Anda di halaman 1dari 14

KASUS

BANGSAL SENIOR PERINATOLOGI


Periode April 2020

SEORANG BAYI LAKI-LAKI USIA 5 HARI DENGAN BIRTH ASPHYXIA,


GANGGUAN NAFAS BERAT, NEONATUS PRETERM (27 MINGGU),
BBLSR (1000 GRAM)

Oleh:
dr. Radita Kusumaningrum

Supervisor :
dr. Gatot Irawan, Sp.A(K)
dr. Arsita Eka Rini, Msi Med, Sp.A(K)
dr. Adhie Nur Radityo, Msi Med, Sp.A(K)

PPDS I ILMU KESEHATAN ANAK FK UNDIP


DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK RSUP DR. KARIADI
SEMARANG
2020

1
I. IDENTITAS
Nama : By Ny S
Tanggal Lahir/umur : 8 April 2020/0 Hari
MRS : 8 April 2020
Meninggal : 13 April 2020

ANAMNESIS
Keluhan : Rujukan RS Aminogondo Hutomo dengan asfiksia berat
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi lahir dari ibu G8P0A7 hamil 27 minggu usia 36 tahun, ANC 4x di Sp.OG, riwayat
sakit selama hamil (-), riwayat minum obat di luar resep dokter (-), mendapatkan pematangan
paru 2x, lahir secara SC a.i fetal distress, tali pusat menumbung, AS 1-3-4, BBL 1000 gram,
PBL 35 cm, LK 24 cm, LD 23 cm, terpasang infus umbilikal, miksi (-), mekoneum (+).
Kondisi anak saat datang di NICU terpasang nasal prong, desaturasi, bradikardi,
dilakukan intubasi dengan ET No.3 kedalam 8 cm ditarik menjadi 7 cm, masuk epinefrin 5x,
masuk bolus NaCl 0,9% 3 kali total 20 ml. Perdarahan paru (+) (darah (+) saat diintubasi)

Riwayat Penyakit Dahulu :


-

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat keluarga dengan prematuritas disangkal

Pemeriksaan Fisik di NICU RSDK Tanggal 8 April 2020 pukul 07.50


Keadaan umum : lemah
Kesadaran: E1M4Vet
HR : 134 x/menit N : lemah
RR : 67 x/menit TD : 43/25 (30) mmHg
SpO2 : 93% hematom multiple (+)
Kepala : UUB datar, cephal hematom (-), caput succadeneum (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-)
Mulut : sianosis (-)
Thorax : simetris, retraksi (+) suprasternal
2
Cor : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas dasar vesikuler +/+ +/+
Suara tambahan hantaran -/- -/-
Suara nafas ronki -/- -/-
Suara nafas wheezing -/- -/-
Abdomen : datar, supel, BU (+) N, terpasang infus umbilikal
Hepar / lien tak teraba
Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+
Sianosis -/- -/-
CRT <3”<3” <3”/<3”

Diagnosis :
- Birth asphyxia
- Gangguan napas berat
- Neonatus preterm (27 minggu)
- BBLSR (1000 gram)
- Riwayat ibu obstetri jelek (abortus 7x)

Terapi :
- O2 PCAC FiO2 50% VT 6 Ti 0.45 RR 60 PEEP 8 Slope 0.2 Pmax 40
- Protein 6% 7,2/0,3 ml/jam (0,5 gr/kg/hari)
- Infus Dextrose 10% 72/3ml/jam (GIR 5)
- Inj. Ampicillin 50 mg/12 jam (H1)
- Inj Gentamicin 5 mg/48jam (H1)
- Inj. Ca glukonas 0,5 ml/12 jam

Program
- Evaluasi distress napas, GDS dan tanda perdarahan
- Cek DR, GDS, ur, cr, elektrolit, Ca
- Cek kultur darah
- Cek BGA 2 jam post ventilator
- X foto babygram

