Anda di halaman 1dari 72

NtKB (35 Minggu)-SMK/ SC atas indikasi Kontraksi Prematur

dan BSC 2x
BBLR/Asfiksia Ringan Sedang/ Respiratory Distress ec TTN

Clara Sima 20140811014027


Nursalam 0120840202
Rini Siantari 0120840232
Vanesia H. Saiduy 0120840269
Yogi Haryanto 0120840290

Pembimbing
dr. James Thimoty, Sp.A (K), M.Kes.
LAPORAN
KASUS
1. Identitas Pasien

 Nama : By. Ny.H Nama Orang Tua


 Jenis Kelamin : Perempuan  Ayah : Tn. E S
 Tanggal Lahir : 18-02-2019  Ibu : Ny. H.
 Berat Lahir : 2200 gram  Umur Orang Tua
 Panjang Badan : 43,5 cm  Ayah : 33 tahun
 Apgar Score : 6/8  Ibu : 35 tahun
 Alamat : Entrop  Pekerjaan
 No. DM : 446184  Pekerjaan Ayah :Swasta
 Jaminan : BPJS  Pekerjaan Ibu :Swasta
 Tanggal Pemeriksaan : 18-02-2019
Hetroanamnesa : Ibu Bayi dan Bidan
 Keluhan Utama: Bayi Merintih
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan bayi yang lahir secara Sectio Cesarea atas
2. ANAMNESA indikasi Kontraksi prematur dan BSC 2x, tidak memiliki factor risiko
sepsis, Sectio di RSUD Jayapura tanggal 18 Februari 2019 jam
13.58 WIT dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 2.200 gr
dan panjang badan 43,5 cm. Bayi lahir dengan Apgar score 6/8,
cairan ketuban normal warna jernih. Dilakukan resusitasi dengan;
pemberian kehangatan,posisikan, dikeringkan dan diberi rangsang
taktil. Diberikan Oksigen melalui T-Piece Resusitator (Neopuff)
PEEP: 7 cmH2O FiO2: 21%. Bayi kemudian dipindahkan ke ruang
perawatan SCN2 untuk diobservasi secara ketat. Pada saat
observasi bayi masih merintih, respirasi semakin cepat, retraksi
berat dan saturasi Oksigen <90% meski dengan pemberian O2.
Karena adanya sesak, desaturasi dan retraksi, maka pasien
dipindahkan keruang perawatan NICU.
 Hamil I tahun 2006/Spontan/ P/ 2700 gr/ Anak
Hidup
 Haml II tahun 2008/Spontan/ P/2800 gr/ Anak
Hidup
Riwayat  Hamil III tahun 2014/ Spontan/ P/ ?/ Anak Hidup

Kehamilan Ibu  Hamil IV tahun 2016/ SC/ L/ 2700 gr/ Anak Hidup
 Hamil V tahun 2018/ SC/ P/ 2100 gr/ Anak Hidup
: G6P5A0  Hamil ini
 Pemeriksaan antenatal care tidak teratur. HPHT
tidak diketahui.
 Faktor Risiko selama kehamilan: demam tidak
ada, Ketuban berbau (-) Keruh/ Kehijauan
disangkal, keputihan (+) tidak berbau, Ketuban
Pecah Dini (-), Infeksi Saluran Kencing saat
kehamilan: disangkal)
Kehamilan ini merupakan kehamilan ke-
6 dimana hamil 1-3 melahirkan secara

Riwayat pervaginam, sedangkan kehamilan ke 4


dan ke 5 di lakukan Sectio Cesarea.

