Anda di halaman 1dari 23

SekolahTinggiIlmuKesehatan

AWAL BROS BATAM

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

1. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Harga diri rendah kronis (HDRK) adalah evaluasi diri atau perasaan

negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama dengan

penolakan terhadap diri dan membenci diri yang secara sadar atau tidak sadar

diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (NANDA, 2012). Harga

diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjanagan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau

kemampuan diri (Keliat, 1998).

B. Rentang Respon

respon adaptif respon maladaptif

aktualisasi diri konsep diri positif harga dri rendah keracunan identitas depolarisasi

menurut stuart dan sudeen (1998:230)

Keterangan:

1. Aktualisasi diri : Pernyataan diri positif tentang latar

belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.

2. Konsep diri positif  : Individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi.

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

3. Harga diri rendah : Transisi antara respon diri adaptif dengan

konsep diri maladaptif.

4.  Kerancuan identitas : Kegagalan individu dalam kemalanganaspek

psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasi : Perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri

yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidakdapat

membedakan dirinya dengan orang lain.

C. Faktor Penyebab

Berbagai faktor yang menunjang terjadinya HDRK yaitu:

a. Faktor predisposisi

Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri

rendah yaitu:

1) Perkembangan individu yang meliputi:

 Adanya penolakan dari orang tua.

 Kurangnya pujian dan pengakuan dariorangtua atau orang yang

dekat dengan individu.

 Sikap orang tua over protecting.

 Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidakberguna dan

merasa rendah diri.

2) Ideal diri

 Individu dituntut untuk selalu berhasil.

 Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

 Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa

percaya diri.

b. Faktor presipitasi

1) Gangguan fisik dan mental sehingga keluarga merasa malu dan

rendah diri.

Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan

seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupan,penganiayaan fisik, kecelakaan, bencana

alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya

akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi

dan denial.

D. Proses Terjadinya

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga

diri rendah situasional yang tidak diselesaikankarena individu mendapat feed

back negatifdari lingkungan yang mendorong individu menjadi harga diri

rendah.Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh

dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas

sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan

fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan

menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional,

kondisilingkungan yang tidak  mendukungangdan menyalahkan individu secara

terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

Harga diri rendah kronis juga di pengaruhi beberapa faktor predisposisi

seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural.Faktor biologis biasanya

karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon

secara umumyaitukeseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin

yang menurun mengakibatkan individu mengalami depresi dan kecenderungan

harga diri rendah kronis semakin besar karena individu lebih dikuasai oleh

pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. Struktur otak yang mungkin mengalami

gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah:

a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada individu dengan

harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa

tidak berguna atau gagal terus menerus.

b. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat

kondisi individu dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih

banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan

yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal individu

mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.

c. Thalamus sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur

arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk

mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada individu dengan

harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus

informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga

menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu

mendominasi pikiran dari individu.

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

d. Amigdala yang berfungsi untuk emosi

Adapun ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:

a. Acetylcholine (ach), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami

penurunan.

b. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan

orientasi; mengatur “fight-flight”  dan proses pembelajaran dan

memori, mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan

depresi.

c. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang

mengakibatkan individu lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan

tidak berdaya.

d. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi individu yang

kurang energi, selalu terlihat mengantuk.

Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah konis

berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan

peran dan fungsiseperti  penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak

realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya,

peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam

pekerjaan.Faktor sosialyaitu secara sosial status ekonomi sangat

mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain

kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang

berubah misal ukuran keberhasilan individu.Faktor kulturalyaitu tuntutan

peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri rendah

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

kronis.Faktor presipitasi dapat disebabkan dari dalam diri sendiri ataupun

dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak

jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan

transisi peran sehat-sakit.Individu yang mengalami gangguan harga diri

rendah bisa mengakibatkan gangguan interaksi sosial: menarik diri,

perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku

kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

(Keliat, 1998).

E. Mekanisme Koping

Koping individu efektif adalah kerusakan prilaku adaptif dan kemampuan

menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan dan peran dalam

kehidupan (Toswend, 1998 : 134).

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka

panjang, serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri

sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Stuart & Sundeen.

1998 : 233-234).

Pertahanan jangka pendek termasuk berikut ini :

1. Aktifitas yang dapat memberikan kesempatan pelarian sementara dari

krisis identitas. Misalnya : nonoton TV, kerja keras, olahraga berat.

2. Aktifitas yang dapat memberikan identitas penganti sementara.

Misalnya ikut klub politik, kelompok sosial, dan agama.

3. Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri. Misalnya

pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

olahraga yang kompetitif.

4. Aktifitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah

identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, mialnya

penyalahgunaan zat.

Pertahanan Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi

dariorang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi

atau potensidiri sendiri.

2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan

harapanmasyarakat

Mekanisme Pertahanan Ego:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,

disasosiasi,isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri

dan orang lain.

F. Penatalaksanaan

a. Psikoterapi

Terapi kerja untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang

lain, penderita lain, perawat dan dokter agar individutidak mengasingkan

diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang

kurang baikdan dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan

bersama (Maramis,2005).

b. Terapi Modalitas

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.

Tetapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku individu dari

perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi

modalitas antara lain:

1) Aktifitas Kelompok

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi

yang didasarkan pada pembelajaran

hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok adalah

membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan

interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.

2) Terapi keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member

perawatan langsung pada setap keadaan (sehat-sakit) individu.

Perawat membantu keluarga agar mampu melakukan lima tugas

kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan

tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan

sumber yang ada dalam masyarakat.

3) Terapi Rehabilitasi

Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi

modalitas lain atau berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi,

gerak, dan musik.

4) Terapi Psikodrama

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau

pengalaman individu dalam suatu drama. Drama ini memberi

kesempatan pada individu untuk menyadari perasaan, pikiran, dan

perilakunya yang mempengaruhi orang lain.

5) Terapi Lingkungan

Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan

penderita dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang

ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan.

Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan

multidisipliner.

G. Prinsip Tindakan Keperawatan.

Tindakan keperawatan pada klien:

Tujuan:

1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

3) Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

4) Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

5) Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

Tindakan keperawatan:

1. Terapi generalis

Prinsip tindakan:

 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.

 Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

 Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

 Latih kemampuan yang dipilih klien

 Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien

 Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

 Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian

 Latih kemampuan kedua

 Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal harian

2. Terapi Kognitif

Prinsip tindakan:

Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis

Sesi II : Mengungkapkan alasan

Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis

Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis

Sesi V : Penyelesaian masalah

Sesi VI : Manfaat tanggapan

Sesi VII : Mengungkapkan hasil

Sesi VIII : Catatan harian

Sesi IX : Support system

Tindakan keperawatan pada keluarga

Tujuan :

1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang

dimiliki.

2) Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan.

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM

3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan

latihan yang dilakukan.

4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

Tindakan keperawatan :

1. Terapi generalis

Prinsip tindakan:

 Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah

 Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR

 Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien dengan

HDR

 Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara

merawat klien dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan

perawat sebelumnya

2. Triangle terapi

Prinsip tindakan :

Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan

Sesi II : Menerima orang lain (klien)

Sesi III : Penyelesaian masalah

Sesi IV : Mengungkapkan hasil

STIKes Awal Bros Batam


Jl. Abulyatama. Kel Belian, Kec. Batam Kota-Batam
Telp. (0778) 4805007, +62 857-6008-5061
Email :stikes.awalbatam@yahoo.com
Website. www.stikesawalbrosbatam.ac.id
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari


proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan data dan perumusan
masalah klien ( Budi Anna Keliat, 2005 ). Data yang dikumpulkan dalam
pengkajian meliputi 5 aspek, yaitu, aspek fisik, aspek emosional, aspek
intelektual, aspek sosial dan aspek spritual.
1) Identitas diri
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
pangilan, nama klien, nama pangilan, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No. RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
2) Alasan Masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini.
3) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan
kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa,
menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
5) Psikososial
a) Genogram
Genogram menggambarkan individu dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan, pemahaman dan
keyakinan seseorang terhadap dirinya yang memperngaruhi hubungannya
dengan orang lain. 
c) Gambaran diri
Tanyakan persepsi individu terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi individu terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai.
d) Fungsi peran
Tugas atau peran individu dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan individu dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat individu sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan individu akibat perubahan tersebut.
e) Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerja atau sekolah, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
f) Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai
harapan, penilaian klien terhadap pandangan/penghargaan orang lain.
6) Hubungan social
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat
dalam berinteraksi dengan orang lain.
7) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasaan dalam
menjalankan keyakinan
8) Status mental
9) Kebutuhan persiapan pulang
10) Mekanisme koping
11) Masalah psikososial
12) 1w
B. Daftar Masalah

C. Pohon Masalah

D. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri : harga diri
E. Rencana Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip hubungan
therapeutik
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggialan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Selalu kontak mata selama interaksi
7. Tunjukan sikap empati dan penuh perhatian pada klien

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
o  Kriteria hasil
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
o  Intervensi
1.    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.    Bantu klien mengekspresikan dan menggambarkan perasaan serta pikirannya
3.    Tekankan bahwa kekuatan untuk berubah tergantung pada klien sendiri
4.    Identifikasi stresor yang relevan dan penilaian klien terhadap stresor tersebut
5.    Dukung kekuatan, ketrampilan dan respon koping yang efektif
6.    Utamakan memberi pujian therapeutik
7.    Tingkatkan keterlibatan keluarga dan kelompok untuk memberikan dukungan
untuk mempertahankan kemajuan dan perkembangan klien
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
o  Kriteria hasil
Klien menilaim kemampuan yang digunakan
o  Intervensi
1.    Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
2.    Dukung kekuatan, ketrampilan dan respon koping yang adaptif
3.    Utamakan memberi pujian therapeutik
4.    Libatkan keluarga dalam perawatan klien

TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan harian


1.      Dukung klien untuk merencanakan kegiatan harian
2.  Rencanakan kegiatan bersama klien, aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan (kegiatan sendiri, kegiatan dengan bantuan sebagian,
kegiatan dengan bantuan total)
3.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan
5.      Libatkan keluarga dalam perawatan klien

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
o  Kriteria hasil
Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuannya
o  Intervensi
1.    Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2.    Beri pujian atas keberhasilan klien
3.    Beri dukungan yang sesuai dan positif untuk mempertahankan kemajuan dan
pertumbuhannya
4.    Libatkan keluarga dalam perawatan klien

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


o  Kriteria hasil
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada
o  Intervensi
1.    Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
2.    Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3.    Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah sesuai dengan keadaan klien
F. Implementasi
Bina hubungan saling percayadengan :
 Menyapa klien denganramah
 Memperkenalkan diridengan sopan
 Menanyakan nama lengkapserta alamat klien
 Menunjukan sikap empati, jujur dan menempati janji
 Menanyakan masalah yangdihadapi
G. Evaluasi
S :         
 Klien menjawab salam dan mengatakan selamat pagi,menyebutkan nama
dan alamat
O:
 Klien mau berjabat tangan
 Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
 Klien mau mengutarakan masalahnya
A : SP 1 tercapai
Pp :
Lanjutkan SP 2 adakan kontrak waktu pertemuan berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien untuk dapat menyapa perawat jika bertemu dan percaya jika perawat
akan membantu masalah yang dihadapi

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta :


EGC Keliat, dkk. (2007). Modul lC-CMHN. Fakultas llmu Keperawatan Universitas
lndonesia

Keliat, B.A. dan Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC
Keliat, B.A. (2002). Gangguan Konsep Diri Pada Individu Gangguan Jiwa. Jakarta :
EGC
Keliat,Budi. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:EGC
Maramis, W.F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press
NANDA.( 2012) . Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta :EGC

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, G.W & sundeen, S.J, (1998). Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan). Edisi 3.
Jakarta :EGC
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperewatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Townsend, M. C. (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
SekolahTinggiIlmuKesehatan
AWAL BROS BATAM
SekolahTinggiIlmuKesehatan

AWAL BROS BATAM

Anda mungkin juga menyukai