3
PERJALANAN PENYAKIT

Tgl, Jam Klinis, Penunjang Assessment Terapi, Tindakan, Diet, Program


08/04/2020 NICU HP: 1, Usia : 0 Hari, BBL : 1000 gram - Birth asphyxia - O2 PCAC FiO2 50% VT 6 Ti 0.45
07.51 S: sesak (+), perdarahan via OGT, ET (+) - Gangguan napas berat RR 60 PEEP 8 Slope 0.2 Pmax 40
KU : GCS E1M4Vet, pucat - Neonatus preterm (27 minggu) - Protein 6% 7,2/0,3 ml/jam (0,5
HR : 134 x/menit N : lemah - BBLSR (1000 gram) gr/kg/hari)
RR : 67 x/menit TD : 43/25 (30) mmHg - Ibu riwayat obstetri jelek (abortus 7x) - Infus Dextrose 10% 72/3ml/jam
SpO2 : 93% (GIR 5)
- Inj. Ampicillin 50 mg/12 jam (H1)
Kepala : UUB datar, cephal hematom (-), - Inj. Ca glukonas 0,5 ml/12 jam
caput succadeneum (-) - Inj Gentamicin 5 mg/48jam (H1)
Mata : konj ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-) PROGRAM:
Mulut : sianosis (-) - Evaluasi distress napas, GDS dan
Thorax : simetris, retraksi (+) suprasternal tanda perdarahan
Cor : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-) - Cek DR, GDS, ur, cr, elektrolit, Ca
Pulmo : - Cek kultur darah
Suara nafas dasar vesikuler +/+ +/+ - Cek BGA 2 jam post ventilator
Suara tambahan hantaran -/- -/- - X foto babygram
Suara nafas ronki +/- +/-
Suara nafas wheezing -/- -/-
Abdomen : datar, supel, BU (+) N, terpasang
infus umbilikal -
Hepar lien tak teraba -
Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+ -
Sianosis -/- -/-
CRT <3”/<3” <3”/<3”
-
BGA tgl 8/4/2020: O2 PCAC FiO2 100% VT 4 Ti 0.45 RR 50
PH 7,226 PEEP 8 Slope 0.2 Pmax 40
HCO3 13,5
PCO2 27,8
BE -12,3
PO2 26,8
FIO2 45%
AaDO2 267,2

4
Laboratorium tgl 8/4/2020: Anemia dengan klinis perdarahan (+) Usaha PRC 20 ml
Hb 11,1 Hipocalsemia Cek DR, BGA post tranfusi PRC
L 9900
Tr 182000
GDS 406
Ur 27
Cr 0,7
Na 140
K 5,1
Cl 108
Ca 1,7

Babygram tgl 8/4/2020 ET didorong 0,5 cm menjadi kedalaman 7,5


cm

Kesan:
- Endotracheal tube terpasang dengan ujung distal
setinggi corpus vertebra C7-Th1
- Cor tak membesar
- Gambaran Hyaline Membran Disease grade 2
- Abdomen dalam batas normal

5
09/04/2020 NICU HP: 2, Usia : 1 Hari, BBL : 1000 gram - Birth asphyxia - O2 PCAC FiO2 80% VT 4 Ti 0.4 RR 50
08.09 S: sesak (-), perdarahan dari OGT (+) - Gangguan napas berat PEEP 8 Slope 0.08 Pmax 30
KU : pucat, hematom multiple, GCS E2M4Vet - Neonatus preterm (27 minggu) - Infus D20% (terdiri dari D40 90 ml, D10
HR : 134 x/menit N : lemah - BBLSR (1000 gram) 143 ml, Na (2) 10 ml, K (2) 5 ml, Ca (0,5)
RR : 67 x/menit TD : 43/25 (30) mmHg - Riwayat obstetri jelek (abortus 7x) 3 ml menjadi 250 ml) jalan 60/2,5 ml/jam
SpO2 : 93% (GIR 8)
BC: -13,8 ml - Protein 6% 16,8/0,7 ml/jam (1 gr/kg/hari)
D: 2,7 ml/kg/jam - Lipid 20% 2,4/0,1 ml/jam (0,5 gr/kg/hari)
Pemeriksaan Fisik Tetap - Inj. Ampicillin 50 mg/12 jam (H2)
- Inj. Gentamisin 5 mg/48 jam (H2)
- Inj. Ca glukonas 0,5 ml/12 jam
Laboratorium 9/4/2020 (Post tranfusi PRC):
BGA PROGRAM:
PH 7,217 - Evaluasi distress napas, GDS dan tanda
HCO3 11,5 perdarahan
PCO2 27,7 - Tunggu hasil kultur darah (8/4/20)
BE -14,4 - Usul: tranfusi PRC 20 ml dalam 4 jam
PO2 202,1 jalan 5 ml/jam,dan Cek DR dan BGA post
FIO2 30% tranfusi PRC (Tunda)

Hb 12,6
Ht 37,5
L 8200
Tr 86000 clumping+
10/04/2020 NICU HP: 3, Usia : 2 Hari, BBL : 1000 gram - Birth asphyxia - O2 PCAC FiO2 80% VT 4 Ti 0.4 RR 50
S: sesak (-), perdarahan dari OGT (+) - Gangguan napas berat PEEP 8 Slope 0.08 Pmax 30
KU : pucat, hematom multiple, GCS E2M4Vet - Neonatus preterm (27 minggu) - Infus D20% (terdiri dari D40 90 ml, D10
HR : 134 x/menit N : lemah - BBLSR (1000 gram) 143 ml, Na (2) 10 ml, K (2) 5 ml, Ca (0,5)
RR : 67 x/menit TD : 43/25 (30) mmHg - Riwayat obstetri jelek (abortus 7x) 3 ml menjadi 250 ml) jalan 60/2,5 ml/jam
SpO2 : 93% (GIR 8)
BC: -13,8 ml - Protein 6% 16,8/0,7 ml/jam (1 gr/kg/hari)
D: 2,7 ml/kg/jam - Lipid 20% 2,4/0,1 ml/jam (0,5 gr/kg/hari)
Pemeriksaan Fisik Tetap - Inj. Ampicillin 50 mg/12 jam (H3)
- Inj. Gentamisin 5 mg/48 jam (H2)
- Inj. Ca glukonas 0,5 ml/12 jam
Laboratorium 10/4/2020:

6
Hb 10,6 PROGRAM:
L 5000 - Evaluasi distress napas, GDS dan tanda
Tr 85000 perdarahan
- Tunggu hasil kultur darah (8/4/20)
- Pro tranfusi PRC 20 ml dalam 4 jam jalan
5 ml/jam, cek DR ulang
- Cek DR, studi koagulasi, dan BGA post
tranfusi PRC
- USG Kepala
11/04/2020 NICU HP: 4, Usia : 3 Hari, BBL : 1000 gram - Birth asphyxia - O2 PCAC FiO2 100% VT 5 Ti 0.35 RR
08.16 S: sesak (-), demam (-), OGT warna merah - Gangguan napas berat 50 PEEP 7 Slope 0.08 Pmax 30
kehitaman, paska tranfusi PRC - Neonatus preterm (27 minggu) - Infus D10% + Na (2) 14 ml + K (2) 7 ml +
KU : pucat, hematom multiple, GCS E4M4Vet - BBLSR (1000 gram) Ca (0,5) 4 ml dalam 250 ml jalan
HR : 149 x/menit N : regular, isi/tegangan - Riwayat obstetri jelek (abortus 7x) 80/3ml/jam (GIR 5,4)
cukup - Protein 6% 33,6/1,4 ml/jam (2 gr/kg/hari)
RR : 49 x/menit TD : 81/47 (67) mmHg - Lipid 20% 2,4/0,1 ml/jam (0,5 gr/kg/hari)
SpO2 : 87% - Inj. Ampicillin 50 mg/12 jam (H4)
- Inj. Gentamisin 5 mg/48 jam (H3)
Pemeriksaan Fi:sik Tetap - Inj. Ca glukonas 0,5 ml/12 jam

BGA 10/4/2020: PROGRAM:


PH 7,143 - Evaluasi distress napas, GDS dan tanda
PCO2 37,9 perdarahan
PO2 103,6 - Tunggu hasil kultur darah (8/4/20)
BE -14,4 - Usaha TC 15 ml
HCO3 13,2 - Usaha FFP 15 ml
AaDO2 527,2 - Drip Bicnat 0,3x14,4x1=4,32 ml, ½ dosis
masuk 4 jam, ½ dosis masuk 12 jam
Lab 11/4/20
Hb 17.6
Ht 51.8
Leu 2.100 (ANC 1110)
Tr 54.000
PPT 1,26x
PTTK 2x

7
15.10 S: OGT warna coklat kemerahan, post reintubasi - Cardiorespiratory failure - RKP
ulang jam 12.30 - VTP
KU : GCS E4M4Vet - Inj. Adrenalin 1:10.000 0,1 ml/kg
HR : 45 x/menit N : lemah
RR : on VM SpO2 : 43%

15.20 S: respon (-) - Cardiorespiratory failure - RKP


KU : GCS E4M4Vet - VTP
HR : 45 x/menit N : lemah - Inj. Adrenalin 1:10.000 0,1 ml/kg
RR : on VM SpO2 : 43%

15.25 S: respon (-) - Cardiorespiratory failure - RKP


KU : GCS E4M4Vet - VTP
HR : 45 x/menit N : lemah - Inj. Adrenalin 1:10.000 0,1 ml/kg
RR : on VM SpO2 : 43%

15.30 S: pasien perdarahan dari ET warna merah segar saat - Cardiorespiratory failure - Inj. Adrenalin 1:10.000 0,1 ml/kg
dilakukan VTP dan RKP -
KU : GCS E1M1Vet
HR : 0 x/menit N : lemah
RR : 0 x/menit

15.35 S: tidak respon dengan pemberian adrenalin - Cardiorespiratory arrest - Pasien dinyatakan meninggal
KU : GCS E1M1Vet - - Emotional support keluarga
HR : 0 x/menit N : tidak teraba
RR : on VM SpO2 : 0%
Mata midriasis (+/+) maksimal
Lebam mayat (+)

8
BAGAN KEMATIAN

BAYI USIA 5 HARI DENGAN BIRTH ASPHYXIA, GANGGUAN NAFAS BERAT, NEONATUS PRETERM
(27 MINGGU), BBLSR (1000 GRAM) RIWAYAT FETAL DISTRES, RIWAYAT LAHIR DARI IBU
OBSTETRI JELEK (ABORTUS 7X)

Birth Asphyxia Preterm Infant

Acidosis Anemia Imaturitas Organ

Penurunan Perdarahan saluran


kesadaran cerna

Cardiorespiratory
failure

Cardiorespiratory
arrest

Death

9
PEMBAHASAN

BIRTH ASPHYXIA
Asfiksia merupakan istilah yang sering digunakan untuk gangguan akut atau kronik dari
aliran darah plasental saat proses persalinan. Hal tersebut berefek pada aliran darah janin serebral
dan sistemik yang dapat diikuti kegagalan multiorgan. (Magalhaes dkk, 2015)
Kriteria birth asphyxia menurut The American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) tahun 1992, yang menunjukkan defisit neurologis, semua kriteria berikut
harus terpenuhi (Penning, 2009):
1. Asidosis metabolic atau mixed asidosis arteri umbilical (ph <7,00)
2. Apgar skor 0-3 selama lebih dari 5 menit
3. Neonatal neurological sequele (contoh kejang, koma, hipotonia)
4. Disfungsi multiorgan sistem (contoh kardiovaskuler, gastrointestinal, hematologi,
pulmonal, renal)

BERAT BADAN LAHIR RENDAH


Klasifikasi pada bayi baru lahir dapat dilihat berdasarkan berat lahir, umur
kehamilan, atau hubungan antara berat lahir dan umur kehamilan sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel. Dasar Klasifikasi Bayi Baru Lahir Menurut Berat Badan, Masa Gestasi dan
Hubungan Berat Badan dengan Masa Gestasi
Dasar Klasifikasi Klasifikasi Definisi
Menurut berat lahir Bayi Berat Lahir Rendah Bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir <2500 gram
Bayi Berat Lahir Cukup Bayi yang dilahirkan dengan
/Normal berat lahir 2500-4000 gram
Bayi Berat Lahir Lebih Bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir >4000 gram
Sumber: Damanik, 2014

World Health Organization (WHO) membagi BBLR untuk kepentingan


kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi menjadi bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) bila didapatkan dengan berat <1.500 gram dan bayi berat lahir amat sangat
rendah (BBLASR) bila didapatkan dengan berat <1.000 gram (WHO, 2011).

10
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir 1.000
gram hingga kurang dari 2.500 gram. Bayi BBLSR, didominasi oleh bayi prematur.
Di Amerika Serikat, prevalensi BBLSR adalah 1,46%. BBLSR merupakan prediktor
yang akurat mortalitas bayi. Lebih dari 50% dari bayi BBLSR mengalami kematian,
dan 50% mengalami kecacatan seperti masalah dalam penglihatan dan pendengaran.
Kemampuan BBLSR untuk bertahan hidup sangat berhubungan dengan berat badan
lahirnya, dengan perkiraan 20% bayi bertahan hidup pada BBL 500 hingga 600 gram,
dan 90% bayi bertahan hidup pada BBL 1250 hingga 1500 gram. Dibandingkan
dengan bayi berat lahir normal, bayi BBLSR memiliki insiden yang lebih tinggi
untuk dirawat kembali di rumah sakit pada satu tahun kehidupannya oleh karena
sekuel dari prematuritas, infeksi, komplikasi neurologi dan gangguan psikososial
(Carlo, 2016).

Faktor yang Mempengaruhi Bayi Berat Lahir Rendah


Penyebab berat lahir rendah adalah prematuritas dan IUGR. Memisahkan
faktor yang berhubungan dengan prematuritas dengan IUGR sangatlah sulit. Terdapat
korelasi yang kuat antara kelahiran prematur dan IUGR dengan status sosioekonomi
yang rendah. Keluarga dengan status sosioekonomi yang rendah memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk kejadian anemia, kesakitan dan asupan nutrisi
yang kurang pada ibu hamil; asuhan prenatal yang inadekuat; komplikasi obstetrik;
penyalahgunaan obat; dan riwayat persalinan yang buruk (abortus, persalinan
prematur pada kehamilan sebelumnya). Faktor lain yang berhubungan adalah seperti keluarga
yang bercerai, kehamilan remaja, jarak antar kehamilan yang dekat, ibu
yang telah melahirkan lebih dari empat anak. Perbedaan pertumbuhan janin juga
dipengaruhi oleh suku dan ras orang tua, berat dan tinggi badan orang tua, status
sosial, dan faktor lainnya seperti merokok, penggunaan obat-obatan pada ibu, dan
lain-lain (Sharma dkk., 2015). Perbedaan derajat berat lahir dari setiap populasi lebih
banyak dipengaruhi oleh karena faktor lingkungan daripada oleh karena perbedaan
genetik yang lebih sulit untuk dijabarkan. Variasi genetik yang mempengaruhi berat
lahir mulai diketahui (Carlo, 2016).

Prematuritas

11
Etiologi dari bayi prematur disebabkan oleh banyak faktor dan termasuk
interaksi yang kompleks dari fetus, plasenta, uterus dan faktro maternal seperti yang
terlihat pada tabel berikut:
Tabel . Penyebab Bayi Prematur yang Telah Diketahui
Fetus
- Fetal distres
- Kehamilan multipel
- Eritroblastosis
- Hydrops nonimun
Plasenta
- Disfungsi plasenta
- Plasenta previa
- Abrupsio plasenta
Uterus
- Uterus bicornuate
- Inkompeten cervix
Maternal
- Preeklamsi
- Penyakit kronis (penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal)
- Infeksi
- Penyalahgunaan obat
Lainnya
- Ketuban pecah dini
- Polihidramnion
- Iatrogenik
- Trauma
Sumber: Carlo, 2016
Kelahiran prematur dengan BBLR dimana berat badan bayi sesuai masa
kehamilan (SMK) biasanya berhubungan dengan kondisi medis seperti
ketidakmampuan uterus mempertahankan janin, ketuban pecah dini, abrupsio
plasenta, kehamilan multipel, atau stimulus kontraksi uterus sebelum waktunya
(Miller dan Hassanein, 1971).

Faktor Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterin normal, pertambahan berat plasenta sejalan
dengan pertambahan berat janin, tetapi walaupun untuk terjadinya bayi besar
dibutuhkan plasenta yang besar, tidak demikian sebaliknya. Namun demikian, berat
lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta. Berat lahir juga
berhubungan secara berarti dengan luas permukaan villus plasenta. Aliran darah
uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai
penyakit vaskular yang diderita ibu.

12
Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh
lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil
penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.
Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk seperti, kehamilan ganda,
penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik),
penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta umbilikus yang
abnormal, dan tumor vaskular (Damanik, 2014).

Faktor Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan
berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada
yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis
status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena
kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh
lambat. Meskipun demikian, pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi
seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika
masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLRdengan pemberian
tambahan makanan kepada populasi berisiko tinggi(riwayat nutrisi buruk)
menunjukkan bahwa kalori tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat
janin dibanding penambahan protein (Damanik, 2014).

Faktor Genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk
berulangkali melahirkan bayi KMK (tingkat pengulangan 25%-50%), dan
kebanyakan wanita tersebut dilahirkan sebagai BBLR KMK. Demikian juga, wanita
yang pernah melahirkan bayi besar memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk
kembali melahirkan bayi besar, dan mereka sendiri cenderung berukuran besar pada
saat lahir. Hubungan yang berarti antar berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua
ras. Pengaruh dari polimorfisme nukleotida tunggal telah dilaporkan baru-baru ini.
Adalah penambahan penambahan alel C dari rs900400 dekat pada gen LEKR1 dan
CCNL1 pada bayi dengan berat badan lebih rendah pada kehamilan prematur tunggal
(Mc Ellroy dkk., 2012).
13
14

Anda mungkin juga menyukai