tidak gumoh
10.00 3. Melakukan thermoregulasi
e/ bayi sudah dibedong, akral hangat, kering, merah
10.30 4. Memberikan posisi yang nyaman bagi bayi
e/ bayi merasa nyaman dan tertidur pulas
12.00 5. Melakukan observasi TTV
e/ S : 36,8 0C HR : 126 x/mnt RR : 43 x/mnt
13.00 6. Memantau tanda-tanda bahaya pada bayi
Catatan Perkembangan :
Tanggal : 25-11-2020
Data Rekam Medis:
Advise dr. Risky Vitria P, Sp.A(K) :
- Cek bilirubin direk dan bilirubin total
- Infus D10% 1:5 (220 cc/24 jam) (jika minum pintar tanpa muntah boleh Aff infus)
- Minum ASI/PASI 8 x 20-25 cc / adlib
- Bila bilirubin D/T ≥ 10 : Foto therapy 1 x 24 jam
Terapi dan tindakan yang telah didapat:
20
Pemerian injeksi Uniject (Hb-0)
Aff infus
Pengambilan darah untuk cek kadar bilirubin (Hasil Bilirubin Direk 1,3 mg/dL, Bilirubin
Total 10,85 mg/dL)
S :
Bayi telah mulai mendapatkan fototherapy 1x24 jam ke-I mulai sejak pukul 06.00
O :
(fototherapy s/d 26-11-2020 pukul 06.00)
A : Neonatus Aterm usia 3 hari dengan TTNB + Ikterus Kremer 3
P :
09.00 1. Melakukan Observasi TTV
e/ S : 370C, HR: 120 x/mnt, RR : 44 x/mnt akral hkm, gerak tangis aktif
09.10 2. Mengganti popok bayi
e/ BAK (+)
09.15 3. Membantu memfasilitasi pemenuhan nutrisi bayi (PASI 60 cc)
e/ bayi menyusu dengan adekuat, tidak muntah dan tidak gumoh
10.00 4. Memantau tanda-tanda dehidrasi dan tanda gangguan integritas kulit pada bayi
e/ tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi maupun gangguan integritas kulit
11.00 5. Memantau pemberian fototherapy dan memastikan penutup mata tetap
terpasang dengan benar
11.30 6. Memberikan posisi yang nyaman bagi bayi
e/ bayi telah diubah posisinya menjadi posisi miring kanan
12.00 7. Melakukan observasi TTV
e/ S : 37,2 0C, HR : 128 x/mnt, RR : 43 x/mnt
13.00 8. Membantu memfasilitasi pemenuhan nutrisi bayi (PASI 60 cc)
e/ bayi menyusu dengan adekuat, tidak muntah dan tidak gumoh
Catatan Perkembangan :
Tanggal : 26-11-2020
Data Rekam Medis:
Terapi dan tindakan yang telah didapat:
- Pengambilan darah untuk cek kadar bilirubin (Hasil Bilirubin Total 8,5 mg/dL)
Advise dr. Risky Vitria P, Sp.A(K) :
- Aff infus
- Minum ASI/PASI adlib
- ACC KRS
S :
O : Fototherapy 24 jam s/d jam 06.00, telah selesai. Ikterik tampak berkurang
A : Neonatus Aterm usia 4 hari dengan Post TTNB + Post Fototherapy
P :
21
09.00 1. Melakukan Observasi TTV
e/ S : 37 0C, HR: 146 x/mnt, RR : 46 x/mnt , akral hangat, gerak tangis aktif
09.20 2. Membantu memfasilitasi pemenuhan nutrisi bayi PASI 60 cc
e/ bayi menyusu dengan adekuat, tidak muntah dan tidak gumoh
09.35 3. Mengganti popok bayi
e/ BAK (+) warna kuning jernih ± 25 cc.
09.45 4. Menginformasikan kepada orangtua bayi bahwa bayinya telah ACC KRS
e/ orang tua bayi telah mengerti dan segera menuju ke rumah sakit
10.30 5. Menyiapkan pasien KRS
- Mengganti baju dan membedong bayi
- Melepas gelang pasien
10.45 6. Memberikan edukasi kesehatan kepada ibu bayi dan keluarga mengenai:
- Pentingnya pemberian ASI Eksklusif
- Perawatan bayi baru lahir
- Cara perawatan tali pusat
- Tanda bahaya bayi baru lahir
- Menganjurkan ibu untuk mebawa bayinya berjemur ketika pagi hari
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tiap 1-2 jam
11.00 7. Menjelaskan kepada ibu mengenai jadwal kontrol bayi (pada tanggal 04-12-
2020 , pukul 16.30 WIB, di Poli Anak)
e/ ibu mengerti mengenai jadwal kontrol ulang yang telah dijelaskan dan
bersedia
BAB IV
PEMBAHASAN
22
23
menggunakan alat bantu nafas, sehingga CPAP dilepas. dimana, kriteria menghentikan
pemakaian CPAP yaitu :
Setelah CPAP dipasang, bayi bisa bernapas dengan mudah dan terlihat penurunan
frekuensi napas dan retraksi. FiO2 harus diturunkan secara bertahap 25% dengan
dipandu “pulse oxymeter” atau hasil gas darah. Kebutuhan FiO 2 biasanya turun menjadi
25% atau udara ruangan.
