Anda di halaman 1dari 7

Easy

| Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.

Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi


Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan

Easy Orient Dewantari


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang Buang Air Besar (BAB) dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Penyebab utama diare pada anak
adalah rotavirus. Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis terdapat disepanjang tahun dan puncak tertinggi pada
peralihan musim peghujan dan kemarau. Diare merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia
akibat komplikasinya yaitu dehidrasi. Anak perempuan usia 22 bulan mengalami BAB sebanyak 4 kali dalam 24 jam, berwarna
kuning, cair dengan sedikit ampas, tanpa lendir maupun darah, anak muntah tiap kali diberi minum atau makan. Pada
pemeriksaan fisik, anak tampak rewel dan kehausan, mata cekung dan turgor kulit melambat. Pasien didiagnosis dengan diare
akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Terapi yang dilakukan berupa rehidrasi dengan infus Ringer Laktat (RL) 770 mililiter (ml)
dalam 2,5 jam dilanjutkan dengan infus KaEN 3A 15 tetes/menit, pemberian 100 ml oralit tiap BAB, lanjutkan Air Susu Ibu (ASI)
dan makanan, pemberian zinc sirup 1x2 sendok takar selama 10 hari, dan edukasi kepada keluarga. Tatalaksana diare akut
meliputi rehidrasi, asupan nutrisi, pemberian zinc, antibiotik selektif, dan edukasi kepada keluarga.

Kata kunci : dehidrasi, diare akut, manajemen terapi.

Therapy Management Of Acute Diarrhea With Mild-Moderate Dehydration And


Profuse Vomiting In 22 Months Children

Abstract
Diarrhea is a condition when someone defecated with soft consistency or just water and has more frequency (more than three
times) in a day. The main cause of diarrhea in children is rotavirus. In Indonesia, diarrhea is an endemic disease and has the
highest rate in transition period. Diarrhea is one of the disease which has the hughest mortality rate because of its complication,
dehydration. A 22 months-girl defecated four times a day in 24 hours, yellow-coloured, liquid consistency, without mucus or
blood, vomit when eating and drinking. In physical examination, the child looks thirsty, sunken eyes, and the skin turgor is
decreased. Patient is diagnosed with acute diarrhea with mild-moderate dehydration. The therapy is rehydration with Ringer's
Lactate infuse 770 ml in 2,5 hours continued with KaEN 3A infuse 15x/minutes, 100 ml oralit after defecating, continous
breastfeeding and food, zinc syrup 1x2 tea spoon for ten days, and education. The management of acute diarrhea is rehydration,
nutrition, zinc, selective antibiotics, and education.

Keywords: acute diarrhea, dehydration, therapy management

Korespondensi: Easy Orient Dewantari, S. Ked, alamat Jl. Imam Bonjol No. 109 Metro Pusat, HP 085273887990, email
easyorientd@gmail.com



Pendahuluan
Diare adalah suatu kondisi dimana
seseorang BAB dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih) dalam satu hari. Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus
atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainnya.1
Penyebab yang sering ditemukan di
lapangan ataupun secara klinis adalah diare
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|64

yang disebabkan infeksi dan keracunan.


Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi dua,
yaitu: 1
a. Diare akut berlangsung kurang dari
14 hari, dan
b. Diare persisten atau diare kronis
berlangsung lebih dari 14 hari.
Komplikasi tersering pada diare adalah
dehindrasi. Dehidrasi adalah kehilangan air
tubuh yang sering diikuti oleh kehilangan
elektrolit dan perubahan keseimbangan asambasa di dalam tubuh. Etiologi dehidrasi pada
anak dengan diare adalah BAB yang terus

Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.

menerus dan muntah profuse. Muntah profuse


adalah muntah yang jumlahnya semakin
meningkat. Bila hal ini terjadi terus menerus
maka dapat mengancam kehidupan.2
Diare dengan dehidrasi dibagi menjadi tiga
derajat, yaitu:1
a. Diare tanpa dehidrasi, yaitu bila keadaan
umum anak baik, mata normal, anak bisa
minum dan turgor kulit kembali cepat
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang,
yaitu bila anak tampak gelisah atau
rewel, mata cekung, anak merasa
kehausan dan ingin minum banyak, dan
turgor kulit kembali lambat
c. Diare dengan Dehidrasi berat, yaitu bila
anak tampak lesu, lunglai, bahkan tidak
sadar, mata cekung, anak malas atau
tidak bisa minum, dan turgor kulit
kembali sangat lambat (lebih dari 2
detik).
Secara teori, ada lima langkah tata laksana
diare, yaitu (a) rehidrasi dengan oralit, (b)
dukungan nutrisi berupa pemberian ASI, (c)
suplementasi zinc selama 10 hari, (d) pemberian
antibiotik secara selektif, dan (e) edukasi orang
tua.1