Persalinan:
Pada kehamilan yang sekarang pasien
melahirkan secara sectio cesarean atas
indikasi kontraksi prematur dan BSC 2x.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 18.02.2019
 Berat Badan : 2.200 gram
 Panjang Badan :43,5 cm
 Keluhan : merintih (+ ), sesak (+ ), retraksi ( +)
 Keadaan umum: Tampak Lemah
 Denyut Jantung : 150x/menit
 Frekuensi Napas : 62 x/menit
 Suhu Badan : 37,1
 SpO2 : 88-90%
Konjungtiva Anemis ( -/-)

Sklera Ikterik (- /- )

Pernapasan Cuping Hidung ( -)


Kepala
Mulut :

Mukosa Bibir Lembab ( + )

Oral Candidiasis (- )
Thorax Pulmo
 Inspeksi : simetris, tidak ada bekas
luka /scars/sikatriks ikut gerak napas,
retraksi (+)
 Palpasi : taktil fremitus ( dextra =
sinistra )
 Perkusi :
 Auskultasi : suara nafas
bronkovesikuler (+/+), Rhonki (-/-)
wheezing (-/-)
 Cor
 Bunyi jantung I-II regular, murmur (-),
gallop (-)
 Inspeksi : Cembung
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
Abdomen  Palpasi : Supel, Hepar/lien tidak teraba
turgor kembali cepat (+) normal
 Perkusi : Timpani
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2”, Edema
(-), Ulkus (-)
 Kulit : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)
Downe Score

Pernafasan 1
Retraksi 1
Sianosis 1
Air Entry 0
Merintih 1
Total 4
Ballard Score

Total I8
Physical Maturity

Total Skor: 11+18 Skor:


11
Grafik Lufchencho
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (18-02-2019)

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal


.
1 WBC 21,440 3,37 – 8,38 x103/µL

2 RBC 4,37 3,69 -5,46 juta/µL

3 HGB 15,8 13,3 – 16,6 g/dl

4 PLT 96.000 140 – 400 ribu /µL

5 I/T Ratio - <0,2


 NKB (35 Minggu)-SMK/Letak Kepala/ SC atas
Indikasi Kontraksi Preatur + BSC 2x
DIAGNOSIS  BBLR
KERJA  Asfiksia ringan sedang
 Respiratory distress ec suspek TTN dd MAS
 Suspek Sepsis
TERAPI
 Pemberian kehangatkan
 O2 CPAP PEEP 7cm H2O FiO2: 21 %
 Keb cairan 80x2.2= 176 ml/24jam
 Cadex: 7,3 ml/jam
 Periksa DPL, CRP, IT ratio
 Pro X-ray thoracoabdominal

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
TANGGAL FOLLOW UP
19/02/2019 S= sesak (-), desaturase oksigen (-), instabilitas suhu (-), muntah (-), kuning (-), batuk (-) BAK (+), minum
Usia : 17 jam (+) susu lactogen prematur.
HP : 2 hari O= Tampak aktif
JK : P TTV : HR 147 X/M, RR 56 X/M, SB 36,9 SPO2 100%
BL : 2200gr K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
BS : 2130gr (↓70) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/-
Diuresis : 2,5 cc/jam Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
Balanced : -25,8 Abdomen tampak datar, supel, BU (+) N, Hepar/Lien tidak teraba membesar
Skor down: Ekstremitas Akral HKM, CRT<3”, edema (-)
P: 0 A = NKB-SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringn sedang/RD ec TTN/sepsis
R: 1 P=
S: 0 - Hangatkan
A: 0 - O2 ventilator mode NIV (Pc-CMV), FiO2 30%, pins 15,0, Ti 0,50, RR 30, PEEP 6 turunkan jadi 5
M: 0 - Kebutuhan cairan 80 x 2,13= 170,4 CC
SKOR: 1 - Minum 2 x 15 ml = 30 20cc/jam
80𝑥80
- Kebutuhan kalori = 16/2,13 = 7,5 kkal/kgbb
100
- Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H2)
- Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H2)
20/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), batuk (-) muntah (+),kuning (-),BAK (+),
Usia : 1 hari 17 jam minum (+) ASI.
HP : 3 hari O= Tampak aktif
JK : P TTV : HR 131 X/M, RR 52 X/M, SB 36,8 SPO2 97%
BL : 2200gr K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
BS : 2100gr (↓30) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/-
GDS: Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
Diuresis : 3,3 ml/jam Abdomen tampak cembung, distance (+), teraba benjolan keras dgn diameter ± 1cm, mobile didaerah
Balanced : -92,3ml epigastrium, Hepar/lien tidak teraba membesar
Skor down: Ekstremitas HKM, CRT<3”, edema (-)
P: 0 A = NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec
R: 1 TTN/sepsis
S: O P=
A: 0 - Hangatkan
M: 0 - O2 ventilator (Pc-cmv) FiO2 25%, Ti 0,50, RR 30, pins 15,0, PEEP 7,0 diturunkan 6, slope 0,11
SKOR 1 - Kebutuhan cairan 174 x 92,3= 266,3 CC
- Minum 8 x 10 ml = 80cc
- Aminofusin 80cc/24jam
- IVFD Cadex 106cc/24jam
- Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H3)
- Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H3)
- Ranitidin 2x2mg iv
- Cek hasil lab (Albumin, Natrium, Kalium)
21/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (-), batuk (-) BAK (+), minum (+) ASI,
Usia : 3 hari OGT (+) warna hijau
HP : 4 hari O= Tampak tenang
JK : L TTV : HR 147 X/M, RR 56 X/M, SB 37,1 SPO2 97%
BL : 2200gr K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
BS : 1950gr (↓50) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/-
GDS: 86 Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
Diuresis : 4,41ml/jamEkstremitas HKM, CRT<3”, edem (-)
Balanced : -103,6ml A = NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec
Skor down: TTN/sepsis
P: 0 P=
R: 1 - Hangatkan
S: 0 - O2 Ventilator (CPAP), FiO2 21%, TI 0,36, PEEP 6,0, slope 0,11
A: 0 - Kebutuhan cairan 206 x 103,6= 309,6 CC
M: 0 - Minum 8 x 5 ml = 40cc
SKOR 1 - Aminofusin 80cc/24jam
- IVFD Cadex: Nacl 3% 8cc, kcl 2cc, ca glukonas 13, D40% 7,6, D10% 158,4 = 189 cc/24jam = 7,875
Hasil lab 20/02/19 - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H4)
Albumin 3,3 - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H4)
Kalium Darah 5,53 - Ranitidin 2x2mg iv
Natrium Darah 139,80 - Foto therapy
CL Darah 112,00 - Rencana cek bilirubin total direk dan indirek
Calcium Ion 0,94
22/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (+), instabilitas suhu (-), kuning (+), minum (+) ASI, muntah (-)
Usia : 4 hari O= Tampak tenang
HP : 5 hari TTV : HR 150 X/M, RR 52 X/M, SB 36,5 SPO2 100%
JK : P K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
BL : 2200gr Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/-
BS : 1950gr (tetap) Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
GDS: 78 Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem -/+ (palpebra kiri)
Diuresis : 4,4ml/jam A = NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec
Balanced : +18,3 TTN/sepsis/ikterik neonatorum
Skor down: P=
P: 0 - Hangatkan
R: 0 - O2 Ventilator (CPAP), FiO2 21%, Pman insp 15,0, PEEP 6, slope 0,11, Tmam insp 0,36
S: 1 - Kebutuhan cairan 309,6 - 18,3cc= 291,3 CC
A: 0 - Minum 8 x 10 ml = 80cc
M: 0 - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam
SKOR 1 - IVFD Cadex: 131,3 cc/24jam = 5,4 cc/jam
Hasil lab 21/02/19 - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H5)
Bil. Total = 12.14 - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H5)
Bil. Direct= 0,34 - Ranitidin 2x2mg iv
Bil. Indirect= 11,80 - Foto therapy
Gol Darah O Rh +
23/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (+), minum ASI (+), muntah (-)
Usia : 5 hari O= Tampak aktif
HP : 6 hari TTV : HR 116 X/M, RR 46 X/M, SB 36,5 SPO2 100%
JK : P K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
BL : 2200gr Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/-
BS : 1960gr (↑10) Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
GDS: 125 Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar, kremer II
Diuresis : 2.2 ml/jam Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-)
Balanced : + 110,6ml A = NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec
Skor down: TTN/sepsis/ikterik neonatorum
P: 0 P=
R: 0 -Hangatkan
S: 0 -O2 Ventilator (CPAP), FiO2 21%, Pman insp 15,0, PEEP 6, slope 0,11, Tmam insp 0,36
A: 0 -Kebutuhan cairan 330 cc
M: 0 - Minum 8 x 15 ml = 120cc
SKOR 0 - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam
- IVFD Cadex: 130 cc/24jam = 5,4 cc/jam Asnet
- Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H6)
- Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H6)
- Ranitidin 2x2mg iv
- Foto therapy 48 jam
24/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (+), minum ASI (+), muntah (-)
Usia : 6 hari O= Tampak tenang
HP : 7 hari TTV : HR 158 X/M, RR 56 X/M, SB 36,7 SPO2 98%
JK : P K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
BL : 2200gr Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/-
BS : 1840gr (↓120) Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
GDS: 111 mg/dl Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar, kremer II
Diuresis : 3,2 ml/jam Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-)
Balanced : + 109,1 ml A = NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec
Skor down: TTN/sepsis/ikterik neonatorum
P: 0 P=
R: 0 - Hangatkan
S: 0 - Kebutuhan cairan 330 CC
A: 0 - Minum 8 x 20 ml = 160cc
M: 0 - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam
SKOR 0 - IVFD Cadex: 90 cc/24jam = 3,75 cc/jam
160𝑥67
- Kebutuhan kalori = = 107,2/1,84 = 58,2 cc
100
- Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H7)
- Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H7)
- Ranitidin 2x2mg iv
25/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (-), minum ASI (+), muntah (-)
Usia : 7 hari O= Tampak tenang
HP : 8 hari TTV : HR 157 X/M, RR 54 X/M, SB 36,6 SPO2 100%
JK : P K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
BL : 2200gr Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/-
BS : 1880 gr Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
GDS: 97 Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar
Diuresis : 4,52 ml/jam Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-)
Balanced : +72,16 ml A = NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec
TTN/sepsis/ikterik neonatorum
Skor down: P=
P: 0 - Hangatkan
R: 0 - Kebutuhan cairan 330 CC
S: 0 - Minum 8 x 30 ml = 240cc
A: 0 - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam
M: 0 - IVFD Cadex: 90 cc/24jam = 3,75 cc/jam
SKOR 0 - Kebutuhan kalori
240𝑥67
= = 161/1,88 = 85,53 kkal
100
26/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (-), minum ASI (+), muntah (-)
Usia : 8 hari O= Tampak tenang
HP : 9 hari TTV : HR 138 X/M, RR 51 X/M, SB 36,8 SPO2 100%
JK : P K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-)
PB : 43 cm Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -
LK : 31 cm /-
BL : 2200gr Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-)
BS : 1880 gr Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar
GDS: 98 Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-)
Diuresis : 2,6 ml/jam A = NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan
Balanced : +126,12 ml sedang/RD ec TTN (perbaikan)/sepsis/ikterik neonatorum
P=
Skor down: - Hangatkan
P: 0 - Kebutuhan cairan 330 cc
R: 1 - Minum 8 x 45 ml = 360 cc
S: 0 - Kebutuhan kalori
280𝑥67
= = 187,6/188 = 99,78 kkal
100
A: 0
PINDAH SCN 1
M: 0
SKOR 0
NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai
DIAGNOSIS AKHIR kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan
sedang/RD ec TTN/sepsis/ikterik
neonatorum
Kegagalan nafas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.

Asfiksia
Kurangnya O2 pada saat
respirasi, yang ditandai dengan:
• 1. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri
umbilikalis,
• 2. Nilai APGAR setelah menit ke 5 tetap
0-3,
• 3. Manifestasi neurologis
Patofisiologi
 Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat antepartum,
intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian
yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat.

Setelah waktu singkat-lama


asfiksia tidak dikaji dalam Frekuensi jantung menurun
Awalnya hanya ada sedikit situasi klinis karena selama apnea primer dan
nafas dilakukan tindakan resusitasi akhirnya turun di bawah 100
yang sesuai –usaha bernafas kali/menit
otomatis dimulai

Selama apnea primer,


tekanan darah meningkat Terjadi penurunan pH yang
bersama dengan pelepasan hamper linier sejak awitan
ketokolamin dan zat kimia asfiksia
stress lainnya
Etiologi

Faktor-faktor
yang dapat
menimbulkan
Faktor ibu
gawat janin

Faktor Tali Pusat


(asfiksia)
antara lain :

Faktor bayi
Faktor Ibu

Gangguan
Hipoksia aliran darah
Uterus
Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh


luas dan kondisi plasenta.

Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan


mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya


aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.

Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan


tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi
tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.
Pemakaian obat
anastesi/analgetika
Depresi tali pusat
yang berlebihan
pernafasan bayi baru
pada ibu secara
lahir dapat terjadi
langsung dapat
karena beberapa
menimbulkan
hal, yaitu :
depresi pusat
pernafasan janin,
Faktor
Neonatus (c) kelainan
kongenital pada
bayi, misalnya
Trauma yang terjadi
hernia
pada persalinan,
diafragmatika,
misalnya perdarahan
atresia/stenosis
intrakranial,
saluran pernapasan,
hipoplasia paru dan
lain-lain.
Manifestasi klinik
DJJ lebih dari
100x/menit atau
kurang dari
100x/menit tidak
teratur Mekonium dalam air
Pucat ketuban pada janin letak
kepala

Tonus otot buruk


Penurunan terhadap karena kekurangan
spinkters oksigen pada otak,
otot, dan organ lain

Sianosis (warna kebiruan)


Depresi pernafasan karena
karena kekurangan oksigen
otak kekurangan oksigen
didalam darah

Tekanan darah rendah Bradikardi (penurunan


Takipnu (pernafasan
karena kekurangan frekuensi jantung)
cepat) karena kegagalan
oksigen pada otot karena kekurangan
absorbsi cairan paru-paru
jantung, kehilangan oksigen pada otot-otot
atau nafas tidak
darah atau kekurangan jantung atau sel-sel
teratur/megap-megap
aliran darah yang otak
kembali ke plasenta
sebelum dan selama
proses persalinan
Pengkajian klinis

Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009)
pengkajian pada asfiksia neonatorum untuk melakukan resusitasi semata-mata
ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu :
a) Pernafasan
 Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan
auskultasi bila perlu lalu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan
dada asimetris, nafas tersengal, atau mendengkur. Tentukan apakah
pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat
dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
b) Denyut jantung
 Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau merasakan
denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit.
Angka ini merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya
hipoksia yang signifikan.
c) Warna
 Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis
perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama
bahkan hari. Bayi pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat.
Tentukan apakah bayi berwarna merah muda, biru, atau pucat.
 Ketiga observasi tersebut dikenal dengan komponen skor apgar. Dua
komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan
menggambarkan depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
kecuali jika ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.
Tabel 1. Skor Apgar 0 1 2
Skor
Frekuensi jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Usaha pernafasan Tidak ada Tidak teratur, lambat Teratur, menangis
Tonus otot Lemah Beberapa tungkai Semua tungkai fleksi
fleksi
Iritabilitas reflex Tidak ada Menyeringai Batuk/menangis
Warna kulit Pucat Biru Merah muda

