Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL PADA


NY. T USIA 39 TAHUN G4P2A1 HAMIL 39 MINGGU DENGAN
PREEKLAMPSIA RINGAN DI PMB RIA TISNAWATI TAHUN 2021

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Pada


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Oleh
PUTRI KARTINI
NIM. PO.71.24.4.20.014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2021
-_!

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF

o'Asuhan Ketridanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

di PMB Ria Tisnawati"

Disusun Oleh

PUTRI KARTINI
PO.71 .24.4.24.U4

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Praktik


0
ir

Ria Tisnarvati" Am. Keb ( )

Pembimbing Institusi

Eprila, SST, M. Keb (..... )


NrP. 1 98 1 04152002t22002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Prof'esi Bidan

Elita T, M.Keb
NIP. 197305 91993012001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Komprehensif terkait Asuhan Kebidanan pada ibu hamil. Penulisan Laporan
Komprehensif ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Kebidanan
Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Program Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang
2. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
3. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Ibu Eprila, SST, M.Keb selaku Pembimbing Institusi
5. Ibu Ria Tisnawati, Am. Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik
6. Seluruh pegawai PMB Ria Tisnawati
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................... 5
A. Kajian Masalah Kasus ..................................................................................... 5
B. Kajian Teori ...................................................................................................... 5
BAB III ………………………………………………………………….………12
A. Pengkajian ....................................................................................................... 12
B. Analisis .......................................................................................................... 15
C. Penatalaksanaan ............................................................................................. 15
BAB IV ................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria dan oedema, yang
kadang-kadang disertai komplikasi sampai koma.Gejala preeklampsia ringan
seperti hipertensi, oedema, dan proteinuria sering tidak diperhatikan, sehingga
tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan
eklampsia (Prawirohardjo S, 2014: 532).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Dunia mencapai angka 289.000 jiwa
dimana dibagi atas beberapa negara antara lain Amerika Serikat mencapai
9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka
kematian ibu (AKI) di Negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia
(39/100.000 kelahiran hidup), Thailand (44/100.000 kelahiran hidup),
Fhilipina (170/100.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (60/100.000
kelahiran hidup), Vietnam (160/100.000 kelahiran hidup), serta Singapura
(3/100.000 kelahiran hidup).Jumlah AKI di Indonesia masih tergolong tinggi
jika dibandingkan dengan negara asia tenggara lainnya (WHO, 2014).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia penyebab kematian ibu tertinggi pada
tahun 2013 adalah perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), infeksi,
partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia didominasi oleh
tiga penyebab utama yaitu perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan
(Preeklamsia) dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah
berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan,
sedangkan proporsi preeklamsia semakin meningkat.Lebih dari 30%
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh Hipertensi Dalam
Kehamilan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Kementerian kesehatan menjelaskan bahwa hipertensi merupakan penyakit
yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita yang sedang hamil. Hal
ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi bayi yang akan dilahirkan,
karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kejadian ini
persentasenya 12% dari kematian ibu di seluruh dunia. Kemenkes tahun 2013

1
menyatakan bahwa hipertensi meningkatkan angka kematian dan kesakitan
pada ibu hamil (Kemenkes, 2015 ).
Pada jumlah kasus kematian maternal di Sumatera Selatan (2017)
disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang sangat dominan dari penyebab
kematian ibu pada tahun 2017 adalah perdarahan 37 kasus, hipertensi dalam
kehamilan 35 kasus, Faktor lain-lain 21 kasus, dan dikuti oleh Gangguan
Sistem Peredaran Darah 8 kasus (jantung, storke, dll), Infeksi 4 kasus dan
Gangguan Metabolik (Diabetes melitus, dll) 2 kasus (Dinas Kesehatan
Provinsi Sumsel, 2017).
Hasil dari penelitian oleh Rahayuti dan Husniawati pada tahun 2013 yang
menyatakan bahwa ada hubungannya preeklamsia dengan faktor pengetahuan
ibu yang kurang mengetahui tentang detiksi dini terjadinya preeklamsia yaitu
dengan rajin melakukan kunjungan antenatal selama trimester III ataupun
trimester sebelumnya karena melakukan kunjungan antenatal yang teratur
adalah Langkah untuk mengetahui apakah ada kelainan selama kehamilan dan
atau ada kelainan pada janin yang biasanya janin akan mengalami Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) atau kelahiran prematur (Rahayuti, Husniawati,
2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penting untuk memberikan
asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal secara
komprehensif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya implementasi Asuhan Kebidanan pada ibu secara
komprehensif menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pengkajian mendalam Asuhan Kebidanan
implementasi Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal.