Kasus
Pasien An. SS, perempuan, usia 22 bulan
datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek (RSUDAM) dengan keluhan
muntah dan mencret sejak 1 hari yang lalu.
Muntah terjadi 5 kali setiap pasien
makan/minum, warna putih kekuningan,
sebanyak minuman/makanan yang dikonsumsi.
Selain itu pasien mencret 4 kali sebanyak
setengah gelas belimbing berwarna kuning
dengan konsistensi cair sedikit ampas, tanpa
disertai lendir maupun darah. Riwayat demam
sebelumnya tidak ada. Anak tampak rewel dan
kehausan, namun muntah bila minum. Kemudian
pasien dibawa ibunya ke RSUDAM.
Pasien merupakan anak pertama, belum
memiliki adik. Menurut ibu pasien selama
mengandung pasien, ia rutin memeriksakan
kehamilannya ke bidan setiap 1 bulan sekali dan
tidak ada keluhan atau penyulit selama
kehamilannya. Pasien lahir cukup bulan, spontan,
langsung menangis. Berat badan lahir 3000 gram
dan panjang badan 51 cm. Pasien diberi ASI

hingga saat ini, saat 6 bulan pertama pasien


diberi ASI secara eksklusif. Kemudian, setelah 6
bulan pasien diberi makanan nasi tim (3x sehari),
diselingi buah sekali sehari. Usia 9 bulan, pasien
diberi makan dengan bubur nasi (3x sehari) dan
buah (1x sehari). Usia 1 tahun hingga sekarang,
pasien sudah diberi makanan orang dewasa
dengan nasi, lauk dan sayur yang bervariasi (3x
sehari) dan buah. Ibu pasien rutin membawa
pasien ke pos pelayanan terpadu (Posyandu) tiap
bulan. Imunisasi dasar belum lengkap. Imunisasi
campak belum dilakukan karena saat dibawa ke
Posyandu usia 9 bulan, pasien mengalami
demam. riwayat pertumbuhan dan status gizi
baik, dan riwayat perkembangan sesuai umur.
Riwayat penyakit dahulu diketahui bahwa
pasien pernah mengalami keluhan diare saat usia
18 bulan yang sembuh dalam 3 hari. Selain itu
pasien memiliki riwayat kejang demam saat usia
8 bulan.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis,
denyut nadi 130x/menit reguler, isi dan tegangan
cukup, respiration rate 40x/menit tipe
torakoabdomina, suhu 36,5oC (peraxilla). Status
gizi baik berdasarkan kurva Berat Badan per
Umur (BB/U) menurut Center for Disease Control
and Prevention (CDC), dengan berat badan 11 kg,
panjang badan 82 cm. Mata tampak cekung,
telinga dan hidung dalam batas normal. Pada
pemeriksaan kelenjar getah bening leher tidak
didapatkan pembesaran. Pada pemeriksaan regio
toraks didapatkan jantung dan paru-paru dalam
batas normal. Pada pemeriksaan abdomen
nampak perut datar, turgor kulit melambat,
hepar dan lien tidak teraba, bising usus 16
kali/menit. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan ekstremitas superior dan inferior
dalam batas normal.
Diagnosis pasien ini adalah diare akut
dengan dehidrasi ringan-sedang dan muntah
profuse. Pasien diberikan tatalaksana dengan
Infus RL sebanyak 770 ml dalam 2,5 jam
dilanjutkan dengan infus KaEN 3A 15 tetes/menit
(makro), oralit 100 ml tiap BAB, zinc sirup 10 mg
1x2 sendok takar, parasetamol sirup 120 mg 3x1
sendok takar (bila demam).



J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|65

Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.


Pembahasan
Diagnosa pada pasien ini adalah diare akut
dengan dehidrasi ringan sedang disertai muntah
profuse.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang disesuaikan dengan definisi dan
klasifikasi diare menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Depkes RI)1, didapatkan anak
BAB 4 kali dalam 24 jam sebanyak setengah gelas
belimbing setiap BAB, berwarna kuning dengan
konsistensi cair, sedikit ampas, tanpa disertai
lendir maupun darah, muntah lebih dari 5 kali
berwarna putih disertai makanan atau minuman
yang baru dikonsumsi. Anak tampak rewel dan
kehausan, mata cekung, turgor kulit kembali
dalam waktu kurang dari 2 detik.
Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab
diare cair akut pada 20-80% anak di dunia.3-5 Juga
merupakan penyebab kematian pada 440.000
anak dengan diare per tahunnya di seluruh
dunia.6 World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa penyebab utama kematian
pada balita adalah diare (post neonatal) 14%.
Kematian pada bayi umur <1 bulan akibat Diare
yaitu 2%. Terlihat bahwa Diare sebagai salah satu
penyebab utama tingginya angka kematian anak
di dunia.7
Diare rotavirus adalah penyakit infeksi akut
yang ditandai oleh BAB yang cair dan muntah,
disebabkan oleh rotavirus, paling sering dijumpai
pada anak dibawah umur dua tahun. Puncak
kejadian klinis penyakit ini adalah kelompok 6
sampai 24 bulan. Infeksi rotavirus bisa
asimtomatis atau pun menyebabkan diare
dengan dehidrasi ringan sampai berat.8,9

Di Indonesia, berdasarkan riset kesehatan


dasar (Riskesdas) tahun 2007, diare merupakan
penyakit endemis terdapat disepanjang tahun,
dan puncak tertinggi pada peralihan musim
peghujan dan kemarau.10 Dehidrasi merupakan
salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat
menyebabkan kematian.11
Infeksi rotavirus didiagnosis berdasarkan
klinis
dan
epidemiologi.
Pemeriksaan
laboratorium jarang dikerjakan. Membuat
diagnosis spesifik dari diare akut karena rotavirus
tidak akan mengubah manajemennya karena
tidak ada terapi spesifik yang tersedia untuk
rotavirus.12 Namun untuk menyingkirkan
penyebab lain pemeriksaan penunjang yang
digunakan adalah pemeriksaan darah lengkap
dan pemeriksaan feses lengkap.13
Penanganan diare akut ditujukan untuk
mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta
gangguan keseimbangan elektrolit dan asam
basa, kemungkinan terjadinya intoleransi,
mengobati kausa dari diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta.14,15
Secara teori, ada lima langkah tata laksana
diare, yaitu : 1,16-20
a. Rehidrasi
Untuk terapi diare dengan dehidrasi
ringan/sedang, dilakukan rencana terapi
sebagai berikut :
Jumlah oralit yang diberikan di sarana
pelayanan kesehatan dalam 3 jam pertama
1. Bila BB tidak diketahui berikan oralit
sesuai
tabel
di
bawah
ini:

Umur Sampai
Berat Badan
Jumlah cairan

Tabel 1.Kebutuhan Cairan pada Dehidrasi ringan/sedang


4 bulan
4 -12 bulan
12-24 bulan
2-5 tahun
< 6 kg
6-10 kg
10-12 kg
12-19 kg
200-400
400-700
700-900
900-1400


Bila anak menginginkan lebih banyak
oralit, berikanlah.
2. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
3. Untuk bayi <6 bulan yang tidak
mendapat ASI berikan juga 100-200 ml
air masak selama masa ini.
4. Untuk anak >6 bulan, tunda pemberian
makan selama 3 jam kecuali ASI dan
oralit.
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|66


5. Beri obat zinc selama 10 hari berturutturut.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali keadaan
anak dan berikan rencana terapi rehidrasi
sesuai dengan keadaannya.
Terapi cairan yang diberikan pasien diare
dengan dehidrasi ringan/sedang adalah
pemberian oralit, namun pasien muntah tiap
diberi minum sehingga dipilih rehidrasi

Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.

dengan menggunakan ringer laktat sebanyak


70 ml x berat badan (kg) = 70 ml x 11 kg,
yaitu 770 ml dalam 2,5 jam.
Jumlah tetesan per menit
= 770 x 20
2,5 x 60
=103 tetes per menit (makro)
Agar tidak terjadi dehidrasi berulang,
pasien diberikan cairan rumatan sesuai
dengan kebutuhan berat badannya, yaitu 11
kg, sehingga kebutuhan cairan/hari:
(10 kg x 100 ml/kgBB) + (1x50 ml/kgBB) =
1050 ml/hari.
Tetesan per menit (makro)
= 1050 x 20 (tetes/menit)
24 (jam) x 60 (detik)
= 15 tetes
Kebutuhan elekrolit pada pasien per hari
adalah :
Kalium (Ka+)
: 1 mEq/kgBB/hari


: 11 kg x 1 mEq/hari


: 11 mEq/hari.
Natrium (Na+)
: 1-2 mEq/kgBB/hari


: 11 kg x 2 mEq/hari


: 22 mEq/hari
Dipilih cairan KaEN 3A, untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan kalori per hari agar
tidak terjadi dehidrasi yang berulang,
gangguan keseimbangan elektrolit maupun
kekurangan nutrisi. Cairan ini mengandung
Na+ (60), Cl- (50), K+ (10), laktat- (20),
Dextrosa (27 g/L), dan Kalori (108 kkal/L).

b. Dukungan Nutrisi
Pada kasus diare akut dengan dehidrasi
ringan-sedang diberikan tambahan cairan
lebih banyak dari biasanya. Pemberian ASI
diberikan lebih sering dan lebih lama.
Pemberian makanan selama diare harus
diteruskan dan ditingkatkan setelah sembuh,
tujuannya adalah memberikan makanan
yang kaya nutrient sebanyak anak mampu
menerima. Sebagian besar anak dengan
diare cair, nafsu makannya timbul kembali
setelah dehidrasi teratasi.
Meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang
normal termasuk kemampuan menerima dan
mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga

memburuknya status gizi dapat dicegah atau


paling tidak dapat dikurangi.
ASI memberikan imunitas atau
kekebalan yang belum dapat dibuat sendiri
oleh bayi yang baru lahir. Di Padang,
ditemukan angka kejadian diare akut yang
lebih sedikit pada anak usia 0-1 tahun yang
mendapatkan ASI eksklusif.
Pada pasien ini telah dianjurkan kepada
ibu pasien agar tetap meneruskan
pemberian ASI dan memberikan makanan
lunak kepada pasien.

c. Suplementasi Zinc
Zinc sulfat diberikan pada usia > 6 bulan
sama dengan 20 mg per hari yang dilarutkan
sehingga dalam terapi yang diberikan pada
kasus ini sudah sesuai yaitu Zinc sirup yang
mengandung zinc sulfat 10 mg, diberikan 1x2
sendok takar.
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro
yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc meningkatkan
sistem kekebalan tubuh sehingga mencegah
resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan
setelah anak sembuh dari diare.
Penggunaan zinc selama diare akut
diperkirakan akan mempengaruhi fungsi
imun atau fungsi dan struktur intestinal serta
proses pemulihan epitel selama diare,
sehingga akan mencegah diare lebih lanjut
atau mempercepat proses penyembuhan.

d. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik harus berdasarkan
indikasi yang sesuai, seperti diare berdarah
atau diare karena kolera, atau diare dengan
disertai penyakit lain.

e. Edukasi Orang Tua
Edukasi yang diberikan kepada orang tua
pasien berupa pemahaman tentang penyakit
diare dan terapinya, meliputi cara pemberian
oralit, zinc, nutrisi yang cukup, kebersihan
diri dan makanan. Pada orang tua juga
diberikan edukasi apabila menemukan
tanda-tanda pada anak seperti BAB cair lebih
sering, muntah berulang, mengalami rasa
haus yang nyata, makan minum sedikit,
demam, tinja berdarah atau tidak membaik
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|67

Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.


dalam 3 hari maka anak harus segera dibawa
ke fasilitas kesehatan terdekat.