APGAR SKOR
Sepsis adalah adanya respon sistemik
terhadap infeksi di dalam tubuh
yang dapat berkembang menjadi
sepsis berat dan syok septik.
Sepsis
Patofisiologi sepsis sekarang dipahami sebagai keadaan
yang melibatkan aktivasi awal dari respon pro-inflamasi
dan anti-inflamasi tubuh. Bersamaan dengan kondisi ini,
abnormalitas sirkular seperti penurunan volume
intravaskuler, vasodilatasi pembuluh darah perifer
depresi miokardial dan peningkatan metabolisme akan
menyebabkan ketidakseimbangan antara penghantaran
oksigen sistemik atau syok.
Tatalaksana sepsis neonatorum
Antibiotik Cara pemberian Dosis dalam mg
HARI 1-7 HARI 8+
Ampicilin IV, IM 50 mg/KgBB/12 jam 50mg/KgBB/8 jam

Ampicilin (meningitis) IV 100 mg/KgBB/12 jam 100mg/KgBB/8 jam

Cefotaxime IV 50 mg/KgBB/8 jam 50 mg/KgBB/6 jam


Cefotaxime (meningitis) IV 50 mg/KgBB/6 jam 50 mg/KgBB/6 jam

Gentamicin IV, IM <2kg: 3mg/KgBB/24 jam 7.5 mg/KgBB/12 jam


>2kg: 5mg/KgBB/24 jam
Hiperbilirubinemia Neonatorum

Adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar


bilirubin dalam darah >5mg/dL, yang secara klinis
ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab
fisiologik dan non-fisiologik.
Etiologi

Inkompabilitas golongan
Hiperbilirubinemia fisiologik, Breast milk jaundice, Infeksi,
darah ABO dan Rhesus,

Defisiensi G6PD, defisiensi


piruvat kinase, sferositosis
kongenital, sindrom Lucey-
Bayi dari ibu penyandang
Polisitemia/hiperviskositas. Driscoll, penyakit Crigler-
diabetes melitus,
Najjar, hipo-tiroid, dan
hemoglobinopati (jarang
ditemukan).
Klasifikasi

Ikterik Fisiologis: Ikterik patologis:

• Timbul pada hari ke-2 dan ke-3 serta tampak • Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan.
jelas pada hari ke-5 dan ke-6. • Menetap sesudah bayi berumur 10 hari (NCB)
• Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir
tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup BBLR.
bulan dan 10 mg % per hari pada kurang • Bilirubin serum <10 mg % (BBLR) dan 12,5
bulan. mg% (NCB).
• Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak • Bilirubin direk >1mg%.
melebihi 5 mg % per hari. • ↑bilirubin 5 mg% atau >24 jam.
• Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %. • Ikterus yang disertai proses hemolisis
• Ikterus hilang pada 10 hari pertama. (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-
• Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan PD dan sepsis)
keadaan patologis tertentu.
Metabolisme bilirubin Patofisiologi bilirubin

• Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga


• Konjugasi bilirubin (segera setelah dapat menimbulkan peningkatan kadar
lahir). Bilirubin tubuh.
• Frekuensi dan jumlah konjugasi • Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y
tergantung dari besarnya hemolisis dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia,
dan kematangan hati, serta jumlah Asidosis.
tempat ikatan Albumin (Albumin • Gangguan konjugasi Hepar atau neonatus
binding site). yang mengalami gangguan ekskresi misalnya
• Pada bayi yang normal dan sehat serta sumbatan saluran empedu.
cukup bulan, hatinya sudah matang • Pada derajat tertentu, Bilirubin ini akan
dan menghasilkan Enzim Glukoronil bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Transferase yang memadai sehingga • Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin
serum Bilirubin tidak mencapai tingkat Indirek, hal ini memungkinkan terjadinya
patologis. efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin
tadi dapat menembus sawar darah otak.
• Kelainan yang terjadi pada otak (Kernikterus)
dapat timbul apabila kadar Bilirubin Indirek
>20 mg/dl.
Tanda dan Gejala
Gejala akut: Gejala kronik:

• Gejala yang dianggap • Tangisan yang melengking


sebagai fase pertama (high pitch cry) meliputi
kernikterus pada neonatus hipertonus dan opistonus
adalah letargi, tidak mau (bayi yang selamat
minum dan hipotoni. biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis,
gangguan pendengaran,
paralysis sebagian otot
mata dan displasia
dentalis).
Komplikasi

Komplikasi dari hiperbilirubin dapat terjadi Kern Ikterus yaitu


suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada
otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus
Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada
dasar Ventrikulus IV.

Gambaran klinik dari kern ikterus adalah :


Pada permulaan tidak jelas , yang tampak mata berputar-putar
Letargi, lemas tidak mau menghisap.
Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya epistotonus.
Dapat terjadi tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.
Diagnosis

Anamnesis Klinis pasien


Faktor risiko
kehamilan
Pemeriksaan Penunjang
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat
disusun sbb:
• Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
• Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang Bakteri)
• Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan:


• Kadar Bilirubin Serum berkala.
• Darah tepi lengkap (blood smear perifer ) untuk menunjukkan sel
darah merah abnormal atau imatur, eritoblastosisi pada penyakit Rh
atau sferosis pada inkompatibilitas ABO.
• Golongan darah ibu dan bayi untuk mengidentifikasi inkompeten ABO.
• Test Coombs pada tali pusat bayi baru lahir
• Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar
bila perlu.
2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
• Biasanya Ikterus fisiologis.
• Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain.
Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per
24 jam.
• Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
• Polisetimia.
• Hemolisis perdarahan tertutup (pendarahan subaponeurosis, pendarahan Hepar,
sub kapsul dll).

Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka


pemeriksaan yang perlu dilakukan:
• Pemeriksaan darah tepi.
• Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
• Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
• Pemeriksaan lain bila perlu.
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama
sampai akhir minggu pertama.
• Sepsis.
• Dehidrasi dan Asidosis.
• Defisiensi Enzim G6PD.
• Pengaruh obat-obat.
• Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu


pertama dan selanjutnya:
• Karena ikterus obstruktif.
Pemeriksaan laboratorium • Hipotiroidisme
yang perlu dilakukan: • Breast milk Jaundice.
• Pemeriksaan Bilirubin • Infeksi.
berkala. • Hepatitis Neonatal.
• Pemeriksaan darah tepi. • Galaktosemia
• Skrining Enzim G6PD.
• Biakan darah, biopsi Hepar
bila ada indikasi.
Tatalaksana

Metode terapi ikterus neonatorum

Photo Pemberian
Transfusi
Therapy Obat

Terapi Sinar
ASI
Matahari
1 2
Merupakan diagnosis yang ditegakkan Terminologi respiratory distress digunakan
secara klinis dimana system pernafasan untuk menunjukkan bahwa pasien masih
tidak mampu untuk melakukan pertukaran dapat menggunakan mekanisme
gas secara normal tanpa bantuan. kompensasi untuk mengembalikan
pertukaran gas yang adekuat.

Respiratory Distress
Tanda Respiratory Distress

Sianosis Apnea Stridor

Retraksi
Gasping Syok
dada berat
Down Score
Kondisi yang berhubungan dengan Respiratory
Distress
Penyebab utama Respiratory Distress

 Transient tachypnea of the newborn (TTN)


 Hyaline membrane diseases (HMD)
 Meconium aspiration syndrome (MAS)
 Pneumonia
 Penyakit jantung bawaan
Transient Gawat napas yang terjadi pada
neonatus yang mendekati cukup bulan
tachypnea of atau cukup bulan yang mengalami
gawat napas segera setelah lahir dan
the newborn hilang dengan sendirinya dalam waktu
(TTN) 3-5 hari.
01 02 03 04 05
Takipnea Merintih Pernapasan Retraksi dada Sianosis
(>80 x/min) cuping
segera hidung
setelah lahir

Tanda Klinis TTN


Terapi oksigen

Pembatasan cairan

Tatalaksana
Pemberian asupan setelah takipnea membaik

TTN dapat sembuh sendiri dan tidak tidak ada


risiko kekambuhan atau disfungsi paru lebih
lanjut
Tata laksana sepsis neonatorum
Pemberian antibiotik pada sepsis neonatorum.

Antibiotik Cara pemberian Dosis Dalam mg

HARI 1-7 HARI 8+

Ampicilin IV, IM 50 mg/KgBB/12 jam 50mg/KgBB/8 jam

Ampicilin (meningitis) IV 100 mg/KgBB/12 jam 100mg/KgBB/8 jam

Cefotaxime IV 50 mg/KgBB/8 jam 50 mg/KgBB/6 jam

Cefotaxime (meningitis) IV 50 mg/KgBB/6 jam 50 mg/KgBB/6 jam

Gentamicin IV, IM <2kg: 3mg/KgBB/24 jam 7.5 mg/KgBB/12 jam


>2kg: 5mg/KgBB/24 jam
Ikterus Fisiologis
Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat,
dapat dilakukan beberapa cara berikut:
Pada bayi yang pulang sebelum
48 jam, diperlukan
Terapi sinar, sesuai dengan
Minum ASI dini dan sering pemeriksaan ulang dan kontrol
panduan WHO
lebih cepat (terutama bila

Tata laksana
tampak kuning).

ikterus
neonatorum
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL
dapat digunakan sebagai faktor prediksi
hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat
pada minggu pertama kehidupannya.
 Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel
1.
 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir
sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis

Tata laksana Awal Ikterus


Neonatorum (WHO)
Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan
golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:
 Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan
terapi sinar.
 Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi
sinar, lakukan terapi sinar
 Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab
hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring
G6PD bila memungkinkan.
 Tentukan diagnosis banding
 Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:
 Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel
4), kadar hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif,
segera rujuk bayi.
 Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak
hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%).
 Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:
 Persiapkan transfer
 Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas
transfusi tukar
 Kirim contoh darah ibu dan bayi
 Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa
perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi.
Edukasi ibu:
 Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu
mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan
dengan kehamilan berikutnya.
 Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk
menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada
bayi (contoh: obat antimalaria, obat-obatan golongan sulfa, aspirin,
kamfer/mothballs, favabeans).
 Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
 Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan
atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir
sebelum kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan
(prolonged jaundice).
 Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu
selama 4 minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan
transfusi darah.
Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)
 Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus
cukup bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan.
 Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari
penyebab.
 Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan
kepindahan bayi dan rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk
evaluasi lebih lanjut, bila memungkinkan.
 Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital
 Pasien merupakan bayi yang lahir secara Sectio Cesarea
dengan berat lahir 2200 gr, panjang 43,5 cm, dengan air
ketuban normal warna jernih Apgar score 6/8, tetapi 15
menit kemudian bayi tiba-tiba merintih, sianosis pada
KESIMPULAN mukosa bibir dan akral, sehingga diberikan O2 CPAP
dengan PEEP 7 cmH2O dan FiO2 21%
 Di NICU bayi diterapi dengan O2 CPAP PEEP 7, dan IVFD
Cadex, serta Ampicillin 115 mg/12 jam, Gentamicin 11
mg/36 jam, serta dilakukan fototerapi karena pasien
mengalami hiperbilirubinemia. Setelah 8 hari
perawatan, pasien dipindahkan ke SCN1 dan setelah itu
diperbolehkan pulang, pasien sudah tidak ada keluhan,
berat badan bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Irvan, & dkk. (2018). Sepsis dan Tatalaksana berdasar Guidline Terbaru Sepsis and
Treatment basic on the Newest guidline 2018. Anestesiologi Indonesia, 64, 67.

JNPK-KL, IDAI, POGI, & Programe, U. I.-H. (2008). Pelayanan Obstetri Dan Neonatal
MEmergensi Komprehensif-Asuhan Neonatal Esensial. Health Service Program, 41, 181.

Tazani, R. M., & dkk. (2013). Gambaran Faktor Resiko Ikterus Neonatorum pada Neonatus
di Ruang Parinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013. FK UJ, 1.

Anda mungkin juga menyukai