Anda di halaman 1dari 10

PENYAKIT KELENJAR GETAH BENING

Disusun Oleh:
Syafiqah Fakhirah (51120002)

Dosen pengampu : Dedy Asep, S.Kep.,M.si

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
1.Penyakit Tiroid(leher)

 Pengertian Penyakit Gondok

Gondok adalah penyakit yang menimbulkan reaksi pembesaran kelenjar tiroid dan terjadi secara
abnormal. Gondok juga memiliki nama lain yaitu goiter. Kelenjar tiroid sendiri, merupakan
kelenjar yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di leher, di bawah Adam’s apple atau
jakun.

Penyebab dari penyakit gondok/goiter ada bermacam-macam, beberapa yang tersering, yaitu:

 Kekurangan iodine. Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk memproduksi hormon


iodine. Iodine adalah suatu zat yang terkandung di dalam garam. Jika kelenjar tiroid
kekurangan konsumsi garam, maka pembesaran kelenjar akan terjadi.

 Penyakit Grave. Memiliki indikasi atau gejala dimana kelenjar tiroid menjadi terlalu
aktif, sehingga memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Kondisi ini menyebabkan
hipertiroid. Penyakit grave sendiri merupakan penyakit autoimun (sistem kekebalan
menyerang tubuh sendiri).

 Penyakit Hashimoto. Merupakan sebuah penyakit autoimun. Namun, pada penyakit


Hashimoto, kondisi hipotiroid akan terjadi karena kelenjar tiroid kurang aktif untuk
memproduksi hormone tiroid.

 Penyakit Goiter Multinodular. Pada kondisi ini, terbentuk beberapa benjolan padat


ataupun benjolan berisi cairan yang disebut dengan nodul pada kedua kelenjar tiroid (kiri
dan kanan), mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid secara keseluruhan.

 Nodul Soliter Tiroid. Dalam kondisi ini, hanya akan terbentuk satu benjolan/nodul pada
salah satu sisi kelenjar tiroid. Kebanyakan dari benjolan ini bersifat jinak dan tidak
mengarah kepada suatu keganasan (kanker).
 Kanker Tiroid. Merupakan di mana tiroid mengalami keganasan dan lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan nodul soliter tiroid jinak.

 Kehamilan. Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang di produksi oleh


tubuh bisa menyebabkan sedikit pembesaran pada kelenjar tiroid. Hal tersebut umumya
terjadi ketika wanita sedang mengandung.

 Inflamasi atau dikenal dengan istilah tiroiditis. Merupakan suatu kondisi inflamasi yang
dapat disertai dengan rasa nyeri di leher. Hal ini dapat terjadi akibat kelebihan atau
kekurangan hormon tiroxin.

 Gejala Penyakit Gondok

Gejala dari penyakit gondok/goiter, antara lain:

 Pembesaran/pembengkakkan pada leher yang dapat dengan jelas terlihat saat berkaca
maupun dengan perabaan;

 Sensasi rasa penuh pada leher/tenggorokan;

 Batuk;

 Suara serak;

 Sulit menelan; dan

 Sulit bernapas.
2.PARATIROID

 Pengertian Hiperparatiroidisme

Hiperparatiroidisme merupakan kondisi berlebihnya jumlah hormon paratiroid di dalam darah. P


akibat dari peningkatan aktivitas satu atau lebih dari empat kelenjar paratiroid yang terdapat
dalam tubuh. Kelenjar tersebut memiliki ukuran yang serupa dengan sebutir nasi dan berlokasi di
leher.

 Penyebab Hiperparatiroidisme

Pada hiperparatiroid, salah satu atau beberapa kelenjar paratiroid menjadi terlalu aktif
(overactive), sehingga menghasilkan hormon paratiroid berlebih. Hal ini dapat disebabkan oleh
tumor, pembesaran kelenjar, ataupun masalah struktural dari kelenjar paratiroid.

Apabila kadar kalsium terlalu rendah, kelenjar paratiroid merespons dengan meningkatkan
produksi hormon paratiroid. Hal ini menyebabkan ginjal dan usus menyerap jumlah kalsium
lebih besar. Selain itu, mengurangi lebih banyak kalsium dari tulang. Ketika kadar kalsium
kembali meningkat, maka produksi hormon paratiroid akan kembali normal.

 Gejala Hiperparatiroidisme

Sebenarnya hiperparatiroidisme sendiri jarang menimbulkan gejala. Gejala biasanya muncul


karena kerusakan atau disfungsi organ dan jaringan akibat kadar kalsium dalam darah terlalu
tinggi, sedangkan simpanan kalsium pada tulang menurun. Gejala yang dapat muncul, antara
lain:

 Nyeri tulang dan sendi.

 Tulang menjadi rapuh dan rentan mengalami patah tulang.

 Mual, muntah, dan selera makan menurun.

 Nyeri perut.

 Sembelit atau konstipasi.

 Banyak mengeluarkan urine.


 Cepat haus.

 Cepat lelah atau lemas.

 Badan terasa tidak enak tanpa penyebab pasti.

 Depresi atau cepat lupa.

 Konsentrasi hilang.

3. PANKREAS

 Pengertian Insulinoma

Insulinoma adalah tumor yang tumbuh di pankreas. Kondisi ini membuat tubuh memproduksi
insulin lebih banyak dari yang diperlukan. Oleh sebab itu, penderita insulinoma dapat mengalami
keluhan terkait rendahnya kadar gula darah, seperti pandangan buram, pusing, bahkan penurunan
kesadaran.

 Penyebab Insulinoma

Penyebab insulinoma belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga
dapat meningkatkan risiko seseorang terkena insulinoma, yaitu:

 Multiple endocrine neoplasia tipe 1 atau sindrom Werner, yaitu tumor yang tumbuh di


kelenjar endokrin, usus kecil, dan lambung
 Neurofibromatosis tipe 1, yaitu kelainan genetik yang mengganggu pertumbuhan sel
sehingga tumor tumbuh di jaringan saraf dan kulit
 Tuberous sclerosis, yaitu tumor yang berkembang di banyak bagian tubuh, seperti otak,
mata, jantung, ginjal, paru-paru, dan kulit
 Sindrom Von Hippel-Lindau, yaitu kelainan genetik yang menyebabkan tumbuhnya
beberapa tumor dan kista di sejumlah organ, seperti kelenjar adrenal, pankreas, ginjal, dan
saluran kencing

 Gejala Insulinoma

Penderita insulinoma tidak selalu menunjukkan gejala. Bila muncul, gejalanya bisa bervariasi,
tergantung pada keparahan kondisi pasien, antara lain:

 Pusing
 Mudah lelah
 Berkeringat
 Jantung berdebar (palpitasi)
 Sering lapar
 Penglihatan kabur atau ganda
 Berat badan naik secara tiba-tiba
 Suasana hati (mood) sering berubah-ubah
 Bingung, cemas, dan mudah marah
 Tremor (gemetar)

4.ADRENAL

 Pengertian Sindrom Cushing

Sindrom Cushing adalah sekumpulan gejala yang terjadi akibat tingginya kadar hormon kortisol
dalam tubuh. Kondisi ini juga umum dikenal sebagai hiperkortisolemia dan lebih sering terjadi
pada perempuan.

 
 Faktor Risiko Sindrom Cushing

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang alami sindrom Cushing.
Faktor risiko tersebut, antara lain:

 Obesitas.
 Diabetes tipe 2.
 Kurangnya kontrol kadar gula darah.
 Tekanan darah tinggi.

 Penyebab Sindrom Cushing

Kortisol merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, suatu organ yang terletak di
atas ginjal. Kortisol merupakan stress hormone. Peningkatan hormon ini dapat disebabkan oleh
faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang menyebabkan meningkatnya hormon ini
paling sering adalah penggunaan obat kortikosteroid dalam dosis tinggi dan jangka panjang.

Peningkatan kortisol yang disebabkan oleh faktor internal biasanya diawali dengan
meningkatnya hormon adrenokortikotropik (ACTH) dalam tubuh, seperti pada tumor hipofisis
atau tumor penghasil ACTH. Kondisi ini disebut sebagai penyakit Cushing dan merupakan
kondisi medis yang spesifik dan menjadi penyebab Sindrom Cushing.

 Gejala Sindrom Cushing

Mereka yang mengidap sindrom Cushing dapat terlihat dari gejala-gejala yang muncul, di
antaranya sebagai berikut:

 Wajah terlihat bulat (moon face).