Terapi tambahan pada diare anak dapat
berupa pemberian probiotik ataupun pemberian
antipiretik bila anak demam.
Probiotik adalah bakteri hidup atau bakteri
campuran
yang
mempunyai
efek
menguntungkan pada saluran cerna dan saluran
nafas
manusia
melalui
kemampuanya
memperbaiki keseimbangan mikroflora usus.
Bakteri ini temasukmikroba dari golongan bakteri
asam laktat yang bekerja mempertahankan
kesehatan manusia. Terdapat tiga genus bakteri
asam laktat yang sering dipakai sebagai probiotik
antara lain Lactobacilus, Bifdobacterium dan
Streptococcus. Selain itu, bakteri yang juga sering
digunakan untuk probiotik adalah Lactococcus,
dan Enterococcus.21
Fungsi pemberian Probiotik antara lain
sebagai:21
a. Fungsi pertahanan mukosa, fungsi proteksi
dan pertahanan imunitas saluran cerna
seperti misalnya lapisan epitel, lapisan
mukus, peristaltik, dan deskuamasi epitel,
serta sekresi Imunnoglobulin A (IgA), sangat
berpengaruh terhadap perlekatan kuman
patogen.
b. Modulasi sistem imun lokal dan sistemik, dua
fungsi munitas di saluran cerna yang penting
adalah:
1. Sebagai
peran
proteksi/supresi,
mencegah respon imun terhadap
protein, dan menghindari reaksi
hipersensitvitas
2. Induksi respon imun spesifik dengan
sekresi IgA di dalam lumen saluran
cerna yang bertujuan untuk mencegah
kolonisasi kuman patogen.
Banyak penelitan melaporkan adanya
perbaikan klinis pada diare yang disebabkan
karena infeksi virus rota atau travelers diarrhea,
diare yang disebabkan karena Clostridium dificile,
sembuh dengan pemberian probiotik. Selain itu,
probiotik juga dapat digunakan untuk mengobati
diare yang berhubungan dengan pengunan
antibiotik (antibiotic asosiated diarrhea).21
Kombinasi zinc dan probiotik dapat
memperpendek lama diare selama kurang lebih
2 hari dibandingkan dengan yang diberikan
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|68

terapi probiotik saja.22-24 Namun pada penelitian


lain yang dilakukan oleh Manoppo tahun 2010 di
RS Manado menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna antara pasien diare
akut pada anak yang di terapi dengan probiotik
maupun tanpa probiotik.25 World Health
Organization (WHO) sendiri tidak menyarankan
ataupun melarang penggunaan probiotik dalam
terapi diare akut.7
Bila demam, pasien dapat diberikan
paracetamol sirup dengan dosis 10mg/kgBB tiap
pemberian, dapat diberikan 3-4x sehari, jadi
pada pasien diberikan
dosis x berat badan = 10 mg/kgBB x 11 kg

= 110 mg, 3-4 x sehari
Sediaan paracetamol sirup adalah 120
mg/5ml, jadi pada anak dapat diberikan
sebanyak 5 ml atau 1 sendok takar.2
Prognosis diare akibat rotavirus pada anak
umumnya baik, namun penyebab utama
tingginya kematian anak dengan diare di dunia
adalah dehidrasi. WHO melaporkan bahwa
penyebab utama kematian pada bayi umur >1
bulan akibat diare adalah sebesar 14%. Kematian
pada bayi umur <1 bulan akibat diare yaitu
sebesar 2%.7 Namun, dengan penatalaksanaan
yang cepat dan tepat serta edukasi yang baik
kepada orang tua, pasien diare dengan dehidrasi
dapat memperoleh prognosis yang lebih baik dan
keluarga dapat mendukung proses pengobatan
hingga anak sembuh. Faktor prognosis pada
pasien ini ad vitam ad bonam, ad functionamad
bonam, ad sanactionam dubia ad bonam.

Simpulan
Diagnosis diare akut dan dehidrasi
ditegakkan berdasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang
dilakukan bila didapatkan indikasi seperti adanya
lendir ataupun darah. Pengobatan pada diare
akut ada lima langkah, yaitu (a) rehidrasi dengan
oralit, (b) dukungan nutrisi berupa ASI, (c)
suplementasi zinc selama 10 hari, (d) pemberian
antibiotik selektif, dan (e) edukasi orang tua.
Prognosis pada diare akut umumnya baik.
Kematian yang banyak terjadi pada anak dengan
diare disebabkan karena dehidrasi. Namun,
dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat
serta edukasi yang baik kepada orang tua, pasien
diare dengan dehidrasi dapat memperoleh

Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.

prognosis yang lebih baik dan keluarga dapat


mendukung proses pengobatan hingga anak
sembuh.

