Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA


PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling
sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali
kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia
dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit
disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara
sempurna.

(Harjaningrum, 2011)
Analisa kasus
1. Identitas Pasien
• Nama : An. N
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 3 tahun
• Tanggal Lahir :
• Agama : Islam
• Alamat : Jatisari, karawang.
2. Anamnesis
• Alloanamnesa kepada ibu pasien
• Keluhan utama : kejang
• Pasien datang dengan keluhan kejang seluruh tubuh yang terjadi
30 menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi >15 menit.
Saat kejang tubuh pasien kelonjotan, dan mata melotot. Setelah
kejang pasien terdiam dan langsung menangis. Ibu pasien
mengatakan keluhan disertai demam kurang lebih 1 hari,
awalnya demam tidak terlalu tinggi, namun demam menjadi tinggi
beberapa jam sebelum pasien kejang suhu terakhir di rumah 38 0C.
Selain itu pasien juga mengeluhkan BAB cair >3x/hari, dan
batuk sesekali. Sebelumnya pasien mempunyai riwayat kejang.
• Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pengobatan KDK
• Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa,
riwayat epilepsi di keluarga di sangkal.
3. Vital sign
• Keadaan umum :Tampak sakit ringan
• Kesadaran :Composmenti
• Nadi :110x/menit
• Pernafasan :30x/menit
• Suhu :400C
• Berat badan : 18 kg
• Keadaan gizi : Gizi Baik
4. Pemeriksaan fisik
Kepala
• Bentuk : Normocephal
• Rambut : Hitam
• Wajah : Simetris, edema (-)
• Mata : Conjuntiva anemis (-/-),
ikterik (-/-)
• Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
• Bibir : Pucat (-), mukosa tidak kering,
sianosis (-/-)
Leher
• Inspeksi : Simetris
• Palpasi : Kaku kuduk (-)
• Pembesaran KGB: (-)

Thorax
Paru
• Inspeksi : Simetris
• Palpasi : Fremitus normal (+/+)
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), whezing (-/-)
•  
Jantung
• Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-). Gallop (-).
Abdomen
• Inspeksi : Simetris
• Palpasi : soepel, hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi :bising usus (+)
•  
Ekstremitas
• Akral hangat (+/+), CRT < 2
 
Kulit
• Warna : Sawo matang
• Turgor : Kembali cepat
• Sianosis : (-)
• Ikterus : (-)
5. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan laboratoriun pada tanggal 23-05-2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

HEMATOLOGI      
HEMATOLOGI RUTIN      

Hemoglobin 11,5 10,5 - 13,5 g/dl

Hematokrit 33,1 33,0 - 41,0 %

Leukosit 9.400 6.000 – 14.500 /ul

Jumlah Trombosit 257.000 150.000 – 350.000 /ul

HITUNG JENIS      
Basofil 0 0–1 %
Eosinofil 2 1–3 %
Batang 3 2–6 %
Segmen 57 50 – 70 %
Limfosit 30 20 – 40 %
Monosit 8 2–8 %
LAIN-LAIN      
Antigen Non Reaktif Non Reaktif  

 
6. Diagnosis kerja
• Kejang Demam komplek

7. Diagnosis banding
• Epilepsi

8. Pengobatan di IGD
• Inj. Diazepam 2.5 mg
7. Rencana tatalaksana dan terapi
• Rawat inap
• Ivfd. RL 10 tpm makro
• Inj. Amoxan 3x300 mg
• Inj. Paracetamol 3x120 mg
• Diazepam 3x1 /oral jika suhu di atas 380 C.
8. Prognosis
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : Ad Bonam
• Ad sanationam : Ad Bonam
Follow up
Tanggal Subjective Objective Assessment Planning
24/05/2020 -Demam (+) KES : Compos Mentis KDS  IVFD :D5 ½ 20 cc/jam
(11.30 WIB) - kejang selama di BB =11 kg  Medikamentosa:
Perawatan hari ke rumah sakit (-) HR :112 x/menit Cefotaxim 3x400 mg
-2 - batuk (+) RR :28 x/menit Paracetamol 120 mg/6 jam
-muntah (-) S : 39,4◦C Diazepam 3x1 /oral jika suhu di atas 38 0
-sesak (-)   C
-BAB & BAK DBN. Kepala : Normocephali  
Mata : CA -/-, SI -/- Pulvis:
Mulut : mukosa tidak kering (+) Ketriacin 2 mg
Leher : KGB tidak membesar Salbutamol 1 mg
Thoraks : Ambroxol 1/4
I : Pergerakan dinding dada simetris  
P : VF simetris XV 3 x pulv 1
P : Sonor/Sonor
A : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-, BJ I & II
regular, murmur (-), gallop (-)
 
Abdomen :
I : Perut tampak datar
A : BU (+)
P : Timpani, Nyeri ketuk (+)
P : Supel
 
Kulit : dalam batas normal
Ekstremitas :
CRT < 2,
Akral hangat, CRT <2
 
25/05/2020 - Demam (+) KU : Tampak Sakit Ringan Kejang Demam  IVFD: D5 ½ 20 cc/jam
(07.00 WIB) -kejang(-) KES : Compos Mentis Sederhana  
Perawatan hari -batuk (+) BB : 11 kg  Medikamentosa:
ke -3 -BAB & BAK dbn. HR : 110 x/menit Terapi di ganti oral :
Diazepam 3x1 mg (po)
  RR : 27 x/menit Cefixime 2x1/2 cth
  S : 38 ◦C Paracetamol 4x cth 1
  Racikan batuk di lanjut
Kepala : Normocephali  
Mata : CA -/-, SI -/-  
Leher: KGB tidak membesar
Thoraks :
I : Pergerakan dinding dada
simetris
P : VF simetris
P : Sonor/Sonor
A : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-, BJ I &
II regular, murmur (-), gallop (-)
 
Abdomen :
I : Perut tampak datar
A : BU (+)
P : Timpani
P : Supel
 
Kulit : Dalam batas normal
Ekstremitas :
Akral hangat, CRT < 2
 
Follow up

26/05/2020 -Demam turun KU : Baik KDS  Rawat Jalan


(09.300 WIB) -Kejang (-) KES : Compos Mentis  Medikamentosa:
Perawatan hari -batuk BB: 11 kg  Cefixime 2x1/2 cth
Paracetamol 4x cth 1
ke -4 berkurang HR : 123 x/menit Racikan batuk di lanjut
  -BAB & BAK RR : 28 x/menit  
dbn. S : 37,2◦C
 
Kepala : Normocephali
Mata : CA -/-, SI -/-
Leher: KGB tidak membesar
Thoraks :
I : Pergerakan dinding dada
simetris
P : VF simetris
P : Sonor/Sonor
A : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/- BJ I &
II regular, murmur (-), gallop (-)
 
Abdomen :
I : Perut tampak datar
A : BU (+)
P : Timpani
P : Supel
 
Kulit : Dalam batas normal
Ekstremitas :
Akral Hangat, CRT < 2
 
LANDASAN TEORI
1. Definisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 0
C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh
proses intrakranial

(LICE Guidline; American Academy of pediatrics,2011).


Dalam buku rekomendasi penatalaksanaan kejang demam oleh
ikatan dokter anak indinesia (IDAI) 2016 disebutkan keterangan
bahwa :
• Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena
gangguan elektrolit atau metabolic lainnya
• Bila ada Riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak
disebut sebagai kejang demam
• Anak berumur 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang
demam, namun jarang sekali.
Epidemiologi
• Kejadian kejang demam diperkirakan 2 % - 4 % di Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat
• Di Asia dilaporkan lebih tinggi.Kira-kira 20% kasus merupakan kejang
demam kompleks.
• Kejadian kejang demam di indonesia disebutkan terjadi pada 2-5% anak
berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan 30% diantaranya mengalami
kejang berulang.

(American Academy of Pediatrics on Febrile Seizure;2011-


Arifudin A,2016)
Etiologi
• Belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam .
Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih.
(Nelson KB pediatric;1978).
Klasifikasi
Kejang demam sederhana (KDS) Kejang demam kompleks (KDK)
 Lama kejang < 15 menit  Lama kejang > 15 menit
 Kejang umum/kedua  Kejang fokal/sebelah
belah tubuh tubuh
 Tidak berulang dalam
 Serangan kejang lebih
waktu 24 jam.
satu kali dalam 24 jam.
Biasanya ada kelainan
neurologi pasca
kejang
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium

• Pungsi Lumbal
Pemeriksaan penunjang
• Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan penunjang
• Pencitraan (CT Scan atau MRI)
Dilakukan bila ada indikasi seperti kelainan
neurologis fokal menetap,misalnya hemiparesis.
Tata laksana
Profilaksis Intermitten
Antipiretik
Dosis Parasetamol yang digunakan adalah
10 – 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari
dan tidak lebih dari 5 kali.
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali
sehari
 Antikonvulsi
 Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam
pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang
pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal
dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu >38,5oC .
Pemberian obat rumat
• Indikasi pengobatan rumat :
– Kejang fokal
– Kejang lama >15 menit
– Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum
atau sesudah kejang, misalnya palsy cerebral,
hidrocefalus, hemiparesis.
(UKK neurologi IDAI,2016).
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat

 Pemberian obat Fenobarbital atau Asam Valproat setiap


hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang .
 Dosis Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan
Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis
.
 Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang.
Prognosis
Secara umum prognosis kejang demam sangat baik. Kejadian
kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan
neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum maupun fokal.
Edukasi
1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif
tetapi harus diingat adanya efek samping

Anda mungkin juga menyukai