 Wajah terlihat kemerahan.
 Naiknya berat badan atau obesitas.
 Deposit lemak pada tengkuk (buffalo neck).
 Penipisan kulit yang rentan memar.
 Jerawat.
 Kelelahan.
 Lemah otot.
 Hipertensi.
 Meningkatnya gula darah.
 Depresi dan cemas
 Osteoporosis.
 Batu ginjal.
 Gangguan tidur.
 Tumbuhnya rambut pada tubuh dan wajah.
 Pada perempuan, menstruasi yang tidak teratur.
 Turunnya libido.
 Gangguan ereksi pada pria.

5. KELENJAR PADA SEKS (AGRO)

 Gangguan pada hormone seks

Etiologi

Etiologi pasti dari gangguan keinginan dan gairah seksual atau yang dikenal dengan sexual drive
disorder belum diketahui, namun diperkirakan bersifat multifaktorial yang mencakup faktor
biologis, psikologis, relasi, dan sosiokultural.[5] Namun konsumsi obat-obatan yang bisa
menurunkan kadar dopamine otak, augmentasi serotonin melalui reseptor 5HT2A, atau
peningkatan aktivitas opioid pada reseptor mu dapat menghambat gairah seksual.[1]
Etiologi lain yang mungkin menjadi penyebab gangguan ini adalah perubahan hormonal,
peristiwa hidup yang tidak menyenangkan, disfungsi psikososial, depresi, paparan obat-obatan,
masalah medis dan ginekologis, serta gangguan produksi androgen

Patofisiologi
Patofisiologi pasti gangguan keinginan dan gairah seksual belum diketahui secara pasti, namun
diperkirakan melibatkan berbagai area di otak yang mengatur gairah seksual, termasuk korteks
prefrontal, locus coeruleus, area preoptik medial, nukleus paraventricular, ventral tegmental area,
dan nukleus accumbens.[1,4]

Fungsi seksual membutuhkan interaksi kompleks berbagai hormon dan neurotransmitter yang
bekerja di sentral maupun perifer. Gairah seksual merupakan hasil keseimbangan kompleks
antara jaras-jaras eksitasi dan inhibisi di otak.[2]

Timbulnya dorongan seksual melibatkan neurotransmitter dopamine, melanocortin, oksitosin,


vasopressin, dan norepinefrin. Berbagai neurotransmiter ini mengkoordinasikan berbagai jaras di
hipotalamus, sistem limbik dan korteks untuk memproses dan merespon stimulus seksual.
Sedangkan inhibisi seksual melibatkan sistem opioid, serotonin, dan endocannabinoid.[1]
Gangguan pada salah satu atau kedua sistem ini diperkirakan merupakan patofisiologi gangguan
keinginan dan gairah seksual.

6. HIPOFISIS

 Pengertian Prolaktinoma

Prolactinoma adalah kemunculan tumor jinak otak, tepatnya di kelenjar hipofisis (pituitary), yang
menyebabkan produksi hormon prolaktin secara berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan
gangguan kesuburan pada pria maupun wanita.

 Gejala Prolactinoma

Prolactinoma dapat terjadi tanpa disertai gejala. Gejala baru muncul jika kadar hormon prolaktin
di dalam darah berlebihan atau terjadi tekanan pada jaringan di sekitar tumor. Gejala yang umum
terjadi meliputi:

 Sakit kepala
 Mual dan muntah
 Kelelahan
 Nyeri atau tekanan pada daerah wajah
 Penglihatan terganggu
 Penciuman terganggu
 Tulang menjadi rapuh
 Gairah seksual menurun
 Masalah kesuburan

 Penyebab Prolactinoma

Belum diketahui apa penyebab pasti prolactinoma. Kebanyakan kasus prolactinoma muncul
secara spontan, tanpa ada kondisi tertentu yang mendasarinya. Ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko prolactinoma. Faktor tersebut meliputi usia dan jenis kelamin, yaitu pada
wanita berusia 20-34 tahun, serta menderita kondisi genetik yang diturunkan, yaitu multiple
endocrine neoplasia tipe 1 (MEN 1).

Anda mungkin juga menyukai