Disusun oleh :
Evi Nur Fadhilah, S.,Kep.,Ns
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya serta kesempatan kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Neonatus pada bayi Ny. R dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Bayi RSUD dr Soetomo Surabaya” tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada pembimbing ruangan yang telah
membimbing kami serta mengajarkan kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
membantu proses pembelajaran bagi kita, terutama bagi kami sebagai penyusun.
Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Pembimbing Ruangan Kepala Ruangan
Ruang Bayi Ruang Bayi
ii
DAFTAR ISI
iii
TINJAUAN KASUS .......................................................................................... 23
3.1 Pengkajian ........................................................................................... 23
3.1.1 Identitas ........................................................................................ 23
3.1.2 Riwayat Kesehatan ....................................................................... 24
3.1.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 25
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 27
3.1.5 Diagnosa Medis : .......................................................................... 28
NLP/BBLR/SMK + RDS + Hiperbilirubinemia .......................................... 28
3.1.6 Terapi : ......................................................................................... 28
3.2 ANALISA DATA................................................................................ 29
3.3 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 30
3.4 Intervensi Keperawatan........................................................................ 31
3.5 Tindakan Keperawatan dan Evaluasi .................................................... 34
BAB 4 ............................................................................................................... 44
PEMBAHASAN ................................................................................................ 44
4.1 Pengkajian ........................................................................................... 44
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 44
4.3 Intervensi ............................................................................................. 45
4.4 Implementasi ....................................................................................... 45
4.5 Evaluasi ............................................................................................... 45
BAB 5 ............................................................................................................... 46
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 46
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 46
5.2 Saran ................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 47
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
5
memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas (Aziz, 2006).
6
lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi
(Prawiroharjo,2014).
Berdasarkan data dari WHO dan BPS Jatim masih banyak terjadi kasus
BBLR dan juga tingginya angka kematian serta komplikasi hidup pada bayi
dengan BBLR terutama di RSUD Dr. Soetomo membuat penulis tertarik untuk
mengangkat Asuhan Keperawatan dengan BBLR.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep teori, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan
medis, dan asuhan keperawatan pada Berat Bayi Lahir Rendah ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan bayi berat
lahir rendah serta asuhan keperawatan pada klien dengan BBLR (bayi
berat lahir rendah )
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari BBLR
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari BBLR
c. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari BBLR
e. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
f. Untuk mengetahui pohoan masalah atau phatway BBLR
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada BBLR
h. Untuk mengetahui terapi/ penatalaksanaan dari BBLR
i. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan BBLR
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
asuhan keperawatan pada bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (
BBLR)
2. Bagi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan perawatan yang holistik
dan optimal pada bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR).
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP MEDIS
2.1.1 Pengertian
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru sofian, 2012).BBLR (Bayi
berat lahir rendah) ialah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Huda dan Hardhi, 2013).Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (Intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk, 2010).BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). (Ribek dkk, 2011).
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah ) merupakan bayi (neonates)
yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau
sampai dengan 2499 gram (Herdman, T. Heather. 2012).
8
Ada dua macam BBLR yaitu:
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
hal ini disebabkan pertukaran zat antara ibu dan janin merngalami
gangguan.
(Bobak, Irene M. 2005)
2.1.3 Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah, yaitu :
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir
rendah yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor Ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun
e. Jarak hamil persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat.
f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok.
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
9
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
c. Faktir janin
1) Cacat bawaan, infeksi dalam Rahim
2) Infeksi congenital (missal : rubella)
(Huda dan Hardhi, 2013)
10
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Huda dan Hardhi, 2013)
2.1.5 Patofisiologi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Secara umum
penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan
umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan
persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit
menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan
hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam
rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500
gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo
banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur
dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang
dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah
Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila
masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent
ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,hipoglikemia,
hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah,
infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal (Bobak,
Irene M. 2005)
11
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya
akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi,terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang
berkembang pada bayi premature. Kapasitas vital dan kapasitas
residual fungsional paru- paru padadasarnya kecil berkaitan
dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas
sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar
lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi
makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua
bulan sistem pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.
Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani
dietrendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature
memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan
oleh karena itu dapat mengalamirikets yang berat sebelum
kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering
12
menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
sistem imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgB gamma globulin, serta bayi
premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik
sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, sistem
integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya
lecet, sistem termoregulasi dimana bayi premature belum mampu
mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang
bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan
panas dalam tubuh (Ngastiyah, 2005).
