Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Pengertian

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru


yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (Silvia A.
Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat
dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015).

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Dahlan, Zuh 2006).

B. Penyebab dan Faktor Predisposisi


Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa
dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien
seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organisme bermultiplikasi
dan jika telah berhasil mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pnemonia. Selain di atas penyebab terjadinya pnemonia sesuai
penggolongannya yaitu:
a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V.
Influenza.

1
c. Mycoplasma pnemonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
f. Pnemonia hipostatik
g. Sindrom loefflet.

C. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


 Mengigil, demam
 Nyeri dada
 Takipnea
 Bibir dan kuku sianosis
 Sesak nafas
 Batuk
 Kelelahan

D. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
anak sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun
dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan

2
dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang
paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi
cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media
bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat
sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler di bagian
paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia (Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang
khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi
dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna
merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah
juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti
eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa
mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-
paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).

3
E. Pathway
organisme

4
Normal (system pertahanan) terganggu Sel nafas bagian bawah pneumokokos stapilokokus

virus Eksudat masuk ke alveoli trombus

Kuman pathogen mencapai bronkioli alveoli


Toksin, coagulase
termialis merusak sel epitel bersilis, sel
goblet
Sel darah merah, leukosit, pneumokokus mengisi
alveoli
Permukaan lapisan pleura
tertutup tebal eksudat
Cairan edema + leukosit ke alveoli
thrombus vena pulmonalis
Leukosit + fibrin mengalami konsulidasi

Konsilidasi paru leukositosis Nekrosis haemoragik

Suhu tubuh meningkat


Kapasitasital, compliance menurun, hipertermi
haemorogik

Resiko kekurangan
volue cairan tubuh
Intoteransi aktifitas defisiensi
pengetahuan

Abses pneumomatocele
Produksi sputum meningkat (kerusakan) jaringan parut

Ketidakefektifan Ketidakefektifan pola nafas


bersihan jalan nafas

F. Penatalaksanaan

5
Penatalaksanaan medis:
a) Oksigen 1-2L/menit.
b) IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi
gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :

1) Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail);


dapat juga menyatakan abses).
2) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3) Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
4) Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua orgaisme yang ada
5) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6) Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

H. Pengkajian Focus
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

6
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia
(malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

7
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara
napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah
pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,
kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

I. Diagnose Keperawatan

8
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas.
2. Ketidakefektifan pola nafas.
3. Risiko kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea,
demam.
4. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
5. Defisiensi pengetahuan b.d pengetahuan pasien dan keluarga tentang
perawatan dirumah.

9
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi Rasional


hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC label
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan Respiratory Monitoring
b.d inflamasi dan selama ..x .. jam
1. Untuk mengetahui
obstruksi jalan nafas diharapkan jalan nafas 1. Monitor vital sign (suhu,
keadaan umum klien.
pasien bersih RR, Nadi)
2. Penurunan bunyi napas
NOC 2. Monitor respirasi dan
dapat menunjukkan
 Respiratory status: oksigenasi
atelektasis
ventilation 3. Auskultasi bunyi napas
3. Untuk mencatat adanya
 Respiratory status: 4. Anjurkan keluarga pasien
suara napas tambahan.
airway patency memberikan minuman
4. Berguna untuk
Kriteria hasil: hangat atau susu hangat
melunakan secret
 Mendomonstrasika 5. Kolaborasi dalam
5. Untuk melancarkan
n batuk efektif dan pemberian terapi nebulizer
mengencerkan dahak dan
suara nafas bersih, sesuai indikasi
melancarkan jalan nafas.
tidak ada sianosis 6. Berikan O2 dengan
6. Untuk membantu pasien
dan dyspneu menggunakan nasal
bernafas lebih
 Menunjukkan jalan 7. Penghisapan (suction) sesuai
indikasi. baik/mengurangi sesak
nafas yang paten
nafas
 Mampu
7. Merangsang batuk atau
mengidentifikasi pembersihan jalan nafas
dan mencegah suara mekanik pada faktor
faktor yang dapat yang tidak mampu
menghambat jalan melakukan karena batuk
nafas efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC 1. Untuk memastikan ada


pola nafas tindakan keperawatan atau tidaknya sumbatan
1. Buka jalan nafas
selama ..x .. jam pada jalan nafas
2. Pastikan posisi untuk
diharapkan pola nafas 2. Agar pasien dapat
memaksimalkan ventilasi
pasien normal bernafas dengan
3. Auskultasi suara nafas, catat
NOC: optimal/lebih baik
adanya suara tambahan
3. Untuk mengetahui
 Respiratory 4. Monitor vital sign
adanya suara nafas
status: ventilasi (pernafasan) dan status O2
tambahan
 Respiratory 5. Keluarkan secret dengan
4. Untuk mengetahui
status: airway batuk atau suction
kondisi pernafasan
patency
pasien dan status O2
 Vital sign status 5. Untuk mengeluarkan
secret yang
Kriteria hasil:
menghambat jalan
 Mendemonstrasi nafas
kan batuk
efektif, suara
nafas yang
bersih, tidak ada
cyanosis,
dyspneu
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (irama
nafas, tidak
tercekik, tidak
ada nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda
vital dalam
rentang normal
3. Kekurangan Setelah dilakukan NIC
volume cairan b.d tindakan keperawatan 1. Monitoring status hidrasi 1. Untuk mengetahui status
intake oral tidak selama ..x.. jam (kelembaban membrane mukosa, hidrasi pasien
adekuat, takipnea, diharapkan kebutuhan nadi yang adekuat) secara tepat
demam volume cairan pasien 2. Atur catatan intake dan 2. Untuk memastikan jumlah
terpenuhi. output cairan secara akurat cairan yang masuk dan
NOC keluar
 Fluid balance 3. Beri cairan yang sesuai 3. Untuk memenuhi
 Hydration kebutuhan cairan pasien