2
b. Tersusunnya analisis data masalah kebidanan berdasarkan data
subyektif dan data obyektif pada implementasi Asuhan Kebidanan
Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
c. Tersusunnya perencanaan asuhan yang akan dilakukan pada kasus
Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
d. Terlaksananya implementasi asuhan yang akan dilakukan pada kasus
Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
e. Terlaksananya evaluasi untuk menangani kasus pada Asuhan
Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
f. Tersusunnya pendokumentasian kasus pada Asuhan Kebidanan Pada
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
g. Tersusunnya kajian kasus Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal
h. Tersusunnya refleksi praktik kasus pada Asuhan Kebidanan Pada
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus pada Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Pada
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu ke dalam praktik yang bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sehingga
menambah wawasan dalam menerapkan Asuhan Kebidanan Pada
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan Asuhan
Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
b. Bagi PMB Ria Tisnawati
Memberikan informasi bagi Bidan di PMB mengenai penanganan
kasus Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

3
c. Bagi Ibu Nifas
Menambah pengetahuan dan gambaran terkait asuhan pada kasus
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

4
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Kasus dalam asuhan kebidanan ini adalah Ny. T usia 39 tahun G4P2A1.
Pengkajian dilakukan di PMB Ria Tisnawati. Berdasarkan hasil pengkajian
pada Ny. T didapatkan BB: 50 kg, TB: 145 cm, tanda-tanda vital didapatkan
TD: 150/90, S: 36.5°C, N: 82x/menit, dan RR: 22x/menit. Dan protein urin
positif 2. Ny. T mengaku nyeri perut bagian bawah menjalar hingga ke
pinggang. Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan, didapatkan hasil
TFU: 31 cm, DJJ: 140x/m , His: 3x/10’/4”, Pembukaan 6 cm. Berdasarkan
data tersebut, maka diagnosis nya adalah Ny. T G4P2A1 Hamil 39 Minggu
Inpartu Kala I Fase Aktif janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan
Preeklampsia Ringan
.
B. Kajian Teori
1. Definisi
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini biasanya timbul
pada trimester III kehamilan tetapi dapat juga timbul sebelumnya (Marmi
dkk, 2012).

Preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah sekumpulan gejala yang


timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi,
oedema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan setelah 20 minggu
sampai akhir minggu pertama setalah persalinan (Sukarni, ZH, 2013).

2. Patofisiologi Preeklampsia
Hingga saat ini etiologi dan patafisiologi dari preeklamsia masih
belum diketahui dengan pasti.Telah banyak hipotesis yang diaujukan untuk
mencari etiologi dan patofisiologinya dari kasus preeklamsia namun kini
belum memuaskan sehingga preeklamsia sebagai “the diseases of
theories”.Adapun hipotesis yang diajukan diantaranya adalah:

5
a. Genetik
Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan berperan
dalam patogenesis preeklamsia.Telah dilaporkan adanya peningkatan
angka kejadian preeklamsia pada wanita yang dilahirkan dari ibu yang
menderita preeklamsia. Bukti yang mendukung berperannya faktor
genetic pada kejadian preeklamsia adalah peningkatan Human
leukocyte antigine (HLA) pada penderita preeklamsia. Beberapa
peneliti melaporkan hubungan antara histokompatibilitus antigen HLA-
DR4 dan proteinurin hipertensi.Diduga ibu dengan HLA haplotype
A23/29, B 44 dan DR 7, memiliki resiko lebih tinggi terhadap
perkembangan preeklamsia dan IUGR daripada ibu dengan ibu tanpa
haplotype tersebut. Peneliti lain menyatakan kemungkinan
preeklamsiaberhubungan dengan gen resesif tunggal. Meningkatnya
prevalensi preeklamsia pada anak perempuan yang lahir dengan ibu
yang mengalami preeklamsia mengindikasikan adanya pengaruh
genotip fetus terhadap kejadian preeklamsia.Walaupun faktor genetik
nampaknya berperan pada preeklamsia tetapi manifestasinya pada
penyakit ini secara jelas belum dapat diterangkan (Yulia Fauziyah,
2012).
b. Iskemik Plasenta
Pada preeklamsia, adanya daerah pada arteri spiralis yang
memiliki resistensi vaskular disebabkan oleh karena kegagalan invasi
trofoblas ke arteri spiralis pada tahap kedua.Akibatnya, terjadi gangguan
aliran darah di daerah intervili yang menyebabkan penurunan perfusi
daerah ke plasenta.Hal ini dapat menimbulkan iskemik dan hipoksia di
plasenta yang berakibat terganggunya pertumbuhan bayi intrauteri
(IUGR) hingga kematian bayi (Yulia Fauziyah, 2012).
c. Hifoksia Pada Fetus
Hipoksia yang terjadi pada fetus atau plasenta merupakan faktor
patogenik pada preeklamsia. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
kekurangan oksigen akan menginduksi vasokontroksi fetoplasenta. Pada

6
manusia, resiko preeklamsia meningkat pada asma dan individu dengan
aktivitas yang tinggi, karena akan mempengaruhi hipoksia plasenta.
d. Disfungsi Endotel
Saat ini salah satu teori tentang preeklamsia yang sedang
berkembang adalah teori disfungsi endotel.Endotel menghasilkan zat-zat
penting yang bersifat relaksasi pembuluh darah, seperti nitric oxide (NO)
dan prostasikin (PGE2) disfungsi endotel adalah suatu keadaan dimana
didapatkan adanya ketidakseimbangan antara faktor vasodilatasi dan
vasokontriksi. Kerusakan endotel vaskuler pada preeklamsia
menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivasi
agregasi trombosit dan fibrinolysis yang kemudian akan diganti thrombin
dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga
terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan A2 dan serotonim sehingga akan terjadi vasopasme dan
kerusakan endotel (Yulia Fauziyah, 2012).
e. Imunologis
Beberapa penelitian menyatakan kemungkinan adaptasi imunologis
sebagai patofisologi dari preeklamsia.Pada penderita preeklamsia terjadi
penurunan proporsi T-helper dibandingkan dengan penderita normotensi
yang dimulai sejak awal trimester dua. Antribodi yang melawan sel
endotel ditemukan pada 50% wanita dengan preeklamsia, sedangkan
pada control hanya terdapat 15%. Malaadaptasi sistem imun dapat
menyebabkan invasi yang dangkal dari arteri spiralis oleh sel
sitotrofoblas endovaskuler dan disfungsi sel endotel yang dimediasi oleh
peningkatan pelepasan stoking (TNF- dan IL-I), enzim proteolitik dan
radikal bebas oleh desidua (Yulia Fauziyah, 2012).

3. Klasifikasi Preeklampsia
a. Preeklampsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
setelah umur kehamilan diatas 20 minggu atau segera
persalinan.Tetapi dapat juga timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu (PudiastutiR, D, 2012).