13
2. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3. Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4. Hb F
a) Bayi usia 1 hari 63-92%
b) Bayi usia 5 hari 65-88%
c) Bayi usia 3 minggu 55-85%
d) Usia 6-9 minggu 31-75%.
5. Jumlah leukosit
a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)
b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 (L)
c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 (L).
d) Bilirubin
1) Total (serum)
a) Tali pusat < 2,0 mg/dl
b) 0-1 hari 8,0 mg/dl
c) 1-2 hari 12,0 mg/dl
d) 2-5 hari 16,0 mg/dl
e) Kemudian 2,0 mg/dl
2) Direk (terkonjugasi)
0,0-0,2 mg/dl
c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila
konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl.
1. Serum
a) Tali pusat 45-96 mg/d
14
d) > 1 jam 55-80 mmHg
e) 1 hari 54-95 mmHg
f) Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.
3) Saturasi oksigen (SaO2)
a) Bayi baru lahir 85-90%
b) Kemudian 95-99%.
4) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
d. Elektrolit darah (k/p)
2. Natrium
a. Serum atau plasma
1) Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
2) Bayi 139-146 mEq/L.
b. Urine 24 jam 40-220 mEq/L.
3. Kalium
1) Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
2) Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
3) Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).
4. Klorida
a) Serum/plasma
1) Tali pusat 96-104 mEq/L
2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.
b) Tes Kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung
15
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. (Masjoer A,
2006)
2.1.7 Penatalaksanaan BBLR
1. Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator
b. Mempertahankan suhu tubuh
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
0
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
16
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan
head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
2.1.8 Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada
bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
17
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena
gangguan pertumbuhan hati.
(Maryunani, Anik. 2009)
18
2.1.9 Pathway
Factor Ibu Factor Placenta Factor Janin Faktor Persalinan
BBLR
Prematur Dismatur
15
2) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh
antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140x/menit
respirasi normal antara 40-60x/menit, sering pada bayi post
asfiksia berat pernafasan belum teratur
3) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
4) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan
refleksi terhadap cahaya.
6) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
7) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari
100x/menit.
16
11) Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm
dibawah arcus costae pada garis papila mamae, lien tidak teraba,
perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum
sempurna.
12) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
– tanda infeksi pada tali pusat.
13) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
14) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari feses.
15) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
16) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang. (Doenges E
marlyn,2007).
17
4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan refelek hisap dan
menelan yang lemah/ tidak ada (D.0029)
5. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan
menelan, (D.0032)
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran gas
terganggu (D.0003)
7. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan O2 jaringan
kurang, cyanosis (D.0009)
8. Risiko Ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan imaturitas
ginjal, disfungsi intestinal (D.0036)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
DX. 1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan surfaktan kurang
(D.0005)
Intervensi
Manajemen jalan napas (I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas
2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Posisikan head up
3. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4. Berikan oksigen, jika perlu
DX. 2 Risiko hipotermi dibuktikan dengan Bayi berat lahir rendah
(D.0140)
Intervensi
Regulasi Temperatur (I.14578)
Observasi
1. Monitor suhu bayi (36,5-37,5°C)
2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
3. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi
18
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Pertahankan kelembaban inkubator 50 % atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi
4. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
6. Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
19
DX. 4 Menyusui tidak efektif berhubungan dengan reflek hisap dan
menelan yang lemah / tidak ada (D.0029P)
Intervensi
Observasi
1. Periksa posisi OGT dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2. Monitor abdomen dan muntah
3. Monitor residu lambung
4. Monitor BAB 4-8 jam, jika perlu
Terapeutik
1. Gunakan tehnik bersih dalam pemberian minum via selang
2. Berikan tanda pada selang untuk mempertahankan lokasi yang tepat
3. Tinggikan tempat tidur 30-45 derajat selama pemberian makan lewat
selang 1 jam sebelum prosedur atau pemindahan pasien
4. Hindari pemberian makan jika residu > 25% dari jumlah makanan tiap 2
jam
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan enteral
20
7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral higiene sebelum makan, jika perlu
21
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus stsu pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
2. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
3. Lakukan pencegahan infeksi
22
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama Bayi : By.Ny R
Umur : 5 hari
Jenis : Laki-Laki
Kelamin
No RM : 12991135
Diagnosa : NLP/BBLR/SMK/RDS
Medis / Hiperbilirubinemia
Anak Ke : 3 (TIGA)
Tanggal : 22 Februari 2023
Lahir Pukul 04.20 WIB
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. A.S
Umur : 35 tahun Umur : 42 tahun
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
23
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama/ keadaan sekarang ini
b. Riwayat Prenatal
c. Riwayat Intranatal
Bayi lahir Spontan tanggal 22 Februari 2023 jam 04.20 wib, bayi
lahir tidak langsung menangis, tonus otot lemah, ketuban jernih,
perdarahan 100cc. Jenis kelamin laki-laki, BB 2100 gr, PB 47 cm, AS 4-
6, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 27 cm, dan lingkar abdomen 27
cm. Bayi tidak langsung menangis, tonus otot lemah, tidak ada cyanosis,
dilakukan langkah awal, bayi hangatkan, posisikan menghidu, hisap
lendir, keringkan kemudian rangsang taktil dan evaluasi kembali. Saat
dievaluasi HR : 140x/menit, ada ronchi, ada retraksi dada, bayi
menangis, tonus otot kuat, Spo2 92%. Bayi ditransport ke NICU dengan
STABLE, (S : 82mg/dl, T : 36.6ºC, A : Clear, B : CRT < 2 detik, L :
Belum diperiksa, E : Keluarga sudah di KIE mengenai kondisi bayi).
24
d. Riwayat Post natal
Bayi lahir tidak langsung menangis, tonus otot lemah, tidak tampak
cyanosis, dilakukan langkah awal, bayi hangatkan, posisikan menghidu,
hisap lendir, keringkan kemudian rangsang taktil dan evaluasi kembali.
saat di evaluasi HR : 140x/menit , nafas spontan, ada retraksi, tonus otot
kuat, menangis, ada suara ronchi, bayi dipasang O2 1 lpm di ruang
NICU.
Kondisi saat pengkajian keadaan umum lemah, bayi terpasang O2 HFN
Flow 4 lpm Fio2 25%, terpasang akses Intravena ditangan kanan,
terpasang selang OGT ukuran 8, Tanda-tanda vital RR 47x/mnt, Suhu
36,5 oC, HR 150x/mnt, Saturasi oksigen 96%.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Diperiksa tanggal : 2 7-02-2023 jam 08.00
Panjang badan : 47 cm
Pemeriksaan persistem
a. B1 (Breathing)
Hidung normal, tidak ada pernafasan cuping hidung, ada retraksi
dada, tidak ada krepitasi pada costae, wheezing tidak ada, ronchi tidak
ada di kedua paru, RR: 55x/menit, SpO2 96%. Terpasang O2 HFN
Flow 4 Fio2 25%.
b. B2 (Blood)
Tidak ada oedem periorbita, sklera mata bersih, konjungtiva tidak
anemis, bibir merah, cianosis tidak ada, tidak ada pembesaran vena
jugularis, posisi anatomi jantung normal, akral dingin, CRT kembali <
3 detik, suara jantung S1, S2 reguler, frekuensi nadi 150x/menit.
25
c. B3 ( Brain)
Tidak tampak adanya paralise pada ekstrimitas dan wajah, lidah
simetris, tremor tidak ada, kejang tidak ada, jettery tidak ada, ubun –
ubun belum menutup dan datar, tidak ada cephal hematom, tidak ada
caput succadenium, fontanela anterior lunak, sutura menjauh,
hidrocephalus tidak ada, reflek menggenggam lemah, reflek
menghisap belum ada, reflek rooting belum ada, lingkar kepala 31 cm.
d. B4 ( Bladder)
Bayi laki – laki, testis turun, skrotum rugaenya jelas, kandung kemih
kosong.
e. B5 (Bowel)
Rongga mulut tidak tampak kelainan anatomi, reflek menghisap
belum ada, muntah tidak ada, retensi tidak ada, bayi terpasang sonde
ukuran 8, bayi minum ASI, abdomen supel, peristaltik usus 6x/mnt,
pembesaran hepar tidak ada, BAB kuning, anus tidak kemerahan, tali
pusat mengering dengan perawatan tripleday, lingkar abdomen 27 cm.
g. Skrining Nyeri
Assesmen nyeri neonatus/NIPS : 1
26
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
No Tindakan Tanggal Pemeriksaan Nilai Rujukan
Hematologi 23-02-2023
1. WBC/Leukosit 16.71 3.300 - 10.000
2. HBC/Hemoglobin 15.8 L : 13,3 - 16,6
P :11,0 – 1,7
3. HCT/PVC 43.8 L : 41,3 – 52,1
P : 35,2 – 46,7
4. PLT/Trombosit 190 150 – 450
5. Bilirubin total 15.20 0.2 – 1.0
6. Bilirubin direk 0.70 < 0.20
Kimia Klinik
1. CRP 0.98 <3
KULTUR DARAH
Tanggal pemeriksaan 23-02-2023
Status nosokomial : Tidak ada
FOTO BABYGRAM
Tanggal pemeriksaan 24/02/2023
- Cor tak tampak kelainan
- Terpasang gastric tube dengan tip distal yang terproyeksi setinggi VL
3 sisi kiri
FOTO BOF:
- Bayangan gas usus bercampur faecal material di cavum abdomen yang
berdistribusi prominent sampai cavum pelvis.
- Bayangan hepar dan lien tak tampak membesar
- Contour ginjal kanan kiri tak tampak jelas
- Tak tampak bayangan radiopagus di sepanjang traktus urinarius
27
Kesimpulan :
- Bayangan gas usus bercampur fecal material di cavum abdomen yang
terdistribusi prominent sampai cavum pelvis
- Tak tampak batu radiopaque di sepanjang traktus urinarius
3.1.5 Diagnosa Medis :
NLP/BBLR/SMK + RDS + Hiperbilirubinemia
3.1.6 Terapi :
- Cairan dan nutrisi D 12,5% 94 ml
Amino steril10% 60 ml
Smoflipid 20% 20 ml
NaCl 15% 4 ml
KCl 7,4% 2 ml
CaGluconas 10% 8 ml
MgSO4 20% 1 ml
Glycopnos 1 ml
Vitalipid 8 ml
Soluvit 2 ml
28
3.2 ANALISA DATA
No Tanggal & Data Etiologi Masalah
Jam
1 27-02-2023 DS : Imaturitas Paru Sesak Nafas
Pukul 07.00 DO :
WIB 1. Keadaan umum cukup
2. Terdapat retraksi dada Surfaktan kurang
RR meningkat
3. Suhu 36.5 o
C HR 150 subkutan sedikit
x/menit
RR 55 x/menit Spo2 96%
Mudah kehilangan
4. BB 2080 gr
panas
5. CRT <3 detik
3 27-02-2023 DS : Imaturitas Reflek
Pukul 07.00 DO: neurologi Menghisap
WIB 1. Refleks rooting lemah bayi lemah
29
2. Reflek menelan lemah
3. Bayi menghisap tidak terus Reflek fisiologis
menerus terganggu
4. Terpasang OGT no. 8
5. BB : 2080 gram Reflek hisap dan
menelan tidak
ada/lemah
30
3.4 Intervensi Keperawatan
27-02-2023 Pola nafas tidak efektif Pola nafas membaik (L.01004) 1. Manajemen Jalan nafas (I.01011)
Pukul 08.00 berhubungan dengan imaturitas Tujuan : setelah dilakukan 1) Observasi
WIB paru (D0005) tindakan keperawatan selama a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
1x24 jam diharapkan pola b) Monitor bunyi nafas tambahan
nafas membaik dengan kriteria c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
hasil: 2) Terapeutik
1. Dispnea menurun a) Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. Penggunaan otot bantu b) Posisikan head up
nafas menurun c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. Frekuensi napas membaik d) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4. Kedalaman napas membaik e) Berikan oksigenasi, jika perlu
3) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
31
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
sedikit, suhu bayi : 36.5ºC pengaturan suhu tubuh tetap c. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi
(D.0140) berada pada rentang normal, d. Mobitor warna dan suhu kulit
dengan kriteria hasil : e. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan
1. Akrosianosis menurun hipertermia
2. Suhu tubuh meningkat 2) Terapeutik
3. Takikardia menurun a. Pasang alat pemantau suhu kontinu
4. Takipnea menurun b. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Bradikardi menurun c. Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih
6. Hipoksia menurun untuk mengurangi kehilangan panas karena proses
evaporasi
d. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
e. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
f. Demontrasikan teknik perawatan metide kanguru
3) Edukasi
a. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar
udara dingin
b. Demonstrasikan tehnik perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
32
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
27-02-2023 Menyusui tidak efektif Status menyusui (L.03029) Pemberian makanan enteral (I.03126)
Pukul 09.00 berhubungan dengan reflek Tujuan : Setelah dilakukan 1) Observasi
WIB hisap dan menelan lemah / tindakan keperawatan dalam a. Periksa posisi OGT dengan meemriksa residu
tidak ada (D.0029) 2x24 jam diharapkan status lambung atau mengauskultasi hembusan udara
menyusus bayi membaik, b. Monitor abdomen dan muntah
dengan kriteria hasil : c. Monitor residu lambung
1.Berat badan bayi meningkat d. Monitor BAB 4-8 jam, jika perlu
2. Miksi bayi lebih dari 8 2) Terapeutik
kali/24 jam meningkat a. Gunakan tehnik bersih dalam pemberian minum
3.Bayi tidur setelah menyusu via selang
meningkat b. Berikan tanda pada selang untuk
4. Bayi rewel menurun mempertahankan lokasi yang tepat
c. Tinggikan tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian minum
d. Hindari pemberian minum jika residu > 25% dari
jumlah minum tiap 2 jam
33
3.5 Tindakan Keperawatan dan Evaluasi
27-02-2023 1 07.30 1. Melakukan cuci tangan prosedural dan five Pukul 12.00
moment S:-
2. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, O :
08.00 usaha napas) 1) KU masih tampak Lemah
Hasil RR : 47x/menit, Spo2 : 96%, terdapat 2) Masih terdapat retraksi dada
retraksi dada ringan S : 36,7ᵒ C, HR : 148x/menit, RR : 50x/menit
08.00 3. Memonitor vital sign : SPO2 96% CRT < 3 detik
HR : 150x/menit S : 36.5 Terpasang O2 HFN FiO2 25% Flow 4 lpm
4. Memonitor bunyi napas tambahan (gurgling, A : Pola nafas tidak efektif belum teratasi
09.00 mengi, wheezing, ronchi kering) Hasil : tidak P : Lanjutkan Intervensi no 1, 2, 3, 4
ada suara napas tambahan.
5. Memonitor sputum, Hasil : Tidak ada sputum
10.00 6. Mempertahankan kepatenan jalan napas
7. Memposisikan head up
12.00 8. Memberikan oksigen
Hasil: terpasang O2 HFN Fio2 25% flow 4
34
lpm
27-02-2023 2 07.30 1. Melakukan cuci tangan procedural dan five Jam 12.00
moment S:-
2. Memonitor suhu bayi O:
08.00 Hasil : 36.5ºC 1) Bayi dalam inkubator
o
3. Memonitor vital sign : HR : 150x/menit HR 148x/menit, suhu 36,7 C, RR
RR : 47x/menit 48x/menit, SpO2 96%
3. Memonitor warna dan suhu kulit Turgor kulit < 3 detik
Hasil : warna kemerahan, suhu 36.5ºC 2) Terpasang O2 HFN FiO2 25% Flow 4 lpm
5. Memonitor dan catat tanda dan gejala 3) BB : 2080
08.00 hipotermia dan hipertermia A : Resiko Hipotermi belum teratasi
Hasil : tidak ditemukan tanda dan gejala P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4
hipotermia /hipertermia
7. Memasang alat pemantauan suhu kontinu
- Terpasang skin profe incubator
09.00 8. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
- Diit ASI 12x10ml
9. Mempertahankan kelembaban incubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan panas
karena proses evaporasi
35
10. Mengatur suhu incubator sesuai kebutuhan
- Menyetting suhu incubator 30.2ºC
10.00 11. Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
12.00
27-02-2023 3 07.30 1. Melakukan cuci tangan procedural dan five Jam 12.00
moment S:-
2. Memonitor vital sign : HR : 150x/menit RR : O :
08.00 47x/menit S : 36.5ºC Spo2 : 96% 1) Reflek menelan dan menghisap masih
3. Memonitor posisi OGT sebelum memberikan lemah
minum personde 2) Terpasang OGT No. 8
36
4. Memonitor abdomen dan muntah 3) Diet ASI 12x10 cc
08.00 5. Memonitor residu lambung A : Menyusui tidak efektif belum teratasi
Hasil : tidak ada residu, perut supel P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4
6. Memonitor BAB 4-8 jam, jika
09.00 perlu
7. Menggunakan tehnik bersih dalam
pemberian minum via selang
10.00 8. Memberikan tanda pada selang untuk
mempertahankan lokasi yang tepat
9. Memberikan tanda pada selang untuk
mempertahankan lokasi yang tepat
12.00 10. Meningkatkan tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makan
11. Hindari pemberian makan jika residu > 25 %
dari jumlah makanan tiap 2 jam
37
Hasil : RR 45 x/menit, terdapat retraksi dada 1. Masih ada retraksi dada ringan
09.00 ringan S : 36,7ºC HR : 142 x/menit, RR :
3. Memonitor bunyi napas tambahan 43x/menit
Hasil : tidak ada suara napas tambahan 2. Terpasang O2 HFN FiO2 21% Flow 4
10.00 4. Memonitor sputum lpm, SpO2 98%
Hasil tidak ada sputum A : Pola nafas tidak efetif belum teratasi
5. Mempertahankan kepatenan jalan napas P : Lanjutkan Intervensi no 1,2,3,4
12.00 6. Memposisikan Head up
7. Memberikan oksigen
Hasil : terpasang O2 HFN FiO2 21% flow 4
lpm
28-02-2023 2 07.30 1. Melakukan cuci tangan procedural dan five Pukul 12:00
moment S: -
2. Memonitor suhu bayi O:
Hasil :36.5ºC 1. Bayi dalam incubator
08.00 4. Memonitor vital sign : S : 36.7ºC HR : 142 x/menit RR : 43 x/menit
HR : 142x/menit RR : 45x/menit S : 36,7ºC 2. Terpasang O2 HFN FiO2 21% Flow 4 lpm
4. Memonitor warna dan suhu kulit BB : 2045 gram
09.00 Hasil : warna kulit kemerahan A : Resiko Hipotermi belum teratasi
6. Memonitor dan catat tanda dan gejala P: Lanjutkan Intervensi no 1,2,3,4
hipotermia dan hipertermia
38
Hasil : tidak ditemukan tanda dan gejala
hipotermia /hipertermia
7. Memasang alat pemantauan suhu kontinu
- Terpasang skin profe incubator
8. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
10.00 adekuat
- Diit ASI 12 x 15
9. Mempertahankan kelembaban incubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan panas
12.00 karena proses evaporasi
10. Mengatur suhu incubator sesuai kebutuhan
- Menyetting suhu incubator 30.2ºC
11. Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
28-02-2023 3 07.30 1. Melakukan cuci tangan procedural dan five Pukul 12:00
moment
S:-
2. Memonitor vital sign : HR : 142x/menit RR :
O:
08.00 45x/menit S : 36.7ºC
1. Reflek menelan dan menghisap masih lemah
3. Memonitor posisi OGT sebelum memberikan
2. Terpasang OGT No. 8, tidak ada muntah,
minum personde
39
08.00 4. Memonitor abdomen dan muntah bayi tertidur setelah diberi minum
5. Memonitor residu lambung A : Menyusui tidak efektif belum teratasi
Hasil : tidak ada residu, perut supel P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
6. Memonitor BAB 4-8 jam, jika
09.00 perlu
7. Menggunakan tehnik bersih dalam
pemberian minum via selang
8. Memberikan tanda pada selang untuk
10.00 mempertahankan lokasi yang tepat
9. Memberikan tanda pada selang untuk
mempertahankan lokasi yang tepat
12.00 10. Meningkatkan tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makan
11. Hindari pemberian makan jika residu > 25 %
dari jumlah makanan tiap 2 jam
40
3. Memonitor bunyi napas
2. tambahan S : 36,9ºC HR : 141 x/menit, RR :
Hasil : tidak ada suara napas tambahan 45x/menit
10.00 4. Memonitor sputum 2. Terpasang O2 HFN FiO2 21% Flow 4
Hasil tidak ada sputum lpm, SpO2 96%
5. Mempertahankan kepatenan jalan napas A : Pola nafas tidak efektif teratasi sebagian
12.00 6. Memposisikan Head up
P : Lanjutkan Intervensi no 1,2,3,4
7. Memberikan oksigen
Hasil : terpasang O2 HFN FiO2 21% flow 4
lpm
41
hipotermia dan hipertermia A : Resiko hipotermi teratasi sebagian
10.00 Hasil : tidak ditemukan tanda dan gejala P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
hipotermia /hipertermia
7. Memasang alat pemantauan suhu kontinu
12.00 - Terpasang skin profe incubator
8. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
- Diit ASI 12 x 15 ml
9. Mempertahankan kelembaban incubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi
10. Mengatur suhu incubator sesuai kebutuhan
- Menyetting suhu incubator 30.2ºC
11. Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
42
08.00 minum personde 1. Reflek menelan dan menghisap masih lemah
4. Memonitor abdomen dan muntah 2. Terpasang OGT No. 8, bayi menghisap
5. Memonitor residu lambung sedikit-sedikit dan sering berhenti saat proses
09.00 Hasil : tidak ada residu, perut supel menghisap dan menelan
6. Memonitor BAB 4-8 jam, jika A : Menyusui tidak efektif belum teratasi
perlu P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
10.00 7. Menggunakan tehnik bersih dalam
pemberian minum via selang
8. Memberikan tanda pada selang untuk
mempertahankan lokasi yang tepat
9. Memberikan tanda pada selang untuk
mempertahankan lokasi yang tepat
10. Meningkatkan tempat tidur 30-45 derajat
12.00 selama pemberian makan
11. Hindari pemberian makan jika residu > 25 %
dari jumlah makanan tiap 2 jam
43
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang muncul
dalam pemberian asuhan keperawatan pada BBLR antara teori dan kenyataan
dilapangan mulai tahap pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada saat melakukan pengkajian penulis mengalami hambatan dalam
memperoleh data – data yang dibutuhkan, karena orang tua pasien hanya datang
sesekali saat jam menyususi dan hanya sebentar. Penulis lebih menggunakan data
obyektif untuk melengkapi data dibandingkan dengan data subyektif dari ibu
pasien. Pengumpulan data berupa riwayat kesehatan orang tua saat ini, riwayat
prenatal, dan riwayat kehamilan dapat sedikit penulis kaji. Penulis
menemukan persamaan dengan teori yang ada.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial yaitu
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan surfaktan kurang
2. Risiko hipotermi dibuktikan dengan BBLR
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan refelek hisap dan menelan yang
lemah/ tidak ada
5. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan menelan,
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran gas terganggu
7. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan O2 jaringan kurang,
cyanosis
8. Risiko Ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan imaturitas ginjal,
disfungsi intestinal
Setelah dilakukan pengkajian, penulis merumuskan tiga diagnosa yang
muncul sesuai dengan keadaan pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus ini adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
paru dan Risiko hipotermi dibuktikan dengan BBLR dan Menyusui tidak
44
efektif berhubungan dengan reflek menelan dan menghisap lemah. Diagnosa
ini ditegakkan oleh penulis karena pada bayi dengan BBLR, rentan sekali
mengalami resiko atau gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
4.3 Intervensi
Berdasarkan diagnosa yang muncul, penulis merencanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan SDKI, SIKI, dan SLKI sehingga dalam intervensi
tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
4.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang
telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum direalisasikan karena
hanya membahas teori asuhan keperawatan tanpa adanya kasus nyata, sedangkan
pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan
ada pendokumentasian dan intervensi keperawatan.
Rencana yang telah disusun penulis di implementasikan pada tanggal
27 Februari sampai 01 maret 2023. Didalam mengimplementasikan intervensi,
penulis tidak mengalami kesulitan, sehingga implementasi sesuai dengan
intervensi.
4.5 Evaluasi
Dari beberapa tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
kesehatan pada bayi Ny. R harus ditingkatkan dengan cara terus mengulangi
semua tindakan keperawatan yang sudah diberikan dengan tetap
mempertahankan intervensi yang sesuai , agar kondisi bayi dapat mengalami
peningkatan kesehatan, berat badan naik, tidak hipotermi ataupun hipertermi, dan
tidak mengalami masalah kesehatan lainnya.
45
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada neonatus
dengan BBLR, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Dalam melakukan pengkajian pada neonatus dengan BBLR
ditekankan pada
adanya perubahan suhu, nutrisi dan pola nafas.
b. Dalam melakukan pengkajian dan implementasi keperawatan, perawat
harus benar – benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman bagi neonatus mengingat bayi BBLR terjadi imaturitas
organ.
c. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu,
nutrisi dan pola nafas.
5.2 Saran
Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai
beberapa kekurangan. Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang
telah dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
b. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
bayi baru
lahir dengan BBLR.
c. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
46
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
47