Daftar Pustaka

1. Depkes RI. Lintas diare. Jakarta:Depkes RI;
2011.
2. IDAI. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi.
Jakarta:IDAI; 2012.
3. Karuniawati F. Pengaruh suplementasi seng
dan probiotik terhadap durasi diare akut cair
anak. [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2012.
4. Breese J, Fang ZY, Wang B, Soenarto Y,
Nelson EA, Tam J, et al. First report from the
asian rotavirus surveillance network: emerginfect disease. 2004 [diakses tanggal 23
Maret 2015]; 10(5): 933-55. Tersedia dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC3323142/
5. Widowati T, Nenny SM, Hera N, Yani S. Diare
rotavirus pada anak usia balita. J Sari
Pediatri. 2012; 13(5).
6. Parashar UD, Hummelman EG, Breese JS,
Miller MA, Glass RI. Global illnes and death
caused by rotavirus disease in children.
emerging infection disease; 2006 [diakses
tanggal 25 Maret 2015];9:565-572. Tersedia
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC1797178/
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2011;2(2).
8. Guntur.
Beberapa
Faktor
yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Rotavirus
Akut [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2008.
9. Santoso NB, Hamid AA, Sanarto S. Diare
Rotavirus pada Anak di Bawah Usia 3 Tahun
yang Dirawat di RSU DR. Saiful Anwar Malang
Tahun 2005. J Kedokteran Brawijaya
[internet]. 2005 [diakses tanggal : 28 Maret
2015];20(2).
Tersedia
dari:
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/vie
w/208
10. Agtini MD, Soeharno R, Lesmana M, Punjabi
NH, Simanjuntak C, Wangsasaputra F. The

11.

12.

13.
14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

burden of diarrhoea, shigellosis, and cholera


in North Jakarta, Indonesia: findings from 24
months surveillance. BMC Infectious
Diseases. 2005;5:89.
UNICEF-WHO. Diarhoea: Why children are
still dying and what can be done. J World
Helath Organization; 2009.
Simatupang MM. Rotavirus. Medan :
Departemen
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara;
2009.
Eppy. Diare akut. Jakarta: J Medicinus.
2009;22(3).
Subijanto MS, Reza R, Liek D, Pitono S.
Manajemen diare pada bayi dan anak.
Surabaya: Divisi Gastroenterologi Lab / SMF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga / RSUD Dr. Seotomo
Surabaya; 2004.
Perangin-angin HMJ. Acute diarrhea with
mild to moderate dehydration e.c viral
infection. Bandar Lampung: J Agromed Unila.
2014;1(1).
Ramadhani, E.P., Gustina, L., Edison. 2013.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1
Tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang.
Padang: Jurnal Kesehatan Andalas Vol.2
No.2.
Endah, S.N.H., Tri, L., Devy, S.M. 2008.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kawali
Kabupaten Ciamis Tahun 2008. Ciamis: Jurnal
Kesehatan Kartika.
Permatasari, D.P. 2012. Perbedaaan Durasi
Penyembuhan Diare Dehidrasi RinganSedang Balita yang Diberikan ASI dan Seng.
Semarang: FK Universitas Diponegoro.
Ulfah, M., Yeni, R., Dessie, W. 2012. Zinc
Efektif Mengatasi Diare Akut pada Balita.
Depok: Jurnal Keperawatan Indonesia Vo.15
No.2.
Chandrawati, P.F. 2010 Pemberian Zinc dala
Terapi Diare pada Anak. Malang: FK
Universitas Muhammadiyah Malang.
Wawan, I.W. 2010. Probiotik sebagai Terapi
Diare Akut pada Bayi dan Anak. Denpasar :
Universitas Udayana.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|69


Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.


22. Lolopayung, M. Alwiyah, M. Inggrid, F. 2013.
Evaluasi Penggunaan Kombinasi Zinc dan
Probiotik pada Penanganan Pasien Diare
Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata
Palu Tahun 2013. Palu: Online Jurnal of
Natural Science Vol.3 No.1.
23. Karuniawati F. 2010. Tesis: Pengaruh
Suplementasi Seng dan Probiotik Terhadap
Durasi Diare Akut Cair Anak. Semarang: FK
Universitas Diponegoro.

24. Meneng, P. 2009. Bujti Baru dari Indonesia:


Perbedaan Lama Diare pada Penderita Diare
Akut yang Diterapi dengan Zinc dan Probiotik
dibanding Probiotik di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Surakarta: Jurnal Kedokteran
Indonesia Vol.1 No. 1.
25. Manoppo C. Dampak Pemberian Seng dan
Probiotik terhadap Lama Diare Akut di
Rumah Sakit Prof. DR. RD. Kandou Manado.
Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2010.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|70

Anda mungkin juga menyukai