Anda di halaman 1dari 58

SINDROM NEFROTIK

KARIN KURNIATI NURFATMAH


N 111 15 023
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) adalah sindrom
klinis akibat perubahan selektivitas
permeabilitas dinding kapiler glomerulus
sehingga protein dapat keluar melalui urin

Pada anak, SN merupakan penyakit ginjal


yang paling sering ditemukan dengan angka
kejadian 15 kali lebih banyak dibandingkan
orang dewasa

Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per


tahun pada anak berusia kurang dari 14
tahun. Perbandingan anak laki-laki dan
perempuan 2:1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. A
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tgl. Lahir/ usia : 10 tahun
 Tanggal/ jam masuk : 23/3/2016

 Nama Orang tua : Tn. A

 Pekerjaan : Petani
 Alamat : Desa Kolu, Lindu
KELUHAN UTAMA
 Bengkak seluruh tubuh
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh
dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya pasien
merasakan nyeri pada perut kiri, kemudian pasien mulai
merasakan tubuhnya membengkak perlahan-lahan mulai
dari wajah, bagian tubuh dan lengan, lalu kaki. Pasien tidak
merasakan bengkak di seluruh tubuhnya tidak pernah
mereda dalam 3 minggu ini. Tidak ada keluhan nyeri pada
bagian tubuh yang bengkak. Keluhan bengkak seluruh
tubuh disertai dengan buang air kecil berwarna pekat
seperti teh 2 minggu yang lalu. Pasien tidak mengeluh
nyeri saat buang air kecil. Demam (-), batuk (-), pilek (-),
muntah (-), BAB biasa.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
 Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Ibu pasien memiliki keluhan serupa (bengkak seluruh
tubuh)
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
 Menengah kebawah. Ayah pasien bekerja sebagai petani.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN
PERSALINAN
 Pasien adalah anak pertama, lahir normal dan cukup
bulan. Proses kelahiran dibantu oleh bidan. Ayah pasien
tidak ingat berapa berat lahir dan panjang tubuh pasien
saat lahir
KEMAMPUAN DAN KEPANDAIAN
 Pasien dapat duduk pada usia 7 bulan dan berdiri pada
usia 9 bulan. Saat ini pasien duduk di kelas 2 SD
ANAMNESIS MAKANAN
 Pasien diberi ASI hingga umur 9 bulan dan mulai diberi
makanan pendamping ASI pada usia 7 bulan.
RIWAYAT IMUNISASI
 Lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum:  Berat Badan : 25kg =
Sakit sedang 17,5kg
 Kesadaran  Tinggi Badan : 124cm
: Compos
Mentis  Status Gizi : CDC
70% (gizi kurang)
Tanda Vital Kulit

 TD : 100/60 mmHg  Efloresensi (-), kulit


 Nadi : 105 kali/menit tampak tegang pada
 Respirasi : 28 kali/menit bagian tubuh yang udem
 Suhu : 37,4oC
Kepala Paru-paru

 Bentuk : Normocephal  Inspeksi : gerakan dada


 Mata : udem palpebra simetris, retraksi (-)
(+/+), conjungtiva anemis  Palpasi : nyeri tekan
(-/-), sclera ikterik (-/-) (-), massa (-), vocal
 Hidung : deformitas (-), fremitus kanan=kiri
Rhinorrhea (-), epistaksis  Perkusi : Sonor di
(-) seluruh lapang paru
 Mulut : bibir sianosis (-)  Auskultasi :vesikuler
 Tonsil : tidak dapat dinilai (+/+), ronchi (-/-),
 Telinga : otorrhea (-) wheezing (-/-)
Jantung Abdomen

 Inspeksi : ictus cordis  Inspeksi : tampak


tidak tampak cembung, caput medusa
 Palpasi : ictus cordis (-), spider navy (-)
tidak teraba  Auskultasi : peristaltic
 Perkusi : batas jantung (+)
 Perkusi : Hipertympani,
normal
 Auskultasi
undulasi (+)
: BJ I/II
 Palpasi : Nyeri tekan
murni regular, murmur
(-), gallop (-) (-), organomegali (-)
Punggung Genitalia

 Normal  Udem skrotum


Anggota Gerak Otot-otot

 Ekstremitas atas :  Eutrofi


pitting udem (+/+), akral
hangat (+/+)
 Ekstremitas bawah
: pitting udem (+/+), akral
hangat (+/+)
Refleks

Fisiologis: Patologis:
++ ++ - -
++ ++ - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 DARAH RUTIN

WBC 9,44
RBC 3,58 (L)
HB 9,8 (L)
HCT 26,1 (L)
PLT 372
MCV 72,9
MCH 27,4
MCHC 37,5
 HBsAg: negatif
 Urinalisa:

Protein +3
Leukosit +3
Sedimen eritrosit Banyak/ LPH
RESUME
Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh
dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya pasien merasakan
nyeri pada perut kiri, kemudian pasien mulai merasakan tubuhnya
membengkak perlahan-lahan mulai dari wajah, bagian tubuh dan
lengan, lalu kaki. Pasien tidak merasakan bengkak di seluruh
tubuhnya tidak pernah mereda dalam 3 minggu ini. Tidak ada
keluhan nyeri pada bagian tubuh yang bengkak. Keluhan bengkak
seluruh tubuh disertai dengan buang air kecil berwarna pekat seperti
teh 2 minggu yang lalu. Nyeri saat berkemih (-). Demam (-), batuk
(-), pilek (-), muntah (-), BAB biasa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: pada mata udem palpebra
(+/+); pada abdomen undulasi (+); pada genital Udem skrotum (+);
pada ekstremitas atas pitting udem (+/+), akral hangat (+/+); pada
ekstremitas bawah pitting udem (+/+), akral hangat (+/+).
DIAGNOSIS
 Diagnosis Kerja : susp. sindrom nefrotik
 Diagnosis banding : sindrom nefritik
TERAPI
 IVFD dextrose 5% 8tpm
 Ceftriaxone 500mg/12jam/IV

 Furosemide 20mg/12jam/IV

 Paracetamol 3x10ml
ANJURAN
 Periksa :
 SGOT,

 SGPT,

 ureum,

 creatinin,

 kolesterol total,

 protein dan albumin serum,

 ASTO,

 urinalisa
FOLLOW UP
24/3/2016
S O A P
Bengkak seluruh TD: 110/80 mmHg; susp. sindrom nefrotik • Kaen 3B 12 tpm
tubuh (+), urin N: 100x/menit; • Ceftriaxone 500mg/
berwarna merah (-), R: 26x/menit; 12jam/ IV
nyeri perut (-), demam S: 37,6oC • Furosemide 20mg/
(+), batuk (-) BB: 25kg 12 jam/IV
• Vitamin B complex/
C 2x1
Urinalisa
Protein +3
Leukosit +3
Eritrosit +3
Sedimen:
Penuh
Leukosit
Penuh
Eritrosit
25/3/2016
S O A P
Bengkak seluruh TD: 110/80 mmHg; Sindrom nefrotik • Dextrose 5% 8 tpm
tubuh (+), urin N: 88x/menit; • Ceftriaxone 500mg/
berwarna merah (-), R: 20x/menit; 12jam/ IV
nyeri perut (-), demam S: 37,1oC • Furosemide 20mg/
(+), batuk (-) BB: 26kg 12 jam/IV
• Vitamin B complex/
C 2x1

ASTO Negative

Kimia
darah
Protein total 4,1 mg/dl
Albumin 1,6 mg/dl
26/3/2016
S O A P
Bengkak seluruh TD: 110/70 mmHg; Sindrom nefrotik • Prednisone 2x5 tab
tubuh (+), urin N: 96x/menit; (CD)
berwarna merah (-), R: 28x/menit; • Furosemid 2x1 tab
nyeri perut (-), demam S: 36,8oC • Ceftriaxone
(-), batuk (-) 2x500mg
BB: 27kg • Aspar K 2x1 tab
• Calec 1x1 tab
Diuresis:
1100cc/18jam
0,89cc/kgBB/jam
27/3/2016
S O A P
Bengkak seluruh TD: 110/80 mmHg; Sindrom nefrotik • Prednisone 2x5 tab
tubuh (+), urin N: 88x/menit; (CD)
berwarna merah (-), R: 24x/menit; • Furosemid 2x1 tab
nyeri perut (-), demam S: 37,1oC • Ceftriaxone
(-), batuk (-) 2x500mg
BB: 27kg • Aspar K 2x1 tab
• Calec 1x1 tab
Diuresis:
600cc/24 jam
0,89cc/kgBB/jam
28/3/2016

S O A P

Bengkak seluruh TD: 110/50 mmHg; Sindrom nefrotik • Dextrose 5% 8tpm


tubuh (+), urin N: 102x/menit; • Prednisone 4-3-3
berwarna merah (-), R: 21x/menit; • Albumin 10mg 
nyeri perut (-), demam S: 36,5oC 50cc IV
(-), batuk (-) BB: 28kg • Ceftriaxone
1g/12jam/IV
Diuresis: • Aspar K 2x1 tab
600cc/24 jam
0,89cc/kgBB/jam

Kimia darah
Ureum 137,8
Kreatinin 1,00

Urinalisa
Protein +3
Eritrosit +3
Sedimen:
4
Leukosit
Penuh
Eritrosit
DISKUSI
 Sindrom nefrotik (SN) adalah sindrom klinis akibat
perubahan selektivitas permeabilitas dinding kapiler
glomerulus sehingga protein dapat keluar melalui urin.
 Pada anak, SN merupakan penyakit ginjal yang paling
sering ditemukan dengan angka kejadian 15 kali lebih
banyak dibandingkan orang dewasa.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
 Untuk menegakkan diagnosis sindrom nefrotik, harus
terpenuhi 4 gejala klinik yang khas, yaitu proteinuria
massif atau proteinuria nefrotik, hipoalbiminemia,
sembab, dan hiperlipidemia.
PROTEINURIA MASIF
 bila dalam urin terdapat  Pada kasus, berdasarkan
protein ≥ pemeriksaan urinalisa
40mg/m2lpb/jam atau > didapatkan hasil dipstick
50 mg/kgBB/24 jam, atau untuk protein pada urin
rasio albumin/ kreatinin yaitu +3
pada urin sewaktu >2
mg/mg, atau dipstick ≥
2+
PATOFISIOLOGI TERJADINYA
PROTEINURIA
 Penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar

a
l
b
u
m
i
n

y
a
n
g

b
e
r
m
u
a
t
a
n

n
e
g
a
t
i
f

t
e
r
t
a
r
i
k

k
e
l
u
a
r

m
e
n
e
m
b
u
s

s
a
w
a
r

k
a
p
i
l
e
r

g
l
o
m
e
r
u
l
u
s
HIPOALBUMINEMIA
 Hipoalbiminemia yaitu  Pada kasus, didapatkan
apabila albumin serum kadar albumin serum
<2,5 g/dl pasien yaitu 1,6 g/dl
PATOFISIOLOGI TERJADINYA
HIPOALBUMINEMIA
 Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari
proteinuria yang hebat
SEMBAB/ OEDEMA
 Sembab dapat dinilai berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
 Pada anamnesis keluhan yang sering ditemukan adalah
bengkak dikedua kelopak mata, perut, tungkai, atau
seluruh tubuh.
 Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema di kedua
kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema
skrotum/ labia.
CONT..
 Pada kasus, pasien datang dengan keluhan bengkak
seluruh tubuh.
 Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan: pada mata
udem palpebra (+/+); pada abdomen undulasi (+); pada
genital Udem skrotum (+); pada ekstremitas atas pitting
udem (+/+); pada ekstremitas bawah pitting udem (+/+).
PATOFISIOLOGI TERJADINYA OEDEMA
HIPERKOLESTEROLEMIA
 kolesterol serum lebih  Pada kasus didapatkan
dari 200 mg/dl kolesterl pasien 305,8
mg/dl
PATOFISIOLOGI TERJADINYA
HIPERKOLESTEROLEMIA
 Hiperlipidemia muncul akibat penurunan tekanan
onkotik, disertai pula oleh penurunan aktivitas degradasi
lemak karena hilangnya a-glikoprotein sebagai
perangsang lipase
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG
DILAKUKAN
 Urinalisis. Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan
gejala klinis yang mengarah kepada infeksi saluran
kemih.
 Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam
atau rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari
CONT..
 Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis
leukosit, trombosit, hematokrit, LED)
 Albumin dan kolesterol serum

 Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara


klasik atau dengan rumus Schwartz
 Kadar komplemen C3 dan titer ASO bila terdapat
hematuria mikroskopis; bila dicurigai lupus eritematosus
sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4,
ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA.
ISTILAH YANG BIASA DIGUNAKAN
DALAM SINDROM NEFROTIK
 Remisi: proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4
mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
 Relaps. : proteinuria = 2+ (proteinuria >40 mg/m2
LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
 Relaps jarang. : relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan
pertama setelah respons awal atau kurang dari 4 x per
tahun pengamatan
CONT..
 Relaps sering. (frequent relaps): relaps = 2 x dalam 6
bulan pertama setelah respons awal atau = 4 x dalam
periode 1 tahun
 Dependen steroid. : relaps 2 x berurutan pada saat dosis
steroid diturunkan (alternating) atau dalam 14 hari
setelah pengobatan dihentikan
CONT..
 Resisten steroid. : tidak terjadi remisi pada pengobatan
prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama
4 minggu.
 Sensitif steroid. : remisi terjadi pada pemberian
prednison dosis penuh selama 4 minggu
DIET
 Diit protein normal sesuai dengan RDA (recommended
daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari.
 Diit rendah garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama
anak menderita edema.
DIURETIK
PEMERIKSAAN YANG PERLU DILAKUKAN
SEBELUM TERAPI STEROID
 Pengukuran berat badan dan tinggi badan
 Pengukuran tekanan darah

 Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala


penyakit sistemik, seperti lupus eritematosus sistemik,
purpura Henoch-Schonlein.
CONT..
 Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun
kecacingan. Setiap infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu
sebelum terapi steroid dimulai.
 Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan
profilaksis INH selama 6 bulan bersama steroid, dan bila
ditemukan tuberkulosis diberikan obat antituberkulosis
(OAT).
TERAPI INISIAL
INDIKASI UNTUK MERUJUK PASIEN
KEPADA AHLI NEFROLOGI ANAK
 Awitan sindrom nefrotik pada usia di bawah 1 tahun, riwayat
penyakit sindrom nefrotik di dalam keluarga
 Sindrom nefrotik dengan hipertensi, hematuria nyata
persisten, penurunan fungsi ginjal, atau disertai gejala
ekstrarenal, seperti artritis, serositis, atau lesi di kulit
CONT..
 Sindrom nefrotik dengan komplikasi edema refrakter,
trombosis, infeksi berat, toksik steroid
 Sindrom nefrotik resisten steroid
 Sindrom nefrotik relaps sering atau dependen steroid
PROGNOSIS
 Prognosis sindrom nefrotik umumnya baik, kecuali pada
keadaan-keadaan sebagai berikut:
 Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2
tahun atau di atas 6 tahun.
 Disertai oleh hipertensi.
 Disertai hematuria.
 Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.
 Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal.
M
R
A
E
T
I

K
H
A
SI

Anda mungkin juga menyukai