7
b. Preeklampsia Berat
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5g/24 jam atau ≥ +2 (Marmi, dkk, 2014).
4. Diagnosis Preeklampsia
a. Preeklamsia Ringan
1) Kenaikan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dan ≤ 160/110 mmHg
2) Pemeriksaan tes celup urin dengan proteinuria menunjukkan ≥ 300
mg/24 jam atau +1
3) Kenaikan berat badan 1kg dalam seminggu
4) Bengkak pada wajah atau tungkai (Nugroho, Taufan, 2012: 05 ).

b. Preeklamsia Berat
1) Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
2) Proteinuria >5gr/24 jam atau tes celup urin ≥2+
3) Produksi urin<400-500 ml/24 jam dan kenaikan kreatinin serum
4) Oedema paru dan sianosi
5) Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas abdomen: penyebabnya
karena teregangnya kapsula gilsone. Nyerinya dapat sebagai gejala awal
ruptur pada hepar
6) Perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata dan pandangan kabur.
7) Gangguan fungsi hepar.
8) Hemolysis mikroangiopatik
9) Trombositopenia berat :<100.000 sel atau penurunan trombosit
dengan cepat.
10) Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
11) Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelete
Count) (Prawirohardjo,S, 2014)
5. Penatalaksanaan Preeklampsia
a. Preeklampsia Ringan
Pada kasus preeklamsia ringan cukup dilakukan rawat jalan
dengan menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan antenatal
setiap minggu. Namun jika perawatan jalan tidak mengalami perubahan

8
maka akan dilakukan rawat inap dengan kriteria bahwa setelah 2
minggu pengobatan rawat jalan tidak mengalami perubahan, kenaikan
berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 minggu berturut-
turut, ataupun timbul salah satu atau lebih gejala preeklamsia berat. Bila
setelah 1 minggu menjalani perawatan namun tidak mengalami
perubahan maka preeklamsia ringan dianggap menjadi preeklamsia
berat.Bila dalam perawatan sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan
kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan. Perawatan akan berlanjut dengan rawat jalan
(Pudiastuti, R, D, 2012).
Pada preeklamsia ringan dengan umur kehamilan <37 minggu
akan tetap dilanjutkan sampai aterm jika tidak ada gejala yang
memburuk. Namun pada umur kehamilan >37 minggu dengan serviks
yang sudah matang akan dilakukan pemecahan ketuban kemudian
induksi kehamilan dengan oksitosin atau prostaglandin, namun jika
serviks belum matang maka akan dilakukan
b. Preeklampsia Berat
Pada preeklamsia berat, pengobatan yang dapat dilakukan adalah
secara medikal, yaitu sebagai berikut :
1) Segera masuk ke rumah sakit
2) Tirah baring miring kesatu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
memeriksa refleks patella setiap jam.
3) Memasang infus dengan cairan dextrose 5% dimana setiap 1 liter
diselingi dengan cairan infus RL (60-125cc/jam) 500cc.
4) Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4)
sebagai pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia
berat dan eklamsia.
Apabila terjadi kejang pada preeklamsia berat maka akan dilakukan
pencegahaan :
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen) dan
sirkulasi (cairan intravena).

9
b. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklamsia
(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklamsia berat (sebagai
pencegahan kejang).
Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
1) Tersedia cairan Glukonas 10%
2) Ada refleks patella
3) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam

Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :


a. Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah
terjadinya kejang atau kejang berulang dengan cara :
(1) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml aquades
(2) Berikan larutan tersebut secara perlahan-lahan secara IV selama 20
menit
(3) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) secara Im di bokong kiri dan kanan.
b. Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4
dalam 6 jam sesuai prosedur dengan cara : Ambil 6 gram MgSO4
(15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan
Ringer Laktat/ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan
28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah
persalinan atau kejang berakhir (bila eklamsia).
c. Melakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, refleks patella dan jumlah urin.
d. Bila frekuensi pernafasan <16x/menit, dan atau tidak didapatkan
reflex tendon patella dan atau oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg
BB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4.
e. Jika terjadi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gran secara IV (10
ml larutan 10 %) bolus dalam 10 menit.
f. Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsia dirujuk pantau dan nilai
adanya perburukan preeklamsia. Apabila terjadi eklamsia, lakukan

10
penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali
MgSO4 2 gram secara IV perlahan-lahan (15-20 menit). Bila setelah
pemberian MgSO4 ulang masi terdapat kejang, dapat dipertimbangkan
untuk pemberian diazepam 10 mg secara IV selama 2 menit.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Nama Pengkaji : Putri Kartini
Tempat Pengkajian : PMB Ria Tisnawati
Tanggal Pengkajian : 23 April 2021/ 01.00 WIB
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata
Nama ibu : Ny. T Nama suami : Tn. L
Usia : 39 tahun Usia : 42 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Jambi
b. Keluhan
Ny. F datang mengatakan nyeri perut bagian bawah menjalar hingga
ke pinggang serta keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/Tidak : Teratur
Siklus : 28 hari Jumlah : ±3-4x ganti pembalut
Lamanya : ±7 hari Dismenorea : Tidak ada

d. Riwayat Kesehatan
Klien menyatakan belum pernah/tidak pernah menderita penyakit
jantung, asma, Ginjal dan penyakit menular seprti IMS, Hepatitis dll.

e. Riwayat Kehamilan Lalu


HPHT : 12-07-2020
HPL : 19-4-2021
UK : 39 minggu

12
Riwayat ANC : 6x di BPM
Imunisasi TT : Lengkap

f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
a) Pola makan : 2x/hari porsi sedang.
b) Jenis makanan yang dikonsumsi : pagi hari roti atau nasi, siang
nasi lauk, sore nasi lauk
c) Alergi terhadap makanan : tidak ada.
d) Minum : Jenis cairan yang diminum sehari : air putih , jumlah
cairan yang diminum sehari ± 7 gelas/hari.
2) Eliminasi
BAK : 3-4x/hari
BAB : 1x/hari
3) Istirahat dan Tidur
Malam : ±4-5 Jam/hari, siang kadang-kadang. Terdapat gangguan
dalam tidur karena cemas menghadapi persalinan.
4) Personal Hygiene
a) Mandi : 2x/hari Gosok Gigi : 2x/hari
b) Ganti Pakaian dalam : 3/hari
5) Aktivitas Fisik : Melakukan aktivitas rumah tangga. Kegiatan
sehari hari sebagian besar adalah mengurus rumah tangga.

2. Pengkajian Data Objektif

a) Inspeksi

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : composmentis
Antropometri :
BB :50 kg
TB :145 cm
LILA : 24 cm

13
Pemeriksaan Tanda Vital :
TD :150/190 mmHg
Nadi :82 x/menit
Pernapasan :22x/menit
Pemeriksaan Fisik :
Wajah : bentuk bulat, tidak oedema, tidak pucat.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda merata.
Mulut : Bibir tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid dan vena ugularis.
Dada : Payudara simetris.
Abdomen : Sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi.
Genetalia : Pemeriksaan tidak dilakukan.
1. Palpasi
TFU 3 jari dibawah px (Mc.donald: 31 cm), pada fundus teraba
bokong, disebelah kiri perut ibu teraba punggung janin, disebelah
kanan perut ibu teraba ekstremitas janin, bagian terbawah kepala dan
sudah masuk PAP.
TBJ : (31-11) X 155 = 3.100 gram
His: 3x10’30”
2. Auskultasi
Punctum Maximum : sebelah kiri ibu, dibawah umbilicus
Frekuensi DJJ : 140 x/menit
Sifat : Teratur dan kuat
3. Pemeriksaan Dalam
Portio : tipis Presentasi : kepala
Pendataran : 60 % Penunjuk : UUK kiri depan
Pembukaan : 6 cm Penurunan : HII
Ketuban : (+)

4. Pemeriksaan Penunjang
Protein urin : (++)

14
B. Analisis
Diagnosa: G4P2A1 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif, JTH, preskep
dengan preeklampsia ringan

C. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah di lakukan yaitu tanda-
tanda vital ibu TD: 150/90 mmHg, Nadi : 88x/m, Pernafasan : 22x/m,
presentasi kepala, pembukaan 6 cm
(Ibu mengetahui keadaannya)
2. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga
(Informed consent telah di lakukan)
3. Mengobservasi keadaan umum, HIS, DJJ setiap 30 menit, pemeriksaan
dalam setiap 4 jam untuk memantau kemajuan persalinan
(Observasi telah dilakukan)
4. Memberikan KIE kepada ibu untuk makan dan minum untuk menambah
tenaga saat proses persalinan dan keluarga untuk mendampingi ibu saat
proses persalinan.
(Ibu mengerti dan akan melakukan saran bidan)
5. Memberikan KIE hypno kepada ibu dengan mengucapkan afirmasi positif
agar merasa nyaman dan tidak cemas dengan keadaanya
(Ibu melakukan anjuran bidan)
6. Memberikan KIE kepada ibu untuk melakukan teknik relaksasi dengan
cara tarik nafas dari hidung lalu hembuskan dari mulut untuk mengurangi
rasa sakit serta melakukan gerakan menggunakan gym ball.
( Ibu melakukan anjuran bidan)
7. Mengajarkan KIE kepada ibu cara meneran yang baik dan benar serta
membantu ibu memilih posisi yang nyaman untuk bersalin.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
8. Memberikan terapi obat nipedifine 10 mg oral dan infus RL 20x/menit dan
melakukan observasi.
(Terapi obat telah diberikan)
9. Melakukan pendokumentasian tindakan yang telah di lakukan.

15
Catatan Perkembangan

TANGGAL/JAM : 23 April 2021 / 03.00 WIB

Kala II

S : Ny. T merasa ingin meneran.

O : 1. Pemeriksaan Umum

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD : 130/90 mmHg R : 25 x/m

N : 85 x/m S : 36,50C

2. Pemeriksaan Palpasi

Presentasi : Kepala Punggung : Kiri

Kontraksi : 4x10’x40” Frekuensi DJJ : 150x/m

3. Pemeriksaan Dalam

Porsio : Tidak teraba Pendataran : 100%

Pembukaan : Lengkap Ketuban : (-)

Presentasi : Kepala Penunjuk : UUK Kiri Depan

Dorongan meneran, tekanan pada anus, Perinium menonjol dan vulva

membuka

A : G4P2A0 Hamil 39 minggu inpartu kala II, JTH, Preskep

P :
1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, kondisi ibu
dan Janin sehat.
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaann)
2. Memeriksa Kembali kelengkapan alat partus set.

16
(Alat sudah lengkap)
3. Menyiapkan diri meliputi APD berupa celemek, masker, mencuci
tangan dan memakai sarung tangan
( APD sudah disiapkan)
4. Memimpin ibu untuk meneran pada saat ada his dan bisa istirahat
saat tidak ada his
(Ibu mengikuti anjuran bidan)
5. menyiapkan handuk diatas perut ibu dan memasang kain lipat ½
bagian dibawah bokong ibu dan membuka parus set.
(Persiapan lengkap, kepala bayi sudah 5-6 cm didepan vulva)
6. Menolong persalinan dengan 60 langkah APN
7. Bayi baru lahir normal pada pukul 03.10 WIB
JK : perempuan PB : 50 cm
BB : 3300 gram Apgar Score : 9/10
8. Melakukan penanganan dan penilaian bayi baru lahir dengan
meletakkan bayi diatas perut ibu, kemudian segera mungkin
mengeringkan tubuh bayi menggunakan handuk kering kecuali
telapak tangan bayi lalu selimuti bayi dengan kain bersih dan
kering.
9. Letakkan bayi diatas dada ibu untuk IMD
(IMD sudah dilakukan)
10. Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua
(Tidak ada bayi kedua)
11. Memastikan kandung kemih kosong
12. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM dipaha kiri luar
(Tindakan sudah dilakukan)
13. Jepit tali pusat bayi 3 cm dari pusat bayi kemudian pasang klem
pertama, lakukan pemotongan tali pusat diantara klem 1 dan 2
(Tali pusat sudah dipotong)
14. Jepit tali pusat dengan umbilical cord
(Tali pusat sudah dijepit)

17
TANGGAL/JAM : 23 April 2021 / 03.20 WIB

Kala III

S : Ny. T mengeluh perutnya masih mules

O : 1. Pemeriksaan Umum

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD : 130/90 mmHg R : 24 x/m

N : 80 x/m S : 36,50C

TFU setinggi pusat, kontraksi baik, konsistensi keras, perdarahan


±120 cc

A : P4A1 kala III

P :

1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari


vulva
(Tindakan sudah dilakukan)
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali secara dorso kranial,
meregangkan tali pusat dengan tangan kanan, dan tangan kiri di atas
simfisis melakukan gerakan dorso kranial, plasenta lahir
( Plasenta telah lahir)
3. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta
(Plasenta telah lengkap, kotiledon utuh, selaput ketuban utuh, insersi
tali pusat centralis)
4. Melakukan massase uterud dan mengajarkan suami untuk membantu
massase uterus ibu
(Tindakan sudah dilakukan)
5. Memeriksa laserasi jalan lahir
6. Melakukan observasi perdarahan

18
TANGGAL/JAM : 23 April 2021 / 03.30 WIB

KALA IV

S : Ny. T merasa tenang setelah melahirkan, dan merasa masih lemas.

O : 1. Pemeriksaan Umum

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD : 130/80 mmHg R : 22 x/m

N : 82 x/m S : 36,50C

2. Pemeriksaan Palpasi

TFU : 2 jari bawah pusat Kontraksi uterus : Baik

Pendarahan : 150 cc Kandng Kemih : Kosong

A : P4A1 postpartum kala IV

P :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa ibu


dalam keadaan normal
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Membersihkan ibu dari paparan darah bekas persalinan
(Ibu sudah bersih)
3. Mendekontaminasikan alat dan tempat bersalin
(Alat sudah didkontaminasi)
4. Membantu memasangkan pembalut dan kain pada ibu
(Pembalut dan kain telah dipasang)
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya setelah melahirkan
(Ibu bersedia mengikuti anjuran)
6. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB
(Ibu mengerti)

19
7. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri seperti membasuh
kemaluan dan bekas jahitan dengan air bersih, ganti pembalut jika
penuh
(Ibu mengerti)
8. Melakukan observasi kala IV setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua
(Observasi dilakukan)
9. Melengkapi partograf
(Partograf lengkap)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada Ny. T. Asuhan
kebidanan yang diberikan pada Ny.T di PMB Ria Tisnawati sudah berjalan
sesuai teori. Selain itu dari penatalaksanaan kasus ini kami dapat:

20
1. Analisis dilakukan berdasarkan pengkajian optimal yang dilakukan bidan
di PMB Ria Tisnawati
2. Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan masalah yang didapat berdasarkan
pengkajian yang dilakukan.
B. Saran
1. Bagi PMB Ria Tisnawati
Diharapkan dapat memberikan asuhan komprehensif pada kasus
asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan
memaksimalkan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
2. Bagi Ibu
Diharapkan keluhan dapat teratasi

21
DAFTAR PUSTAKA

Marmi, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Edisi Keempat.
Pudiastuti, R, D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sukarni, Icesmi,. ZH, Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yulia, Fauziyah. 2012. Obstetri, Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan.Yogyakarta :Nuha Medika.

22

Anda mungkin juga menyukai