Jika bayi sudah nyaman bernapas dengan CPAP dan FiO 2 21%, maka harus dicoba
untuk melepaskannya dari CPAP. Prong nasal harus dilepas dari corrugated tubing saat
selang masih di tempatnya. Bayi harus dinilai selama percobaan ini, apakah mengalami
takipnea, retraksi desaturasi oksigen, atau apnea. Jika tanda tersebut timbul, percobaan
dianggap gagal. CPAP harus segera dipasang lagi pada bayi, paling sedikit satu hari
sebelum dicoba lagi di hari berikutnya.
Berdasarkan teori tersebut didapatkan bahwa, terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus,
yaitu pada kasus By. Ny. “S”:
1. Pada hari pertama perawatan di NICU, tanggal 27-11-2020 pukul 16.00, bayi
mendapatkan CPAP dengan PEEP 7 , FiO230%, SPO2 : 88
2. Pada tanggal 27-11-2020, bayi mengalami perbaikan TTV, sehingga pada pukul 03.00
CPAP diturunkan menjadi PEEP 6, FiO2 25%, SPO2: 96, mulai pukul 08.00 diturunkan
menjadi PEEP 6, FiO2 21%, SPO2: 98
3. Pada tanggal 28-11-2020 pukul 02.00 CPAP diturunkan kembali menjadi PEEP 5, FiO2
21%, SP O2: 98, kemudian pada pukul 03.00 CPAP coba dilepas, dan setelah dilakukan
pemantauan keadaan bayi, tidak ditemukan gawat nafas dan bayi dapat beradaptasi
dengan baik, sehingga bayi sudah bisa bernafas secara spontan.
Advise dr. Risky Vitria P, Sp.A(K) :
- Cek bilirubin direk dan bilirubin total
- Infus D10% 1:5 (270 cc/24 jam)
- Minum ASI/PASI 8 x 10 cc / adlib
Pada hari ke-3 perawatan, ditemukan pula masalah baru pada By. Ny “S”, yaitu bayi
mengalami kuning, pada sklera, kulit wajah, leher sampai dengan dada. Ikterus neonatorum
adalah perubahan warna menjadi kuning yang terjadi pada neonatus atau bayi-bayi baru lahir.
Perubahan warna ini dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit. Berdasarkan klasifikasi
derajat ikterus, menurut Kremer, didapatkan bahwa By. Ny “S” mengalami ikterus kremer 3.
Pada pemeriksaan bilirubin, didapatkan bilirubin direk : 1,35 dan bilirubin total 10,85 dan
berdasarkan advise dr.Sp A, By. Ny “S” perlu mendapatkan penatalaksanaan fototherapy 1 x
24
24 jam (Fototherapy 1x24 jam, mulai pada 25-11-2020 pukul 06.00 s/d 26-11-2020 pukul
06.00). Pada hari ke-4 perawatan, masalah ikterus pada bayi telah teratasi, sehingga
fototherapy tidak perlu ditambah, dan berdasarkan advise dr.SpA, bayi diizinkan untuk KRS,
dan dijadwalkan untuk kontrol di Poli Anak, pada 1 minggu kemudian.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kasus TTNB (Transient Tachypnea of the Newborn) merupakan penyakit ringan pada
bayi mendekati cukup usia atau cukup usia yang memperlihatkan gawat pernafasan segera
setelah kelahiran. Keadaan ini terjadi ketika bayi gagal membersihkan jalan napas dari cairan
paru, mukus, atau memiliki cairan berlebih di dalam paru akibat aspirasi. TTNB memerlukan
penanganan dan pengawasan yang cermat. Penatalaksanaan umum pada kasus TTNB yaitu
pemberian oksigen, pemberian asupan setelah takipnea membaik, mengkonfirmasi diagnosis
dengan menyisihkan penyebab takipnea lain, misalnya pneumonia, penyakit jantung
konginetal, hyaline membrane disease (HMD) dan hiperventilasi serebral. Pada kasus By. Ny.
“S” bayi diberikan CPAP, karena menunjukkan gejala mengalami masalah gawat nafas
sehingga harus dipertimbangkan untuk menggunakan CPAP, dimana kriteria untuk memulai
pemberian CPAP yaitu :
Frekuensi napas >60 x/mnt
“Merintih (grunting)” dalam derajat sedang sampai parah
Retraksi napas
Saturasi okigen < 93 % (preduktal)
Kebutuhan oksigen > 60%
Sering mengalami apnea
5.2. Saran
5.2.1. Pasien
Orangtua pasien diharapkan dapat memberikan perawatan bayi baru lahir dengan baik
dan benar, memantau keadaan bayinya ketika di rumah serta segera membawa bayi ke
fasilitas kesehtan bila ditemukan tanda bahaya pada bayi.
5.2.2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memperdalam kembali, pengkajian yang dilakukan ke
pasien, sehingga tepat dalam memberikan asuhan secara komprehensif.
5.2.3. Pendidikan
Pihak pendidikan diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai permasalahan pada
kegawatdaruratan neonatal. Supaya ada gambaran dalam memberikan asuhan.
5.2.4. Rumah Sakit
Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terutama pada bayi dengan
kondisi kegawatdaruratan neonatal terutama kasus TTNB.
25
DAFTAR PUSTAKA
Broker, C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan, (Edisi Bahasa Indonesia) alih bahasa Andry
Hartono et al. Jakarta: EGC
Dwijayanti, Juwita. Dkk. 2013.Tindakan Seksio Sesaria Dan Kejadian Transient Tachypnea
Of Newborn (Ttn). Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
https://docplayer.info/72614294-Asuhan-keperawatan-pada-bayi-dengan-transient-tachypnea-
of-the-new-born.html
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakata : Fitramaya.
26