DANPERANANWANITA
BAB XVIII
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL
DAN PERANAN WANITA
A. KESEHATAN
1. Pendahuluan
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan unsur yang
amat penting dalam pembangunan nasional karena merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988,
dicantumkan bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat.
Sebagai penjabaran dari GBHN maka prioritas pembangunan
kesehatan dalam Repelita V ditekankan pada peningkatan kesehatan
masyarakat dan pencegahan penyakit, dengan tidak mengabaikan
XVIII/3
TAB E L X V I I I - 1A
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PUSKESMAS
1988/89 - 1992/93
1)
XVIII/7
TABEL XVIII - IB
1)
PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS,
1988/89 - 1992/93
XVIII/8
GRAFIK XVIII 1
PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS,
1988/89 - 1992/93
XVIII/9
(2)
TABEL XVIII 2
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (T1),
1988/89 - 1992/93
XVIII/16
TABEL XVIII 3
PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR ,
1988/89 - 1992/93
(ribuan)
XVIII/18
XVIII/20
XVIII/21
XVIII/22
(6) Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu program prioritas dalam
rangka mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian bayi dan
anak balita. Cakupan imunisasi, sesuai harapan KTT Anak Sedunia
(World Summit for Children) pada tahun 2000 adalah 80 - 80 80. Artinya sasaran cakupan imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio,
Campak) pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten masingmasing minimal harus mencakup 80% bayi. Sasaran yang ditetapkan
oleh KTT Anak Sedunia tersebut dikenal dengan sasaran UCI
(Universal Child Immunization).
Jumlah bayi yang dicakup dalam kegiatan imunisasi pada
tahun 1992/93 meningkat dari cakupan tahun 1991/92 (Tabel
XVIII - 3). Jika pada tahun 1991/92 cakupan imunisasi dasar adalah
88,6% maka pada tahun 1992/93 cakupan ditingkat nasional telah
mencapai 89,9% yang berarti telah melewati UCI yang artinya
minimal 80% dari seluruh bayi sudah dicakup oleh imunisasi dasar.
Di tingkat propinsi dan kabupaten angka cakupan imunisasi
masih bervariasi. Dari 27 Propinsi yang telah mencapai UCI adalah
sebanyak 25 propinsi, dengan variasi cakupan antara 81-100%. Dua
propinsi yang belum mencapai UCI adalah Propinsi Irian Jaya dan
propinsi Maluku, berturut-turut baru mencapai 75% dan 79% pada
tahun 1992/93. Belum tercapainya UCI dikedua propinsi tersebut
terutama disebabkan karena hambatan geografis dan kesulitan
operasional kegiatan.
Cakupan imunisasi anti tetanus (TT) bagi ibu hamil secara
nasional juga meningkat. Bila tahun 1991/92 cakupannya baru
sebesar 59,9% maka pada tahun 1992/93 sudah meningkat menjadi
63,9 % .
Untuk mendukung upaya imunisasi maka pengadaan sarana
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program ini terus ditingkatkan,
XVIII/23
XVIII/24
XVIII/25
XVIII/26
Vitamin A dalam serum darah anak balita masih rendah. Keadaan ini
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh anak sehingga lebih mudah
dijangkiti penyakit infeksi. Oleh karena itu penanggulangan
kekurangan Vitamin A terus dilanjutkan dan ditingkatkan terutama
bukan untuk menanggulangi kebutaan, tetapi lebih banyak untuk
mendukung upaya menurunkan kematian bayi dan balita.
Masalah kekurangan zat besi itu atau anemia gizi masih
merupakan masalah gizi yang memerlukan perhatian lebih besar
terutama pada ibu hamil. Menurut hasil Survai Kesehatan Rumah
Tangga dan SUSENAS tahun 1992, prevalensi anemia gizi masih
tinggi yaitu 55,1% pada ibu hamil dan 46,5% pada balita. Karena
anemia gizi dapat membawa risiko kematian pada ibu yang
melahirkan serta mengganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental anak balita, maka penanggulangan anemia terus ditingkatkan.
Kegiatan utama penanggulangan anemia gizi adalah pemberian tablet
besi pada ibu hamil dan penyuluhan gizi tentang pentingnya makanan
yang bergizi seimbang. Sedangkan bagi bayi sumber zat besi utama
adalah Air Susu Ibu (ASI).
Pada tahun 1992/93 tablet besi yang dibagikan kepada ibu
hamil melalui Puskesmas dan Posyandu jumlahnya sangat menurun
yaitu hanya mencakup 1,4 juta ibu hamil atau hanya separuh dari
cakupan tahun 1991/92. Keadaan ini tentu mengecewakan dan dapat
merugikan kesehatan ibu hamil. Menurunnya distribusi tablet besi
tersebut terutama karena banyak ibu hamil yang menolak minum
tablet besi karena adanya efek samping berupa rasa mual, rasa tidak
enak dan sebagainya. Di samping itu dirasakan masih belum
memadainya kegiatan penyuluhan, pengawasan distribusi dan
monitoring dari program ini.
Sampai dengan tahun 1991/92 penanggulangan Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) antara lain dilakukan dengan
iodisasi garam dan penyuntikan iodium dalam minyak (lipiodol) serta
distribusi kapsul iodium di daerah endemik gondok. Mulai tahun
1992/93 penyuntikan lipiodol secara keseluruhan diganti dengan
XVIII/27
XVIII/28
XVIII/29
TABEL XVIII 4
JUMLAH SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN
SARANA PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN,
1988/89 1992/93
1) Angka diperbaiki
XVIII/30
XVIII/31
XVIII/32
XVIII/33
XVIII/34
XVIII/35
paramedis perawatan dan 7.580 paramedis non perawatan. Dibandingkan dengan tahun 1991/92 jumlah lulusan ini meningkat dari
19.862 orang menjadi 29.298 orang atau naik sekitar 47%.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, selama tahun
1992/93 telah diangkat tenaga guru sebanyak 441 orang. Selain itu
telah dilaksanakan pula program akta mengajar III dan IV bagi para
pendidik yang telah diikuti oleh 376 guru dan pendalaman bidang studi
yang diikuti oleh 1.111 orang.
Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi
tenaga kesehatan, telah dilaksanakan berbagai kegiatan
pelatihan. Selama tahun 1992/93 telah dilaksanakan latihan
prajabatan sebanyak 9.199 orang, latihan teknis fungsional 19.035
orang, latihan administrasi manajemen 3.615 orang dan latihan bagi
pelatih/widyaiswara 1.750 orang. Untuk mendukung kegiatan
pelatihan, telah dilaksanakan pembangunan dan rehabilitasi gedung
Pusat Diklat Pegawai, Kursus Latihan Kesehatan Masyarakat
(KLKM) dan Balai Latihan Kesehatan Masyarakat (BLKM). Jika
pada tahun 1991/92 telah dibangun dan direhabilitasi 4 BLKM dan 9
KLKM maka pada tahun 1992/93 telah dilaksanakan rehabilitasi
gedung kantor Pusdiklat seluas 2.045 m2 lengkap dengan
peralatannya, termasuk buku-buku untuk perpustakaan.
Selama tahun 1992/93 telah pula diangkat dan ditempatkan
16.050 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari 2.604 dokter, 520
dokter gigi, 9.655 paramedik keperawatan, 1.904 paramedis non
perawatan, dan 1.367 tenaga akademi bidang kesehatan (Tabel
XVIII-5).
j.
XVIII/36
TABELXVIII5
PERKEMBANGANJUMLAHBEBERAPAJENISTENAGAKESEHATAN,
1988/891992/93
1)
2)
Angka diperbaiki
Mulai tahun 1976/77 Perawat dan Bidan ditingkatkan menjadi tenaga Perawat Kesehatan
XVIII/37
XVIII/38
B. KESEJAHTERAAN SOSIAL
1. Pendahuluan
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial merupakan salah
satu upaya menuju terciptanya keadilan sosial di kalangan
masyarakat Indonesia. Sesuai dengan amanat Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) tahun 1988, pembangunan bidang
kesejahteraan sosial dalam Repelita V diarahkan untuk meningkatkan
jangkauan pelayanan kesejahteraan sosial dalam rangka
meningkatkan kesadaran, tanggung jawab serta kemampuan setiap
warga negara untuk ikut serta dalam pembangunan. Peningkatan
pelayanan tersebut bertujuan untuk membantu kelompok-kelompok
masyarakat kurang mampu dan kurang beruntung agar dapat hidup
layak, mandiri, produktif dan dapat ikut berperan serta dalam
pembangunan.
Kegiatan-kegiatan pembangunan bidang kesejahteraan sosial
diutamakan pada kegiatan yang bersifat perbaikan, peningkatan dan
perluasan pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat, lanjut
usia yang tidak mampu, anak terlantar, anak nakal dan korban
narkotika, fakir miskin, gelandangan, pengemis, wanita tuna susila,
dan korban bencana alam. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
bersama organisasi-organisasi sosial dan lembaga-lembaga
mas yar akat, ter masuk le mbaga- le mbaga keagamaan ya ng
melaksanakan usaha-usaha kesejahteraan sosial.
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan
a.
Tuj u a n ut a ma p r o g r a m i ni a d a l a h me mb i n a da n
mengembangkan swadaya masyarakat dengan menggerakkan segenap
potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial. Dengan demikian diharapkan
XVIII/39
XVIII/40
TABEL XVIII 6
PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1988/89 1992/93
(orang)
1) Angka terakhir tidak berubah dari angka Desember 1992 sampai 31 Maret 1993
XVIII/41
XVIIII/42
TAB E L XV I I I - 7
P EL AK SA NA AN PEM B IN AA N S WADAYA M ASYAR AK AT
B I DA NG PER UM A HA N D AN L IN GK UN GA N
M E N U R U T D A E R A H TI N G K AT I ,
1988/89 - 1992/93
(rumah)
1)
2)
XVIII/44
XVIII/45
TABEL XVIII - 8
1)
PEMBINAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERASING
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1988/89 - 1992193
(kk)
1) Angka kumulatif
2) Angka terakhir tidak berubah dari Desember 1992 sampai 31 Maret 1993
XVIII/46
generasi-generasi masa yang akan datang. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah pemugaran dan pembangunan Taman-taman
Makam Pahlawan (TMP), Makam Pahlawan Nasional (MPN), dan
Makam Perintis Kemerdekaan (MPK) yang terdapat dihampir semua
daerah.
Dalam tahun 1992/93 jumlah TMP di MPN/MPK yang
diperbaiki dan dipugar lebih banyak dari tahun 1991/92 yaitu
40 buah TMP, dan 101 buah MPN/MPK yang tersebar di 8 propinsi.
Sedangkan pada tahun 1991/92 jumlah yang diperbaiki dan dipugar
berjumlah 31 buah TMP dan 98 MPN/MPK. Selain itu pada tahun
1992/93 dilakukan pengabadian nilai-nilai sejarah kepahlawanan
nasional, berupa perbaikan perpustakaan kejuangan di TMP
"Kusuma Negara" Padang-Sumatera Barat, dan pencetakan serta
penyebaran lebih dari 55.700 eksemplar buku otobiografi dan sejarah
perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan yang disebarluaskan
ke sekolah-sekolah SLTP dan SLTA seluruh Indonesia.
(5) Pembinaan Organisasi Sosial Masyarakat
Organisasi Sosial Masyarakat adalah yayasan atau lembaga
sosial yang bergerak dalam usaha kesejahteraan sosial. Sebagian dari
ORSOS Masyarakat berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
Untuk memperluas jangkauan usaha kesejahteraan sosial dan
peningkatan peran serta masyarakat, telah dilakukan pembinaan
terhadap organisasi-organisasi sosial (ORSOS) masyarakat.
Pembinaan tersebut dilaksanakan melalui berbagai macam pelatihan,
antara lain pelatihan manajemen organisasi sosial, pelatihan
profesional pekerja sosial, dan penyelenggaraan forum komunikasi
antar warga mampu dengan para pengurus organisasi sosial.
Seperti halnya tahun 1991/92, dalam tahun 1992/93 terdapat
687 ORSOS yang mendapatkan bantuan sarana panti, termasuk
perbaikan gedung. Di samping itu diadakan pelatihan manajemen
bagi 1.950 pengurus ORSOS dan pelatihan profesi pekerjaan sosial
XVIII/47
TABEL XVIII 9
PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1988189 - 1992/93
(orang)
1) Angka terakhir tidak berubah dari Desember 1992 sampai 31 Maret 1993
XVIII/50
TABELXVIII 10
PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN PARA CACAT
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1988/89 - 1992/93
(orang)
1) Angka terakhir tidak berubah dari Desember 1992 sampai 31 Maret 1993
XVIII/51
TABEL XVIII - 1
PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN FAKIR MISKIN
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1988/89 - 1992/93
(desa dan kepala keluarga)
1) Angka diperbaiki
XVIII/55
TAB E L XVI I I - 12
B AN TU AN PAK ET S AR AN A U SA HA K A RA NG TAR UN A
M ENU RU T DA ER AH TIN GK AT I ,
1988/89 1992/93
(Karang Taruna)
1) Angka terakhir tidak berubah dari Desember 1992 sampai 31 Maret 1993
XVIII/58
Program ini bertujuan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program melalui penyempurnaan dan penyediaan sarana dan
prasarana kerja bagi aparat Departemen Sosial di pusat dan daerah.
Dalam tahun 1992/93 telah dibangun dan direhabilitasi 9 buah
gedung kantor Wilayah, 8 buah gedung kantor Departemen Sosial
Kabupaten/Kotamadya, di samping pengadaan peralatan perkantoran
sebanyak 462 unit. Dalam tahun yang sama telah pula diadakan
sarana mobilitas baik roda 4 maupun roda 2 untuk memperlancar
operasional kegiatan bagi daerah-daerah yang sarana transportasinya
masih belum memadai.
C.
Kegiatan P2WKSS antara lain meliputi pelaksanaan memasya rakatkan P-4, pemberantasan tiga buta, penyuluhan di bidang perta nian, gizi dan penyelenggaraan taman gizi, kesehatan lingkungan,
kesadaran hukum, dan keluarga berencana. Sasaran program
P2WKSS adalah wanita usia 10-45 tahun dari keluarga yang
tergolong berpendidikan dan berpenghasilan rendah di desa rawan
sosial dan ekonomi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kesadaran dan sikap mental
wanita dalam mewujudkan dan mengembangkan kehidupan keluarga
sehat, sejahtera, dan bahagia.
Pada tahun 1992/93 sejumlah 592 desa telah melaksanakan
program P2WKSS. Secara keseluruhan, pada tahun 1992/93 tercatat
sebanyak 7.684 desa telah ikut serta melaksanakan program, atau
suatu pertambahan sebanyak 8,3% dari 7.092 desa pada tahun
1991/92. Di samping itu, beberapa desa telah melaksanakan program
P2WKSS secara mandiri, seperti di kecamatan Gilingan, Serengan,
dan Tipes di Kotamadya Surakarta serta kecamatan Miri kabupaten
Sragen.
c. Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan yang merupakan
salah satu perwujudan 10 program pokok PKK telah berjalan dan di kenal masyarakat luas. Kegiatan ini antara lain adalah berupa Paketpaket A dan Kejar Usaha, kegiatan Posyandu serta Dasawisma
(kelompok sepuluh rumah tangga).
XVIII/65
sejak tahun 1990/91 terus dilanjutkan. Kegiatan ini terutama ditu jukan untuk melakukan penelitian dan pengkajian mengenai berbagai
aspek pembangunan dalam kaitannya dengan berbagai masalah
wanita. Hasil penelitian digunakan untuk menyempurnakan kebijaksanaan, strategi dan program yang sedang dan akan dilaksanakan
untuk menopang upaya peningkatan peranan wanita dalam
pembangunan. Dalam tahun 1992/93 telah terbentuk 8 Pusat atau
Kelompok Studi Wanita (PSW/KSW) di universitas negeri, termasuk
IAIN dan swasta di seluruh Indonesia, sedangkan sebelumnya pada
tahun 1991/92 sudah tercatat sebanyak 44 PSW/KSW. Dengan
demikian, secara keseluruhan pada tahun 1992/93 telah terbentuk 52
PSW/KSW yang aptara lain terdapat di Universitas Gadjah Mada di
Yogyakarta, Universitas Indonesia di Jakarta, Universitas Ekawati di
Padang, dan Universitas Muhammadiyah di Solo.
h.
Pemantapan mekanisme
Peningkatan Peranan Wanita
dan K e l e m b a g a a n
XVIII/69
(1)
(2)
(3)
XVIII/70
XVIII/71
produksi para wanita pedagang yang telah dibina. Kegiatan par tisipasi tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
1992/93 partisipasi dilakukan dalam 106 lokasi pameran, sedangkan
tahun sebelumnya dalam 95 lokasi.
(4) Sektor Koperasi
Pembinaan dan pelatihan keterampilan perkoperasian terutama
diberikan kepada wanita motivator dan wanita yang berjiwa
wirausaha di daerah pedesaan, daerah transmigrasi, dan daerah
terpencil. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini KUB yang dibina
melalui sektor industri akan berkembang menjadi koperasi. Selain itu,
juga diselenggarakan pelatihan kader wanita koperasi di berbagai
perusahaan yang diikuti oleh tenaga kerja wanita untuk mening katkan pengetahuan dan produktivitas kerja melalui kegiatan koperasi
karyawan.
Dalam tahun 1992/93 jumlah wanita yang telah memperoleh
pembinaan dan pelatihan keterampilan perkoperasian adalah 2.650
orang, sedangkan dalam tahun 1991/92 sebanyak 3.330 orang. Menu runnya jumlah orang yang dilatih disebabkan oleh peningkatan mutu
pelatihan. dan pemindahan lokasi dari daerah perkotaan ke daerah
pedesaan. Hingga tahun 1992/93, jumlah seluruh wanita yang telah
dilatih telah mencapai 15.965 orang, di luar pelatihan kerja koperasi
untuk para tenaga kerja wanita di perusahaan. Dengan demikian,
sampai dengan tahun 1992/93, jumlah wanita yang pernah
memperoleh pelatihan perkoperasian adalah 20.585 orang, atau
37,3% lebih banyak dari tahun 1991/92.
(5) Sektor Tenaga Kerja
Program peningkatan peranan wanita diarahkan untuk
membina tenaga kerja wanita agar dapat lebih berperan dalam dunia
kerja. Sehubungan dengan maksud tersebut, pada tahun 1992/93
terus dilaksanakan penyuluhan-penyuluhan antara lain tentang P-4,
peraturan ketenagakerjaan, perlindungan tenaga kerja wanita, hak
XVIII/72
XVIII/7
3
XVIII/74
XVIII/75
XVIII/76
XVIII/78
XVIII/79
Pada tahun 1992/93 telah dilaksanakan tahap kedua dari penelitian tersebut sebagai kegiatan lanjutan pelaksanaan penelitian yang
telah dimulai pada tahun 1991/92. Pelaksanaan penelitian dilakukan
di 5 propinsi yaitu Sumatera Utara (Parapat, Samosir, dan Brastagi),
Sumatera Barat (Padang dan Bukit Tinggi), Daerah Istimewa
Yogyakarta (Prambanan), Nusa Tenggara Barat (Senggigi dan
Mataram), dan Sulawesi Selatan (Ujung Pandang dan Tana Toraja). Di
samping itu, juga dilakukan penyusunan hasil studi yang berupa
usulan-usulan program seperti pengelolaan desa wisata, pusat
kerajinan, dan pusat pelatihan wanita di bidang usaha pariwisata.
XVIII/80