LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis didapatkan dari auto dan alloanamnesis. Alloanamnesis dilakukan
terhadap ibu pasien pada tanggal 28 Mei 2022 pukul 04.00
.
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS)
Keluhan Tambahan
Batuk berdahak
Riwayat Pengobatan
- Belum pernah dirawat inap di RS Sebelumnya
- Belum pernah pengobatan jangka panjang
Riwayat Kehamilan
Pemeliharaan prenatal
- Periksa di : Praktek bidan
- Penyakit kehammilan :-
- Obat-obatan yang diminum : Vitamin
Riwayat kelahiran
- Lahir di : Rumah Sakit Bersalin
- Di tolong oleh : Bidan
- Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan
- Jenis Partus : Spontan
- Pemeliharaan post natal : Bidan
Riwayat Alergi
- Alergi obat (-), alergi cuaca (+), alergi seafood (-), alergi coklat, kacang, susu sapi
(-), alergi debu (-), alergi bulu (-)
Riwayat Psikososial
- Ayah perokok (+)
Riwayat Imunisasi
- BCG : 1 Bulan (lengkap)
- Polio : 1,2,3,4 Bulan (lengkap)
- Campak : 9 Bulan (lengkap)
- DPT : 2,3,4 bulan (lengkap)
- Hepatitis B : 2,3,4 Bulan (lengkap)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
- Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
- Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tanda Vital
- Nadi : 104x/m
- Frekuensi Napas : 56x/menit
- Suhu : 36,5
Status Generalis
KEPALA
- Bentuk : Normocephal
- Rambut ; Hitam dan tidakrontok
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skelra ikterik (-/-)
- Hidung : Konka hiperemis (-/-), keluar sekret (-/-), nafas
cuping hidung (+/+)
- Telinga : Keluar sekret (-/-)
- Mulut : Pharynk hiperemis (-), bibiranemis (-/-), bibir
sianosis (-/-)
Leher
- Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)
- Kelenjar getah bening : Pembesaran (-)
THORAX
Pulmo
- Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi sela iga (+)
- Palpasi : Vocal fremitus kiri dan kanansama
- Perkusi : Sonor dikedua lapang paru,
- Auskultasi : Bunyi napas, wheezing (+/+), ronkhi (+/+)
Jantung
-Inspeksi : Ictus cordis terlihat
-Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midsternal sinistra
intercostal 5midclavicularis sinistra
-Perkusi : Jantung dalam batas normal
-Aukultasi : Bunyi jantung 1&2 murni, tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
-Inspeksi : Dinding perut simetris, distensi (-), massa (-),
bekas operasi (-),
-Auskultasi : Bising usus (+)
-Palpasi : Epigastrium : Nyeri tekan (-)
-Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Extremitas :
-Superior : Akral hangat, RCT<2 detik, edema (-), sianosis
(-),
-Inferior : Akral hangat, RCT<2 detik, edema (-), sianosis
(-),
Foto Thorax PA
- Trakea di tengah
- Tak tampang pelebaran mediastinum
- Cor: CTR -> tidak dinilai, bentuk dan letak dalam batas normal
- Pulmo : Corakan bronkovaskular tampak kasar, diafragma dan sinus
kostofrenikus kanan-kiri
- kesan : Cor tak membesar, gambaran hiperinflamasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk
terutama pada malam hari atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan(Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia, 2004).Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan)
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau
dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan(Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
1023/menkes/sk/xi/2008).
Asma adalah inflamasikronis saluran nafas yg berhubungan
dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan menyebabkan
episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya
pada malam atau dini hari yg berhubungan dengan penyempitan jalan napas
yang luas yg sebagian bersifat reversible (Global Initiative for Asthma
(GINA), 2005).
Secara khas, sebagian besar serangan berlangsung singkat selama
beberapa menit hingga beberapa jam setelah itu, pasien tampak mengalami
kesembuhan klinik yang total. Namun demikian, ada suatu fase ketika pasien
mengalami obstruksi jalan napas dengan derajat tertentu setiap harinya. Fase
ini dapat ringan dengan atau tanpa disertai episode yang berat atau yang
lebih serius lagi, dengan obstruksi hebat yang berlangsung selama berhari-
hariatau berminggu-minggu. Keadaan semacam ini dikenal sebagai status
asmatikus.Pada beberapa keadaan yang jarang ditemui, serangan asma yang akut
dapat berakhir dengan kematian. .
ETIOLOGI
Dari sudut etiologik, asma merupakan penyakit heterogenosa.
Klasifikasi asma dibuat berdasarkan rangsangan utama yang membangkitkan atau
rangsangan yang berkaitan dengan episode akut. Berdasarkan stimuli yang
menyebabkan asma, dua kategori timbal balik dapat dipisahkan :
1.Asma ekstrinsik imunologikDitemukan kurang dari 10% dari semua kasus.
Biasanya terlihat pada anak-anak, umumnya tidak berat dan lebih mudah
ditangani daripada bentuk intrinsik. Kebanyakan penderita adalah atopik dan
mempunyai riwayat keluarga yang jelas dari semua bentuk alergi dan
mungkin asma bronkial. Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi.
2.Asma intrinsik imunologikDitandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
aspirin dan obat-obat sejenisnya, latihan jasmani, emosi, cuaca/ udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.Dapat terjadi pada segala usia
dan ada kecenderungan untuk lebih sering kambuh dan berat. Lebih sering
berkembang ke status asmatikus.
Banyak penderita mempunyai kedua bentuk asma diatas. Penting
untuk ditekankan bahwa perbedaan ini sering hanya merupakan perkiraan
saja dan jawaban terhadap subklasifikasi yang diberikan biasanya dapat
dibangkitkan oleh lebih dari satu jenis rangsangan. Dengan mengingat hal
ini, dapat diperoleh dua kelompok besar, yaitu alergi dan idiosinkrasi.
Asma alergik seringkali disertai dengan riwayat pribadi dan atau
keluarga mengenai penyakit alergi, seperti rinitis, urtikaria dan ekzema. Reaksi
kulit wheal and flare yang positif terhadap penyuntikan intradermal ekstrak
antigen yang terbawa udara,peningkatan kadar IgE dalam serum dan respons
positif terhadap tes provokasi yang meliputi inhalasi antigen spesifik.
Idiosinkrasi disebut sebagai bagian dari populasi pasien asma yang akan
memperlihatkan riwayat alergi pribadi atau keluarga negative, uji kulit negatif,
dan kadar IgE serum normal. Oleh sebab itu tidak dapat diklasifikasikan
berdasarkan mekanisme imunologik yang sudah jelas. Banyak pasien kelompok
ini akan menderita kompleks gejala yang khusus berdasarkan gangguan saluran
napas bagian atas. Gejala awal mungkin hanya berupa gejala flu biasa,
tetapi setelah beberapa hari pasien mulai mengalami mengi paroksismal dan
dispnea yang dapat berlangsung selama berhari-hari samapai berbulan-bulan.
FAKTOR RISIKO
Secara umumfaktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok
faktor genetik dan faktor lingkungan.
1.Faktor genetik
- Hipereaktivitas
-Atopi/alergi bronkus
-Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
-Jenis kelamin
-Ras/etnik
2.Faktor lingkungan
-Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur dll)
-Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari)
-Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan
laut, susu sapi, telur)
-Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, β bloker dll)
-Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan lain-lain)
-Ekpresi emosi berlebih
-Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
-Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
-Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukanaktifitas tertentu
-Perubahan cuaca
KLASIFIKASI
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit
dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi berdasarkan berat penyakit
penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang,
semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan.
Tabel 1. Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis
Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan, dan pengobatan
yang telah berlangsung seringkali tidak adekuat. Pengobatan akan mengubah
gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma
pada penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan
itu sendiri.
PATOFISIOLOGI
Tanda patofisiologik asma adalah penurunan diameter jalan napas
yang disebabkan oleh kontraksi otot polos, kongesti pembuluh darah, edema
dinding bronkus dan sekret kental yang lengket. Hasil akhir adalah
peningkatan resistensi jalan napas, penurunan ekspirasi paksa (forced
expiratory volume) dan kecepatan aliran udara, hiperinflasi paru dan toraks,
peningkatan kerja bernapas, perubahan fungsi otot-otot pernapasan,
perubahan rekoil elastik (elastic recoil), penyebaran abnormal aliran darah
ventilasi dan pulmonal dengan rasio yang tidak sesuai dan perubahan gas
darah arteri. Pada dasarnya asma diperkirakan sebagai penyakit saluran napas,
sesungguhnya semua aspek fungsi paru mengalami kerusakan selama serangan
akut. Pada pasien yang sangat simtomatik seringkali ditemukan hipertrofi
ventrikel kanan dan hipertensi paru pada elektrokardiografi. Seorang pasien
yang dirawat, kapasitas vital paksa (forced vital capasity)cenderung kurang
dari atau sama dengan 50% dari nilai normal.Volume ekspirasi 1 detik rata-
rata 30% atau kurang dari yang diperkirakan, sementara rata-rata aliran mid
ekspiratori maksimum dan minimum berkurang sampai 20% atau kurang
dari yang diharapkan. Untuk mengimbangi perubahan mekanik, udara yang
terperangkap (air trapping) ditemukan dalam jumlah besar.
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinis asma klasik adal ah serangan episodik batuk,
mengi, dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti
rasa berat di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin.
Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi pada perkembangan
selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih
kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya
hanya batuk tanpa disertai mengi, dikenal dengan istilah cough variant
ashtma. Bila hal yangterkahir ini dicurigai, perlu dilakukan pemeriksaan
spirometri sebelum dan sesudah bronkodilator atau uji provokasi bronkus dengan
metakolin.
Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen
dengan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga
memberikan gejala terhadap faktor pencetus non-alergik seperti asap rokok,
asap yang merangsang, infeksi saluran napas ataupun perubahan cuaca.
Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya
memburuk pada awal minggu dan membaik menjelang akhir minggu. Pada
pasien yang gejalanya tetap memburuk sepanjang minggu, gejalanya mungkin
akan membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan kerjanya, seperti
sewaktu cuti misalnya. Pemantauan dengan alat peak flow meter atau uji
provokasi dengan bahan tersangka yang ada di lingkungan kerja mungkin
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
DIAGNOSIS
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa asma tidak terdiagnosis
di seluruh dunia, disebabkan berbagai hal antara lain gambaran klinis yang
tidak khas dan beratnya penyakit yang sangat bervariasi, serta gejala yang
bersifat episodik sehingga penderita tidak merasa perlu berobat ke dokter.
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang
berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan
diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru
terutama reversibiltas kelainan faal paru akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik.
-Riwayat penyakit atau gejala :
1.Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
2.Gejala berupa batuk berdahak, sesak napas, rasa berat di dada.
3.Gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari.
4.Diawali oleh factor pencetus yang bersifat individu.
5.Responsif terhadap pemberian bronkodilator.
-Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit
1.Riwayat keluarga (atopi)
2.Riwayat alergi/atopi.
3.Penyakit lain yang memberatkan.
4.Perkembangan penyakit dan pengobatan.
Serangan batuk dan mengi yang berulang lebih nyata pada
malam hari atau bila ada beban fisik sangat karakteristik untuk asma. Walaupun
demikian cukup banyak asma anak dengan batuk kronik berulang, terutama terjadi
pada malam hari ketika hendak tidur, disertai sesak, tetapi tidak jelas mengi dan
sering didiagnosis bronkitis kronik. Pada anak yang demikian, yang sudah dapat
dilakukan uji faal paru (provokasi bronkus) sebagian besar akan terbukti adanya sifat-
sifat asma.
Batuk malam yang menetap dan yang tidak tidak berhasil
diobati dengan obat batuk biasa dan kemudian cepat menghilang setelah
mendapat bronkodilator, sangat mungkin merupakan bentuk asma.
Pemeriksaan fisik
-Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pada asma ringan dan sedang
tidak ditemukan kelainan fisik di luar serangan.
-Pada inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar, disertai batuk-batuk
paroksismal, kadang-kadang terdengar suara mengi, ekspirasi memanjang, terlihat
retraksi daerah supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada
asma kronik bentuk toraks emfisematous, bongkok ke depan, sela iga melebar,
diameter anteroposterior toraks bertambah.
-Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama bagian bawah
posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil.
-Pada auskultasi bunyi napas kasar/mengeras, pada stadium lanjut suara
napas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat
lemah. Terdengar juga ronkhi kering dan ronkhi basah serta suara lender bila
sekresi bronkus banyak.
-Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa.
Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat
disertai gejala sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan
penggunaan obat bantu napas.
-Tinggi dan berat badan perlu diperhatikan dan bila mungkin bila hubungannya
dengan tinggi badan kedua orang tua. Asma sendiri merupakan
penyakit yang dapat menghambat perkembangan anak. Gangguan
pertumbuhan biasanya terdapat pada asma yang sangat berat. Anak perlu
diukur tinggi dan berat badannya pada tiap kali kunjungan, karena akibat
pengobatan sering dapat dinilai dari perbaikan pertumbuhannya.
DIAGNOSIS BANDING
-Penyakit paru kronik yang berhubungan dengan bronkiektasis dan fibrosis kistik.
-Kelainan trakea dan bronkus misalnya laringotrakeomalasia dan stenosis
bronkus.
-Tuberkulosis paru ditandai dengan batuk berdahak selama kurang lebih 2
minggu disertai dengan keringat malam, demam dan penurunan BB.
-Bronkitiskronik. Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang
mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun.
Penyebab batuk kronik seperti tuberkulosis, bronkitis atau keganasan harus
disingkarkan dahulu. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya didapatkan
pada pasien berumur > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya dimulai dengan
batuk pagi hari, lama-kelamaan disertai mengi dan menurunnya
kemampuan kegiatan jasmani.pada stadium lanjut dapat ditemukan sianosis dan
tanda-tanda kor pulmonal.Tidak ditemukan eosinofilia, suhu biasanya tinggi
dan tidak herediter.
-Asma kardial. Dispnea paroksismal terutama malam hari dan biasanya
didapatkan tanda-tanda kelainan jantung.
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempetahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukanaktivitas sehari-hari. Tujuan
penatalaksanaan tersebut merefleksikan pemahaman bahwa asma adalah
gangguan kronik progresif dalam hal inflamasi kronik jalan napas yang
menimbulkan hiperresponsif dan obstruksi jalan napas yang bersifat
episodik. Sehingga penatalaksanaan asma dilakukan melalui berbagai
pendekatan yang dapat dilaksanakan, mempunyai manfaat, aman dan terjangkau.
Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).
Tujuan :
-Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;
-Mencegah eksaserbasi akut;
-Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin; -
Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;
-Menghindari efek samping obat;
-Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel; -
Mencegah kematian karena asma.
-Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak
sesuaipotensi genetiknya.
Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega
diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi (kortikosteroid
inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan
kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah
terkontrol. Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain :
-Inhalasi kortikosteroid
-β2 agonis kerja panjang
-antileukotrien
-teofilin lepas lambat
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri dari pengontrol dan pelega.
a.Pengontrol (controller)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
mengontrol asma, diberikas setiap hari untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol
sering disebut pencegah. Yang termasuk obat pengotrol :
-Kortikostero idinhalasi
-Kortikosteroid sistemik
-Sodium kromoglikat
-Nedokromil sodium
-Metilsantin
-Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
-Agonis beta-2 kerja lama, oral
-Leukotrien modifier
-Antihistamin generasi ke dua (antagonis-H1)
b.Pelega (reliever)
Prinsipnya adalah untuk mendilatasi jalan napas melalui
relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkokonstriksi
yang berkaitan dengan gejala akut, seperti mengi, rasa berat di dada dan
batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas. Termasuk pelega adalah :
-Agonis beta-2 kerja singkat
-Kortikosteroid sistemik (steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega
bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum
tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
-Antikolinergik
-Aminofilin
-Adrenalin
Medikasiasma dapat diberikan melalui berbagai cara, yaitu
inhalasi, oral dan parenteral (subkutan, intramuskular dan intravena).
Kelebihan pemberian medikasi langsung ke jalan napas adalah :
1.Lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas
2.Efek sistemik minimal atau dihindarkan
3.Beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak
terabsorbsi pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin). Waktu kerja
bronkodilator adalah cepat bila diberikansecara inhalasi daripada oral
Komplikasi
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama,
maka akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks yaitu
toraks membungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat
diafragma letak rendah, gambaran jantung menyempit, corakan hilus kiri dan kanan
bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan
tampak sulkus Harrison.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat
sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Bila
atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkiektasis dan bila ada
infeksi terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus danbeberapa
hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan disebut status asmatikus.
Bila tidak dtolong dengan semestinya dapat menyebabkan gagal pernapasan,
gagak jantung, bahkan kematian.
Prognosis dan perjalanan klinis
Mortalitas akibat asma jumlahnya kecil. Gambaran yang paling
akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi
berisiko yang jumlahnya kira-kira 10 juta penduduk. Angka kematian cenderung
meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Informasi mengenai perjalanan klinis asma menyatakan bahwa
prognosis baik ditemukan pada 50–80% pasien, khususnya pasien yang penyakitnya
ringan dan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang masih menderita
asma 7–10 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari 26–78% dengan nilai
rata-rata 46%, akan tetapi persentase anak yang menderitapenyakit yang berat relatif
berat (6 –19%). Secara keseluruhan dapat dikatakan 70–80%asma anak bila diikuti
sampai dengan umur 21 tahun asmanya sudah menghilang.
Daftar pustaka