 Nutritional Fluid monitoring:

status: food and 4. Identifikasi factor risiko 4. Untuk mengetahui factor

fluid intake ketidakseimbangan cairan risiko ketidakseimbangan

Kriteria hasil: (hipertermi, infeksi, muntah dan cairan dan mencegah

 Mempertahanka diare) secara dini factor tersebut

n urine output 5. Monitoring tekanan darah, 5. Komplikasi letal dapat

sesuai dengan nadi dan RR terjadi selama awal

usia, dn BB, BJ, periode pengobatan

urien normal, antimikroba. Kurva suhu

HT normal tubuh memberikan indeks

 Tekanan darah, respon pasien terhadap


terapi. Hipotensi yang
nadi, suhu tubuh terjadi dini pada
dalam batas perjalanan penyakit dapat
normal mengindikasikan hipoksia
 Tidak ada tanda- atau bakterimia.
tanda dehidrasi, Antipiretik diberikan
elestisitas turgor dengan kewaspadaan,
kulit baik, karena antipiretik dapat
membran mengakibatkan penurunan
mukosa lembab, suhu dan dengan demikian
tidak ada rasa mengganggu evalusasi
haus yang IV teraphy: kurva suhu
berlebihan 6. Lakukan 5 benar pemberian 6. Untuk memastikan terapi
terapi infuse (benar obat, dosis, diberikan secara benar
pasien, rute, frekuensi)
7. Monitoring tetesan dan 7. Untuk memastikan
tempat IV selama pemberian pemberian terapi diberikan
secara tepat

4. Intoleransi Setelah dilakukan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan


aktivitas b.d isolasi tindakan keperawatan 1. Kaloborasikan dengan tenaga program yang sesuai dan
respiratory selama ..x.. jam rehabilitasi medik dalam tepat.
diharapkan energi merencanakan program terapi 2. Untuk mengetahui
psikologis maupun yang tepat kemampuan pasien dalam
fisiologi pasien 2. Bantu pasien melakukan suatu aktivitas
terpenuhi mengidentifikasikan aktivitas 3. Untuk membantu pasien
NOC yang mampu dilakukan dalam beraktivitas
 Energy 3. Bantu untuk mendapatkan alat 4. Untuk dapat mengetahui
conervation bantuan aktivitas seperti kursi kekurangan pasien dalam
 Activity roda beraktivitas dan
tolerrance 4. Bantu pasien dan keluarga memberikan penanganan
 Self care: Adls untuk mengidentifikasi yang tepat
Kriteria hasil: kekurangan dalam aktivitas 5. Untuk bisa membuat

 Berpartisipasi 5. Bantu pasien mengembangkan pasien selalu termotivsi

dalam aktifitas motivasi dan peguatan dan besemangat

fisik tanpa 6. Monitor respon fisik, emosi, 6. Untuk mengetahui

disertai sosial, dan spiritual kesanggupan dan

peningkatan keinginan pasien dalam

tekanan darah, melakukan aktivitas

nadi, RR
 Mempu
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri
 Tanda tanda
vital normal
 Energy
psikomotor
 Level
kelemahan
 Mampu
berpindah:
dengan atau
tanpa bantuan
 Status
kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status
baik
 Status respirasi:
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat
5. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian tentang 1. Untuk bisa mengukur
pengetahuan b.d tindakan keperawatan tingkat pengetahuan pasien tingkat pengetahuan
perawatan anak selama ..x.. jam tentang proses penyakit keluarga pasien
pulang diharapkan yang spesifik 2. Untuk mempermudah
pengetahuan keluarga 2. Gambarkan tanda dan gejala keluarga pasien
pasien bertambah. yang biasa muncul pada mengerti tentang
NIC penyakit, dengan cara yang penyakit pasien dan
tepat dapat mengetahui tanda
 Knowlwdge:
3. Identifikasi kemungkinan dan gejalanya
disease process
penyebab dengan cara yang 3. Untuk mengetahui
 Knowledge:
tepat penyebab yang dapat
health Behavior
4. Diskusikan pilihan terapi menimbulkan penyakit
Kriteria Hasil: atau penanganan pasien menjadi semakin
memburuk
 Keluarga pasien
4. Untuk bisa memberikan
menyatakan
terapi yang tepat pada
paham tentang
pasien
penyakit,
kondisi,
prognosis, dan
program
pengobatan
 Keluarga pasien
mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
 Keluarga pasien
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth


volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai