Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRESENTASI KASUS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

GASTROENTERITIS DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Disusun oleh :
dr. Yogi Hermawan

Pendamping :
dr. Sri Umaryani

DOKTER INTERNSIP WAHANA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SELOGIRI


PERIODE 7 FEBRUARI 2020 – November 2020
KABUPATEN WONOGIRI
LAPORAN PRESENTASI KASUS PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
LAPORAN KASUS

Nama Peserta : dr. Yogi Hermawan


Nama Wahana : RSU Muhammadiyah Selogiri
Topik : GEA dengan Dehidrasi Ringan Sedang
Tanggal Kasus :
Nama Pasien : An. AMV No. Rekam Medis : 077346
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Resita Lukitawati
Tempat Presentasi : RSU Muhammadiyah Selogiri
Obyek Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Tujuan : Penegakkan diagnosa dan tatalaksana pada pasien hyperemesis gravidarum
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

DATA PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AMV
No. RM : 077346
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 3 tahun
Alamat : Krompakan 002/003 Pule selogiri - Wonogiri
Agama : Islam
Tanggal MRS : Selasa, 03 Maret 2020 ( 18.00 WIB)
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 04 Maret 2020
Keluar RS : Minggu, 08 Maret 2020 (17.00 WIB)

B. STATUS ANAK

1. RIWAYAT KELAHIRAN PASIEN


Jenis persalinan : Persalinan normal
Tempat Lahir : Wonogiri
Tanggal Lahir : 29 / 07 / 2016
DItolong Oleh : Bidan
BB Lahir : 3.500 gram

2. Perkembangan Fisik
Keadaan saat lahir nangis spontan
1 bulan : menoleh ke kiri dan kekanan
2 bulan : mengangkat kepala
3 bulan : mengangkat kepala dan menggenggam objek
4 bulan : bisa telungkup dan meraih sesuatu
5 bulan : bisa membalikkan badan dan mengangkat dada
6 bulan : duduk tanpa berpegangan
7 bulan : dapat mengambil benda dengan tangan sendiri
8 bulan : berdiri dengan berpegangan
9 bulan : melambaikan tangan
10 bulan : bertepuk tangan dan merangkak
11 bulan : menunjuk sesuatu
12 bulan-sekarang : menunjuk sesuatu dan berdiri tanpa berpegangan
3. Makanan Bayi
0 bulan- 6 bulan : ASI eksklusif
6- 12 bulan : Susu formula + ASI eksklusif
12-24 bulan : ASI Eksklusif + susu formula + nasi tim
2 tahun-sekarang: Makanan biasa

4. STATUS IMUNISASI

Jenis 0 1 2 3 4 6 9 12
imunisasi
Hepatitis B √ √ √
Polio √ √ √ √
BCG √ √
DPT √ √ √
HiB √ √ √
Campak √

5. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


(tidak ada)

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis cooperatif
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : - mmHg
Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,30C

BB Masuk :

Anemia : (-)

Cyanosis (-)
Dyspnoe (-)

Edema (-)

Ikterus (-)

Ubun-ubun cekung (-)

Status Generalis :

Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, jejas ( - ), ubun-ubun cekung (-)

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), ptosis (-/-),lagoftalmus (-/-), pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm,refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidaklangsung (+/+)

Telinga : Normotia (+/+), perdarahan (-/-)


Hidung : Deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-) mukosa bibir tidak kering
Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Jantung :

Inspeksi : Tampak iktus kordis ± 2cm di bawah papilla mamae sinistra


Palpasi : Iktus kordis teraba kuat ± 2cm di bawah papilla mamae sinistra
Perkusi :
Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra dengan bunyi redup
Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dekstra dengan bunyi redup
Batas bawah kiri : ICS V ± 1cm medial garis midklavikula sinistra dengan bunyi redup
Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dekstra dengan bunyi redup
Auskultasi:Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru :

Inspeksi: Dinding toraks simetris pada saat statis maupun dinamis, retraksi otot-otot pernapasan (-)
Palpasi : Simetris, vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen :

Inspeksi : Perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-) turgor kulit cepat kembali
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Ekstremitas
Superior : Akral hangat + / +, edema - / - CRT <2 detik
Inferior : Akral hangat + / +, edema - / - CRT <2 detik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

  Hasil Unit Nilai rujukan

Darah rutin (04-03-2020)

2.9
Leukosit ribu/mm3 3.5 - 10.0

Eritrosit 4.24 Juta/mm 3.8 - 5.8

Hemoglobin 11.4 G/dL 11.0 - 16.5

Hematokrit 37.1 % 35 - 50

Trombosit 234 ribu/mm3 150 - 350


MCV 88 fL 80 - 97

MCH 27.0 pg 26.5 - 33.5

MCHC 30.8 g/dL 31.5 - 35.0

RDW 12.7 % 10.0 - 15.0

MPV 6.9 6.5 - 11.0

PDW 13.8 10.0 - 18.0

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Diarrhea
2. Vomitus profus
3. Disentri
F. DIAGNOSA KERJA
1. GEA dengan Dehidrasi ringan sedang
● PENATALAKSANAAN
● Penatalaksanaan di IGD
● Inf/ RL 20 tpm
● Inj. Norages 160mg/8 jam
● Inj. ODR 1 mg K/P
● Inj. PCT 180mg/6 jam

● Penatalaksanaan di ruangan
● Inf/ RL 20 tpm
● Inj. Norages 160mg/8 jam
● Inj. ODR 1 mg K/P
● Inj. PCT 180mg/6 jam
● Inj. Metronidazole 150mg/8 jam
● Kotrimoksazol syrup 2x1 sdt
● Zinc syr 1x1 cth
● L bio 1x1

OBAT PULANG

- L bio 1x1
- Zinc syr 1x1 cth
G. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanam : ad bonam
H. FOLLOW UP

Tanggal S O A P

03/3/2020 Muntah (+) KU : Tampak sakit  Inf/ RL 20 tpm


sedang  GEA dengan dehidrasi
Mual (+) Kesadaran : CM  Inj. Norages 160mg/8 jam
ringan sedang
Diare (+)  Inj. ODR 1 mg K/P
HR : 82
Demam (+) RR : 22 x/menit  Inj. PCT 180mg/6 jam
T : 38,6 C
Makan (-)
 Inj. Metronidazole 150mg/8 jam
Minum (+)
 Kotrimoksazol syrup 2x1 sdt
Nyeri perut (+)
 Zinc syr 1x1 cth
Lemas (+)
 L bio 1x1

04/3/2020 Muntah (+) KU : Tampak sakit ● Inf/ RL 20 tpm


ringan GEA dengan dehidrasi
Mual (+) Kesadaran : CM ● Inj. Norages 160mg/8 jam
ringan sedang
Diare (+) ● Inj. ODR 1 mg K/P
HR : 87
Demam (+) RR : 20 x/menit ● Inj. PCT 180mg/6 jam
T : 37,9 C
Makan (-) ● Inj. Metronidazole 150mg/8 jam
Minum (+) ● Kotrimoksazol syrup 2x1 sdt
Nyeri perut (+) ● Zinc syr 1x1 cth
● L bio 1x1
Lemas (+)


05/3/2020 Muntah (-) KU : Tampak sakit - Inf/ RL 20 tpm
ringan GEA dengan dehidrasi
Mual (+) Kesadaran : CM - Inj. Norages 160mg/8 jam
ringan sedang
Diare (+) - Inj. PCT 180mg/6 jam
HR : 93
Demam (+) RR : 20 x/menit - Inj. Metronidazole 150mg/8 jam
T : 37,6 C
Makan (-)
- Kotrimoksazol syrup 2x1 sdt
Minum (+)
- Zinc syr 1x1 cth
Nyeri perut (+)
- L bio 1x1
Lemas (+)
-

06-3-20 Muntah (-) ● Inf/ RL 20 tpm


Mual (+)
GEA dengan dehidrasi
● Inj. Norages 160mg/8 jam
ringan sedang
Diare (+) ● Inj. Metronidazole 150mg/8 jam
Demam (-) ● Kotrimoksazol syrup 2x1 sdt
Makan (-) ● Zinc syr 1x1 cth
Minum (+) ● L bio 1x1
Nyeri perut (+)
Lemas (+)
07-3-20 Muntah (-) ● Inf/ RL 20 tpm
Mual (-)
GEA dengan dehidrasi
● Inj. Norages 160mg/8 jam
ringan sedang
Diare (-) ● Inj. Metronidazole 150mg/8 jam
Demam (-) ● Kotrimoksazol syrup 2x1 sdt
Makan (-) ● Zinc syr 1x1 cth
Minum (+) ● L bio 1x1
Nyeri perut (-)
Lemas (+)

08-3-20 Muntah (-) PASIEN DIPERBOLEHKAN PULANG


Mual (-)
GEA dengan dehidrasi
ringan sedang - L bio 1x1
Diare (-) - Zinc syr 1x1 cths
Demam (-)
Makan (-)
Minum (+)
Nyeri perut (-)
Lemas (+)

I. EDUKASI (Post keluar rumah sakit)


1. Istirahat yang cukup
2. Minum obat teratur
3. Orang tua harus memantau minum anaknya
4. Minum harus banyak
5. Kebersihan makanan dijaga
6. Rajin cuci tangan

2.1. Defenisi
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar lembek
atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam, dan disertai dengan muntah, demam,
rasa tidak enak di perut dan menurunnya nafsu makan7.
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lendir5.
Diare merupakan perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10
mL/KgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam8.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah eradangan mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10
mL/KgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dapat disertai dengan darah dan atau lendir.

2.2. Fisiologi
Dalam lambung makanan dicerna menjadi “bubur” (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh
enzim-enzim pencernaan. Setelah zat-zat gizi diresorpsi oleh vili ke dalam darah, sisa chymus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan
yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya berada di sini (flora) mencernakan lagi sisa-sisa
(serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. airnya juga diresorbsi
kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja9.

2.3. Etiologi
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar. Enteritis berarti peradangan yang biasanya
disebabkan baik oleh virus maupun oleh bakteri pada trakturs intestinalis10.
Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan atau alergi makanan dan psikologis penderita7.
Infeksi penyebab gastroenteritis dapat berupa virus (rotavirus, adenovirus, Norwalk), bakteri (Shigella sp., Salmonella sp., E. Coli,
Vibrio sp.), parasit (protozoa: E. hystolytica, G. lamblia Balantidium coli; cacing: Ascariasis sp., Trichuris sp., Strongyloides sp.; jamur:
Candida sp.). Infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran kemih, pneumonia). Terbanyak disebabkan oleh rotavirus (20-40%)8.

2.4. Klasifikasi
1. Klasifikasi Diare pada Anak Berdasarkan Derajat Dehidrasi8
a. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Dua atau lebih tanda berikut:
 Kondisi umum lemah, letargis/tidak sadar
 Ubun-ubun besar, mata sangat cekung
 Malas minum/tidak dapat minum
 Cubitan perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
b. Dehidrasi Ringan-Sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Dua atau lebih tanda berikut
 Rewel, gelisah, cengeng
 Ubun-ubun besar, mata sedikit cekung
 Tampak kehausan, minum lahap
 Cubitan perut kembali lambat
c. Tanpa dehidrasi
Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan ke dalam kriteria di atas.

2. Berdasarkan Lama Waktu Diare11


a. Diare Akut
Diare akut didefinisikan sebagai onset mendadak dari 3 atau lebih tinja lembek per hari dan berlangsung tidak lebih
dari 14 hari
b. Diare kronis atau persisten
Diare kronis atau persisten didefinisikan sebagai episode yang berlangsung lebih lama dari 14 hari.

2.5. Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah gangguan osmotik, gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus.
Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian mikroorganisme tersebut berkembang biak. Setelah berhasil
melewati asam lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi rangsangan pada mukosa usus yang
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare12.

2.6. Patofisologi
Keseimbangan cairan yang adekuat pada manusia bergantung pada sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit di saluran usus;
Diare terjadi ketika cairan intestinal mengeluarkan kapasitas penyerapan saluran pencernaan. 2 mekanisme utama yang bertanggung
jawab untuk gastroenteritis akut adalah (1) kerusakan pada sikat usus dari usus, menyebabkan malabsorpsi isi usus dan menyebabkan
diare osmotik, dan (2) pelepasan toksin yang mengikat reseptor dan penyebab enterosit tertentu. pelepasan ion klorida ke dalam lumen
usus, menyebabkan diare sekretori4.

2.7. Gejala Klinis


Gejala klinis anak dengan dehidrasi adalah sebagai berikut4:
1. Diare
Tentukan durasi diare, frekuensi dan jumlah tinja, waktu sejak episode terakhir diare, dan kualitas tinja. Tinja yang
sering berair lebih konsisten dengan gastroenteritis virus, sementara tinja dengan darah atau lendir merupakan indikasi adanya
patogen bakteri. Demikian pula, durasi diare yang lama (> 14 hari) lebih konsisten dengan penyebab diare parasit atau
noninfeksi.
2. Muntah
Tentukan durasi muntah, jumlah dan kualitas muntahan (misalnya, kandungan makanan, darah, empedu), dan waktu
sejak episode terakhir muntah. Bila gejala muntah mendominasi, orang harus mempertimbangkan penyakit lain seperti penyakit
refluks gastroesofagus (GERD), ketoasidosis diabetes, stenosis pilorus, perut akut, atau infeksi saluran kemih
3. Urinasi
Tentukan apakah terjadi peningkatan atau penurunan frekuensi buang air kecil yang diukur dengan jumlah popok basah,
waktu sejak buang air kecil, warna dan konsentrasi urine, dan adanya disuria. Keluaran urin mungkin sulit ditentukan dengan
tinja berair yang sering.
4. Nyeri Abdomen
Tentukan lokasi, kualitas, penyebaran, tingkat keparahan, dan waktu nyeri, berdasarkan laporan dari orang tua dan / atau
anak. Secara umum, rasa sakit yang mendahului muntah dan diare lebih mungkin terjadi karena patologi abdomen selain
gastroenteritis.
Selain itu gastroenteritis juga dapat timbul dengan gejala sistemik seperti demam, letargi, dan nyeri abdomen13.

2.8. Diagnosis
Anamnesis
Perlu ditanyakan deskripsi diare (frekuensi, lama diare berlangsung, warna, konsistensi tinja, adanya lendir/darah dalam tinja),
adanya mutah, tanda dehidrasi (rasa haus, anak rewel/lemah, BAK terakhir), demam, kejang, jumlah cairan masuk, riwayat makan dan
minum, penderita sekitar, pengobatan yang diterima, dan gejala invaginasi (tangisan keras dan bayi pucat)8.
Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3
kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus.
Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari usus besar). Bila
diare disertai demam maka diduga erat terjadi infeksi7.
a. Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari sumber yang kurang higienenya, GE dapat disebabkan oleh
infeksi. Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah diare, riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi), konsumsi
makanan iritatif, minum jamu, diet cola, atau makan obat-obatan seperti laksatif, magnesium hidrochlorida, magnesium
citrate, obat jantung quinidine, obat gout (colchicides), diuretika (furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat), insektisida,
kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat pengantian tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase dan obat-obat diet
perlu diketahui7.
b. Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS) dan demam tifoid perlu diidentifikasi7.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan terpenting adalah menentukan tingkat/derajat dehidrasi akibat diare. Tanda-tanda dehidrasi yang perlu
diperhatikan adalah turgor kulit perut menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan keriput, mata
cekung tidak, penurunan kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan abdomen, kualitas bising usus hiperperistaltik. Pada anak kecil
cekung ubun-ubun kepala. Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan cepat7.
Point penting dari pemeriksaan fisik pasien dengan gastroenteritis adalah sebagai berikut8:
 Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda vital dan berat badan;
 Selidiki tanda-tanda dehidrasi: rewel/gelisah, letargis/kesadaran berkurang, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat
(turgor abdomen), haus/minum lahap, malas/tidak dapat minum, ubun-ubun cekung, air mata berkurang/tidak ada, keadaan
mukosa mulut;
 Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung akibat hypokalemia, kejang akibat gangguan natrium,
napas cepat dan dalam akibat asidosis metabolik.
Pemeriksaan status lokalis7
a. Pada anak-anak terlihat BAB dengan konsistensi cair pada bagian dalam dari celana atau pampers.
b. Colok dubur dianjurkan dilakukan pada semua kasus diare dengan feses berdarah, terutama pada usia >50 tahun. Selain itu,
perlu dilakukan identifikasi penyakit komorbid.
Pemeriksaan Penunjang Lainnya8
 Pemeriksaan tinja, namun tidak rutin dilakukan kecuali ada tanda-tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Dapat
dilakukan secara makroskopis, mikroskopis, maupun kimiawi;
 Dehidrasi berat: elektrolit serum, analisis gas darah, nitrogen urea, kadar gula darah

2.9. Penatalaksanaan
Terapi pada pasien dengan gastroenteritis dapat diberikan dengan7:
a. Memberikan cairan dan diet adekuat
1. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi.
2. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien.
3. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
4. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna.
b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.
c. Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea,
dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya.
Antimikroba, antara lain:
1. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari, atau
2. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari.
3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, metronidazole dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi.
d. Obat antidiare, antara lain:
1. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur opium.
2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan
apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi.
3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunocompromised, seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya
bismuth encephalopathy.
4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x 1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
5. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/ hari
e. Terapi probiotik dapat mempercepat penyembuhan diare akut.
f. Konseling dan Edukasi
Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk
mencegah terjadinya GE dan mencegah penularannya.
Edukasi yang herus diberikan kepada orang tua berupa Cegah dehidrasi dan pertahankan kecukupan gizi anak
1. ASI diteruskan, selingi dengan Cairan Rehidrasi Ora(CRO).
2. Berikan minum yang banyak.
- Bila anak tidak mengkonsumsi ASI, pemberian susu formula tidak perlu diganti atau diencerkan.
- Bila terjadi dehidrasi ringan-sedang, pemberian makanan diteruskan dan tidak ada pembatasan jenis makanan.
- Bila terjadi dehidrasi berat, stop makanan hingga dehidrasinya membaik.
3. Kapan harus kembali ke dokter
- Diare cair semakin sering
- Darah pada tinja
- Muntah terus menerus
- Demam
- Nyeri perut hebat
- Terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang/ berat
Rencana Terapi pada Diare2
A. Rencana Terapi A (Penanganan Diare Dirumah)
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah :
1. Beri Cairan Tambahan (sebanyak anak mau)
a) Jelaskan kepada ibu :
- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan
- lebih lama pada setiap kali pemberian.
- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur),
- atau air matang.
Anak harus diberi larutan oralit di rumah, jika :
- Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
b) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.
c) Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan
cairannya sehari-hari :
< 2 tahun : 50 – 100 ml setiap kali BAB
> 2 tahun : 100 – 200 ml setiap kali BAB
Katakan kepada ibu :
- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering.
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan pemberian secara perlahan.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. Beri tablet Zinc
Pada anak berusia > 2 bulan, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan dosis :
< 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
> 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.
3. Lanjutkan pemberian Makan/ASI
4. Kapan Harus Kembali
B. Rencana Terapi B (Penanganan Dehidrasi Sedang/Ringan dengan Oralit)
Beri Oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam
1. Tentukan jumlah Oralit untuk 3 jam pertama :
Umur Berat Badan Jumlah Cairan (mL)
s/d 4 bulan <6 200-400
4-12 bulan 6-10 400-700
12-24 bulan 10-12 700-900
2-5 tahun 12-19 900-1400

Jumlah Oralit yang diperlukan : 75 mg/kg BB.


- Jika anak menginginkan oralit > pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
- Untuk anak < 6 bulan tidak menyusu, beri juga 100-200 mL air matang selama periode ini.
- Mulailan memberikan makan segera setelah anak ingin makan.
- Lanjutkan pemberian ASI.
Tunjukkan kepada ibu cara memberikan Oralit.
- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering.
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan pemberian secara perlahan.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
Berikan tablet Zinc selama 10 hari.
Setelah 3 jam :
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :
- Tunjukkan cara menyiapkan Oralit di rumah.
- Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.
- Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam
Rencana Terapi A.
- Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah (Rencana A)
C. Rencana Terapi C (Dehidrasi Berat)
2.10. Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit gastroenteritis dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah
dengan pemberian vaksin rotavirus, dimana rotavirus itu sendiri sangat sering menyebabkan penyakit ini. Selain itu hal lain yang dapat kita
lakukan ialah dengan meningkatkan kebersihan diri dengan menggunakan air bersih ataupun melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dan
juga memperhatikan kebersihan makanan karena makanan merupakan salah satu sumber penularan virus yang menyebabkan gastroenteritis12.
Pemberian zinc elemental 10mg/kgBB per hari untuk bayi di bawah usia 6 bulan dan 20 mg/kgBB per hari untuk anak usia sama atau
di atas 6 bulan selama 10-14 hari dapat mengurangi frekuensi buang air besar dan volume tinja, disamping dapat mengurangi kekambuhan
untuk 3 bulan medatang13.
Probiotic, meskipun banyak dilaporkan dapat mengurangi volume faces dan frekuensi diare, tetapi penggunaannya belum
direkomendasikan baik oleh WHO13.

2.11. Komplikasi
Komplikasi utama dari gastroenteritis adalah dehidrasi dan gangguan fungsi kardiovaskular akibat hypovolemia berat. Kejang dapat
terjadi dengan adanya demam tinggi terutama pada infeksi Shigella. Abses intestine dapat terjadi pada infeksi Shigella dan Salmonella,
terutama pada demam tifoid, yang dapat memicu terjadinya perforasi usus, suatu komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Muntah hebat
akibat gastroenteritis dapat menyebabkan rupture esophagus atau aspirasi. Kematian akibat diare mencerminkan adanya masalah gangguan
system homeostasis cairan dan elektrolit, yang memicu terjadinya dehidrsi, ketidakseimbangan elektrolit dan istabilitas vascular, serta syok13.

2.12. Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya
prognosis adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi dubia ad malam7.

DAFTAR PUSTAKA
1. Simadibrata, M., Daldiyono. Diare Akut. Dalam Sudoyo, A. W., et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
2. Subagyo., Santoso.
3. Precilla, R. P. 2016. Pediatric Gastroenteritis. Medscape. [Online] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/964131 [Acessed 27
September 2017]
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar RIKESDAS 2013.
5. Nurmasari, M. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut (GEA) pada Pasien Pediatri di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
7. Venita, M. K. Diare. Dalam Tanto, C., et al.2014. Kapita Selekta Kedokteran Essential Medicine. Jakarta: Media Aesulapius.
8. Tjay, T. H., Rahardja, K. 2010. Obat-obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
9. Guyton, A. C. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
10. Guandallini, S. 2017. Diarrhea. Medscape. [Online]. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/928598 [Acessed 27 September 2017]
11. Dani, R. 2016. Evaluasi Penggunaan Antibakteri pada Pasien Anak Penderita Diare di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015. Medan: Universitas Sumatera Utara
12. Bishop, W. P. Gastroenteritis Akut. Dalam Marcdante, K. J., Kliegman, R. M., Jenson H. B., Behrman, R. E. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak
Esensial. Edisi Keenam. Jakarta: Saunders Elsevier
13. Pujiarto, P. S. 2014. Gastroenteritis Akut (GEA) pada Anak. InHealth Gazette Edisi Desember 2014-Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai